Category: SAHAM

  • Kapitalisasi Pasar Nvidia Tembus USD 4 Triliun, Lampaui Microsoft dan Apple

    Kapitalisasi Pasar Nvidia Tembus USD 4 Triliun, Lampaui Microsoft dan Apple

    Serratalhadafc.com – Perusahaan teknologi raksasa Nvidia kembali mencetak rekor baru dengan kapitalisasi pasar mencapai USD 4 triliun atau setara sekitar Rp 64.920 triliun (dengan asumsi kurs USD 1 = Rp 16.230) pada Rabu pagi, 9 Juli 2025 waktu setempat.

    Dilansir dari Anugerahslot Channel News Asia, Kamis (10/7/2025), pencapaian ini terjadi hanya sekitar 13 bulan setelah Nvidia menyentuh tonggak kapitalisasi USD 3 triliun—sebuah pertumbuhan luar biasa yang mencerminkan dominasi Nvidia di pasar chip dan kecerdasan buatan.

    Kinerja Saham Melejit 1.350% Sejak 2022

    Harga saham Nvidia terus menunjukkan tren positif dan telah melonjak 1.350% sejak Oktober 2022. Sepanjang tahun 2025 saja, saham produsen chip ini telah menguat sekitar 22%, jauh melampaui kenaikan indeks S&P 500 yang hanya tumbuh 6% pada periode yang sama.

    Kinerja ini menjadikan Nvidia sebagai pemain kunci dalam mendorong indeks pasar saham utama, khususnya yang berbasis pada sektor teknologi.

    Dominasi di Indeks S&P 500 dan ETF Teknologi

    Dengan bobot sekitar 7,5%, Nvidia kini menjadi saham dengan bobot terbesar dalam indeks S&P 500—indeks yang digunakan secara luas oleh investor global sebagai tolok ukur kesehatan pasar saham Amerika Serikat.

    Tak hanya itu, saham Nvidia juga memberikan pengaruh besar terhadap:

    • ETF Invesco QQQ Trust, salah satu instrumen investasi populer berbasis teknologi
    • Indeks Semikonduktor Philadelphia SE, yang melacak kinerja perusahaan semikonduktor terkemuka

    Namun, pengaruh Nvidia kurang signifikan dalam Dow Jones Industrial Average, karena indeks tersebut menimbang saham berdasarkan harga per lembar, bukan nilai pasarnya.

    Menuju Klub Elit USD 4 Triliun

    Dengan pencapaian ini, Nvidia tampaknya siap bergabung secara resmi ke dalam klub eksklusif perusahaan dengan nilai pasar USD 4 triliun.

    Untuk perbandingan:

    • Microsoft saat ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar USD 3,7 triliun
    • Apple menyusul dengan nilai pasar sekitar USD 3,1 triliun

    Kesimpulan

    Lompatan kapitalisasi pasar Nvidia menjadi USD 4 triliun menegaskan peran dominannya di industri teknologi, khususnya dalam pengembangan chip dan kecerdasan buatan. Dengan pertumbuhan saham yang agresif dan pengaruh besar di berbagai indeks utama, Nvidia kini tidak hanya menjadi pemimpin industri, tapi juga ikon kekuatan baru di pasar keuangan global.

    Pengaruh Besar Perusahaan Teknologi di Pasar Saham AS

    Besarnya nilai pasar perusahaan-perusahaan teknologi mencerminkan dominan pengaruh mereka dalam pasar saham Amerika Serikat. Tujuh perusahaan dengan bobot terbesar di indeks S&P 500 — termasuk Amazon.com, Alphabet, Meta Platforms, Broadcom, dan tentu saja Nvidia — bersama-sama menyumbang sekitar sepertiga dari total nilai indeks tersebut.

    Sektor Teknologi Makin Mendominasi S&P 500

    Kenaikan harga saham Nvidia menjadi salah satu tanda bahwa sektor teknologi secara keseluruhan terus menguat dan semakin berperan penting. Saat ini, sektor teknologi adalah yang terbesar di S&P 500, dengan nilai pasar yang mencapai hampir sepertiga dari total kapitalisasi indeks.

    Angka ini mendekati proporsi yang pernah dicapai sektor teknologi pada masa puncak gelembung dot-com di tahun 2000, menandakan bahwa teknologi kembali menjadi penggerak utama pasar saham AS.

    Performa Saham Teknologi Lain yang Mengkilap

    Selain Nvidia, beberapa saham teknologi lainnya juga menunjukkan kinerja luar biasa sepanjang tahun 2025, antara lain:

    • Microsoft yang naik sekitar 19%
    • Oracle dengan kenaikan sekitar 40%
    • Palantir, yang melonjak hingga 88%

    Kesimpulan

    Perusahaan teknologi terus memperkuat dominasinya di pasar saham Amerika Serikat. Dengan nilai pasar yang besar dan pertumbuhan saham yang signifikan, sektor ini tidak hanya menjadi mesin penggerak indeks utama, tetapi juga penentu arah ekonomi dan inovasi di era digital saat ini.

    Bursa Saham Asia-Pasifik Dibuka Beragam, Sentimen Dari Bank of Korea dan Tarif AS ke Brasil

    Pergerakan bursa saham Asia-Pasifik pada Kamis, 10 Juli 2025, dibuka dengan hasil yang beragam. Hal ini dipengaruhi oleh keputusan Bank of Korea yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 2,5%, posisi terendah dalam hampir tiga tahun terakhir.

    Keputusan tersebut diambil di tengah kondisi ekonomi Korea Selatan yang mengalami kontraksi sebesar 0,2% secara kuartalan pada kuartal pertama tahun ini, akibat lemahnya aktivitas konstruksi dan pertumbuhan ekspor yang melambat. Namun secara tahunan, ekonomi negara tersebut tetap stagnan.

    Selain itu, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh pengumuman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan akan mengenakan tarif 50% atas impor dari Brasil mulai 1 Agustus 2025. Tarif ini merupakan kenaikan tajam dari tarif sebelumnya sebesar 10% yang diterapkan sejak April lalu. Trump menyebut langkah ini sebagai upaya mengatasi “hubungan perdagangan yang sangat tidak adil” antara AS dan Brasil serta sebagai respons terhadap proses hukum terhadap mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. (Sumber: CNBC)

    Pergerakan Indeks Regional

    • Indeks Nikkei 225 (Jepang) melemah 0,45% pada pembukaan.
    • Indeks Topix (Jepang) turun 0,54%.
    • Indeks Kospi (Korea Selatan) menguat 0,24%.
    • Indeks Kosdaq (Korea Selatan) bertambah 0,44%.
    • Indeks ASX 200 (Australia) naik 0,51%.
    • Kontrak berjangka indeks Hang Seng (Hong Kong) berada di posisi 23.863, sedikit melemah dibandingkan penutupan sebelumnya di 23.892,32.

    Kesimpulan

    Beragam pergerakan di bursa Asia-Pasifik pada hari ini dipengaruhi oleh kebijakan moneter Korea Selatan yang tetap konservatif dan ketegangan perdagangan baru antara AS dan Brasil. Para pelaku pasar terus memantau perkembangan ini untuk menentukan langkah investasi selanjutnya.

