Author: i3knu

  • Kini Tether Kuasai Saham Juventus Lebih Dari 10%

    Kini Tether Kuasai Saham Juventus Lebih Dari 10%

    Serratalhadafc.com – Unit investasi dari penerbit stablecoin Tether, yakni Tether Investments, baru saja memperbesar kepemilikannya di klub sepak bola legendaris Italia, Juventus. Berdasarkan laporan Cointelegraph pada Jumat (25/4/2025), Tether kini memegang lebih dari 10,12% saham yang diterbitkan oleh Juventus, dengan kepemilikan itu mencerminkan 6,18% dari total hak suara di klub.

    Langkah ini merupakan kelanjutan dari investasi awal Tether yang sebelumnya telah mengakuisisi 8,2% saham Juventus. CEO Tether, Paolo Ardoino, menegaskan bahwa keputusan tersebut bukan semata strategi finansial jangka pendek, melainkan bentuk komitmen jangka panjang untuk kolaborasi dan inovasi.

    “Juventus punya potensi besar, bukan hanya di lapangan, tetapi juga dalam memanfaatkan teknologi untuk memperkuat interaksi dengan fans, meningkatkan pengalaman digital, serta memperkuat ketahanan keuangannya. Kami antusias melihat peluang ke depan,” ujar Ardoino.

    Tether juga menyatakan kesiapannya untuk mendukung Juventus secara finansial di masa depan, termasuk kemungkinan terlibat dalam suntikan ekuitas tambahan guna memperkuat struktur keuangan klub dan mencegah terjadinya dilusi saham.

    Analis dan pendiri Obchakevich Research, Alex Obchakevich, melihat langkah ini sebagai sinyal positif, tidak hanya kepada pelaku industri kripto, tetapi juga kepada pasar yang lebih luas. Menurutnya, aksi ini menunjukkan bahwa Tether ingin memperkuat reputasi sebagai entitas yang stabil dan transparan—terutama di hadapan regulator Uni Eropa.

    “Ini juga merupakan strategi untuk memperbaiki citra Tether, khususnya di Eropa, setelah sebelumnya kehilangan akses pasar karena tantangan kepatuhan terhadap regulasi MiCA,” ujarnya.

    Sebagai informasi, Juventus adalah klub sepak bola profesional yang berbasis di Turin, Italia. Didirikan pada tahun 1897, Juventus—yang dikenal dengan julukan Juve—merupakan salah satu klub paling sukses di Italia dan Eropa, serta berkompetisi di kasta tertinggi Liga Italia, Serie A.

    Tether Lanjutkan Ekspansi Lewat Serangkaian Investasi Strategis

    Tether kembali menunjukkan keseriusannya dalam memperluas pengaruh di dunia aset digital dengan melakukan sejumlah akuisisi dan investasi besar dalam beberapa waktu terakhir.

    Salah satu langkah terbarunya adalah memperkuat posisinya di sektor penambangan Bitcoin. Penerbit stablecoin USDT ini mengumumkan rencana untuk menyebarkan hashrate Bitcoin—baik yang sudah ada maupun yang akan datang—ke dalam pool penambangan milik Ocean. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan desentralisasi jaringan Bitcoin secara keseluruhan.

    Tak berhenti di situ, pada kuartal pertama tahun 2025, Tether juga menambah kepemilikannya dengan membeli 8.888 Bitcoin. Berdasarkan data dari platform analitik on-chain Arkham Intelligence, Tether kini memegang sebanyak 95.721 BTC yang nilainya mencapai sekitar USD 8,89 miliar.

    Di luar sektor kripto, Tether turut merambah dunia media. Pada akhir Maret 2025, mereka mengucurkan dana sebesar USD 11,4 juta ke perusahaan media asal Italia, Be Water. Sebelumnya, pada akhir 2024, Tether juga berinvestasi sebesar USD 775 juta di Rumble, platform video asal Kanada yang dikenal sebagai alternatif YouTube.

    Investasi tersebut mulai menunjukkan hasil. Rumble baru-baru ini meluncurkan dompet digital yang mendukung stablecoin USDT, yang merupakan produk andalan dari Tether.

    Langkah-langkah ini menegaskan bahwa Tether tidak hanya berperan sebagai penerbit stablecoin, tetapi juga sebagai pemain kunci dalam membentuk ekosistem keuangan dan teknologi global yang terdesentralisasi.

    Bukan Sekadar Respons terhadap Dolar Melemah

    Belanja besar-besaran yang dilakukan Tether belakangan ini diyakini didorong oleh keinginan perusahaan untuk melindungi nilai asetnya dari kemungkinan melemahnya dolar Amerika Serikat (AS). Namun, sejumlah pengamat menilai alasan tersebut hanyalah bagian dari strategi yang lebih besar.

    Menurut analis Obchakevich, keputusan Tether tidak bisa dilihat semata sebagai respons spontan terhadap dinamika pasar. “Perusahaan seperti Tether berpikir dalam skala panjang. Penurunan nilai dolar yang bersifat sementara karena kebijakan tarif tidak cukup menjadi alasan untuk menggelontorkan dana dalam jumlah besar secara tiba-tiba,” ujarnya.

