Category: SAHAM

  • Investor Asing Serbu Pasar Jepang di Tengah Ketegangan Perdagangan AS

    Investor Asing Serbu Pasar Jepang di Tengah Ketegangan Perdagangan AS

    Serratalhadafc.com – Jepang mencatat rekor arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025, seiring dengan perpindahan investor dari Amerika Serikat akibat ketidakpastian kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir dari CNBC pada Sabtu (17/5/2025), investor global memborong saham dan surat utang jangka panjang Jepang senilai 8,21 triliun yen (sekitar USD 56,6 miliar atau Rp 932,54 triliun, dengan asumsi kurs Rp 16.476 per dolar AS). Ini merupakan arus masuk bersih terbesar dalam satu bulan kalender sejak Kementerian Keuangan Jepang mulai mencatat data pada 1996, menurut informasi dari Morningstar.

    “Kejutan tarif dari Trump kemungkinan telah mengubah pandangan investor internasional terhadap prospek ekonomi AS dan kinerja asetnya. Ini bisa mendorong diversifikasi portofolio ke pasar utama lain seperti Jepang,” ujar Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, Jepang.

    Sebagian besar dana masuk tercatat hanya dalam satu pekan pertama setelah 2 April, menurut data kementerian.

    Pengumuman tarif “timbal balik” dari Presiden Trump mendorong imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik tajam sebesar 30 basis poin antara 3 hingga 9 April. Sebaliknya, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang dengan tenor yang sama justru turun 21 basis poin pada periode 2–8 April.

    Di pasar saham global, pengumuman tarif memicu aksi jual. Namun, selama April, indeks Nikkei 225 Jepang mencatat kenaikan lebih dari 1%, sedangkan indeks S&P 500 AS melemah sedikit di bawah 1%.

    “Aset Jepang secara historis dipandang sebagai aset aman (safe haven). Ketika narasi ‘jual-AS’ mencuat di bulan April, minat terhadap aset Jepang meningkat,” ungkap Rashmi Garg, Manajer Portofolio Senior di Al Dhabi Capital.

    Kini, seiring pelonggaran sikap perdagangan AS dan kesepakatan baru, termasuk dengan China, kepercayaan terhadap aset-aset AS mulai pulih. Pertanyaannya, apakah daya tarik aset Jepang akan bertahan?

    Investor Institusi Dorong Rekor Arus Masuk Dana Asing ke Jepang

    Jepang mencatat rekor arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025, di tengah pergeseran strategi global investor yang mulai meninggalkan pasar Amerika Serikat akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

    Mengutip CNBC pada Sabtu (17/5/2025), investor asing membeli aset Jepang senilai 8,21 triliun yen (sekitar USD 56,6 miliar atau Rp 932,54 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.476 per dolar AS). Ini merupakan arus masuk bersih bulanan terbesar sejak Kementerian Keuangan Jepang mulai mencatat data pada 1996, menurut data Morningstar.

    Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, mengatakan bahwa arus masuk tersebut sebagian besar didorong oleh investor institusi, bukan ritel. “Dana pensiun dan manajer aset kemungkinan besar membeli saham secara agresif, sementara pembelian obligasi lebih banyak dilakukan oleh manajer cadangan, perusahaan asuransi jiwa, dan dana pensiun,” jelasnya.

    Sebagian besar arus masuk itu terjadi pada minggu pertama April, tepat setelah pengumuman tarif “timbal balik” Trump. Pada saat itu, imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun melonjak 30 basis poin (3–9 April), sedangkan imbal hasil obligasi Jepang dengan tenor yang sama justru turun 21 basis poin (2–8 April).

    Meski pasar saham global mengalami tekanan akibat ketidakpastian tersebut, indeks Nikkei 225 Jepang justru naik lebih dari 1% sepanjang April, berbanding terbalik dengan indeks S&P 500 AS yang mencatat penurunan hampir 1%.

    Kei Okamura, Managing Director di Neuberger Berman dan manajer portofolio ekuitas Jepang, menyebut April sebagai bulan yang luar biasa. “Dengan semua ketidakpastian makro global, tidak heran jika investor global mengubah cara mereka mengalokasikan aset, terutama terkait AS. Diversifikasi menjadi sangat penting,” ujarnya dalam wawancara via telepon dengan CNBC.

    Namun, Rashmi Garg dari Al Dhabi Capital memperkirakan bahwa kecepatan arus masuk ke Jepang akan melambat, seiring dengan kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara AS dan Tiongkok serta tercapainya kesepakatan bilateral, termasuk dengan Inggris yang menjadi negara pertama menandatangani perjanjian dengan AS minggu lalu.

    Meski begitu, prospek aset Jepang tetap positif di mata investor. Vasu Menon, Direktur Pelaksana Strategi Investasi di OCBC, menilai bahwa langkah-langkah kebijakan Trump yang tidak konvensional telah merusak kredibilitas aset AS. “Situasi ini dapat mendorong manajer dana global untuk mengurangi eksposur ke pasar AS dan beralih ke pasar lain seperti Jepang,” jelasnya.

    Ia menambahkan, selama ketidakpastian global masih berlangsung, permintaan terhadap aset Jepang kemungkinan tetap solid meskipun tidak setinggi bulan April. Optimisme juga meningkat karena adanya pembicaraan antara Jepang dan AS yang berpotensi memangkas tarif “timbal balik” sebesar 24% terhadap produk Jepang.

    Investor Asing Borong Aset Jepang, Dorongan dari Reformasi Tata Kelola dan Ketidakpastian AS

    Jepang mencatat arus masuk dana asing terbesar ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025. Investor global terlihat semakin menjauhi pasar Amerika Serikat, dipicu ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan mulai beralih ke pasar yang dianggap lebih stabil, termasuk Jepang.

    Mengutip CNBC (Sabtu, 17/5/2025), investor asing memborong saham dan obligasi jangka panjang Jepang senilai 8,21 triliun yen atau sekitar USD 56,6 miliar (sekitar Rp 932,54 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.476/USD). Ini merupakan arus masuk bersih bulanan tertinggi sejak data tersebut pertama kali dicatat oleh Kementerian Keuangan Jepang pada 1996, menurut Morningstar.

    Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, menyatakan bahwa arus besar ini sebagian besar didorong oleh investor institusi seperti dana pensiun dan manajer aset. Di sisi obligasi, pembeli utamanya adalah manajer cadangan devisa, perusahaan asuransi jiwa, dan dana pensiun.

    “Ini adalah bulan yang luar biasa, mengingat konteks makro global yang penuh tekanan,” ujar Kei Okamura, Managing Director di Neuberger Berman dan manajer portofolio ekuitas Jepang. Ia menambahkan bahwa investor global kini lebih berhati-hati dalam mengalokasikan asetnya ke AS dan mulai mempertimbangkan diversifikasi ke wilayah lain.

    Saham Jepang turut diuntungkan dari reformasi tata kelola perusahaan yang diinisiasi Bursa Efek Tokyo (TSE) sejak Maret 2023. Aturan tersebut mewajibkan perusahaan yang diperdagangkan di bawah nilai buku (P/B ratio <1) untuk “mematuhi atau menjelaskan” kebijakan mereka. Tujuannya adalah meningkatkan transparansi dan pengembalian kepada pemegang saham, serta menarik minat investor domestik dan asing.