  • Elon Musk ke Analis Wedbush: “Diam, Dan” Usai Kritik Politik dan Saran ke Dewan Tesla

    Elon Musk ke Analis Wedbush: “Diam, Dan” Usai Kritik Politik dan Saran ke Dewan Tesla

    Serratalhadafc.com – CEO Tesla, Elon Musk, meminta analis senior dari Wedbush Securities, Dan Ives, untuk “diam” melalui unggahan di platform X (dulu Twitter) pada Selasa, 8 Juli 2025. Hal ini terjadi setelah Ives memberikan tiga rekomendasi penting kepada dewan direksi Tesla yang menyoroti peran dan aktivitas politik Musk.

    Dan Ives dikenal sebagai salah satu analis paling optimistis terhadap saham Tesla di Wall Street, dengan target harga USD 500, tertinggi dari seluruh analis yang dilacak oleh FactSet. Namun, dalam perkembangan terbaru, Ives menyampaikan kritik terhadap aktivitas politik Musk, menyusul deklarasi pembentukan partai politik baru bernama “America Party” yang bertujuan menyaingi kandidat Partai Republik yang mendukung RUU yang didukung Presiden Donald Trump.

    Kritik ini muncul sehari setelah saham Tesla anjlok hampir 7%, memangkas kapitalisasi pasar sekitar USD 68 miliar (setara Rp 1.104 triliun dengan kurs Rp 16.249 per dolar AS).

    Dalam unggahannya, Ives meminta Dewan Tesla untuk:

    1. Menyusun paket kompensasi baru yang memberi Musk 25% hak suara dan membuka jalan merger dengan xAI.
    2. Menetapkan batas waktu keterlibatan Musk dalam urusan Tesla.
    3. Memberikan pengawasan lebih atas aktivitas politik CEO.

    Ives dan tim analis Wedbush juga menerbitkan laporan yang menyebut bahwa “Dewan Tesla harus bertindak dan menetapkan aturan dasar bagi Musk; opera sabun ini harus segera berakhir.” Mereka menyebut peluncuran partai politik baru sebagai “titik kritis dalam kisah Tesla” yang menuntut intervensi dari dewan.

    Meski demikian, Wedbush tetap mempertahankan rekomendasi beli dan target harga saham Tesla.

    Sebagai tanggapan atas saran tersebut, Musk hanya menulis singkat di X: “Diam, Dan.”

    Komentar Musk tersebut menyoroti ketegangan antara kebebasan pribadi CEO dan peran serta tanggung jawabnya di perusahaan publik yang terdaftar, terutama di tengah dinamika politik dan bisnis yang kian kompleks.

    Elon Musk Dikritik karena Aktivisme Politik, Dan Ives dan Analis Lain Desak Dewan Tesla Bertindak

    Dalam tanggapan melalui email kepada Anugerahslot finance, analis Wedbush Securities Dan Ives menyatakan bahwa ia memahami reaksi Elon Musk, namun tetap mendukung perlunya tindakan tegas dari dewan direksi Tesla.

    “Elon memiliki pendapatnya dan saya mengerti, tetapi kami mendukung apa yang menurut kami merupakan tindakan yang tepat bagi dewan,” tulis Ives.

    Kontroversi ini mencuat di tengah polemik mengenai paket kompensasi CEO Tesla tahun 2018 yang bernilai sekitar USD 56 miliar, yang telah dibatalkan oleh Pengadilan Kanselir Delaware awal tahun lalu. Dalam putusannya, Hakim Kathaleen McCormick menyatakan bahwa dewan direksi Tesla gagal menunjukkan independensi dari Musk dan tidak melakukan negosiasi dengan semestinya.

    Saat ini, Tesla tengah mengajukan banding ke Mahkamah Agung Negara Bagian Delaware, sembari menyusun kembali skema kompensasi baru bagi Musk.

    Dan Ives bukan satu-satunya yang menyuarakan keprihatinan. Analis dari firma William Blair juga menurunkan rekomendasi saham Tesla dari “beli” menjadi “tahan” pada Senin (7 Juli 2025), dengan alasan kekhawatiran terhadap aktivisme politik Musk serta potensi dampak buruk dari RUU pengeluaran Kongres terhadap margin dan penjualan kendaraan listrik (EV) Tesla.

    “Kami khawatir investor mulai lelah dengan gangguan ini, justru di saat bisnis Tesla paling membutuhkan perhatian penuh dari Musk,” tulis analis William Blair.

    Mereka menambahkan, alih-alih fokus pada politik, energi Musk sebaiknya diarahkan pada peluncuran proyek-proyek strategis, seperti Robotaxi, yang saat ini berada di titik krusial pengembangan.

    Pendukung Trump Tangguhkan ETF Terkait Tesla, Minta Dewan Klarifikasi Ambisi Politik Elon Musk

    CEO hedge fund Azoria Partners, James Fishback, yang dikenal sebagai pendukung Donald Trump, mengumumkan pada Sabtu (5 Juli 2025) bahwa perusahaannya menunda peluncuran Azoria Tesla Convexity ETF—produk dana yang dirancang untuk berinvestasi dalam saham dan opsi Tesla.

    Fishback memulai pernyataannya di platform X dengan tegas: “Elon sudah terlalu jauh.” Ia kemudian menyerukan agar Dewan Direksi Tesla segera mengadakan pertemuan dan meminta Musk untuk menjelaskan ambisi politiknya, serta mengevaluasi apakah aktivitas tersebut masih sesuai dengan tanggung jawab Musk sebagai CEO penuh waktu di Tesla.

    Pernyataan ini muncul tak lama setelah Musk mengumumkan pembentukan Partai Amerika (America Party)—entitas politik baru yang diklaim akan “mendukung kebebasan warga Amerika.” Namun, hingga kini Musk belum mengungkapkan detail resmi mengenai legalitas partai tersebut, sumber pendanaan, atau kandidat politik mana yang akan ia dukung.

    Kontroversi politik Musk semakin memperkeruh suasana, di tengah performa saham Tesla yang telah turun sekitar 25% sepanjang tahun ini, menjadikannya salah satu kinerja terburuk di sektor teknologi AS, dan jauh tertinggal dari indeks pasar utama.

    Selama paruh pertama 2025, Musk aktif bekerja dengan pemerintahan Trump, memimpin upaya untuk merampingkan birokrasi federal. Namun, kolaborasi itu berakhir pada Mei lalu, menyusul perselisihan terbuka antara Musk dan Trump terkait RUU pengeluaran dan isu-isu kebijakan lainnya.

    Hingga berita ini diturunkan, Elon Musk, Ketua Dewan Tesla Robyn Denholm, dan Kepala Hubungan Investor Travis Axelrod belum memberikan tanggapan resmi terhadap permintaan komentar.

  • Pasar Saham Asia-Pasifik Bergerak Variatif Usai Trump Tegaskan Kebijakan Tarif Baru

    Pasar Saham Asia-Pasifik Bergerak Variatif Usai Trump Tegaskan Kebijakan Tarif Baru

    Serratalhadafc.com – Perdagangan saham di kawasan Asia-Pasifik menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada hari Rabu (9/7/2025), menyusul pernyataan tegas Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa batas waktu pemberlakuan tarif impor tidak akan diperpanjang. Kebijakan ini dijadwalkan mulai berlaku efektif pada 1 Agustus 2025.

