Tag: amerika serikat

  • Bursa Asia Menguat, Trump Pangkas Tarif Impor Mobil Jepang

    Bursa Asia Menguat, Trump Pangkas Tarif Impor Mobil Jepang

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (5/9/2025). Sentimen positif muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memangkas tarif impor mobil dari Jepang, dari sebelumnya 27,5% menjadi 15%.

    Kebijakan ini juga mempertegas komitmen investasi Jepang senilai USD 550 miliar dalam berbagai proyek di AS, sehingga disambut positif oleh pelaku pasar.

    Mengutip Anugerahslot CNBC, di Jepang, indeks Nikkei 225 melesat 1,39%, sementara Topix naik 0,86%, didukung oleh data pengeluaran rumah tangga yang tumbuh 1,4% secara tahunan pada Juli.

    Dari Korea Selatan, Kospi menguat 0,26% dan Kosdaq naik 0,35%. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia bertambah 0,58%.

    Berbeda dengan bursa utama Asia lainnya, kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong berada di level 25.021, sedikit di bawah penutupan Kamis di 25.058,51. Kondisi ini mengindikasikan potensi pelemahan pada sesi pembukaan.

    Adapun di Asia Tenggara, pasar saham Malaysia dan Indonesia ditutup karena libur nasional.

    Wall Street Menguat Jelang Rilis Data Tenaga Kerja, Bursa Berjangka Stabil

    Menjelang rilis laporan ketenagakerjaan Agustus pada Jumat malam waktu setempat, bursa berjangka Amerika Serikat (AS) cenderung stabil. Investor menantikan data tersebut dengan harapan dapat memperkuat peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

    Pada perdagangan Kamis (4/9/2025) di New York, ketiga indeks utama Wall Street kompak berakhir menguat. Indeks S&P 500 naik 0,83% ke level 6.502,08 dan mencetak rekor penutupan ke-21 sepanjang tahun ini. Nasdaq Composite bertambah 0,98% ke 21.707,69, sedangkan Dow Jones Industrial Average menguat 350,06 poin atau 0,77% ke 45.621,29.

    Trump Resmikan Kesepakatan Dagang, Tarif Mobil Jepang ke AS Dipangkas

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis (4/9/2025) menandatangani perintah eksekutif yang memangkas tarif impor mobil dan sejumlah produk asal Jepang. Langkah ini sekaligus meresmikan kesepakatan perdagangan yang pertama kali diumumkan pada Juli lalu.

    Mengutip Newsweek, Jumat (5/9/2025), tarif mobil impor dari Jepang diturunkan dari 27,5% menjadi 15%. Kebijakan tersebut berlaku tujuh hari setelah perintah diterbitkan, sementara sebagian keringanan tarif diberlakukan surut sejak 7 Agustus. Pemangkasan tarif ini menjadi bagian dari negosiasi dagang yang lebih luas antara kedua negara.

    Beban tarif tinggi sebelumnya cukup menekan produsen otomotif Jepang. Toyota, misalnya, memperkirakan kerugian hingga USD 10 miliar akibat tarif tambahan untuk mobil yang diekspor ke AS.

    “Kami menghargai kepemimpinan Presiden Trump dalam mengamankan kesepakatan ini. Kerangka kerja baru ini memberikan kejelasan yang sangat dibutuhkan,” tulis Toyota dalam pernyataannya.

    Tak hanya soal otomotif, Jepang juga menyepakati komitmen tambahan berupa peningkatan impor produk pertanian asal AS senilai USD 8 miliar per tahun, mencakup beras, jagung, kedelai, pupuk, hingga bioetanol. Selain itu, pemerintah Jepang turut menyetujui paket investasi jumbo di AS senilai USD 550 miliar dalam bentuk ekuitas, pinjaman, serta jaminan dari bank-bank milik negara.

    Trump Resmikan Kesepakatan Dagang dengan Jepang, Tarif Mobil Dipangkas hingga Investasi Ratusan Miliar Dolar

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis (4/9/2025) menandatangani perintah eksekutif yang memangkas tarif impor mobil dan sejumlah produk asal Jepang. Langkah ini sekaligus meresmikan kesepakatan perdagangan yang pertama kali diumumkan pada Juli lalu.