    Menurut Asset Management One International, reformasi ini kemungkinan menjadi pendorong di balik rekor pembelian kembali saham di Jepang—yang pada gilirannya meningkatkan laba per saham dan menopang harga saham.

    Rashmi Garg dari Al Dhabi Capital memperkirakan bahwa arus masuk akan melambat seiring mencairnya ketegangan dagang antara AS dan China, serta kesepakatan bilateral lain seperti dengan Inggris. Namun, minat terhadap aset Jepang dinilai tetap tinggi.

    Dolar AS memang kembali menguat setelah tekanan di April, namun potensi koreksi lanjutan serta penguatan yen membuat saham Jepang semakin menarik di mata investor, terutama ketika ekonomi Jepang menunjukkan tanda-tanda pemulihan. “Tren ini tampaknya akan terus berlanjut. Jepang berpotensi terus mencatat arus masuk dana asing yang solid,” ujar Okamura.

    Sementara itu, Makdad dari Morningstar mencatat bahwa arus masuk bersih ke saham Jepang saat ini adalah yang tertinggi dalam satu dekade, didukung oleh tata kelola perusahaan yang makin solid. Meski demikian, ia tidak melihat potensi arus masuk besar ke obligasi jangka pendek seperti saat Bank of Japan menerapkan suku bunga negatif beberapa tahun lalu, karena peluang arbitrase sudah menurun.

    Vasu Menon dari OCBC menambahkan bahwa kebijakan Trump yang tak terduga telah merusak kepercayaan pasar terhadap aset AS, dan ini mendorong manajer dana untuk mengalihkan alokasi mereka. “Dalam konteks ini, permintaan terhadap aset Jepang kemungkinan tetap kuat meskipun tidak setinggi bulan April,” ujarnya. Ia juga mencatat bahwa pembicaraan tarif antara Jepang dan AS telah meningkatkan harapan akan pengurangan tarif timbal balik sebesar 24% terhadap produk Jepang.

  • Warren Buffett Pengaruhi CEO eToro untuk Kurangi Fokus pada Kripto

    Warren Buffett Pengaruhi CEO eToro untuk Kurangi Fokus pada Kripto

    Serratalhadafc.com – Warren Buffett kembali mencuri perhatian publik setelah memberikan nasihat yang cukup mengejutkan kepada CEO eToro, Yoni Assia. Dikenal sebagai “Oracle of Omaha”, Buffett memang telah lama menjadi panutan bagi banyak tokoh besar dunia bisnis, mulai dari Bill Gates hingga Bill Ackman.

    Mengutip laporan Yahoo Finance pada Jumat (16/5/2025), Buffett yang baru saja mundur dari posisi CEO Berkshire Hathaway setelah lebih dari 60 tahun memimpin, tetap menunjukkan pengaruh besarnya di dunia investasi. Salah satu buktinya adalah pernyataan Yoni Assia dalam wawancara dengan program Squawk Box CNBC pada 15 Mei 2025.

    Assia mengungkapkan bahwa saran dari Buffett membuatnya mulai mempertimbangkan ulang strategi eToro, khususnya terkait aset kripto.

    “Nasihatnya benar-benar membuat saya lebih fokus ke saham dan mulai mengurangi ketergantungan pada kripto,” ujar Assia.

    Pandangan Buffett terhadap aset digital seperti Bitcoin memang sudah lama dikenal tegas. Ia pernah menyebut Bitcoin sebagai “racun tikus dalam bentuk kuadrat” dan bahkan mengibaratkannya sebagai “token perjudian”. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Berkshire Hathaway selama ini menolak untuk terlibat dalam investasi aset kripto.

    Langkah Yoni Assia untuk mendengarkan nasihat Buffett bisa menjadi sinyal perubahan pendekatan strategis eToro di masa mendatang, terutama di tengah gejolak pasar kripto yang masih penuh ketidakpastian.

    CEO eToro: Masa Depan Bisnis Lebih Terjamin di Saham daripada Kripto

    CEO eToro, Yoni Assia, mengungkapkan refleksi mendalam terkait perjalanan perusahaannya di dunia kripto dan saham. Dalam pernyataannya, Assia menegaskan bahwa meski eToro merupakan pelopor perdagangan aset digital di Eropa, keberlanjutan bisnis justru lebih kuat di sektor saham.

    “eToro sudah terlibat di kripto sejak awal. Kami bahkan menjadi perusahaan pertama di Eropa yang mendapat regulasi resmi untuk memperdagangkan aset kripto,” jelas Assia.

    Namun, seiring berjalannya waktu dan pengalaman yang terus bertambah, ia menyadari bahwa masa depan perusahaan lebih stabil jika berfokus pada saham. Data tahun lalu menunjukkan bahwa 75% pendapatan eToro berasal dari saham, sementara hanya 25% dari kripto.

    Assia juga mengenang keputusan penting yang ia buat pada tahun 2011, saat membatalkan rencana go public. Ia mengakui bahwa langkah itu menjadi pelajaran berharga dalam perjalanan bisnisnya.

    “Saya belajar bahwa penting untuk memastikan perusahaan sudah menguntungkan sebelum masuk ke bursa,” ungkapnya.

    Meskipun begitu, Assia tetap yakin bahwa kripto tidak akan menghilang. Ia menegaskan:

    “Tidak seorang pun meragukan bahwa kripto akan tetap ada.”

    Pandangan ini menunjukkan posisi eToro yang kini lebih bijak dalam mengelola eksposur terhadap kripto, sambil tetap menjaga fondasi bisnisnya melalui perdagangan saham.

    Nubank Gandeng Circle dan Talos

    Meskipun Warren Buffett dikenal sebagai salah satu kritikus keras aset kripto, salah satu perusahaan yang didukungnya justru terus memperluas eksposur ke dunia aset digital. Nubank, bank digital raksasa asal Brasil yang didukung oleh Berkshire Hathaway dan Softbank Group Corp, kini bekerja sama dengan Circle dan Talos untuk meningkatkan adopsi kripto di Brasil.

    Dalam pengumuman terbarunya, Nubank Cripto—layanan kripto dari Nubank—menambahkan 11 opsi cryptocurrency baru sepanjang tahun 2023. Dengan penambahan ini, total aset digital yang tersedia di platform Nubank kini mencapai 15, tidak termasuk Nucoin, token utilitas yang digunakan dalam program loyalitas mereka.

    Kolaborasi strategis dengan Circle membawa USDC (USD Coin) ke dalam ekosistem Nubank. Jeremy Allaire, CEO dan salah satu pendiri Circle, menyebutkan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat Brasil terhadap dolar digital.

    “Melalui integrasi USDC di Nubank Cripto, pengguna dapat membeli dan menyimpan dolar digital dengan lebih mudah,” ungkap Allaire.

    Langkah ini menegaskan arah baru Nubank dalam menyediakan layanan finansial yang lebih inklusif dan terhubung dengan teknologi blockchain, meski berada di bawah naungan tokoh legendaris seperti Buffett yang selama ini skeptis terhadap kripto.