    Dalam pernyataan terbaru kepada Anugerahslot Finance Selasa waktu setempat. Trump juga mengumumkan kenaikan bea masuk sebesar 50% untuk impor tembaga. Ia menambahkan bahwa tarif tambahan lainnya akan segera diumumkan, kemungkinan diperinci berdasarkan sektor industri tertentu.

    Tak hanya itu, Trump turut menyampaikan ancaman untuk memberlakukan tarif hingga 200% terhadap ekspor produk farmasi ke AS. Namun, ia memberikan sinyal bahwa kebijakan ini tidak akan diterapkan dalam waktu dekat, melainkan akan diberi masa transisi antara satu hingga satu setengah tahun.

    Kebijakan-kebijakan perdagangan ini memicu reaksi pasar yang beragam di kawasan Asia-Pasifik, seiring para pelaku pasar mencerna dampaknya terhadap perdagangan global dan rantai pasok internasional.

    Pasar Asia-Pasifik Bergerak Variatif di Awal Perdagangan Rabu

    Pasar saham di kawasan Asia-Pasifik dibuka dengan pergerakan yang beragam pada Rabu pagi (9/7/2025), mencerminkan kehati-hatian investor di tengah ketidakpastian kebijakan global.

    Mengutip CNBC, hingga pukul 08.11 waktu Singapura, indeks utama di Jepang menunjukkan penguatan. Indeks Nikkei 225 naik sebesar 0,33%, sementara indeks Topix yang mencerminkan kinerja pasar yang lebih luas, menguat 0,17%.

    Di Korea Selatan, pergerakan indeks Kospi relatif stabil tanpa banyak perubahan. Namun, indeks Kosdaq yang berisi saham-saham berkapitalisasi kecil mencatat kenaikan sebesar 0,29%.

    Sementara itu, di Australia, indeks S&P/ASX 200 justru melemah, turun sebesar 0,26%, menandakan tekanan di sektor pasar saham domestik di tengah sentimen global yang fluktuatif.

    Pergerakan beragam ini mencerminkan reaksi pasar yang hati-hati terhadap kebijakan ekonomi terbaru, termasuk ketegangan dagang yang meningkat dan arah kebijakan suku bunga global.

    Pasar Asia-Pasifik Diprediksi Bergerak Variatif, Investor Waspadai Tarif Trump dan Data Ekonomi Tiongkok

    Pasar saham Asia-Pasifik diperkirakan akan dibuka bervariasi pada hari Rabu (9/7/2025) menyusul pernyataan terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menegaskan bahwa tidak akan ada perpanjangan tenggat waktu atas pemberlakuan tarif impor baru yang mulai berlaku pada 1 Agustus mendatang.

    Tarif Tambahan dan Ancaman Baru dari Trump

    Pada Selasa waktu setempat, Trump mengumumkan kenaikan tarif impor sebesar 50% untuk komoditas tembaga. Ia juga menyampaikan bahwa tarif tambahan yang lebih spesifik berdasarkan sektor akan segera diumumkan dalam waktu dekat.

    Lebih jauh, Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 200% terhadap produk farmasi yang diimpor ke AS. Namun, kebijakan ini masih akan diberi masa transisi sekitar satu hingga satu setengah tahun sebelum diberlakukan penuh.

    Pernyataan tersebut menjadi perhatian utama para investor global karena berpotensi memicu gelombang ketidakpastian baru dalam perdagangan internasional, serta dapat berdampak luas pada berbagai sektor industri.

    Fokus Investor: Data Ekonomi dari Tiongkok

    Di samping isu tarif, para pelaku pasar juga akan memantau rilis data ekonomi penting dari Tiongkok, khususnya:

    • Indeks Harga Produsen (PPI) untuk bulan Juni, yang diperkirakan oleh ekonom (survei Reuters) akan terkontraksi 3,2% secara tahunan, sedikit membaik dibandingkan penurunan 3,3% pada Mei.
    • Inflasi Harga Konsumen (CPI) diperkirakan tetap datar secara tahunan, setelah mencatat deflasi sebesar 0,1% pada bulan sebelumnya.

    Data tersebut akan menjadi indikator penting bagi investor untuk membaca arah pemulihan ekonomi Tiongkok dan dampaknya terhadap prospek pertumbuhan kawasan Asia-Pasifik.

    Kesimpulan:
    Ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan AS dan rilis data ekonomi Tiongkok akan menjadi dua faktor utama yang memengaruhi sentimen pasar hari ini. Investor di Asia-Pasifik diharapkan tetap waspada terhadap dinamika global yang cepat berubah.

    Perkiraan Pembukaan Pasar Saham Global: Nikkei dan Hang Seng Menguat, ASX 200 Diperkirakan Melemah

    Indeks acuan Nikkei 225 Jepang diprediksi akan dibuka lebih tinggi pada perdagangan Rabu (9/7/2025). Data kontrak berjangka di Chicago menunjukkan level 40.055, sementara kontrak di Osaka terakhir diperdagangkan pada 39.820, naik dibandingkan penutupan Selasa di angka 39.688,81.

    Sementara itu, kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng Hong Kong berada di level 24.102, yang mengindikasikan pembukaan lebih kuat meskipun sedikit di bawah penutupan terakhir di 24.148,07.

    Di Australia, indeks S&P/ASX 200 diperkirakan akan mengalami penurunan di pembukaan pasar dengan kontrak berjangka pada level 8.571, lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya di 8.590,70.

    Di sisi lain, di Amerika Serikat, kontrak berjangka saham menunjukkan pergerakan yang relatif stabil menjelang pembukaan pasar Asia, dengan investor masih mencermati perkembangan terkait kebijakan tarif impor dari Presiden Donald Trump.

    Pada penutupan Selasa malam di Wall Street, dua dari tiga indeks utama ditutup mendekati level datar.

    • Indeks S&P 500 turun tipis sebesar 0,07% menjadi 6.225,52.
    • Nasdaq Composite justru menguat sedikit 0,03% ke level 20.418,46.
    • Sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 165,60 poin atau 0,37% menjadi 44.240,76.

    Pergerakan ini mencerminkan sikap waspada pelaku pasar menghadapi ketidakpastian dari kebijakan perdagangan AS dan data ekonomi global.

  • Bursa Asia Menguat Meski Trump Umumkan Tarif Baru untuk Sejumlah Negara

    Bursa Asia Menguat Meski Trump Umumkan Tarif Baru untuk Sejumlah Negara

    Serratalhadafc.com – Sebagian besar bursa saham di kawasan Asia dan Pasifik mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa (8/7/2025), meskipun pasar global dikejutkan oleh pengumuman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait pemberlakuan tarif impor baru terhadap sejumlah negara mitra dagang utama, termasuk di Asia.

    Melalui surat yang diunggah di akun Anugerahslot Truth Social-nya, Trump menyampaikan bahwa mulai 1 Agustus 2025, barang-barang yang diimpor ke AS dari Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, dan Tunisia akan dikenakan tarif sebesar 25%.

    Tidak hanya itu, tarif impor lebih tinggi juga akan diberlakukan untuk beberapa negara Asia lainnya:

    • Indonesia: 32%
    • Bangladesh: 35%
    • Kamboja dan Thailand: 36%
    • Laos dan Myanmar: 40%

    Kebijakan ini berpotensi memicu ketegangan dagang baru, namun sejauh ini pasar tampaknya masih merespons dengan tenang.