    Mengutip Newsweek, Jumat (5/9/2025), tarif mobil impor dari Jepang diturunkan dari 27,5% menjadi 15%. Kebijakan tersebut berlaku tujuh hari setelah perintah diterbitkan, sementara sebagian keringanan tarif berlaku surut sejak 7 Agustus. Pemangkasan tarif ini menjadi bagian dari negosiasi dagang yang lebih luas antara kedua negara.

    Bagi produsen otomotif Jepang, keputusan ini memberikan napas lega. Toyota sebelumnya memperkirakan potensi kerugian hingga USD 10 miliar akibat tarif tambahan untuk mobil yang diekspor ke AS. “Kami menghargai kepemimpinan Presiden Trump dalam mengamankan kesepakatan ini. Kerangka kerja baru ini memberikan kejelasan yang sangat dibutuhkan,” tulis Toyota dalam pernyataannya.

    Kesepakatan dagang ini juga memberi Jepang kepastian tarif rendah untuk sejumlah produk strategis, termasuk cip dan farmasi, serta menghapus bea masuk untuk pesawat komersial dan suku cadangnya.

    Selain itu, Jepang berkomitmen memperbesar impor produk pertanian asal AS senilai USD 8 miliar per tahun—mulai dari beras, jagung, kedelai, pupuk, hingga bioetanol. Pemerintah Jepang pun menyetujui paket investasi jumbo di AS senilai USD 550 miliar dalam bentuk ekuitas, pinjaman, serta jaminan dari bank-bank milik negara.

    Negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, bahkan terbang langsung ke Washington untuk mendorong percepatan penerbitan perintah eksekutif tersebut. Sebagai mitra dagang terbesar kelima AS, Jepang menilai kesepakatan ini sebagai jaminan akses dagang yang lebih stabil ke pasar Amerika.

  • Wall Street Ditutup Anjlok, Data Tenaga Kerja Bikin Investor Saham Khawatir

    Wall Street Ditutup Anjlok, Data Tenaga Kerja Bikin Investor Saham Khawatir

    Serratalhadafc.com – Bursa saham di Amerika Serikat (AS) atau biasa disebut Wall Street berakhir melemah pada penutupan perdagangan Jumat (5/9/2025). Pelemahan bursa saham ini terjadi setelah laporan ketenagakerjaan AS lebih lemah dari perkiraan.

    Hal ini berdampak ke dua hal, yaitu memicu harapan penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) tetapi sekaligus menimbulkan kecemasan akan perlambatan ekonomi.

    Mengutip Anugerahslot CNBC, Sabtu (6/9/2025), Indeks S&P 500 turun 0,32% ke level 6.481,50, Nasdaq Composite melemah tipis 0,03% ke 21.700,39, sementara Dow Jones Industrial Average kehilangan 220,43 poin atau 0,48% ke 45.400,86.

    Ketiga indeks saham acuan ini sempat mencetak rekor intraday baru di awal sesi perdagangan.

    Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan perekonomian hanya menambah 22.000 lapangan kerja pada Agustus, jauh di bawah perkiraan 75.000. Sedangkan untuk tingkat pengangguran naik ke 4,3%, sesuai ekspektasi analis.

    Perkuat Spekulasi Investor

    Data ini semakin memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini. Bahkan menurut data FedWatch, sebagian pelaku pasar mulai memperhitungkan potensi pemangkasan 50 basis poin.

    Managing Partner di Harris Financial Group Jamie Cox menjelaskan, pertumbuhan lapangan kerja yang lambat, kenaikan pengangguran, serta upah yang moderat memperlihatkan pasar tenaga kerja benar-benar melambat.

    “The Fed kini punya alasan kuat untuk memangkas suku bunga,” kata dia.

    Kinerja Sepekan

    Meskipun pasar saham melemah pada Jumat, S&P 500 dan Nasdaq masih menutup pekan dengan kenaikan masing-masing 0,33% dan 1,14%. Sebaliknya, Dow Jones turun 0,32% sepanjang pekan.