    Sebagai informasi, Nubank merupakan salah satu bank digital terbesar di Amerika Latin, dengan 80,4 juta pelanggan di Brasil, serta 1,51 juta nasabah tambahan di Meksiko dan Kolombia. Pada tahun lalu saja, Nubank mencatat pendapatan sebesar USD 1,69 miliar.

    Dengan pertumbuhan agresif dan kolaborasi bersama pemain besar di dunia kripto, Nubank menunjukkan bahwa inovasi finansial tetap bisa berjalan beriringan meski di tengah pandangan konservatif dari para pendukungnya.

  • Mantan CEO Celsius Network, Alex Mashinsky, Dijatuhi Hukuman 12 Tahun Penjara

    Mantan CEO Celsius Network, Alex Mashinsky, Dijatuhi Hukuman 12 Tahun Penjara

    Serratalhadafc.com – Pendiri sekaligus mantan CEO Celsius Network, Alex Mashinsky, resmi dijatuhi hukuman 12 tahun penjara setelah mengaku bersalah atas tuduhan penipuan sekuritas dan komoditas pada Desember tahun lalu. Putusan dijatuhkan oleh Hakim Distrik AS, John Koeltl, di pengadilan Manhattan pada Kamis lalu.

    Dikutip dari Yahoo Finance (Jumat, 9 Mei 2025), hukuman ini menjadi salah satu yang terberat dalam kasus kriminal terkait runtuhnya pasar kripto pada 2022. Sebagai perbandingan, Sam Bankman-Fried—mantan CEO FTX—menerima hukuman 25 tahun penjara atas kasus penipuan serupa, meskipun saat ini tengah mengajukan banding.

    Dalam dakwaan, jaksa federal menuduh Mashinsky telah menyesatkan nasabah mengenai tingkat keamanan investasi di platform Celsius. Ia juga dituduh secara artifisial menaikkan harga token CEL, token kripto milik perusahaan, guna memperkaya diri sendiri.

    Mashinsky, yang kini berusia 59 tahun, disebut memperoleh keuntungan pribadi sebesar lebih dari USD 48 juta atau sekitar Rp794 miliar (asumsi kurs Rp16.551 per USD). Jaksa awalnya menuntut hukuman minimal 20 tahun penjara, menilai bahwa kerugian besar yang dialami ribuan korban pantas mendapat ganjaran yang setimpal.

    “Tokenisasi dan penggunaan aset digital adalah inovasi yang kuat, namun bukanlah pembenaran untuk melakukan penipuan,” tegas Jaksa AS, Jay Clayton, dalam pernyataan resminya

    Mashinsky Ajukan Permohonan Hukuman Ringan

    Sebelum putusan dijatuhkan, Alex Mashinsky sempat memohon agar dijatuhi hukuman ringan—hanya satu tahun dan satu hari penjara. Ia menyampaikan penyesalan mendalam serta keinginannya untuk memperbaiki keadaan bagi keluarganya dan para mantan nasabah Celsius Network.

    Namun, pengadilan menolak permohonan tersebut dan tetap menjatuhkan hukuman 12 tahun penjara, ditambah tiga tahun pembebasan bersyarat. Mashinsky juga dikenai penyitaan aset senilai USD 48,4 juta. Hingga kini, tim pengacaranya belum memberikan pernyataan resmi atas vonis tersebut.

    Keruntuhan Celsius Network

    Celsius Network, yang didirikan oleh Mashinsky pada 2017 dan berbasis di Hoboken, New Jersey, pernah dikenal sebagai salah satu platform pinjaman kripto terbesar. Perusahaan ini menarik banyak pengguna dengan tawaran bunga tinggi—bahkan hingga 17%—untuk aset digital yang disimpan di platform mereka.

    Model bisnis Celsius didasarkan pada meminjamkan aset dari nasabah ritel ke investor institusional, dengan harapan memperoleh keuntungan dari selisih suku bunga. Namun, strategi tersebut akhirnya runtuh ketika pasar kripto anjlok pada 2022, menyebabkan Celsius kehilangan likuiditas dan mengajukan kebangkrutan.

    Kejatuhan Celsius dan Dampaknya

    Ketika pasar kripto mulai merosot tajam pada pertengahan 2022, ribuan nasabah Celsius Network secara serentak menarik dananya. Akibatnya, perusahaan mengalami krisis likuiditas parah dan mencatatkan defisit sebesar USD 1,19 miliar. Situasi ini memaksa Celsius mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di Amerika Serikat pada Juli 2022.

    Alex Mashinsky, pendiri Celsius, memiliki latar belakang internasional. Ia lahir di Ukraina, sempat tinggal di Israel, dan kemudian menetap di New York setelah pertama kali mengunjungi kota tersebut pada tahun 1988.

    Masih Hadapi Gugatan Perdata

    Selain hukuman pidana 12 tahun penjara, Mashinsky juga masih harus menghadapi serangkaian gugatan perdata dari beberapa lembaga regulator utama, termasuk:

    • Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC)
    • Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC)
    • Komisi Perdagangan Federal (FTC)
    • Kantor Jaksa Agung Negara Bagian New York, Letitia James

    Gugatan-gugatan tersebut mencerminkan kompleksitas dan besarnya dampak dari kasus Celsius terhadap ekosistem kripto dan kepercayaan investor.

  • Emas dalam Sejarah, Al-Qur’an, dan Investasi Modern

    Emas dalam Sejarah, Al-Qur’an, dan Investasi Modern

    Serratalhadafc.com – Tahun 2025 menjadi saksi lonjakan harga emas yang mencolok, bahkan melampaui prediksi para analis. Meski sempat mengalami fluktuasi, tren kenaikan harga emas terus bertahan. Hal ini mendorong emas kembali jadi perbincangan hangat, bukan hanya sebagai aset investasi, tapi juga sebagai simbol nilai yang telah melekat sejak ribuan tahun lalu.

    Sejak zaman kuno, emas telah menjadi harta yang diburu. Ia bukan sekadar perhiasan, tapi juga digunakan sebagai alat tukar, perlengkapan adat, dan lambang status sosial. Dalam tradisi Islam, emas dikenal sebagai alat tukar sekaligus bentuk tabungan yang memiliki nilai tetap karena statusnya sebagai logam mulia.

    Emas pun disebut dalam Al-Qur’an, seperti dalam Surah Al-Kahfi ayat 31. Ayat ini menggambarkan penghuni surga yang diberi gelang emas sebagai bentuk kemuliaan:

    “…Mereka diberi hiasan gelang emas dan memakai pakaian hijau dari sutra halus dan tebal, duduk bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah.” (QS Al-Kahfi: 31)

    Dalam Surah Az-Zukhruf ayat 53, emas kembali disebut sebagai lambang kekayaan duniawi. Ini menunjukkan bahwa sejak dahulu, emas telah dimaknai sebagai simbol kemewahan dan penghargaan.

    Kini, seiring tren kenaikan harga, emas makin populer sebagai instrumen investasi, baik jangka pendek maupun panjang. Namun, bagi umat Islam, penting untuk tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga memastikan bahwa investasi emas dilakukan dengan cara yang halal dan tidak melanggar syariat.