    Kinerja Bursa Asia

    Hong Kong: Kontrak berjangka indeks Hang Seng diperdagangkan pada level 23.886, sedikit lebih rendah dibandingkan penutupan terakhir di angka 23.887,83, mengindikasikan pembukaan yang cenderung melemah.

    Jepang: Indeks acuan Nikkei 225 naik 0,36% di awal perdagangan, sementara indeks Topix yang mencerminkan performa lebih luas naik 0,31%.

    Korea Selatan: Indeks Kospi mencatat kenaikan 0,44%, sedangkan indeks saham berkapitalisasi kecil, Kosdaq, turut menguat 0,19%.

    Australia: Berbeda dengan bursa Asia lainnya, indeks acuan S&P/ASX 200 justru mengalami penurunan 0,44%. Pasar di Australia tengah menantikan keputusan dari Reserve Bank of Australia (RBA), yang diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,6% dalam pertemuan kebijakan yang berakhir besok.

    Meskipun tekanan tarif dari AS menimbulkan kekhawatiran, pelaku pasar tampaknya tetap optimistis terhadap prospek ekonomi regional, setidaknya dalam jangka pendek. Namun, investor akan terus memantau perkembangan kebijakan dagang lebih lanjut serta respons dari negara-negara yang terdampak.

    Wall Street Tertekan Setelah Pengumuman Kenaikan Tarif Impor oleh Presiden Trump

    Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street mengalami tekanan signifikan pada penutupan perdagangan Senin (7/7/2025). Penurunan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump membocorkan sejumlah surat resmi yang berisi pengumuman kenaikan tarif impor terhadap beberapa negara mitra dagang utama.

    Mengutip CNBC pada Selasa (8/7/2025), indeks saham acuan Dow Jones Industrial Average turun sebanyak 422,17 poin atau 0,94%, dan ditutup di level 44.406,36. Sementara itu, indeks S&P 500 turun sebesar 0,79%, berakhir di angka 6.229,98, dan indeks teknologi Nasdaq Composite anjlok 0,92%, ditutup pada 20.412,52.

    Penutupan ketiga indeks utama ini menjadi yang terburuk sejak pertengahan Juni 2025, mencerminkan kekhawatiran investor atas dampak kebijakan tarif yang diumumkan.

    Tarif Baru Mulai Berlaku 1 Agustus

    Presiden Trump mengumumkan melalui serangkaian posting di platform Truth Social pada Senin bahwa barang impor dari setidaknya tujuh negara akan dikenakan tarif yang lebih tinggi mulai tanggal 1 Agustus 2025.

    Dalam unggahan tersebut, Trump membagikan tangkapan layar surat resmi yang ditandatanganinya, ditujukan kepada para pemimpin Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Kazakhstan, Afrika Selatan, Laos, dan Myanmar. Surat-surat ini secara resmi menetapkan tarif impor baru untuk setiap negara tersebut, menandai eskalasi kebijakan proteksionis AS yang berdampak langsung pada hubungan perdagangan global.

    Kebijakan tarif ini menimbulkan ketidakpastian di pasar global, mendorong investor untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Para analis memperingatkan bahwa langkah ini bisa memperpanjang ketegangan dagang dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global dalam beberapa bulan ke depan.

    Saham Otomotif dan Teknologi Tertekan Usai Pengumuman Tarif Trump, Kekhawatiran Perdagangan Meningkat

    Saham-saham perusahaan besar terdampak langsung dari pengumuman tarif impor Presiden Donald Trump. Saham Toyota Motor turun tajam sebesar 4%, sementara Honda Motor anjlok 3,9%. Di sektor teknologi, saham Nvidia sedikit menurun, sedangkan saham Apple dan Alphabet turun lebih dari 1%. Selain itu, saham AMD juga merosot lebih dari 2%.

    Pengumuman ini menjadi yang pertama dari beberapa pengumuman kebijakan perdagangan yang akan diluncurkan oleh Trump dalam beberapa hari mendatang.

    Menteri Keuangan, Scott Bessent, menyatakan dalam program Squawk Box CNBC pada Senin bahwa selama 48 jam ke depan, akan ada beberapa pengumuman terkait kebijakan perdagangan. Ia menambahkan, “Ini akan menjadi beberapa hari yang sibuk.”

    Selain itu, ketegangan perdagangan semakin meningkat setelah Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% terhadap negara-negara yang mendukung apa yang disebutnya sebagai “kebijakan Anti-Amerika BRICS.” Kelompok BRICS ini terdiri dari negara-negara pasar berkembang seperti Brasil, Rusia, India, dan Cina.

    Kebijakan ini memicu kekhawatiran investor mengenai eskalasi perang dagang yang dapat berdampak pada stabilitas pasar global dalam waktu dekat.

  • Investor Pantau Batas Waktu Tarif AS, Pasar Bersiap Hadapi Dampaknya

    Investor Pantau Batas Waktu Tarif AS, Pasar Bersiap Hadapi Dampaknya

    Serratalhadafc.com – Para investor global tengah mencermati perkembangan kebijakan tarif dari Washington, seiring berakhirnya masa penangguhan sementara atas pungutan impor. Jika batas waktu tersebut lewat pada Rabu tanpa munculnya eskalasi ketegangan dagang, hal ini berpotensi memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan.

    Dilansir dari Channel Anugerahslot Asia, Minggu (6/7/2025), para negosiator Amerika Serikat (AS) saat ini tengah berpacu dengan waktu untuk mencapai kesepakatan dagang dengan lebih dari selusin mitra utama sebelum tenggat 9 Juli. Langkah ini dilakukan guna menghindari kenaikan tarif lebih tinggi yang telah lama diisyaratkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

    Trump dalam beberapa hari terakhir terus meningkatkan tekanan terhadap mitra dagang. Pada Rabu lalu, ia mengumumkan kesepakatan baru dengan Vietnam yang akan mengenakan tarif sekitar 20 persen lebih rendah dari sebelumnya terhadap sejumlah ekspor utama negara tersebut. Sementara itu, pembicaraan dengan India menunjukkan kemajuan, tetapi dialog dagang dengan Jepang—sekutu dekat AS sekaligus mitra dagang terbesar keenam—masih menghadapi hambatan.

    Di tengah dinamika kebijakan tersebut, pasar saham AS justru menunjukkan performa impresif. Setelah sempat terpukul akibat pengumuman tarif Trump pada awal April, indeks S&P 500 berhasil mencatatkan kenaikan sekitar 26% sejak titik terendahnya pada 8 April. Kinerja ini didorong oleh hasil keuangan perusahaan yang solid serta ketahanan ekonomi AS di tengah perubahan kebijakan yang cukup drastis.

    Namun, lonjakan ini lebih banyak digerakkan oleh investor ritel dan program pembelian kembali saham oleh korporasi, bukan oleh investor institusi. Bahkan, meskipun S&P 500 mencetak rekor baru, menurut estimasi Deutsche Bank, minat investor terhadap saham secara umum masih belum pulih sepenuhnya ke level sebelum Februari.

    Lisa Shalett, Chief Investment Officer Morgan Stanley Wealth Management, menyebut reli ini sebagai “reli yang rapuh dan sarat spekulasi”, mengingat fondasi utamanya bukan berasal dari partisipasi institusi besar atau arus modal kuat yang konsisten.

    Dengan waktu yang terus berjalan menuju tenggat tarif, pasar kini menanti apakah diplomasi dagang AS akan menghasilkan kesepakatan konkret atau justru memicu ketegangan baru yang berisiko mengguncang kembali stabilitas ekonomi global.