    Sektor perbankan tertekan, dengan saham JPMorgan dan Wells Fargo melemah karena kekhawatiran perlambatan ekonomi dapat menekan pertumbuhan kredit. Perusahaan industri seperti Boeing dan GE Aerospace juga ikut tergelincir akibat prospek pesanan yang bisa menurun.

    Namun, tidak semua saham tertekan. Broadcom justru mencatat lonjakan 9,4% setelah laporan keuangannya melampaui ekspektasi Wall Street.

    Sebaliknya, Nvidia turun 2,7% karena kekhawatiran persaingan yang semakin ketat di sektor chip AI. Palantir juga terkoreksi sekitar 2% di tengah tekanan pada saham-saham teknologi berbasis kecerdasan buatan.

  • Bursa Asia Menguat Usai Trump Pangkas Tarif Mobil Jepang

    Bursa Asia Menguat Usai Trump Pangkas Tarif Mobil Jepang

    Serratalhadafc.com – Pasar saham di kawasan Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (5/9/2025). Sentimen positif ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memangkas tarif impor mobil asal Jepang dari 27,5% menjadi 15%.

    Kebijakan tersebut sekaligus memperkuat komitmen Jepang untuk menanamkan investasi senilai USD 550 miliar di berbagai proyek di AS.

    Mengutip Anugerahslot CNBC, indeks utama di Jepang menjadi motor penguatan regional. Nikkei 225 melonjak 1,39%, sementara Topix naik 0,86%, didorong oleh data pengeluaran rumah tangga yang pada Juli 2025 tumbuh 1,4% secara tahunan.

    Dari Korea Selatan, Kospi tercatat menguat 0,26% dan Kosdaq naik 0,35%. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 menambah 0,58%.

    Namun, berbeda dengan tren regional, kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong bergerak di level 25.021, sedikit lebih rendah dibanding penutupan Kamis (25.058,51). Hal ini mengindikasikan adanya potensi pelemahan pada awal perdagangan.

    Sementara itu, di Asia Tenggara, pasar saham Malaysia dan Indonesia tidak beroperasi karena libur nasional.

    Wall Street Menguat, Investor Nantikan Data Ketenagakerjaan AS

    Sementara itu, bursa berjangka Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada Jumat pagi menjelang publikasi laporan ketenagakerjaan Agustus yang akan dirilis malam waktu setempat. Investor menaruh harapan bahwa data tersebut dapat memperkuat peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.

    Pada perdagangan Kamis (4/9/2025) di New York, tiga indeks utama Wall Street kompak ditutup di zona hijau. Indeks S&P 500 naik 0,83% ke 6.502,08, mencetak rekor penutupan ke-21 sepanjang tahun ini. Nasdaq Composite juga bertambah 0,98% menjadi 21.707,69, sementara Dow Jones Industrial Average menguat 350,06 poin atau 0,77% ke posisi 45.621,29.

    Trump Pangkas Tarif Mobil Jepang, Resmikan Kesepakatan Dagang Baru

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis (4/9/2025) resmi menandatangani perintah eksekutif yang memangkas tarif impor mobil serta sejumlah produk asal Jepang. Kebijakan ini juga menandai implementasi kesepakatan dagang yang pertama kali diumumkan pada Juli lalu.

    Mengutip Newsweek, Jumat (5/9/2025), tarif mobil asal Jepang dipangkas dari 27,5% menjadi 15%. Aturan ini akan berlaku tujuh hari setelah diterbitkan, sementara beberapa keringanan tarif berlaku surut sejak 7 Agustus. Pemangkasan tarif tersebut merupakan bagian dari negosiasi perdagangan yang lebih luas antara Washington dan Tokyo.

    Tarif tinggi sebelumnya menjadi beban besar bagi produsen Jepang. Toyota, misalnya, memperkirakan kerugian hingga USD 10 miliar akibat bea tambahan atas mobil ekspor ke pasar AS.