    Seperti yang dijelaskan oleh Heni Verawati, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung, dalam wawancara di laman NU Lampung, investasi emas yang sesuai syariat harus memenuhi prinsip keadilan, kejelasan akad, dan menghindari unsur riba.

    Investasi Emas dalam Perspektif Syariah

    Emas telah lama dianggap sebagai aset yang stabil dan bernilai, dan dalam ekonomi Islam, ia memenuhi kriteria sebagai aset syariah. Namun, praktik investasi emas tetap harus memperhatikan ketentuan hukum Islam agar terhindar dari unsur riba dan ketidakadilan.

    1. Larangan Riba dalam Transaksi Emas

    Dalam Islam, emas termasuk dalam kategori barang ribawi. Transaksi terhadapnya harus dilakukan secara tunai dan nilainya setara. Hal ini berdasarkan hadis dari Abu Said Al-Khudri, di mana Rasulullah SAW bersabda:

    “Janganlah kalian menjual emas dengan emas kecuali sama nilainya, dan jangan melebihkan sebagian atas sebagian lainnya. Jangan menjual yang hadir dengan yang ghaib.” (HR Muslim)

    Artinya, jual beli emas secara kredit atau dengan perbedaan timbangan/nilai tidak dibenarkan. Emas harus diperdagangkan secara langsung, tunai, dan adil.

    2. Keamanan dan Keberlanjutan sebagai Aset Syariah

    Salah satu alasan mengapa emas dianggap sebagai investasi syariah adalah stabilitas dan risikonya yang relatif rendah. Emas juga tahan terhadap inflasi dan gejolak ekonomi. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan keamanan harta dan menolak spekulasi berlebihan (gharar).

    3. Kewajiban Zakat atas Emas

    Islam mewajibkan zakat atas emas jika telah mencapai nisab dan disimpan selama satu tahun. Nisab emas adalah 85 gram, dan zakat yang wajib dikeluarkan sebesar 2,5%.

    Hal ini ditegaskan dalam Surah At-Taubah ayat 34:

    “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka siksa yang pedih.” (QS At-Taubah: 34)

    Ini menunjukkan bahwa emas bukan hanya aset untuk keuntungan pribadi, tapi juga harus dimanfaatkan untuk kepentingan sosial.

    Catatan Tambahan:

    • Perhiasan emas yang dipakai wanita tidak wajib dizakati selama tidak berlebihan.
    • Emas atau perak yang dipakai laki-laki (kecuali cincin perak) atau dijadikan wadah wajib dizakati jika mencapai nisab.
    • Zakat juga berlaku pada emas batangan, logam, bejana, ukiran, atau bentuk emas lainnya yang dimiliki sebagai simpanan.

    4. Praktik Investasi Emas Syariah

    Investasi emas dalam Islam dapat dilakukan melalui beberapa cara yang sesuai syariah:

    • Emas fisik: berupa koin, perhiasan, atau batangan.
    • Tabungan emas: disimpan dalam lembaga keuangan syariah yang menjamin transaksi fisik dan kepemilikan jelas.
    • Emas digital: diperbolehkan selama akad, kepemilikan, dan pembayarannya dilakukan sesuai prinsip syariah (tanpa riba dan gharar).

    Kesimpulan:
    Investasi emas dalam Islam bukan sekadar mencari keuntungan, tapi juga menjaga nilai, keadilan, dan tanggung jawab sosial. Dengan memahami syarat-syarat syariah dalam jual beli dan zakat emas, umat Islam bisa berinvestasi secara aman dan sesuai ajaran agama.

    Panduan Praktik Investasi Emas Sesuai Syariah

    Investasi emas telah menjadi pilihan banyak orang karena sifatnya yang stabil dan tahan terhadap inflasi. Dalam perspektif Islam, emas juga termasuk aset yang diakui syariah, asalkan praktik investasinya mengikuti prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Berikut beberapa bentuk investasi emas yang sesuai dengan ketentuan syariah:

    1. Pembelian Emas Fisik

    Investasi emas secara tradisional dilakukan dengan membeli emas fisik, seperti koin atau perhiasan. Dalam Islam, transaksi emas harus dilakukan secara tunai dan langsung untuk menghindari riba. Emas fisik bisa disimpan sebagai aset jangka panjang dan menjadi cadangan kekayaan saat kondisi ekonomi tidak stabil.

    2. Tabungan Emas Syariah

    Saat ini, banyak lembaga keuangan syariah yang menawarkan produk tabungan emas. Nasabah menabung dalam bentuk uang yang kemudian dikonversikan menjadi gram emas. Prinsip utamanya tetap sama: transaksi harus nyata dan bebas riba. Tabungan emas syariah menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin memiliki emas secara bertahap dengan cara yang lebih terjangkau.

    3. Emas Digital

    Emas digital adalah bentuk investasi emas yang ditransaksikan secara elektronik. Dalam ekonomi Islam, emas digital diperbolehkan asalkan emas yang ditransaksikan benar-benar ada secara fisik, tersimpan dengan aman, dan setiap transaksi dilakukan tunai serta sesuai nilai tukar yang berlaku. Transparansi dan kejelasan kepemilikan menjadi kunci sahnya transaksi ini dalam pandangan syariah.

    Emas: Aset Bernilai, Amanah Bermakna

    Dalam Islam, emas tidak hanya dilihat sebagai simbol kekayaan, tetapi juga memiliki nilai spiritual dan sosial. Sebagai aset syariah, emas dianggap aman dan stabil, sekaligus menjadi sarana untuk menjaga kekayaan, menghindari riba, dan menunaikan kewajiban zakat.

    Islam mengajarkan bahwa setiap harta, termasuk emas, adalah amanah yang harus dimanfaatkan secara bijak. Dengan memahami prinsip-prinsip syariah, umat Islam dapat menjadikan emas sebagai investasi yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga mendatangkan keberkahan.

  • Waspada Dividend Trap, Ini Tips Menghindarinya

    Waspada Dividend Trap, Ini Tips Menghindarinya

    Serratalhadafc.com – Dividen menjadi daya tarik utama bagi banyak investor saham, terutama bagi mereka yang mengejar pendapatan pasif atau keuntungan jangka pendek. Namun, dividen tinggi tidak selalu berarti peluang bagus. Ada risiko yang dikenal sebagai dividend trap atau jebakan dividen.

    Dividend trap terjadi ketika perusahaan menawarkan dividen tinggi untuk menarik investor, padahal kondisi keuangan mereka sebenarnya tidak sehat. Biasanya, setelah pengumuman dividen, harga saham turun signifikan hingga cum date, membuat investor terjebak dan mengalami kerugian.

    Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengingatkan bahwa investor tidak boleh terpaku hanya pada angka yield yang tinggi. Ia menekankan pentingnya memperhatikan fundamental perusahaan sebelum mengambil keputusan.

    “Kalau dividend yield tinggi tapi fundamentalnya buruk, lebih baik tidak mengambil dividennya. Cukup manfaatkan pergerakan harga sahamnya,” ujar Nico, dikutip Senin (28/4/2025).