    Ia juga menyinggung kesepakatan Tether dengan klub sepak bola Juventus, yang dinilai bukan keputusan yang diambil secara reaktif. “Kesepakatan itu jelas telah direncanakan jauh sebelum kondisi pasar dan penurunan dolar terjadi. Ini adalah bagian dari strategi jangka panjang,” tegas Obchakevich.

    Pernyataan tersebut menegaskan bahwa investasi Tether mencerminkan visi yang lebih luas dalam memperluas pengaruh dan diversifikasi aset, bukan sekadar langkah defensif terhadap kondisi ekonomi sesaat.

  • Bursa Saham Asia dan Wall Street Menguat di April 2025

    Bursa Saham Asia dan Wall Street Menguat di April 2025

    Serratalhadafc.com – Bursa saham Asia mencatatkan pergerakan beragam pada perdagangan terbaru, dengan sebagian besar indeks menunjukkan penguatan. Indeks Nikkei 225 di Jepang melonjak lebih dari 1%, memperpanjang reli yang terjadi di hari sebelumnya. Indeks Topix juga ikut naik, mencatatkan kenaikan sebesar 0,81%.

    Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi bergerak datar, sedangkan indeks Kosdaq berhasil naik tipis sebesar 0,34%. Di pasar Australia, indeks ASX 200 menguat sebesar 0,27%. Di Hong Kong, indeks Hang Seng berjangka tercatat di level 22.069, sedikit melemah dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di 22.072,62.

    Namun, di tengah sentimen positif tersebut, Korea Selatan justru melaporkan pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan. Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,1% pada kuartal pertama tahun 2025, berdasarkan data awal yang dirilis Kamis pekan ini. Angka ini meleset dari ekspektasi kenaikan 0,1% yang diprediksi dalam jajak pendapat oleh Reuters.

    Baca Juga : Investasi Bitcoin Bisa Jadi Solusi Menghadapi Gejolak Ekonomi

    Dari Amerika Serikat, kontrak berjangka menunjukkan pergerakan campuran setelah indeks utama Wall Street membukukan kenaikan selama dua hari berturut-turut. Kontrak berjangka S&P 500 naik 0,1%, demikian pula kontrak berjangka Nasdaq 100. Sementara itu, kontrak berjangka Dow Jones Industrial Average justru turun 45 poin, atau sekitar 0,1%.

    Di Wall Street sendiri, ketiga indeks utama ditutup di zona hijau di tengah harapan bahwa ketegangan dagang antara AS dan China akan segera mereda. Presiden AS saat itu, Donald Trump, juga menenangkan pasar dengan pernyataannya bahwa ia tidak memiliki rencana untuk mengganti Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

    Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 419,59 poin atau 1,07% ke level 39.606,57. Indeks S&P 500 naik 1,67% dan berakhir di level 5.375,86. Sementara itu, Nasdaq Composite mencatat lonjakan terbesar dengan kenaikan 2,50%, ditutup pada 16.708,05. Ketiga indeks tersebut mencatatkan kenaikan beruntun, mencerminkan sentimen positif yang tengah berkembang di pasar global.

    Bursa Asia Menguat Seiring Meredanya Ketegangan Perang Dagang AS-China

    Pada Rabu, 23 April 2025, bursa saham Asia Pasifik mengalami lonjakan signifikan, mengikuti jejak penguatan yang terjadi di Wall Street. Sentimen positif ini muncul seiring meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

    Optimisme pasar menguat setelah pernyataan dari Presiden AS, Donald Trump, yang menyebutkan bahwa tarif akhir terhadap barang-barang China tidak akan mencapai angka ekstrem hingga 145%. Meski demikian, Trump menegaskan bahwa tarif juga tidak akan ditiadakan sepenuhnya. Sikap ini memberi sinyal kemungkinan pendekatan kompromi dalam kebijakan dagang AS-China.

    Selain itu, Trump juga mengklarifikasi bahwa ia tidak berencana untuk mengganti Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell, yang selama ini menjadi perhatian pelaku pasar. Kepastian ini turut membantu meredakan kekhawatiran investor.

    Di kawasan Asia, indeks saham utama menunjukkan tren positif. Hong Kong mencatatkan penguatan tertinggi dengan Indeks Hang Seng melonjak 2,37% ke level 22.072,62. Sementara itu, indeks Hang Seng Teknologi mencatat kenaikan lebih besar lagi, sebesar 3,07% menjadi 5.049,40. Di sisi lain, indeks CSI 300 di China bergerak relatif stabil di angka 3.786,88.

    Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 1,89% ke level 34.868,63, disusul indeks Topix yang naik 2,06% menjadi 2.584,32. Korea Selatan pun menunjukkan tren serupa, dengan indeks Kospi bertambah 1,57% ke posisi 2.525,56 dan Kosdaq meningkat 1,39% menjadi 726,08.

    Sementara itu, indeks Nifty 50 di India naik 0,52%, dan pasar Australia juga mencatatkan kenaikan dengan ASX 200 bertambah 1,33% ke level 7.920,50.