    “Kami menghargai kepemimpinan Presiden Trump dalam mengamankan kesepakatan ini. Kerangka kerja baru ini memberikan kejelasan yang sangat dibutuhkan,” tulis Toyota dalam pernyataannya.

    Tak hanya di sektor otomotif, Jepang juga sepakat meningkatkan impor produk pertanian dari AS senilai USD 8 miliar per tahun. Komoditas yang masuk daftar antara lain beras, jagung, kedelai, pupuk, dan bioetanol.

    Selain itu, pemerintah Jepang berkomitmen menyalurkan investasi jumbo di AS dengan total nilai USD 550 miliar. Investasi tersebut akan berbentuk ekuitas, pinjaman, hingga jaminan yang disalurkan melalui bank-bank milik negara.

    Jepang Pastikan Tarif Rendah untuk Sektor Strategis

    Kesepakatan dagang baru ini juga memberi Jepang kepastian tarif rendah untuk sejumlah produk strategis, seperti cip semikonduktor dan farmasi. Selain itu, bea masuk untuk pesawat komersial serta suku cadangnya dihapus sepenuhnya.

    Negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, bahkan terbang langsung ke Washington demi mendorong percepatan penerbitan perintah eksekutif tersebut. Bagi Jepang—yang merupakan mitra dagang terbesar kelima AS—kesepakatan ini dianggap sebagai jaminan penting untuk menjaga stabilitas akses perdagangan di pasar Amerika.

  • Ketegangan Dagang dan Musim Laporan Keuangan Tekan Pasar Saham AS

    Ketegangan Dagang dan Musim Laporan Keuangan Tekan Pasar Saham AS

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Amerika Serikat kembali berada di bawah tekanan pada perdagangan Minggu malam waktu setempat, menyusul meningkatnya kekhawatiran investor terhadap memanasnya hubungan dagang dan akan dimulainya musim laporan keuangan kuartal kedua.

    Mengutip laporan dari Anugerahslot Finance pada Selasa (15/7/2025), kontrak berjangka untuk ketiga indeks utama menunjukkan penurunan serentak. Indeks S&P 500 futures (ES=F) tercatat melemah 0,4%, diikuti oleh Nasdaq 100 futures (NQ=F) yang juga turun 0,4%, serta Dow Jones Industrial Average futures (YM=F) yang mengalami koreksi serupa.

    Tekanan ini muncul setelah pernyataan mengejutkan dari mantan Presiden Donald Trump pada akhir pekan lalu. Dalam pernyataannya pada Sabtu, Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mulai menerapkan tarif baru sebesar 30% terhadap produk impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus mendatang.

    Pengumuman tersebut langsung menimbulkan kekhawatiran pasar terhadap potensi ketegangan dagang yang kembali meningkat, serta risiko naiknya inflasi di tengah upaya pemulihan ekonomi global yang masih berlangsung.

    Merespons kabar tersebut, pihak Uni Eropa dan Meksiko menyatakan kesiapan mereka untuk melanjutkan dialog dengan pemerintah AS guna mencari solusi damai atas kebijakan tarif tersebut.

    Penurunan pasar ini sekaligus memperpanjang tren negatif yang telah terlihat sejak pekan sebelumnya. Ketiga indeks utama mengalami koreksi setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan selama tiga minggu berturut-turut.

    Meski begitu, posisi ketiga indeks masih bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa, menunjukkan bahwa optimisme pasar belum sepenuhnya pudar di tengah dinamika global yang terus berubah.

    Data Inflasi dan Ketegangan Politik Jadi Sorotan Investor Pekan Ini

    Memasuki pekan baru, perhatian pelaku pasar keuangan akan tertuju pada rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sangat dinantikan. Data inflasi ini diperkirakan akan memberikan sinyal penting mengenai seberapa besar dampak kebijakan tarif terhadap harga-harga barang dan jasa di berbagai sektor ekonomi Amerika Serikat.