    Ia juga menyarankan investor untuk menyesuaikan strategi dengan tujuan masing-masing, apakah ingin menikmati dividen atau hanya mengejar capital gain. “Ini penting karena biasanya harga saham akan turun setelah terjadi dividend trap,” tambahnya.

    Dengan pemahaman yang tepat, investor bisa lebih bijak dalam memilih saham dan menghindari jebakan dividen.

    Fokus pada Fundamental Perusahaan

    Pengamat pasar modal sekaligus founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, menegaskan pentingnya memilih perusahaan dengan fundamental kuat dan prospek jangka panjang yang cerah. Menurutnya, fokus pada dividen jangka pendek saja tidak cukup untuk membangun strategi investasi yang aman.

    “Jangan hanya beli saham menjelang cum date demi mengejar dividen sesaat. Pilih perusahaan yang fundamentalnya solid dan prospek bisnisnya menjanjikan, agar kenaikan harga jangka panjang bisa menutupi penurunan setelah ex date,” ujar Wahyu.

    Ia menekankan bahwa investor harus berpikir jauh ke depan. Memilih saham hanya karena dividen tanpa mempertimbangkan kemampuan perusahaan bertahan dan berkembang bisa membawa risiko. Setelah cum date, harga saham umumnya turun, dan jika prospek perusahaan buruk, kerugian bisa lebih besar daripada dividen yang didapat.

    Dengan memperhatikan kekuatan fundamental dan prospek pertumbuhan, investor dapat menghindari jebakan dividen dan membangun portofolio yang lebih stabil dan menguntungkan.

    Dividen Tinggi Bisa Jadi Sinyal Bahaya, Ini Penjelasannya

    Dividen dengan yield tinggi memang menggoda, tapi investor harus waspada. Yield yang sangat tinggi bisa jadi tanda ada masalah di perusahaan.

    Dalam banyak kasus, yield tinggi muncul karena harga saham sudah jatuh tajam, sehingga persentase dividen tampak besar. “Jangan mudah tergiur yield tinggi sesaat. Itu bisa jadi sinyal ada masalah di perusahaan atau harga saham yang sedang anjlok,” kata Wahyu Laksono, founder Traderindo.com.

    Investor disarankan untuk tidak hanya terpaku pada angka yield, tapi juga menilai kondisi perusahaan secara menyeluruh sebelum mengambil keputusan.

  • Nilai Pi Network Anjlok 80 Persen, Pendiri Tetap Miliarder Kripto

    Nilai Pi Network Anjlok 80 Persen, Pendiri Tetap Miliarder Kripto

    Serratalhadafc.com – Mata uang kripto Pi Network mengalami penurunan tajam, dengan nilai pasar anjlok hampir 80 persen sejak Februari 2025. Penurunan ini membuat Pi tertinggal dari reli kripto lainnya, yang justru mendorong harga Bitcoin melampaui USD 93.000 dan meningkatkan total kapitalisasi pasar aset digital mendekati USD 3 triliun.

    Akibat penurunan ini, kapitalisasi pasar Pi menyusut drastis dari USD 19 miliar menjadi hanya USD 4,62 miliar, sementara valuasi penuh (FDV) merosot dari lebih dari USD 300 miliar menjadi USD 66 miliar.

    Meski harga anjlok, para pendiri Pi Network, Nicolas Kokkalis dan Chengdiao Fan, tetap berhasil menjadi miliarder kripto. Menurut laporan crypto.news, dari total pasokan maksimum 100 miliar token, sekitar 65 miliar token dialokasikan untuk komunitas pengguna global yang dikenal sebagai “pioneers”. Sementara itu, tim pengembang inti, termasuk Kokkalis dan Fan, menguasai sekitar 20 miliar token, yang berdasarkan FDV saat ini bernilai sekitar USD 13,2 miliar. Jika dibagi rata, masing-masing pendiri memiliki kekayaan kertas lebih dari USD 6,6 miliar.

    Selain itu, Pi Network Foundation juga memegang 10 miliar token, dengan nilai lebih dari USD 6,6 miliar, walaupun struktur kepemilikan dan kontrol dana yayasan ini belum sepenuhnya transparan. Ada spekulasi bahwa para pendiri tetap memiliki pengaruh atas cadangan token tersebut.

    Pi Network sendiri dijalankan oleh perusahaan induk bernama SocialChain, yang menurut PitchBook, memiliki sekitar 40 karyawan. Meskipun detail distribusi kepemilikan di antara anggota tim inti tidak diketahui, estimasi konservatif tetap menunjukkan bahwa kepemilikan pendiri sudah cukup untuk mengukuhkan status mereka sebagai miliarder.

    Namun, sebagian besar token milik tim inti masih dalam kondisi terkunci. Menurut data dari penjelajah blockchain PiScan, token-token ini baru akan dilepas secara bertahap hingga Mei 2028, dengan pelepasan rata-rata 131,2 juta token per bulan, yang saat ini bernilai sekitar USD 87 juta.

    Harga Pi Network Masih Tertekan, Belum Tunjukkan Pemulihan

    Harga Pi Network (PI) saat ini tercatat sebesar USD 0,652573 per PI atau sekitar Rp 10.966,20 per PI (berdasarkan kurs 16 April 2025). Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 76,3 triliun, dengan volume perdagangan harian sebesar Rp 1,04 triliun. Dalam 24 jam terakhir, harga Pi mengalami penurunan tipis sebesar 0,18% dengan suplai beredar sekitar 6,96 miliar koin PI.

    Meski pasar kripto tengah bergairah dengan lonjakan harga Bitcoin dan altcoin lainnya, Pi Coin justru belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Menurut laporan dari Coingape, volume transaksi harian Pi kini bahkan turun di bawah USD 100 juta.

    Salah satu faktor utama stagnasi harga Pi Coin adalah belum tercatatnya aset ini di bursa-bursa kripto besar seperti Binance, Coinbase, dan Upbit.

    Melansir Tokonews, saat ini Pi Coin hanya tersedia di beberapa platform seperti Gate, Bitget, OKX, LBank, dan MEXC. Meskipun cukup populer, bursa-bursa tersebut belum mampu memberikan tingkat eksposur global sebesar bursa Tier-1. Kehadiran Pi Coin di platform besar seperti Binance dinilai dapat membuka akses ke lebih dari 200 juta pengguna di seluruh dunia, yang berpotensi mendongkrak harganya.

    Harapan Listing di Bursa Besar Jadi Kunci Masa Depan Pi Network

    Bahkan sebelum peluncuran mainnet, komunitas Binance sudah menunjukkan antusiasme besar terhadap potensi pencatatan Pi Network. Fenomena ini bukan tanpa alasan, mengingat banyak aset kripto yang mengalami lonjakan harga signifikan setelah listing di Binance — salah satu contohnya adalah DeepBook, yang harganya melejit setelah masuk ke Binance Futures.

    Selain Binance, Upbit juga dianggap sebagai bursa kripto penting. Berbasis di Korea Selatan, Upbit dikenal mampu mendorong lonjakan harga aset secara cepat. Contohnya, harga Orca sempat melonjak 170% hanya sehari setelah terdaftar di platform ini. Bursa besar lainnya adalah Coinbase, yang dinilai bisa membuka akses Pi Network ke pasar Amerika Serikat secara luas.