    Kenaikan di berbagai bursa Asia ini mencerminkan keyakinan investor terhadap stabilitas pasar keuangan regional, di tengah tanda-tanda membaiknya hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

    IHSG Tembus 6.600, Mayoritas Sektor Saham Menguat

    Pada perdagangan Rabu, 23 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level 6.600, ditutup menguat signifikan di tengah sentimen positif dari mayoritas sektor saham. Penguatan ini terjadi seiring keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%.

    Berdasarkan data dari RTI, IHSG ditutup naik 1,47% ke posisi 6.634,37. Indeks LQ45 juga turut menguat sebesar 1,98% ke level 744,78. Seluruh indeks saham acuan tercatat menghijau pada perdagangan hari itu. IHSG sempat menyentuh level tertingginya di 6.642,91 dan sempat menyentuh titik terendah di 6.588,25.

    Dari sisi kinerja emiten, terdapat 412 saham yang mengalami kenaikan harga, sementara 193 saham melemah dan 201 saham lainnya stagnan. Total frekuensi perdagangan tercatat mencapai 1.286.794 kali, dengan volume transaksi sebesar 21,9 miliar saham dan nilai transaksi harian mencapai Rp 13,7 triliun. Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berada di kisaran Rp 16.860.

    Sektor saham properti menjadi motor utama penguatan IHSG dengan lonjakan sebesar 2,45%. Sektor kesehatan juga mencatat kinerja positif dengan kenaikan 2,22%, disusul sektor keuangan yang naik 1,71% dan sektor consumer siklikal yang meningkat 1,7%.

    Penguatan juga terlihat di sektor industri yang naik 1,27%, sektor consumer nonsiklikal naik 1,61%, sektor energi bertambah 0,52%, infrastruktur naik 0,78%, dan sektor transportasi menguat 0,53%.

    Namun, tidak semua sektor bergerak positif. Sektor basic materials mengalami koreksi sebesar 1,56%, sedangkan sektor teknologi melemah tipis sebesar 0,03%.

    Kinerja positif IHSG mencerminkan optimisme investor terhadap kondisi pasar, terutama setelah kepastian suku bunga dari Bank Indonesia serta sentimen global yang turut memengaruhi arah pergerakan pasar domestik.

  • Robert Kiyosaki Prediksi Harga Bitcoin Tembus USD 1 Juta pada 2035

    Robert Kiyosaki Prediksi Harga Bitcoin Tembus USD 1 Juta pada 2035

    Serratalhadafc.com – Pakar keuangan ternama sekaligus penulis buku Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, kembali membagikan prediksi terbarunya terkait harga Bitcoin (BTC). Mengutip laporan dari Cointelegraph pada Senin (21/4/2025), Kiyosaki meyakini bahwa nilai Bitcoin akan melesat hingga mencapai USD 1 juta atau sekitar Rp 16,8 miliar pada tahun 2035.

    Menurut Kiyosaki, pelemahan nilai dolar AS yang terus berlanjut akibat kebijakan moneter inflasioner menjadi pendorong utama di balik prediksinya. “Saya sangat yakin, pada tahun 2035, satu Bitcoin akan bernilai lebih dari USD 1 juta. Emas akan mencapai USD 30.000, dan perak USD 3.000 per koin,” tulisnya dalam unggahan di media sosial X pada 18 April 2025.

    Kiyosaki sudah sejak lama mengadvokasi aset seperti emas, perak, dan kini Bitcoin, sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi dan sarana akumulasi kekayaan jangka panjang di tengah fluktuasi siklus ekonomi global.

    Ia juga menyampaikan kekhawatiran akan kondisi ekonomi AS saat ini. “Pada tahun 2025, utang kartu kredit berada di level tertinggi sepanjang sejarah, utang nasional AS juga memuncak, pengangguran meningkat, dana pensiun seperti 401(k) merugi, bahkan ada yang dicuri. AS bisa saja menuju depresi yang lebih besar,” ungkapnya.

    Peringatan serupa juga datang dari tokoh-tokoh lainnya. Sebelumnya, salah satu pendiri Twitter, Jack Dorsey, menyatakan pada Mei 2024 bahwa Bitcoin berpotensi menembus harga USD 1 juta pada tahun 2030 dan masih bisa terus naik. Sementara itu, trader dan analis pasar Michaël van de Poppe menyebut dalam wawancaranya dengan Cointelegraph pada November 2024 bahwa apresiasi harga Bitcoin hingga jutaan dolar mungkin terjadi, meski akan disertai dengan risiko hiperinflasi dan potensi kehancuran sistem ekonomi yang lebih luas.

    US Coin Dan Doge Melemah

    Adapun USD Coin (USDC) melemah 0,12% dalam 24 jam dari kenaikan 0,27% dalam sepekan. USDC hari ini berada di kisaran Rp 16.842,79.

    Sedangkan Coin Meme Dogecoin (DOGE) melemah 1,22% dalam sehari dan 4,81% sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 2.628,24 per token.

    TRON (TRX) menurun hingga 0,10% persen dalam 24 jam dan 3,97% sepekan. Harga TRX kini diperdagangkan Rp 4.109,53.