    Selain itu, investor juga mulai berspekulasi mengenai langkah kebijakan moneter berikutnya dari Federal Reserve (The Fed). Bank sentral AS dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga dalam waktu kurang dari dua minggu. Pasar tengah mencermati apakah tekanan inflasi yang meningkat akan mendorong The Fed untuk menahan, menurunkan, atau bahkan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

    Situasi kian rumit dengan munculnya ketidakpastian politik yang membayangi arah kebijakan ekonomi. Ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed kembali mencuat, menyusul pernyataan Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, dalam wawancaranya dengan ABC News pada Minggu. Hassett menyatakan bahwa Presiden Donald Trump memiliki wewenang untuk mencopot Ketua The Fed, Jerome Powell, jika terdapat alasan yang mendasari.

    Pernyataan tersebut memperbesar kekhawatiran pasar atas independensi The Fed, serta memperparah suasana ketidakpastian di tengah kondisi ekonomi global yang masih rentan terhadap guncangan kebijakan.

    Musim Laporan Keuangan Dimulai, Investor Pantau Kinerja Bank dan Raksasa Teknologi

    Musim laporan keuangan kuartal kedua resmi dimulai pekan ini, menjadi fokus utama bagi investor yang ingin mengukur kesehatan sektor korporasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Deretan bank-bank besar Amerika Serikat dijadwalkan mengumumkan kinerja mereka, menandai awal periode penting dalam pasar modal.

    Salah satu yang paling disorot adalah Wells Fargo (WFC). Laporan keuangan bank besar ini menarik perhatian karena menjadi yang pertama sejak berhasil keluar dari pengawasan regulasi ketat yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.

    Tak hanya sektor perbankan, investor juga menantikan laporan dari sektor teknologi. Netflix (NFLX) dijadwalkan menjadi perusahaan teknologi besar pertama yang merilis hasil kinerja kuartalannya. Laporan ini akan menjadi barometer awal bagi kinerja raksasa teknologi lainnya yang akan menyusul dalam beberapa minggu ke depan.

    Sementara itu, perusahaan semikonduktor seperti ASML (ASML) dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) juga menjadi sorotan. Kedua perusahaan ini diperkirakan akan memberikan wawasan penting terkait perkembangan industri chip, khususnya yang terkait dengan teknologi kecerdasan buatan (AI), yang saat ini menjadi motor pertumbuhan utama sektor teknologi global.

    Beberapa perusahaan besar lainnya yang juga dijadwalkan merilis laporan keuangan dalam waktu dekat antara lain PepsiCo (PEP), United Airlines (UAL), dan American Express (AXP). Kinerja mereka akan memberikan gambaran lintas sektor — dari konsumsi, transportasi, hingga layanan keuangan — yang sangat dinantikan pasar sebagai penentu arah indeks saham utama dalam beberapa pekan ke depan.

  • Pasar Saham AS Tertekan Jelang Musim Laporan Keuangan, Ketegangan Dagang Jadi Sorotan

    Pasar Saham AS Tertekan Jelang Musim Laporan Keuangan, Ketegangan Dagang Jadi Sorotan

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan pada perdagangan Minggu malam waktu setempat, dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap ketegangan dagang yang kembali memanas serta menjelang dimulainya musim laporan keuangan kuartal kedua.

    Dilansir dari Anugerahslot Finance pada Selasa (15/7/2025), kontrak berjangka untuk ketiga indeks utama Wall Street kompak menunjukkan pelemahan. Indeks S&P 500 futures (ES=F) tercatat turun 0,4%, seiring dengan Nasdaq 100 futures (NQ=F) yang juga melemah 0,4%. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average futures (YM=F) mengalami penurunan serupa, sekitar 0,4%.

    Tekanan ini menyusul pernyataan mengejutkan dari mantan Presiden Donald Trump pada Sabtu lalu. Ia mengumumkan bahwa AS akan mulai memberlakukan tarif baru sebesar 30% terhadap barang-barang impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus mendatang. Kebijakan ini memicu kekhawatiran baru terkait hubungan dagang global, serta potensi lonjakan inflasi di tengah proses pemulihan ekonomi dunia.

    Sebagai respons, pihak Uni Eropa dan Meksiko menyatakan kesiapan mereka untuk melanjutkan dialog dengan AS guna meredakan ketegangan dan membahas kebijakan tarif lebih lanjut.