    Investor Tetap Waspada Meski Ketegangan Tarif Mereda, Reli Pasar Dinilai Didominasi Sektor Ritel

    Dalam sepekan terakhir, lonjakan pasar saham AS dinilai lebih banyak digerakkan oleh aktivitas investor ritel ketimbang lembaga keuangan besar. “Menurut saya, pergerakan ini sebagian besar didorong oleh sektor ritel. Sementara posisi lembaga masih cenderung netral,” ujar seorang analis pasar.

    Kondisi ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar. Para analis mencatat bahwa meskipun tidak ada lonjakan besar dalam ketegangan tarif baru-baru ini, investor tetap waspada terhadap sejumlah risiko seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan tingginya valuasi saham yang sudah melampaui rata-rata historis.

    Namun, di tengah kekhawatiran itu, ada harapan bahwa berlalunya batas waktu tarif pada Rabu mendatang tanpa adanya eskalasi berarti bisa menjadi sinyal positif bagi pasar dalam jangka pendek.

    “Saya rasa yang terjadi saat ini lebih banyak ancaman dan gertakan politik. Saya tidak melihat itu sebagai sesuatu yang membahayakan pasar secara signifikan,” ujar Irene Tunkel, Chief US Equities Strategist di BCA Research.

    Meski begitu, para investor juga tidak menaruh ekspektasi berlebihan. Mereka tidak melihat batas waktu tarif ini sebagai solusi permanen atas ketegangan dagang antara AS dan mitra-mitra globalnya.

    “Saya pribadi tidak melihat ini sebagai tenggat yang benar-benar tegas,” ucap Julian McManus, Portfolio Manager di Janus Henderson Investors.

    Ia menjelaskan bahwa penangguhan tarif selama 90 hari sebelumnya diberikan karena pasar sedang dalam kondisi tertekan, dan pemerintah membutuhkan waktu untuk menenangkan situasi sekaligus membuka ruang negosiasi baru. “Ini sebenarnya hanya waktu tambahan untuk mencoba mencari titik temu atau solusi jangka menengah,” katanya.

    Secara keseluruhan, meski situasi terlihat lebih tenang, dinamika pasar global masih sangat bergantung pada perkembangan kebijakan perdagangan AS dalam beberapa hari mendatang.

    Investor Masih Hati-Hati, Tapi Potensi Kenaikan Pasar Saham Masih Terbuka Lebar

    Strategis Deutsche Bank, Parag Thatte, mengungkapkan bahwa sikap hati-hati investor dalam menambah eksposur saham saat ini mengingatkan pada kondisi setelah koreksi pasar akibat pandemi pada Maret 2020. Kala itu, alokasi dana untuk saham kembali meningkat, namun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan pemulihan indeks pasar utama.

    “Ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk peningkatan eksposur saham, yang bisa menjadi sinyal positif bagi pasar jika semua kondisi tetap stabil,” jelas Thatte.

    Sementara itu, berdasarkan analisis Reuters terhadap data LSEG, setelah melalui semester pertama yang penuh gejolak, indeks S&P 500 kini memasuki periode yang secara historis kuat. Selama 20 tahun terakhir, bulan Juli tercatat sebagai bulan terbaik untuk indeks ini, dengan rata-rata pengembalian sebesar 2,5%.

    Ke depan, perhatian investor akan tertuju pada rilis data ekonomi penting, terutama laporan inflasi dan hasil kinerja kuartal kedua perusahaan. Data tersebut akan menjadi indikator utama bagi pelaku pasar untuk menilai kesehatan ekonomi AS serta kemungkinan arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve.

    “Kita berada di titik kritis di mana para investor institusi harus menentukan sikap—apakah mereka akan percaya pada reli pasar ini atau justru mengambil langkah sebaliknya,” ujar Lisa Shalett, Chief Investment Officer Morgan Stanley Wealth Management.

  • Hari Kemerdekaan AS 4 Juli 2025: Ini Daftar Layanan yang Tutup dan Tetap Buka

    Hari Kemerdekaan AS 4 Juli 2025: Ini Daftar Layanan yang Tutup dan Tetap Buka

    Serratalhadafc.com – Warga Amerika Serikat akan merayakan Hari Kemerdekaan pada Jumat, 4 Juli 2025. Sebagai salah satu hari besar nasional, peringatan ini bukan hanya momentum historis, tetapi juga hari libur federal yang berdampak pada operasional berbagai layanan dan bisnis di seluruh negeri.

    Hari Kemerdekaan AS menandai momen penting dalam sejarah Amerika, yaitu adopsi Deklarasi Kemerdekaan pada tahun 1776. Mengutip dari Anugerahslot Finance, libur nasional ini membuat banyak kantor pemerintah, bank, dan sebagian bisnis menghentikan operasionalnya untuk sementara.

    Pasar Saham AS

    Mengacu pada laporan Yahoo Finance, seluruh pasar saham AS, termasuk Bursa Efek New York (NYSE) dan Nasdaq, akan tutup pada Jumat, 4 Juli 2025. Bahkan, kedua bursa akan mengakhiri perdagangan lebih awal pada Kamis, 3 Juli 2025, pukul 13.00 waktu setempat.

    Bank dan Lembaga Keuangan

    Federal Reserve menetapkan 4 Juli sebagai hari libur bank. Akibatnya, sebagian besar bank di seluruh AS tidak akan beroperasi pada hari tersebut. Masyarakat disarankan melakukan transaksi penting sebelum tanggal tersebut.

    Supermarket dan Toko Ritel

    Meski banyak layanan publik tutup, sebagian besar supermarket dan toko ritel tetap buka dengan jadwal khusus:

    • Target dan Walmart: Buka seperti biasa mengikuti jam operasional lokal.
    • Jaringan Kroger (termasuk Fred Meyer, Dillons, Food 4 Less, Ralphs, dan QFC): Tetap buka sesuai jam normal, namun bisa berbeda antar lokasi.
    • Whole Foods, Wegmans, dan Food Lion: Beroperasi seperti biasa.
    • Trader Joe’s: Tutup lebih awal, yaitu pukul 17.00.
    • ALDI: Tutup pukul 16.00.
    • Sam’s Club:
      • Anggota Plus: Buka pukul 08.00–18.00
      • Anggota Reguler: Buka pukul 10.00–18.00
    • Costco: Tutup pada Hari Kemerdekaan.

    Layanan Pos dan Pengiriman

    • Layanan Pos AS (USPS) tidak akan melakukan pengambilan maupun pengantaran surat pada 4 Juli.
    • UPS juga menghentikan layanan reguler, namun UPS Express Critical tetap tersedia untuk pengiriman mendesak.
    • FedEx menutup sebagian besar layanannya, kecuali FedEx Custom Critical yang tetap beroperasi untuk kebutuhan khusus.

    Kesimpulan

    Hari Kemerdekaan di Amerika Serikat menjadi momen penting tidak hanya secara historis, tetapi juga berdampak pada rutinitas bisnis dan layanan publik. Warga diimbau untuk menyesuaikan jadwal belanja, pengiriman, dan transaksi keuangan menjelang 4 Juli agar tidak terganggu oleh penyesuaian jam operasional selama libur nasional.