    Kemudian Cardano (ADA) merosot 1,04% dalam 24 jam terakhir dan 2,60% sepekan. Dengan begitu, harga ADA berada pada level Rp 10.516,60 per koin.

    Adapun keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level Rp 45.28P, menurun 0.05% selama hari terakhir.

  • Mengenali Tanda Konvergensi Aset Safe Haven Emas dan Bitcoin

    Mengenali Tanda Konvergensi Aset Safe Haven Emas dan Bitcoin

    Serratalhadafc.com – Fenomena langka terjadi di pasar keuangan: harga emas dan Bitcoin (BTC) sama-sama melonjak. Kenaikan ini mencerminkan konvergensi narasi “safe haven” di tengah melemahnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.

    Dilansir dari CoinMarketCap pada Selasa (22/4/2025), analisis dari The Kobeissi Letter menyebut harga emas telah mencatat rekor tertinggi sebanyak 55 kali dalam 12 bulan terakhir. Terbaru, emas menembus harga USD 3.384 per ons—level tertinggi sepanjang sejarah.

    Sementara itu, Bitcoin juga menunjukkan performa mengesankan dengan menembus angka USD 87.000. Kenaikan ini menempatkan BTC sejajar dengan emas dalam pandangan investor sebagai aset lindung nilai atau penyimpan nilai (store of value).

    Pergerakan sejajar kedua aset ini dianggap langka dalam sejarah keuangan modern. Biasanya, emas dan Bitcoin tidak mengalami reli secara bersamaan. Namun saat ini, keduanya naik di tengah sentimen pasar yang gelisah karena potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dan ketegangan geopolitik.

    Di sektor aset digital, token kripto berbasis emas juga ikut mencuri perhatian. PAX Gold (PAXG) dan Tether Gold (XAUT), yang nilainya dipatok pada satu ons emas, mencatat lonjakan volume perdagangan harian hingga melampaui USD 100 juta dalam beberapa pekan terakhir. Aset-aset ini menggabungkan stabilitas logam mulia dengan fleksibilitas teknologi blockchain.

    Menurut Enmanuel Cardozo, analis dari platform tokenisasi aset Brickken, meski Bitcoin menunjukkan tren positif, investor tetap harus waspada.

    “Bitcoin memang tangguh, tapi pengalaman masa lalu dan tekanan pasar saat ini membuat banyak investor menunggu momen masuk yang lebih pasti,” ujar Cardozo.

    Ia juga menyoroti keterlibatan institusi besar seperti Strategy dan Tether yang bisa berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga Bitcoin. Terlebih, pasar saat ini juga sedang menyambut siklus halving Bitcoin yang terjadi setiap empat tahun.

    Cardozo menambahkan bahwa jika Fed benar-benar menurunkan suku bunga pada Mei atau Juni mendatang, itu bisa memicu arus likuiditas baru ke pasar dan mendorong harga Bitcoin naik lebih cepat.

    Dolar Melemah, Emas Makin Kuat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Selain faktor politik, pelemahan dolar AS ikut mendorong penguatan harga emas. Indeks Dolar AS turun ke level terendah dalam tiga tahun, yakni 97,92, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan moneter Amerika Serikat yang makin sulit diprediksi.

    Dalam pernyataan terbarunya, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengakui adanya potensi stagflasi—situasi ketika pertumbuhan ekonomi melambat sementara inflasi tetap tinggi. Ia menyebut The Fed saat ini berada dalam posisi “tunggu dan lihat”, menunjukkan belum adanya kepastian langkah lanjutan dari bank sentral.

    Ketidakjelasan ini memperbesar daya tarik emas sebagai aset lindung nilai. Di tengah inflasi dan ketidakstabilan ekonomi global, emas kembali menjadi pilihan investor yang mencari perlindungan dari risiko yang kian meningkat.

  • Ramalan Pasar Kripto Minggu Ini, Wajib Diketahui

    Ramalan Pasar Kripto Minggu Ini, Wajib Diketahui

    Serratalhadafc.com – Industri kripto terus menunjukkan dinamika tinggi, dengan berbagai perkembangan baru yang memengaruhi pergerakan pasar dan arah regulasi global. Hari ini, beberapa isu penting mencuat dan layak dicermati para investor dan pengamat.

    Pertama, Charles Schwab memprediksi peningkatan signifikan dalam volume perdagangan spot Bitcoin dalam waktu dekat. Hal ini didorong oleh tumbuhnya minat institusional dan makin terbukanya akses pasar melalui produk-produk investasi berbasis kripto.

    Sementara itu, Bank for International Settlements (BIS) mengeluarkan peringatan serius terkait risiko yang ditimbulkan oleh kripto dan stablecoin. BIS menilai, aset digital ini bisa mengganggu kestabilan sistem keuangan jika tidak diawasi dengan ketat dan diatur dengan tepat.

    Di sisi lain, ekonom makro Lyn Alden menyampaikan pandangannya mengenai masa depan Bitcoin. Ia memproyeksikan bahwa BTC akan tetap menjadi aset penting dalam portofolio investor global, terutama sebagai pelindung nilai dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter.