    Tekanan pasar ini memperpanjang tren koreksi dari pekan sebelumnya, setelah tiga minggu berturut-turut mengalami kenaikan. Meski begitu, posisi ketiga indeks utama masih bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa, mencerminkan optimisme yang masih ada di kalangan investor, meski dibayangi sentimen negatif jangka pendek.

    Pasar Waspada, Investor Menanti Data Inflasi dan Sikap The Fed

    Pekan ini, perhatian para investor akan tertuju pada rilis data inflasi konsumen (IHK) yang sangat dinantikan. Data ini diharapkan menjadi indikator penting dalam membaca dampak lanjutan dari kebijakan tarif terhadap kenaikan harga di berbagai sektor ekonomi Amerika Serikat.

    Selain itu, pelaku pasar juga menanti arah kebijakan moneter Federal Reserve, yang dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga dalam waktu kurang dari dua minggu. Spekulasi pun bermunculan mengenai apakah The Fed akan tetap bersikap hati-hati atau mengambil langkah lebih agresif dalam mengendalikan inflasi.

    Di tengah ketidakpastian tersebut, tensi antara Gedung Putih dan The Fed kembali meningkat. Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, dalam wawancara dengan ABC News pada Minggu (waktu setempat), menyatakan bahwa Presiden Trump dapat mencopot Ketua The Fed, Jerome Powell, jika ada alasan yang cukup.

    Pernyataan ini turut menambah tekanan psikologis pasar, yang sudah bergulat dengan kekhawatiran tentang hubungan dagang internasional dan arah kebijakan ekonomi dalam negeri. Para analis menilai, kombinasi antara ketegangan politik dan risiko inflasi dapat meningkatkan volatilitas pasar dalam beberapa waktu ke depan.

    Musim Laporan Keuangan Dimulai, Investor Pantau Bank dan Raksasa Teknologi

    Musim laporan keuangan kuartal kedua resmi dimulai pekan ini, dengan perhatian pasar tertuju pada deretan perusahaan besar yang dijadwalkan mengungkap kinerja terbarunya. Sektor keuangan menjadi sorotan awal, di mana sejumlah bank besar Amerika Serikat akan membuka rangkaian laporan tersebut.

    Wells Fargo (WFC) menjadi salah satu yang paling dinantikan, terutama setelah berhasil keluar dari pengawasan regulasi ketat selama lebih dari satu dekade. Kinerja bank ini dinilai bisa mencerminkan kekuatan sektor perbankan di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.

    Sementara itu, Netflix (NFLX) akan memimpin laporan dari sektor teknologi. Kinerja perusahaan streaming ini disebut-sebut sebagai tolok ukur awal bagi raksasa teknologi lainnya yang akan menyusul.

    Dari industri semikonduktor, laporan dari ASML dan Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) sangat ditunggu karena dinilai mampu memberikan gambaran penting terkait tren dan permintaan terhadap chip berbasis kecerdasan buatan (AI) yang tengah meningkat pesat.

    Selain itu, sejumlah nama besar seperti PepsiCo (PEP), United Airlines (UAL), dan American Express (AXP) juga dijadwalkan menyampaikan hasil kinerjanya dalam waktu dekat. Investor akan memantau perkembangan ini secara ketat, termasuk potensi pergerakan di sektor IPO serta aksi korporasi seperti merger dan akuisisi.

  • Pasar Saham Eropa Melemah, Kekhawatiran Tarif Baru dari AS Jadi Pemicu

    Pasar Saham Eropa Melemah, Kekhawatiran Tarif Baru dari AS Jadi Pemicu

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Eropa ditutup melemah menjelang akhir pekan, dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat (AS) terhadap Uni Eropa. Hingga kini, pelaku pasar masih menantikan kepastian dari Gedung Putih terkait surat resmi yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.

    Dilansir dari Anugerahslot CNBC, Sabtu (12/7/2025), indeks Stoxx Europe 600 mengalami penurunan sebesar 1,1%. Indeks-indeks utama lainnya juga mencatat pelemahan serupa: DAX Jerman dan CAC 40 Prancis masing-masing turun sekitar 0,9%, sementara FTSE 100 Inggris ikut terkoreksi sebesar 0,4%.