    Namun, tanpa dukungan pencatatan di bursa-bursa utama tersebut, harga Pi diperkirakan akan tetap terbatas dalam jangka pendek.

    Masalah tambahan yang membayangi harga Pi adalah rencana distribusi besar-besaran token ke pasar. Diperkirakan dalam 12 bulan ke depan, sekitar 1,6 miliar token Pi senilai lebih dari USD 1 miliar akan dilepas. Jika permintaan pasar tidak tumbuh seimbang, lonjakan suplai ini berpotensi memberikan tekanan tambahan pada harga Pi.

    Harga Pi Network Turun, Kekhawatiran Pengguna Meningkat

    Melansir Times Now Digital, Sabtu (26/4/2025), penurunan harga Pi Network memicu kekhawatiran di kalangan pengguna, terutama mereka yang masih menantikan peluncuran penuh mainnet. Peluncuran ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas serta memperkuat desentralisasi jaringan.

    Dalam wawancara sebelumnya, para pendiri Pi Network telah menyampaikan rencana pengembangan berbasis utilitas dan aplikasi terdesentralisasi. Namun, hingga kini, realisasi dari rencana tersebut belum terlihat jelas, sehingga belum mampu mengembalikan kepercayaan investor.

    Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca. Lakukan riset dan analisis mendalam sebelum membeli atau menjual aset kripto. Serratalhadafc.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan maupun kerugian dari keputusan investasi Anda.

  • Kini Tether Kuasai Saham Juventus Lebih Dari 10%

    Kini Tether Kuasai Saham Juventus Lebih Dari 10%

    Serratalhadafc.com – Unit investasi dari penerbit stablecoin Tether, yakni Tether Investments, baru saja memperbesar kepemilikannya di klub sepak bola legendaris Italia, Juventus. Berdasarkan laporan Cointelegraph pada Jumat (25/4/2025), Tether kini memegang lebih dari 10,12% saham yang diterbitkan oleh Juventus, dengan kepemilikan itu mencerminkan 6,18% dari total hak suara di klub.

    Langkah ini merupakan kelanjutan dari investasi awal Tether yang sebelumnya telah mengakuisisi 8,2% saham Juventus. CEO Tether, Paolo Ardoino, menegaskan bahwa keputusan tersebut bukan semata strategi finansial jangka pendek, melainkan bentuk komitmen jangka panjang untuk kolaborasi dan inovasi.

    “Juventus punya potensi besar, bukan hanya di lapangan, tetapi juga dalam memanfaatkan teknologi untuk memperkuat interaksi dengan fans, meningkatkan pengalaman digital, serta memperkuat ketahanan keuangannya. Kami antusias melihat peluang ke depan,” ujar Ardoino.

    Tether juga menyatakan kesiapannya untuk mendukung Juventus secara finansial di masa depan, termasuk kemungkinan terlibat dalam suntikan ekuitas tambahan guna memperkuat struktur keuangan klub dan mencegah terjadinya dilusi saham.

    Analis dan pendiri Obchakevich Research, Alex Obchakevich, melihat langkah ini sebagai sinyal positif, tidak hanya kepada pelaku industri kripto, tetapi juga kepada pasar yang lebih luas. Menurutnya, aksi ini menunjukkan bahwa Tether ingin memperkuat reputasi sebagai entitas yang stabil dan transparan—terutama di hadapan regulator Uni Eropa.

    “Ini juga merupakan strategi untuk memperbaiki citra Tether, khususnya di Eropa, setelah sebelumnya kehilangan akses pasar karena tantangan kepatuhan terhadap regulasi MiCA,” ujarnya.

    Sebagai informasi, Juventus adalah klub sepak bola profesional yang berbasis di Turin, Italia. Didirikan pada tahun 1897, Juventus—yang dikenal dengan julukan Juve—merupakan salah satu klub paling sukses di Italia dan Eropa, serta berkompetisi di kasta tertinggi Liga Italia, Serie A.

    Tether Lanjutkan Ekspansi Lewat Serangkaian Investasi Strategis

    Tether kembali menunjukkan keseriusannya dalam memperluas pengaruh di dunia aset digital dengan melakukan sejumlah akuisisi dan investasi besar dalam beberapa waktu terakhir.

    Salah satu langkah terbarunya adalah memperkuat posisinya di sektor penambangan Bitcoin. Penerbit stablecoin USDT ini mengumumkan rencana untuk menyebarkan hashrate Bitcoin—baik yang sudah ada maupun yang akan datang—ke dalam pool penambangan milik Ocean. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan desentralisasi jaringan Bitcoin secara keseluruhan.

    Tak berhenti di situ, pada kuartal pertama tahun 2025, Tether juga menambah kepemilikannya dengan membeli 8.888 Bitcoin. Berdasarkan data dari platform analitik on-chain Arkham Intelligence, Tether kini memegang sebanyak 95.721 BTC yang nilainya mencapai sekitar USD 8,89 miliar.

    Di luar sektor kripto, Tether turut merambah dunia media. Pada akhir Maret 2025, mereka mengucurkan dana sebesar USD 11,4 juta ke perusahaan media asal Italia, Be Water. Sebelumnya, pada akhir 2024, Tether juga berinvestasi sebesar USD 775 juta di Rumble, platform video asal Kanada yang dikenal sebagai alternatif YouTube.

    Investasi tersebut mulai menunjukkan hasil. Rumble baru-baru ini meluncurkan dompet digital yang mendukung stablecoin USDT, yang merupakan produk andalan dari Tether.

    Langkah-langkah ini menegaskan bahwa Tether tidak hanya berperan sebagai penerbit stablecoin, tetapi juga sebagai pemain kunci dalam membentuk ekosistem keuangan dan teknologi global yang terdesentralisasi.

    Bukan Sekadar Respons terhadap Dolar Melemah

    Belanja besar-besaran yang dilakukan Tether belakangan ini diyakini didorong oleh keinginan perusahaan untuk melindungi nilai asetnya dari kemungkinan melemahnya dolar Amerika Serikat (AS). Namun, sejumlah pengamat menilai alasan tersebut hanyalah bagian dari strategi yang lebih besar.

    Menurut analis Obchakevich, keputusan Tether tidak bisa dilihat semata sebagai respons spontan terhadap dinamika pasar. “Perusahaan seperti Tether berpikir dalam skala panjang. Penurunan nilai dolar yang bersifat sementara karena kebijakan tarif tidak cukup menjadi alasan untuk menggelontorkan dana dalam jumlah besar secara tiba-tiba,” ujarnya.

    Ia juga menyinggung kesepakatan Tether dengan klub sepak bola Juventus, yang dinilai bukan keputusan yang diambil secara reaktif. “Kesepakatan itu jelas telah direncanakan jauh sebelum kondisi pasar dan penurunan dolar terjadi. Ini adalah bagian dari strategi jangka panjang,” tegas Obchakevich.

    Pernyataan tersebut menegaskan bahwa investasi Tether mencerminkan visi yang lebih luas dalam memperluas pengaruh dan diversifikasi aset, bukan sekadar langkah defensif terhadap kondisi ekonomi sesaat.