    Seluruh perkembangan ini menunjukkan bahwa kripto bukan lagi sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari lanskap keuangan global yang semakin kompleks dan memerlukan perhatian serius dari berbagai pemangku kepentingan.

    Charles Schwab Pertimbangkan Dagang Bitcoin

    Charles Schwab, salah satu perusahaan besar di sektor keuangan tradisional, mulai serius menjajaki pasar aset kripto. CEO Rick Wurster mengungkapkan bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan layanan perdagangan spot Bitcoin bagi para klien pada April 2026.

    Wurster menyebutkan bahwa minat terhadap kripto terus tumbuh, terlihat dari tingginya trafik pada situs kripto milik Schwab. Menariknya, sekitar 70% pengunjungnya bukan klien lama, melainkan calon pengguna baru—ini membuka peluang ekspansi layanan digital perusahaan ke depan.

    Ia juga menyoroti bahwa dengan situasi regulasi yang mulai berubah, Schwab optimistis bisa meluncurkan layanan spot Bitcoin dalam 12 bulan ke depan. Menurutnya, kripto kini makin diterima oleh lembaga-lembaga keuangan besar, baik dalam bentuk produk investasi maupun pemanfaatan teknologi blockchain untuk efisiensi sistem.

    Jika Schwab resmi masuk ke pasar kripto, langkah ini dapat mendorong percepatan adopsi dan memperkuat integrasi antara dunia kripto dan sistem keuangan arus utama.

    Kripto dapat Mengganggu Stabilitas keuangan

    Bank for International Settlements (BIS), yang dikenal sebagai bank sentralnya bank sentral, baru saja menerbitkan laporan penting pada 15 April 2025 terkait risiko yang ditimbulkan oleh kripto dan sektor keuangan terdesentralisasi (DeFi).

    Dalam laporan tersebut, BIS mengingatkan bahwa pertumbuhan cepat industri kripto berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan tradisional dan memperdalam ketimpangan ekonomi global. Kapitalisasi pasar dan jumlah investor di sektor ini telah mencapai skala yang cukup besar untuk memberi dampak signifikan terhadap pasar keuangan secara keseluruhan.

    Salah satu perhatian utama BIS adalah peran stablecoin dalam ekosistem kripto. Stablecoin dianggap sebagai kunci dalam memfasilitasi transfer nilai di dunia kripto, namun juga menimbulkan potensi risiko jika tidak didukung oleh regulasi yang kuat. BIS mendesak regulator untuk menetapkan aturan terkait stabilitas harga dan cadangan aset stablecoin, guna menjamin kemampuannya ditebus terhadap dolar AS, terutama saat pasar mengalami tekanan.

    Seiring ekspansi pesat aset digital, BIS menekankan pentingnya pengawasan dan regulasi yang lebih ketat untuk mencegah dampak sistemik terhadap keuangan global.

  • Melirik Peluang Investasi di Tengah Gejolak Ekonomi Dunia

    Melirik Peluang Investasi di Tengah Gejolak Ekonomi Dunia

    Serratalhadafc.com – 2025 merupakan tahun yang penuh tantangan. Di dalam negeri terdapat transisi pemerintahan yang sebenarnya sudah berjalan sejak akhir tahun lalu tetapi sejumlah kebijakan baru dirilis di awal tahun ini. Di dunia, sejumlah konflik geopolitik belum selesai tetapi sudah bertambah tantangan perang dagang yang dimulai oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

    PT Sucorinvest Asset Management (Sucor AM) mengajak investor untuk memahami semua hal ini untuk menggali peluang investasi yang relevan. “Kita semua sedang berada di fase penting di mana transisi nasional dan dinamika global akan membentuk arah baru bagi performa dan pasar keuangan di Indonesia,” jelas CEO Sucor AM Jemmy Paul Wawointana dikutip dari Antara, Minggu (20/4/2025).

    Tidak hanya perubahan dalam negeri dan kepemimpinan internasional seperti perubahan tarif dari Amerika Serikat (AS), suku bunga global, hingga tensi geopolitik menjadi faktor penting dalam mengambil keputusan investasi ke depan.

    “Di tengah berbagai ketidakpastian ini, kami percaya bahwa investor membutuhkan arahan yang relevan, pandangan yang objektif dan strategi yang bisa diandalkan,” ujar Jemmy.

    Menurut dia, dinamika global seperti kebijakan suku bunga bank sentral AS atau The Fed, ketegangan geopolitik, perang tarif, serta pergeseran tren investasi global turut membentuk lanskap ekonomi domestik yang semakin kompleks.

    Hal itu disampaikan Jemmy dalam gelaran The Sucor Stage bertajuk Market Outlook 2025: Navigating Investments in New Regime pekan ini. Pada acara itu, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memberikan pandangan yang optimistis terhadap instrumen obligasi meskipun suku bunga global masih fluktuatif.

    “Kepemilikan asing pada obligasi hanya sekitar 14 persen. Ini yang menjelaskan mengapa guncangan global yang signifikan tidak terlalu berdampak pada pasar obligasi, karena tekanan jual dari asing juga jauh berkurang. Hal ini membuat kami cukup positif terhadap kondisi global saat ini. Sejujurnya, pasar obligasi masih bisa menjadi pilihan investasi yang menarik,” ujarnya.