    Situasi ini terjadi di tengah sinyal kebijakan ekonomi yang bertolak belakang dari Amerika Serikat. Risalah pertemuan Federal Reserve (The Fed) bulan Juni menunjukkan bahwa mayoritas anggota dewan membuka kemungkinan untuk menurunkan suku bunga pada tahun ini—yang sempat menumbuhkan harapan pasar akan pelonggaran moneter.

    Namun demikian, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memberikan pandangan berbeda. Dalam pernyataannya saat menghadiri acara di Departemen Luar Negeri Irlandia pada Kamis lalu, Dimon memperingatkan bahwa risiko kenaikan suku bunga justru lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh banyak investor.

    “Pasar memperkirakan peluang kenaikan suku bunga sebesar 20%, tapi menurut saya angkanya lebih dekat ke 40-50%. Ini alasan yang cukup kuat untuk waspada,” ungkap Dimon.

    Ia juga menambahkan bahwa inflasi berpotensi kembali menjadi ancaman serius bagi perekonomian AS jika tidak ditangani dengan hati-hati.

    Sentimen Pasar Global Tertekan, Tarif Baru AS Picu Kekhawatiran Investor

    Sentimen pasar global kembali goyah setelah muncul kabar bahwa Amerika Serikat (AS) akan memberlakukan tarif impor sebesar 35% terhadap Kanada. Kebijakan ini menambah daftar panjang langkah proteksionis AS, menyusul tarif 25% terhadap Jepang, serta 50% untuk Brasil dan seluruh impor tembaga—angka yang jauh melebihi perkiraan para pelaku pasar.

    Dampaknya langsung terasa di pasar keuangan. Pada perdagangan siang di London, indeks Stoxx 600 mencatat penurunan hampir 1%. Sementara itu, kontrak berjangka untuk indeks Dow Jones Industrial Average di AS juga terkoreksi sebesar 0,7%, menandakan perubahan tajam dalam sentimen setelah euforia sebelumnya.

    Padahal, hanya sehari sebelumnya, bursa saham di Inggris dan Wall Street sempat mencatatkan rekor tertinggi, didorong oleh optimisme investor terhadap prospek ekonomi global dan kemungkinan pelonggaran suku bunga oleh The Fed.

    Namun, minimnya kemajuan dalam perundingan perdagangan antara Uni Eropa dan AS turut memperburuk suasana. Ketidakpastian yang terus berlanjut membuat investor mulai menahan diri menjelang musim panas yang penuh spekulasi.

    “Entah ini hanya jeda sejenak atau peringatan bagi investor soal risiko yang membayangi, yang pasti ketidakpastian belum akan berakhir,” tulis Dan Coatsworth, analis investasi dari AJ Bell, dalam catatannya.

    Kondisi ini menjadi sinyal bahwa pasar global masih sangat sensitif terhadap perkembangan kebijakan dagang, terutama dari AS, yang terus mengedepankan pendekatan proteksionis dalam menghadapi mitra dagangnya.

    Tekanan Global

    Ia menambahkan bahwa fokus pasar kini mulai bergeser menuju musim laporan keuangan kuartalan, yang akan diawali oleh sejumlah bank besar di Amerika Serikat.

    Kinerja perusahaan-perusahaan tersebut dianggap sebagai indikator penting untuk menilai sejauh mana dunia usaha mampu bertahan dan beradaptasi menghadapi tekanan global yang semakin rumit.

  • Elon Musk ke Analis Wedbush: “Diam, Dan” Usai Kritik Politik dan Saran ke Dewan Tesla

    Elon Musk ke Analis Wedbush: “Diam, Dan” Usai Kritik Politik dan Saran ke Dewan Tesla

    Serratalhadafc.com – CEO Tesla, Elon Musk, meminta analis senior dari Wedbush Securities, Dan Ives, untuk “diam” melalui unggahan di platform X (dulu Twitter) pada Selasa, 8 Juli 2025. Hal ini terjadi setelah Ives memberikan tiga rekomendasi penting kepada dewan direksi Tesla yang menyoroti peran dan aktivitas politik Musk.