  • Bursa Saham Asia dan Wall Street Menguat di April 2025

    Bursa Saham Asia dan Wall Street Menguat di April 2025

    Serratalhadafc.com – Bursa saham Asia mencatatkan pergerakan beragam pada perdagangan terbaru, dengan sebagian besar indeks menunjukkan penguatan. Indeks Nikkei 225 di Jepang melonjak lebih dari 1%, memperpanjang reli yang terjadi di hari sebelumnya. Indeks Topix juga ikut naik, mencatatkan kenaikan sebesar 0,81%.

    Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi bergerak datar, sedangkan indeks Kosdaq berhasil naik tipis sebesar 0,34%. Di pasar Australia, indeks ASX 200 menguat sebesar 0,27%. Di Hong Kong, indeks Hang Seng berjangka tercatat di level 22.069, sedikit melemah dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di 22.072,62.

    Namun, di tengah sentimen positif tersebut, Korea Selatan justru melaporkan pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan. Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,1% pada kuartal pertama tahun 2025, berdasarkan data awal yang dirilis Kamis pekan ini. Angka ini meleset dari ekspektasi kenaikan 0,1% yang diprediksi dalam jajak pendapat oleh Reuters.

    Baca Juga : Investasi Bitcoin Bisa Jadi Solusi Menghadapi Gejolak Ekonomi

    Dari Amerika Serikat, kontrak berjangka menunjukkan pergerakan campuran setelah indeks utama Wall Street membukukan kenaikan selama dua hari berturut-turut. Kontrak berjangka S&P 500 naik 0,1%, demikian pula kontrak berjangka Nasdaq 100. Sementara itu, kontrak berjangka Dow Jones Industrial Average justru turun 45 poin, atau sekitar 0,1%.

    Di Wall Street sendiri, ketiga indeks utama ditutup di zona hijau di tengah harapan bahwa ketegangan dagang antara AS dan China akan segera mereda. Presiden AS saat itu, Donald Trump, juga menenangkan pasar dengan pernyataannya bahwa ia tidak memiliki rencana untuk mengganti Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

    Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 419,59 poin atau 1,07% ke level 39.606,57. Indeks S&P 500 naik 1,67% dan berakhir di level 5.375,86. Sementara itu, Nasdaq Composite mencatat lonjakan terbesar dengan kenaikan 2,50%, ditutup pada 16.708,05. Ketiga indeks tersebut mencatatkan kenaikan beruntun, mencerminkan sentimen positif yang tengah berkembang di pasar global.

    Bursa Asia Menguat Seiring Meredanya Ketegangan Perang Dagang AS-China

    Pada Rabu, 23 April 2025, bursa saham Asia Pasifik mengalami lonjakan signifikan, mengikuti jejak penguatan yang terjadi di Wall Street. Sentimen positif ini muncul seiring meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

    Optimisme pasar menguat setelah pernyataan dari Presiden AS, Donald Trump, yang menyebutkan bahwa tarif akhir terhadap barang-barang China tidak akan mencapai angka ekstrem hingga 145%. Meski demikian, Trump menegaskan bahwa tarif juga tidak akan ditiadakan sepenuhnya. Sikap ini memberi sinyal kemungkinan pendekatan kompromi dalam kebijakan dagang AS-China.

    Selain itu, Trump juga mengklarifikasi bahwa ia tidak berencana untuk mengganti Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell, yang selama ini menjadi perhatian pelaku pasar. Kepastian ini turut membantu meredakan kekhawatiran investor.

    Di kawasan Asia, indeks saham utama menunjukkan tren positif. Hong Kong mencatatkan penguatan tertinggi dengan Indeks Hang Seng melonjak 2,37% ke level 22.072,62. Sementara itu, indeks Hang Seng Teknologi mencatat kenaikan lebih besar lagi, sebesar 3,07% menjadi 5.049,40. Di sisi lain, indeks CSI 300 di China bergerak relatif stabil di angka 3.786,88.

    Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 1,89% ke level 34.868,63, disusul indeks Topix yang naik 2,06% menjadi 2.584,32. Korea Selatan pun menunjukkan tren serupa, dengan indeks Kospi bertambah 1,57% ke posisi 2.525,56 dan Kosdaq meningkat 1,39% menjadi 726,08.

    Sementara itu, indeks Nifty 50 di India naik 0,52%, dan pasar Australia juga mencatatkan kenaikan dengan ASX 200 bertambah 1,33% ke level 7.920,50.

    Kenaikan di berbagai bursa Asia ini mencerminkan keyakinan investor terhadap stabilitas pasar keuangan regional, di tengah tanda-tanda membaiknya hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

    IHSG Tembus 6.600, Mayoritas Sektor Saham Menguat

    Pada perdagangan Rabu, 23 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level 6.600, ditutup menguat signifikan di tengah sentimen positif dari mayoritas sektor saham. Penguatan ini terjadi seiring keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%.

    Berdasarkan data dari RTI, IHSG ditutup naik 1,47% ke posisi 6.634,37. Indeks LQ45 juga turut menguat sebesar 1,98% ke level 744,78. Seluruh indeks saham acuan tercatat menghijau pada perdagangan hari itu. IHSG sempat menyentuh level tertingginya di 6.642,91 dan sempat menyentuh titik terendah di 6.588,25.

    Dari sisi kinerja emiten, terdapat 412 saham yang mengalami kenaikan harga, sementara 193 saham melemah dan 201 saham lainnya stagnan. Total frekuensi perdagangan tercatat mencapai 1.286.794 kali, dengan volume transaksi sebesar 21,9 miliar saham dan nilai transaksi harian mencapai Rp 13,7 triliun. Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berada di kisaran Rp 16.860.

    Sektor saham properti menjadi motor utama penguatan IHSG dengan lonjakan sebesar 2,45%. Sektor kesehatan juga mencatat kinerja positif dengan kenaikan 2,22%, disusul sektor keuangan yang naik 1,71% dan sektor consumer siklikal yang meningkat 1,7%.

    Penguatan juga terlihat di sektor industri yang naik 1,27%, sektor consumer nonsiklikal naik 1,61%, sektor energi bertambah 0,52%, infrastruktur naik 0,78%, dan sektor transportasi menguat 0,53%.

    Namun, tidak semua sektor bergerak positif. Sektor basic materials mengalami koreksi sebesar 1,56%, sedangkan sektor teknologi melemah tipis sebesar 0,03%.

    Kinerja positif IHSG mencerminkan optimisme investor terhadap kondisi pasar, terutama setelah kepastian suku bunga dari Bank Indonesia serta sentimen global yang turut memengaruhi arah pergerakan pasar domestik.

  • Mengenali Tanda Konvergensi Aset Safe Haven Emas dan Bitcoin

    Mengenali Tanda Konvergensi Aset Safe Haven Emas dan Bitcoin

    Serratalhadafc.com – Fenomena langka terjadi di pasar keuangan: harga emas dan Bitcoin (BTC) sama-sama melonjak. Kenaikan ini mencerminkan konvergensi narasi “safe haven” di tengah melemahnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.