    Rekomendasi Investasi

    Dalam paparannya, tim Sucor AM merekomendasikan sejumlah produk unggulan yang relevan di tengah kondisi pasar saat ini, antara lain Sucorinvest Equity Fund (SEF) untuk investor agresif di saham berfundamental kuat, Sucorinvest Money Market Fund (SMMF) untuk investor konservatif dengan kebutuhan likuiditas tinggi, serta Sucorinvest Monthly Income Fund (SMIF) untuk mengambil peluang pada obligasi Indonesia dengan fitur pembagian hasil investasi bulanan.

    Produk berbasis indeks seperti Sucor IDX30 Fund juga dipandang menarik untuk strategi investasi jangka menengah hingga panjang.

    Dengan dana kelolaan sebesar Rp26,7 triliun pada Maret 2025, penetrasi Reksa Dana Sucor AM telah menjangkau lebih dari 2,2 juta investor dan masih terus berkembang.

    Selalu Jeli dan Cerdik Dalam Investasi

    Sementara itu, pakar ekonomi syariah yang juga Wakil Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Adiwarman Karim menyampaikan pesan penting kepada investor untuk tidak hanya ikut-ikutan dalam berinvestasi atau berbisnis.

    “Karena itu, penting untuk terus bergerak maju. Apa yang dia bilang itu benar, jangan hanya ikut-ikutan. Namun, kita harus mempelajarinya dengan benar. Seperti yang sering saya katakan, perhatikan dulu fundamentalnya. Setelah itu, amati pasar. Kalau kita cuma ikut-ikutan tanpa pemahaman yang matang, kita hanya akan mengikuti tren tanpa arah yang jelas,” tuturnya.

    Selain itu, para fund manager menyoroti pentingnya pendekatan investasi yang disesuaikan dengan profil risiko dan horizon waktu investor.

  • Investor Kripto di Indonesia Diramalkan Terus Meningkat

    Investor Kripto di Indonesia Diramalkan Terus Meningkat

    Serratalhadafc.com – Industri kripto di Indonesia terus berkembang pesat. Menurut data Statista, jumlah investor aset kripto di Indonesia diperkirakan mencapai 28,65 juta orang pada tahun 2025.

    Angka ini menunjukkan meningkatnya minat dan kesadaran masyarakat terhadap investasi berbasis teknologi blockchain, yang semakin diminati di era digital.

    Perkembangan ini juga didorong oleh kemudahan akses melalui berbagai platform, seperti aplikasi PINTU, yang memfasilitasi pembelian dan penjualan aset kripto dengan lebih praktis.

    Dengan jangkauan pasar yang terus meluas dan edukasi yang semakin masif, kripto diproyeksikan menjadi salah satu instrumen investasi yang menjanjikan di masa mendatang.

    Pengguna Aplikasi

    Co-CEO PINTU, Andrew Adjiputro, menyampaikan bahwa aplikasi PINTU telah diunduh lebih dari 9 juta kali hingga Februari 2025, naik hampir 30% secara tahunan (YoY).

    Selain itu, total deposit ke platform melonjak hampir 400% YoY, sementara jumlah pengguna aktif meningkat hingga 100%. 

    “Pencapaian ini menandakan kepercayaan publik yang tinggi terhadap PINTU sebagai aplikasi all-in-one untuk investasi kripto. Dengan berbagai fitur unggulan seperti Pintu Earn, Auto DCA, hingga platform edukasi Pintu Academy, PINTU berhasil menjangkau segmen investor pemula hingga trader profesional,” terang dia dalam keterangannya, Jumat (18/4/2025).

    Kampanye Edukasi Jadi Kunci

    Sebagai upaya memperluas literasi keuangan digital, PINTU menggelar kampanye edukatif bertajuk Fifthzzaversary. Rangkaian acara ini dikemas secara kreatif, mulai dari bagi-bagi pizza, photobooth gratis, hingga permainan claw machine, untuk memperkenalkan dunia kripto dengan cara yang lebih santai dan menyenangkan.

    Melalui kampanye #PintuAnniver5ary, pengguna juga berkesempatan memenangkan berbagai hadiah menarik seperti MacBook Pro M4, iPad Pro M1, Apple Watch Series 10, serta bonus aset kripto senilai jutaan rupiah.

    Program ini terbuka bagi semua pengguna yang telah menyelesaikan proses verifikasi KYC dan menghubungkan rekening bank. Dengan fokus pada edukasi dan inovasi, PINTU terus berupaya memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri kripto Indonesia.

  • Dampak Perang AS-China Terhadap Kripto

    Dampak Perang AS-China Terhadap Kripto

    Serratalhadafc.com – Gejolak ekonomi global akibat perang dagang antara AS dan Tiongkok memberi tekanan besar pada berbagai jenis aset, termasuk kripto.

    Namun berbeda dari sebelumnya, Bitcoin kini menunjukkan karakter yang lebih matang. Tak lagi sekadar jadi aset spekulatif, Bitcoin mulai dilihat sebagai instrumen lindung nilai atau safe haven digital.

    Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, arah pergerakan Bitcoin ke depan akan sangat dipengaruhi oleh faktor fundamental dan tren positif dari institusi keuangan besar.

    “Bitcoin kini mulai berperan seperti emas digital, aset yang mampu menjaga nilainya di tengah meningkatnya risiko global,” kata Fyqieh kepada Serratalhadafc.com, Kamis (17/4/2025).

    Peluang bitcoin Saat Ini

    “Pasar saat ini tengah berada dalam fase konsolidasi dan mencari arah baru. Bitcoin (BTC) berpotensi kembali menyentuh rekor harga tertinggi di atas USD 100.000, namun hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor makro seperti kebijakan suku bunga dan kejelasan regulasi aset kripto,” jelas Fyqieh.

    Ia menambahkan, peluang Bitcoin untuk menembus level tertinggi masih terbuka lebar. Meski begitu, investor perlu lebih cermat membaca kondisi global agar bisa menangkap momentum secara optimal.

    Ketidakpastian Harga Bitcoin di Tengah Perang Dagang

    Sebelumnya, harga Bitcoin (BTC) kembali menguat ke kisaran USD 85.000 pada awal pekan ini di tengah tarik ulur keputusan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Pemerintahan Trump pada Jumat, 12 April 2025 mengumumkan barang elektronik seperti smartphone dan laptop sementara tidak dikenakan tarif impor 145% untuk produk asal China.

    Ini memberi angin segar bagi perusahaan teknologi AS seperti Apple, yang sebagian besar produksinya berbasis di China, termasuk juga mendorong pergerakan aset kripto.

    Namun, keesokan harinya Trump menyatakan tarif tetap akan diberlakukan, meskipun kemungkinan lebih rendah dan bersifat “spesial.” Pengecualian ini bersifat sementara, karena pemerintah tengah menyiapkan kebijakan tarif baru yang lebih spesifik, terutama untuk industri semikonduktor.

    Financial Expert Ajaib, Panji Yudha menuturkan, pemulihan ini bukan hanya respons terhadap kebijakan tarif, tapi juga cermin dari daya tahan pasar kripto yang mulai terbentuk di tengah ketidakpastian global.

  • Apakah menguntungkan Investasi Emas Saat Ini?

    Apakah menguntungkan Investasi Emas Saat Ini?

    Serratalhadafc.com – Harga emas dunia kembali menembus rekor baru, melampaui USD 3.290 per troy ounce. Lonjakan ini dipicu oleh ketidakpastian global yang meningkat, terutama akibat perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve.

    Kondisi tersebut mendorong investor global mengalihkan portofolionya ke aset-aset safe haven seperti emas. Imbasnya, produsen dan pedagang emas diuntungkan, termasuk emiten tambang emas di Indonesia.

    “Produsen dan pedagang emas kemungkinan akan diuntungkan secara sentimen, sementara sektor lain cenderung kurang diminati,” ujar Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Wisnubroto dalam acara Media Day, Kamis (17/4/2025).

    Dalam pernyataan terpisah, Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana menyampaikan bahwa beberapa emiten seperti ANTM, BRMS, MDKA, PSAB, ARCI, dan HRTA diprediksi mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik pada kuartal II dan III 2025. Kenaikan harga jual rata-rata (ASP) emas diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pendapatan dan margin laba bersih.

    ANTM, sebagai bagian dari holding MIND ID, dinilai memiliki prospek kuat karena portofolio komoditasnya yang terdiversifikasi dan perannya sebagai produsen emas batangan terbesar nasional lewat unit Logam Mulia.

    BRMS juga berpotensi mencatat peningkatan laba signifikan berkat optimalisasi tambang di Poboya dan Palu, yang ditargetkan memproduksi lebih dari 15 ribu ons emas per kuartal sepanjang 2025.

    Adapun MDKA, meski masih berada dalam fase investasi untuk proyek Tujuh Bukit dan Pani, tetap menarik bagi investor spekulatif karena cadangan emasnya yang besar dan potensi valuasi jangka panjang yang menjanjikan.

    Emiten Dari Emas

    ARCI, yang beroperasi di Kalimantan Tengah dan memiliki struktur biaya produksi yang efisien, menunjukkan fundamental kuat dalam jangka pendek, terutama karena sensitivitasnya yang tinggi terhadap pergerakan harga emas. Sementara itu, PSAB, pemilik tambang besar di Martabe, berpotensi mengalami re-rating valuasi berkat eksposur langsungnya terhadap harga emas global serta kemungkinan konsolidasi struktur modal.

    HRTA, meskipun fokus pada industri manufaktur dan perhiasan emas, diperkirakan akan meraup keuntungan dari kenaikan nilai inventori dan stabilnya permintaan domestik di tengah tingkat konsumsi yang masih tinggi. Di sisi lain, UNTR melalui anak usahanya PT Sumbawa Juta Raya juga memiliki eksposur terhadap tambang emas, namun kontribusinya masih terbatas jika dibandingkan dengan bisnis alat berat dan batu bara.