    Dampak Wall Street Terhadap Bursa Asia: Tidak Seragam, Dipengaruhi Banyak Faktor

    Wall Street, sebagai indikator utama kesehatan ekonomi global, kerap menjadi tolok ukur pergerakan pasar saham dunia—termasuk di kawasan Asia. Namun, meski pengaruhnya besar, respon bursa-bursa Asia terhadap pergerakan Wall Street tidak selalu seragam.

    Dalam praktiknya, beberapa bursa Asia mencatat penguatan, sementara yang lain justru mengalami pelemahan, mencerminkan kompleksitas dan keragaman faktor yang membentuk dinamika pasar regional.

    Banyak Faktor Pengaruh, Bukan Hanya dari AS

    Pergerakan pasar saham tidak hanya bergantung pada sentimen dari Amerika Serikat seperti kebijakan tarif, suku bunga, atau data tenaga kerja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi domestik di masing-masing negara.

    Beberapa faktor internal yang sering menjadi penentu utama di antaranya:

    • Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
    • Tingkat inflasi dan kebijakan moneter lokal
    • Angka pengangguran dan tingkat konsumsi masyarakat
    • Stabilitas politik dan kebijakan fiskal

    Investor cenderung akan lebih responsif terhadap kondisi ekonomi makro dan kebijakan pemerintah di negaranya masing-masing, meskipun tetap mencermati arah pergerakan pasar global.

    Penutup

    Meski Wall Street tetap menjadi barometer penting dalam mengukur arah pasar global, namun reaksi pasar Asia tetap dipengaruhi oleh kombinasi antara faktor global dan domestik. Perbedaan kondisi ekonomi dan strategi kebijakan menjadikan pergerakan bursa saham Asia tidak seragam, bahkan bisa berlawanan arah meski merespons isu yang sama.

    Kebijakan Fiskal dan Moneter

    Selain faktor ekonomi makro, kebijakan pemerintah, baik fiskal maupun moneter, turut memainkan peran penting dalam pergerakan bursa saham. Kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi, menjaga inflasi tetap terkendali, serta menciptakan stabilitas pasar, umumnya akan meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong penguatan indeks saham.

    Tak hanya itu, sejumlah faktor non-ekonomi juga berpengaruh terhadap dinamika pasar. Stabilitas politik, misalnya, dapat menjadi penentu utama dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Selain itu, sentimen pasar, yang terbentuk dari ekspektasi investor terhadap kondisi global dan domestik, dapat menggerakkan pasar secara signifikan—meski tidak selalu rasional.

    Dari sisi teknikal, variabel seperti volume perdagangan, volatilitas harga, dan pola pergerakan historis juga sering digunakan pelaku pasar dalam mengambil keputusan. Kombinasi antara faktor fundamental dan teknikal inilah yang membentuk kompleksitas pergerakan bursa saham dari waktu ke waktu.

  • Saham Energi Terbarukan di AS Melonjak Usai Senat Hapus Ketentuan Pajak Proyek Hijau

    Saham Energi Terbarukan di AS Melonjak Usai Senat Hapus Ketentuan Pajak Proyek Hijau

    Serratalhadafc.com – Harga saham perusahaan sektor energi terbarukan di Amerika Serikat mengalami kenaikan signifikan setelah Senat AS memutuskan untuk menghapus ketentuan pajak terhadap proyek-proyek energi surya dan angin dalam revisi One Big Beautiful Bill Act (OBBBA). Keputusan ini menjadi kabar baik bagi para pelaku industri yang sebelumnya khawatir akan dampak negatif dari beban pajak tambahan.

    Dilansir Anugerahslot International, Kamis (3/7/2025), dalam perdagangan Selasa waktu setempat, sejumlah saham energi hijau mencatatkan penguatan. Saham NextEra Energy, pengembang energi terbarukan terbesar di AS, naik sekitar 5 persen. Sementara itu, saham AES Corporation, perusahaan penyedia energi hijau lainnya, menguat sekitar 2 persen.

    Tak hanya itu, dana indeks berbasis energi bersih juga mengalami lonjakan. Invesco Solar ETF (TAN) tercatat naik 2,9 persen, sedangkan iShares Global Clean Energy ETF (ICLN) naik sebesar 0,8 persen.

    Kenaikan ini dipicu oleh pencabutan rencana pajak yang awalnya ditujukan untuk proyek-proyek yang menggunakan komponen dari “foreign entities of concern”—istilah yang umum diartikan merujuk pada pemasok asal Tiongkok. Pajak tersebut sempat menuai protes karena dinilai berpotensi membebani proyek-proyek energi bersih secara signifikan.

    Menurut American Clean Power Association (ACP), jika diterapkan, kebijakan tersebut dapat menambah beban industri hingga USD 7 miliar, atau setara dengan sekitar Rp 113,4 triliun (berdasarkan asumsi kurs Rp 16.203 per dolar AS). Namun, setelah menerima kritik dari berbagai pihak, ketentuan pajak tersebut akhirnya dihapus dari versi rancangan undang-undang yang disahkan Senat. Informasi ini dikonfirmasi oleh ACP serta Solar Energy Industries Association (SEIA).

    RUU Versi Senat Hapus Insentif Pajak Energi Bersih, Tapi Beri Kelonggaran Masa Transisi

    Meski Senat Amerika Serikat telah mencabut ketentuan pajak tambahan untuk proyek energi surya dan angin, versi terbaru dari One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) tetap menghapus dua insentif penting dalam sektor energi terbarukan: investment tax credit (ITC) dan production tax credit (PTC). Kedua insentif ini selama bertahun-tahun menjadi pendorong utama dalam ekspansi energi bersih di AS.

    Namun, tidak seperti rancangan awal yang lebih ketat, versi terbaru dari Senat memberikan masa transisi yang lebih longgar. Menurut keterangan dari American Clean Power Association (ACP), proyek-proyek yang mulai dibangun dalam waktu 12 bulan setelah RUU disahkan masih dapat menerima insentif penuh dari ITC maupun PTC.

    Adapun proyek yang dimulai lebih dari 12 bulan setelah pengesahan undang-undang tetap memiliki peluang untuk mendapatkan kredit pajak, asalkan dapat mulai beroperasi sebelum akhir tahun 2027.

    Saham Energi Terbarukan Berfluktuasi Usai RUU Pajak Direvisi, Pasar Tetap Waspada

    Pasar saham bereaksi cukup positif terhadap revisi One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) versi Senat AS yang menghapus ketentuan pajak terhadap proyek tenaga surya dan angin. Sejumlah saham perusahaan energi terbarukan melonjak tajam, mencerminkan optimisme investor atas pengurangan beban regulasi.

    Saham Array Technologies dan Nextracker, dua produsen sistem pelacak panel surya, masing-masing mengalami kenaikan lebih dari 12 persen dan 5 persen. Sementara itu, Sunrun, perusahaan pemasang panel surya untuk sektor perumahan, turut melonjak lebih dari 10 persen. Kenaikan juga terjadi pada produsen inverter seperti SolarEdge dan Enphase, yang masing-masing mencatat penguatan sekitar 7 persen dan 3 persen.

    Namun tidak semua emiten menikmati penguatan. Saham First Solar, produsen panel surya terbesar di Amerika Serikat, justru turun lebih dari 1 persen. Penurunan ini disebabkan kekhawatiran pasar atas potensi persaingan harga yang semakin ketat, seiring dihapuskannya hambatan pajak terhadap komponen impor.