    Dilansir dari CoinMarketCap pada Selasa (22/4/2025), analisis dari The Kobeissi Letter menyebut harga emas telah mencatat rekor tertinggi sebanyak 55 kali dalam 12 bulan terakhir. Terbaru, emas menembus harga USD 3.384 per ons—level tertinggi sepanjang sejarah.

    Sementara itu, Bitcoin juga menunjukkan performa mengesankan dengan menembus angka USD 87.000. Kenaikan ini menempatkan BTC sejajar dengan emas dalam pandangan investor sebagai aset lindung nilai atau penyimpan nilai (store of value).

    Pergerakan sejajar kedua aset ini dianggap langka dalam sejarah keuangan modern. Biasanya, emas dan Bitcoin tidak mengalami reli secara bersamaan. Namun saat ini, keduanya naik di tengah sentimen pasar yang gelisah karena potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dan ketegangan geopolitik.

    Di sektor aset digital, token kripto berbasis emas juga ikut mencuri perhatian. PAX Gold (PAXG) dan Tether Gold (XAUT), yang nilainya dipatok pada satu ons emas, mencatat lonjakan volume perdagangan harian hingga melampaui USD 100 juta dalam beberapa pekan terakhir. Aset-aset ini menggabungkan stabilitas logam mulia dengan fleksibilitas teknologi blockchain.

    Menurut Enmanuel Cardozo, analis dari platform tokenisasi aset Brickken, meski Bitcoin menunjukkan tren positif, investor tetap harus waspada.

    “Bitcoin memang tangguh, tapi pengalaman masa lalu dan tekanan pasar saat ini membuat banyak investor menunggu momen masuk yang lebih pasti,” ujar Cardozo.

    Ia juga menyoroti keterlibatan institusi besar seperti Strategy dan Tether yang bisa berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga Bitcoin. Terlebih, pasar saat ini juga sedang menyambut siklus halving Bitcoin yang terjadi setiap empat tahun.

    Cardozo menambahkan bahwa jika Fed benar-benar menurunkan suku bunga pada Mei atau Juni mendatang, itu bisa memicu arus likuiditas baru ke pasar dan mendorong harga Bitcoin naik lebih cepat.

    Dolar Melemah, Emas Makin Kuat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Selain faktor politik, pelemahan dolar AS ikut mendorong penguatan harga emas. Indeks Dolar AS turun ke level terendah dalam tiga tahun, yakni 97,92, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan moneter Amerika Serikat yang makin sulit diprediksi.

    Dalam pernyataan terbarunya, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengakui adanya potensi stagflasi—situasi ketika pertumbuhan ekonomi melambat sementara inflasi tetap tinggi. Ia menyebut The Fed saat ini berada dalam posisi “tunggu dan lihat”, menunjukkan belum adanya kepastian langkah lanjutan dari bank sentral.

    Ketidakjelasan ini memperbesar daya tarik emas sebagai aset lindung nilai. Di tengah inflasi dan ketidakstabilan ekonomi global, emas kembali menjadi pilihan investor yang mencari perlindungan dari risiko yang kian meningkat.

  • Melirik Peluang Investasi di Tengah Gejolak Ekonomi Dunia

    Melirik Peluang Investasi di Tengah Gejolak Ekonomi Dunia

    Serratalhadafc.com – 2025 merupakan tahun yang penuh tantangan. Di dalam negeri terdapat transisi pemerintahan yang sebenarnya sudah berjalan sejak akhir tahun lalu tetapi sejumlah kebijakan baru dirilis di awal tahun ini. Di dunia, sejumlah konflik geopolitik belum selesai tetapi sudah bertambah tantangan perang dagang yang dimulai oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

    PT Sucorinvest Asset Management (Sucor AM) mengajak investor untuk memahami semua hal ini untuk menggali peluang investasi yang relevan. “Kita semua sedang berada di fase penting di mana transisi nasional dan dinamika global akan membentuk arah baru bagi performa dan pasar keuangan di Indonesia,” jelas CEO Sucor AM Jemmy Paul Wawointana dikutip dari Antara, Minggu (20/4/2025).

    Tidak hanya perubahan dalam negeri dan kepemimpinan internasional seperti perubahan tarif dari Amerika Serikat (AS), suku bunga global, hingga tensi geopolitik menjadi faktor penting dalam mengambil keputusan investasi ke depan.

    “Di tengah berbagai ketidakpastian ini, kami percaya bahwa investor membutuhkan arahan yang relevan, pandangan yang objektif dan strategi yang bisa diandalkan,” ujar Jemmy.

    Menurut dia, dinamika global seperti kebijakan suku bunga bank sentral AS atau The Fed, ketegangan geopolitik, perang tarif, serta pergeseran tren investasi global turut membentuk lanskap ekonomi domestik yang semakin kompleks.

    Hal itu disampaikan Jemmy dalam gelaran The Sucor Stage bertajuk Market Outlook 2025: Navigating Investments in New Regime pekan ini. Pada acara itu, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memberikan pandangan yang optimistis terhadap instrumen obligasi meskipun suku bunga global masih fluktuatif.

    “Kepemilikan asing pada obligasi hanya sekitar 14 persen. Ini yang menjelaskan mengapa guncangan global yang signifikan tidak terlalu berdampak pada pasar obligasi, karena tekanan jual dari asing juga jauh berkurang. Hal ini membuat kami cukup positif terhadap kondisi global saat ini. Sejujurnya, pasar obligasi masih bisa menjadi pilihan investasi yang menarik,” ujarnya.

    Rekomendasi Investasi

    Dalam paparannya, tim Sucor AM merekomendasikan sejumlah produk unggulan yang relevan di tengah kondisi pasar saat ini, antara lain Sucorinvest Equity Fund (SEF) untuk investor agresif di saham berfundamental kuat, Sucorinvest Money Market Fund (SMMF) untuk investor konservatif dengan kebutuhan likuiditas tinggi, serta Sucorinvest Monthly Income Fund (SMIF) untuk mengambil peluang pada obligasi Indonesia dengan fitur pembagian hasil investasi bulanan.

    Produk berbasis indeks seperti Sucor IDX30 Fund juga dipandang menarik untuk strategi investasi jangka menengah hingga panjang.

    Dengan dana kelolaan sebesar Rp26,7 triliun pada Maret 2025, penetrasi Reksa Dana Sucor AM telah menjangkau lebih dari 2,2 juta investor dan masih terus berkembang.

    Selalu Jeli dan Cerdik Dalam Investasi

    Sementara itu, pakar ekonomi syariah yang juga Wakil Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Adiwarman Karim menyampaikan pesan penting kepada investor untuk tidak hanya ikut-ikutan dalam berinvestasi atau berbisnis.

    “Karena itu, penting untuk terus bergerak maju. Apa yang dia bilang itu benar, jangan hanya ikut-ikutan. Namun, kita harus mempelajarinya dengan benar. Seperti yang sering saya katakan, perhatikan dulu fundamentalnya. Setelah itu, amati pasar. Kalau kita cuma ikut-ikutan tanpa pemahaman yang matang, kita hanya akan mengikuti tren tanpa arah yang jelas,” tuturnya.

    Selain itu, para fund manager menyoroti pentingnya pendekatan investasi yang disesuaikan dengan profil risiko dan horizon waktu investor.