    Hendra menilai bahwa kombinasi harga jual yang meningkat, volume produksi yang membaik, serta efisiensi biaya operasional akan memperkuat kinerja keuangan emiten-emiten emas sepanjang 2025. Bahkan, situasi ini dapat mendorong analis untuk merevisi naik proyeksi laba.

    Namun, ia juga mengingatkan adanya risiko yang harus diwaspadai. Ketergantungan terhadap harga emas global menjadikan emiten tambang sangat rentan terhadap volatilitas, terutama jika ketegangan geopolitik mereda atau terjadi perubahan arah dalam kebijakan suku bunga.

    Kontribusi Saham Emiten Emas

    Selain itu, Hendra menilai beberapa emiten seperti MDKA masih memiliki struktur utang tinggi dan arus kas operasional yang ketat, sehingga sensitivitas terhadap biaya pendanaan tetap tinggi.

    “Tekanan dari sisi capex, biaya eksplorasi, dan risiko lingkungan juga bisa menimbulkan tekanan tambahan, khususnya bagi perusahaan yang sedang dalam ekspansi,” kata dia.

    Dari sisi makro, kenaikan harga saham-saham emiten emas berkontribusi positif terhadap IHSG melalui sektor tambang dan bahan baku. Namun, efeknya cenderung terbatas secara agregat karena bobot emiten emas di indeks masih relatif kecil dibandingkan sektor perbankan dan konsumer.

    Meski demikian, dalam konteks rotasi sektoral, sektor emas berpotensi menjadi pelarian utama dana di tengah meningkatnya aversi risiko pasar. Oleh karena itu, saham-saham seperti ANTM (target 2.200), BRMS (412), PSAB (358), dan ARCI (330) direkomendasikan sebagai trading buy, sementara MDKA (1.875) bersifat spekulatif buy, dengan outlook jangka pendek hingga menengah yang masih positif seiring tren bullish emas global.

  • Strategi Tepat Hadapi Tarif Baru AS

    Strategi Tepat Hadapi Tarif Baru AS

    Serratalhadafc.com – Perubahan tarif baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat telah mengguncang pasar global, menciptakan ketidakpastian sekaligus membuka celah peluang strategis bagi investor.

    Menanggapi hal ini, Marc Franklin, Deputy Head of Multi-Asset Solutions untuk Asia sekaligus Senior Portfolio Manager di Manulife Investment Management, menekankan pentingnya memahami dinamika pasar yang terus berubah untuk dapat mengambil keputusan investasi secara cerdas dan fleksibel.

    Ia menilai bahwa lonjakan volatilitas pasar merupakan reaksi langsung atas kebijakan tarif tersebut, yang menjadi bagian dari upaya AS untuk merevitalisasi industrinya. Langkah ini berpotensi menggeser arah arus perdagangan dunia secara signifikan.

    “China mungkin akan terdorong untuk mengadopsi model ekonomi berbasis konsumsi domestik, dan pergeseran ini bisa menciptakan pihak-pihak yang diuntungkan maupun dirugikan,” ujar Franklin, Selasa (15/4/2025).

    Fokus Kepada Sektor Manufaktur

    Franklin menyarankan para investor untuk mulai menyesuaikan portofolio mereka dengan menitikberatkan pada sektor manufaktur dan jasa domestik di Amerika Serikat, yang berpotensi mendapat keuntungan dari strategi reindustrialisasi ini.

    Di sisi lain, sektor konsumen di China juga patut diperhatikan, terutama jika pemerintah setempat merespons kebijakan tarif tersebut dengan menggelontorkan stimulus untuk mendorong konsumsi dalam negeri.

    Saran Marc Franklin Bagi Investor Asean

    Marc Franklin menyoroti potensi tantangan yang dihadapi negara-negara ASEAN yang bergantung pada ekspor, seperti Vietnam dan Thailand, akibat tekanan terhadap model transshipment mereka. Sebaliknya, India dinilai lebih tahan terhadap guncangan eksternal karena ekonominya lebih bertumpu pada permintaan domestik.

    Ia menyarankan investor untuk mulai mempertimbangkan diversifikasi ke negara-negara dengan basis konsumsi domestik yang kuat. Hal ini dinilai dapat mengurangi risiko geopolitik dan meningkatkan ketahanan portofolio.

    Meski valuasi aset berisiko diperkirakan akan turun, Franklin menekankan bahwa koreksi tidak akan terjadi merata di semua kelas aset. “Saham teknologi dengan kapitalisasi besar di AS dan spread kredit menjadi yang pertama mengalami penyesuaian valuasi,” ujarnya.

    Karena itu, investor perlu bersikap fleksibel dan rutin memantau pergerakan spread kredit dan valuasi ekuitas untuk mengidentifikasi peluang yang muncul. Ia juga mencatat bahwa arah kebijakan yang cenderung domestik bisa memicu arus modal keluar dari pasar AS.

    Namun, Franklin menilai pelemahan valuasi justru dapat menjadi momen strategis. “Jika valuasi saham AS turun ke level rata-rata jangka panjang, ini bisa menjadi titik masuk yang menarik bagi investor lokal maupun global,” tutupnya.