    Kekhawatiran Masih Mengemuka

    Meski penghapusan pajak dianggap sebagai langkah positif, sejumlah kalangan tetap menyampaikan keprihatinan terhadap dampak keseluruhan dari isi RUU tersebut. Solar Energy Industries Association (SEIA) menilai revisi yang dilakukan oleh Senat hanya bersifat terbatas dan belum cukup melindungi sektor energi bersih secara menyeluruh.

    “Undang-undang ini merusak pondasi kebangkitan manufaktur Amerika dan kepemimpinan energi global. Jika RUU ini disahkan, keluarga akan menghadapi tagihan listrik yang lebih tinggi, pabrik akan tutup, orang Amerika akan kehilangan pekerjaan, dan jaringan listrik kita akan melemah,” tegas CEO SEIA, Abigail Ross Hopper.

    Proses Legislasi Masih Berlanjut

    Saat ini, RUU OBBBA masih dalam tahap pembahasan di Dewan Perwakilan AS. Pelaku industri dan investor akan terus memantau arah pembahasan kebijakan ini, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap masa depan energi bersih di Amerika Serikat.

  • IHSG Melemah, Investor Asing Lepas Saham Senilai Rp 1,22 Triliun

    IHSG Melemah, Investor Asing Lepas Saham Senilai Rp 1,22 Triliun

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan pada perdagangan Rabu, 2 Juli 2025. IHSG harus meninggalkan level psikologis 6.900 akibat tekanan aksi jual dari investor asing yang mencapai Rp 1,22 triliun.

    Berdasarkan data Anugerahslot finance di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Kamis, 3 Juli 2025, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.905,36 dan terendah di 6.838,40. Total volume perdagangan mencapai 24,19 miliar saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp 10,98 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 1,08 juta kali.

    Seiring dengan pelemahan IHSG, kapitalisasi pasar juga ikut turun menjadi Rp 12.103 triliun. Tekanan jual dari investor asing menjadi salah satu faktor utama penurunan ini. Sepanjang tahun 2025, total net sell asing tercatat sebesar Rp 55,49 triliun.

    Pada perdagangan Rabu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas asing, dengan nilai penjualan mencapai Rp 167,73 miliar. Diikuti oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 97,50 miliar dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) senilai Rp 82,11 miliar.

    Daftar 10 Saham Teratas yang Dilepas Investor Asing (2 Juli 2025):

    1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) – Rp 167,73 miliar
    2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) – Rp 97,50 miliar
    3. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) – Rp 82,11 miliar
    4. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) – Rp 61,50 miliar
    5. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) – Rp 30,12 miliar
    6. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) – Rp 29,94 miliar
    7. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) – Rp 29,68 miliar
    8. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) – Rp 24,82 miliar
    9. PT Alamtri Resources Tbk (ADRO) – Rp 24,68 miliar
    10. PT United Tractors Tbk (UNTR) – Rp 22,15 miliar

    Di sisi lain, investor asing juga melakukan aksi beli terhadap sejumlah saham. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan pembelian terbesar dengan nilai Rp 131,31 miliar, disusul PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).

    Daftar 10 Saham Teratas yang Dibeli Investor Asing (2 Juli 2025):

    1. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) – Rp 131,31 miliar
    2. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) – Rp 74,36 miliar
    3. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) – Rp 33,58 miliar
    4. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) – Rp 28,45 miliar
    5. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) – Rp 23,22 miliar
    6. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) – Rp 22,21 miliar
    7. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) – Rp 21,08 miliar
    8. PT Indosat Tbk (ISAT) – Rp 15,45 miliar
    9. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) – Rp 9,99 miliar
    10. PT Astra International Tbk (ASII) – Rp 8,55 miliar

    Pelemahan IHSG ini mencerminkan sentimen negatif pasar yang dipicu oleh arus keluar dana asing, sekaligus menjadi sinyal bagi pelaku pasar untuk mencermati arah pergerakan investor global dalam beberapa waktu ke depan.

    IHSG Ditutup Melemah, Pasar Cermati Sikap Trump terhadap The Fed

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 2 Juli 2025. Penurunan ini terjadi di tengah kehati-hatian pelaku pasar terhadap sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali melontarkan kritik terhadap kebijakan Federal Reserve (The Fed).

    IHSG ditutup turun 34,12 poin atau 0,49 persen ke level 6.881,24. Sementara itu, indeks saham LQ45 juga melemah 4,36 poin atau 0,57 persen ke posisi 766,22.

    Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyampaikan bahwa bursa saham Asia bergerak variatif pada hari itu. Para pelaku pasar mencermati pernyataan dari Presiden Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell, sembari menunggu hasil dari pertemuan Politbiro Partai Komunis China.

    Dari sisi global, perhatian investor tertuju pada surat yang dikirimkan Presiden Trump kepada Jerome Powell. Dalam surat tersebut, Trump mendesak The Fed untuk segera menurunkan suku bunga ke level yang sangat rendah. Sikap ini memperlihatkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS, terutama akibat kebijakan tarif dan tekanan perdagangan yang masih berlangsung.

    Trump juga kembali melontarkan kritik pedas melalui platform media sosial Truth Social. Ia menilai kebijakan suku bunga saat ini tidak sesuai dengan kebutuhan ekonomi AS dan menyatakan bahwa Dewan Gubernur The Fed seharusnya merasa malu atas kondisi ekonomi yang ada.

    Sentimen negatif dari luar negeri ini turut membayangi pergerakan IHSG, yang akhirnya ditutup di zona merah di tengah tekanan dari investor asing dan ketidakpastian arah kebijakan moneter global.

  • Antam Siap Jadi Pemain Utama dalam Rantai Pasok Baterai Kendaraan Listrik

    Antam Siap Jadi Pemain Utama dalam Rantai Pasok Baterai Kendaraan Listrik

    Serratalhadafc.com – Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Achmad Ardianto, menegaskan bahwa perusahaannya tidak ingin sekadar menjadi eksportir bahan mentah. Antam berambisi untuk mengambil peran strategis dalam rantai pasok global industri baterai kendaraan listrik.

    Komitmen ini tercermin dalam keterlibatan Antam dalam ekosistem pengembangan baterai kendaraan listrik nasional, melalui kolaborasi bersama Indonesia Battery Corporation (IBC), serta perusahaan global seperti CATL, Brunp, dan Lygend (CBL).

    “Kami ingin memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah, tapi juga pemain utama dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik,” ujar Ardianto dalam pernyataannya, dikutip Selasa (1/7/2025).

    Ardianto menjelaskan bahwa proyek yang sedang dibangun ini mencakup proses dari hulu ke hilir, dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan, efisiensi energi, serta penciptaan nilai tambah di dalam negeri.

    Ia juga menilai dukungan dari DPR RI terhadap agenda hilirisasi nasional merupakan sinyal penting bagi pelaku industri dan para investor. Hal ini menunjukkan bahwa proyek strategis seperti ini memiliki legitimasi politik yang kuat dan arah kebijakan yang jelas.

    Lebih lanjut, Ardianto menegaskan kepada Anugerahslot bahwa Antam berkomitmen menjadikan proyek baterai kendaraan listrik ini sebagai model industri masa depan: berbasis rendah karbon dan memberikan dampak sosial ekonomi yang luas bagi masyarakat Indonesia.

    Dukungan DPR: Proyek Baterai Jadi Tonggak Industrialisasi Energi Terbarukan

    Anggota Komisi VII DPR RI, Ramson Siagian, menyampaikan bahwa proyek baterai kendaraan listrik yang melibatkan Antam merupakan tonggak penting dalam upaya industrialisasi sektor energi terbarukan di Indonesia.

    Menurut Ramson, inisiatif proyek ini telah dirintis sejak empat tahun lalu, namun baru menunjukkan perkembangan signifikan dan realisasi nyata di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

    “Groundbreaking yang kita saksikan hari ini menandai bahwa proyek ini sudah resmi dimulai dan masuk tahap implementasi nyata,” ungkapnya.

    Ramson menambahkan, dimulainya proyek ini adalah sinyal kuat bahwa Indonesia serius dalam membangun industri energi masa depan yang berkelanjutan dan bernilai tambah tinggi.

    Ramson: Danantara Jadi Katalis Pembiayaan, Konsorsium Nasional Makin Solid

    Ramson Siagian menyatakan optimisme bahwa percepatan proyek baterai kendaraan listrik akan berjalan lebih lancar, khususnya karena skema pendanaannya kini mendapatkan dukungan penuh dari Danantara. Dengan sistem pembiayaan yang terkonsolidasi serta dukungan aset yang kuat, Danantara dinilai mampu menjadi katalis penting dalam pembiayaan industri baterai nasional.

    “Struktur konsorsium ini bukan hanya mengandalkan CBL, tapi merupakan sinergi antara ANTAM, IBC, dan mitra strategis lainnya,” jelas Ramson.

    Ia menjelaskan bahwa keberadaan ANTAM sebagai bagian dari holding tambang MIND ID, serta IBC sebagai entitas gabungan BUMN strategis, menciptakan kolaborasi yang lebih solid dan saling melengkapi dalam proyek ini.

    Menurut Ramson, posisi Antam sangat strategis untuk mengangkat peran Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik global. Ia juga menegaskan bahwa DPR RI akan terus memberikan dukungan politik dan regulatif untuk memperkuat peran BUMN sektor pertambangan dalam mendorong hilirisasi dan penciptaan nilai tambah di dalam negeri.

    Groundbreaking Tandai Pembangunan 6 Proyek Terintegrasi dalam Ekosistem Baterai Nasional

    Groundbreaking kali ini menandai dimulainya pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Ekosistem ini terdiri dari enam proyek utama hasil kolaborasi strategis antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan Konsorsium CATL-Brunp-Lygend (CBL).

    Lima dari enam proyek tersebut akan dikembangkan di Kawasan FHT, Halmahera Timur, sementara satu proyek lainnya akan berlokasi di Karawang. Seluruh proyek ini mencakup area seluas 3.023 hektar, menjadikannya salah satu kawasan industri terintegrasi terbesar untuk sektor baterai di Indonesia.

    Tak hanya itu, proyek ini juga diproyeksikan memberikan dampak sosial dan ekonomi yang besar, dengan potensi menyerap hingga 8.000 tenaga kerja langsung, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan membangun 18 infrastruktur dermaga multifungsi sebagai penunjang logistik.

  • Program Culling Pemerintah Dorong Kenaikan Harga DOC dan Broiler

    Program Culling Pemerintah Dorong Kenaikan Harga DOC dan Broiler

    Serratalhadafc.com – Upaya pemerintah untuk mengatasi kelebihan pasokan (oversupply) unggas mulai menunjukkan hasil positif. Sejak akhir April 2025, Kementerian Pertanian menggulirkan program pemusnahan (culling) terhadap indukan ayam berusia 55 minggu, telur tetas, serta anak ayam umur sehari (day-old chicks/DOC).

    Dampaknya mulai terasa pada pasar. Harga DOC tercatat mengalami kenaikan signifikan sebesar 15% secara bulanan (month-on-month/mom), menjadi Rp 5.800 per ekor pada Juni 2025.

    “Kami memperkirakan inisiatif culling yang dimulai akhir April 2025 akan menurunkan pasokan unggas pada tahun fiskal 2025 (FY25F) hingga 9%, dan mendorong kenaikan harga di paruh kedua 2025,” tulis tim analis CGS International dalam riset yang dirilis Senin (30/6/2025).

    Kenaikan harga tak hanya terjadi pada DOC. Harga ayam pedaging (broiler) juga ikut meningkat 1% mom menjadi Rp 20.000 per kilogram.

    Dengan program culling yang direncanakan berlangsung hingga akhir Juli 2025 dan pengurangan pasokan akibat pemangkasan populasi Grand Parent Stock (GPS) sejak 2024, keseimbangan antara permintaan dan pasokan unggas diprediksi membaik pada semester kedua 2025.

    Harga Bungkil Kedelai Turun, Industri Peternakan Dapat Angin Segar — Tapi Waspadai Tren Naik Jagung

    Penurunan harga bungkil kedelai global menjadi kabar baik bagi pelaku industri makanan dan minuman (F&B), khususnya di subsektor peternakan. Hingga Juni 2025, harga bungkil kedelai tercatat stabil di level rendah, yakni US$295 per ton, turun 16% dibandingkan tahun lalu (year-on-year/yoy). Penurunan ini terutama dipicu oleh lonjakan produksi global, dengan Amerika Serikat sebagai kontributor utama.

    “Penurunan harga ini terutama disebabkan oleh peningkatan produksi global sepanjang tahun, khususnya di Amerika Serikat,” tulis laporan riset.

    Namun di sisi lain, harga jagung mulai menunjukkan tren kenaikan. Per Juni 2025, harga jagung naik tipis 1% secara bulanan (month-on-month/mom) menjadi Rp 4.800 per kg, meski secara tahunan masih mencatat penurunan sebesar 9%.

    Ke depan, potensi kenaikan harga jagung tetap ada. Jika realisasi pembelian pemerintah mencapai target satu juta ton, harga jagung diperkirakan dapat terdorong hingga Rp 5.500 per kg, memberikan tekanan tambahan pada biaya pakan ternak.

    Laba CPIN dan JPFA Diprediksi Anjlok di Kuartal II-2025, Tapi Prospek Sektor Masih Positif

    Kinerja dua raksasa industri makanan dan minuman, Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dan Japfa Comfeed Indonesia (JPFA), diperkirakan melemah signifikan pada kuartal II 2025.

    Menurut proyeksi, laba bersih CPIN turun sebesar 51% secara kuartalan (qoq) dan 28% secara tahunan (yoy) menjadi Rp757 miliar. Sementara itu, JPFA diperkirakan mencatat penurunan lebih tajam, yaitu 46% qoq dan 55% yoy, dengan laba bersih sekitar Rp366 miliar.

    “Namun, pelemahan ini tampaknya sudah direspons pasar. Saham JPFA dan CPIN telah terkoreksi masing-masing sekitar 10% dan 5% dalam sebulan terakhir,” tulis CGS International dalam laporan riset terbarunya.

    Meskipun begitu, prospek jangka menengah tetap menjanjikan. CGS International mempertahankan rekomendasi “Overweight” untuk sektor ini. Harapannya, pemulihan kinerja bisa terjadi di paruh kedua 2025, didorong oleh implementasi program makan bergizi gratis dari pemerintah dan pengetatan impor grand parent stock (GPS) ayam.