    Dan Ives dikenal sebagai salah satu analis paling optimistis terhadap saham Tesla di Wall Street, dengan target harga USD 500, tertinggi dari seluruh analis yang dilacak oleh FactSet. Namun, dalam perkembangan terbaru, Ives menyampaikan kritik terhadap aktivitas politik Musk, menyusul deklarasi pembentukan partai politik baru bernama “America Party” yang bertujuan menyaingi kandidat Partai Republik yang mendukung RUU yang didukung Presiden Donald Trump.

    Kritik ini muncul sehari setelah saham Tesla anjlok hampir 7%, memangkas kapitalisasi pasar sekitar USD 68 miliar (setara Rp 1.104 triliun dengan kurs Rp 16.249 per dolar AS).

    Dalam unggahannya, Ives meminta Dewan Tesla untuk:

    1. Menyusun paket kompensasi baru yang memberi Musk 25% hak suara dan membuka jalan merger dengan xAI.
    2. Menetapkan batas waktu keterlibatan Musk dalam urusan Tesla.
    3. Memberikan pengawasan lebih atas aktivitas politik CEO.

    Ives dan tim analis Wedbush juga menerbitkan laporan yang menyebut bahwa “Dewan Tesla harus bertindak dan menetapkan aturan dasar bagi Musk; opera sabun ini harus segera berakhir.” Mereka menyebut peluncuran partai politik baru sebagai “titik kritis dalam kisah Tesla” yang menuntut intervensi dari dewan.

    Meski demikian, Wedbush tetap mempertahankan rekomendasi beli dan target harga saham Tesla.

    Sebagai tanggapan atas saran tersebut, Musk hanya menulis singkat di X: “Diam, Dan.”

    Komentar Musk tersebut menyoroti ketegangan antara kebebasan pribadi CEO dan peran serta tanggung jawabnya di perusahaan publik yang terdaftar, terutama di tengah dinamika politik dan bisnis yang kian kompleks.

    Elon Musk Dikritik karena Aktivisme Politik, Dan Ives dan Analis Lain Desak Dewan Tesla Bertindak

    Dalam tanggapan melalui email kepada Anugerahslot finance, analis Wedbush Securities Dan Ives menyatakan bahwa ia memahami reaksi Elon Musk, namun tetap mendukung perlunya tindakan tegas dari dewan direksi Tesla.

    “Elon memiliki pendapatnya dan saya mengerti, tetapi kami mendukung apa yang menurut kami merupakan tindakan yang tepat bagi dewan,” tulis Ives.

    Kontroversi ini mencuat di tengah polemik mengenai paket kompensasi CEO Tesla tahun 2018 yang bernilai sekitar USD 56 miliar, yang telah dibatalkan oleh Pengadilan Kanselir Delaware awal tahun lalu. Dalam putusannya, Hakim Kathaleen McCormick menyatakan bahwa dewan direksi Tesla gagal menunjukkan independensi dari Musk dan tidak melakukan negosiasi dengan semestinya.

    Saat ini, Tesla tengah mengajukan banding ke Mahkamah Agung Negara Bagian Delaware, sembari menyusun kembali skema kompensasi baru bagi Musk.

    Dan Ives bukan satu-satunya yang menyuarakan keprihatinan. Analis dari firma William Blair juga menurunkan rekomendasi saham Tesla dari “beli” menjadi “tahan” pada Senin (7 Juli 2025), dengan alasan kekhawatiran terhadap aktivisme politik Musk serta potensi dampak buruk dari RUU pengeluaran Kongres terhadap margin dan penjualan kendaraan listrik (EV) Tesla.

    “Kami khawatir investor mulai lelah dengan gangguan ini, justru di saat bisnis Tesla paling membutuhkan perhatian penuh dari Musk,” tulis analis William Blair.

    Mereka menambahkan, alih-alih fokus pada politik, energi Musk sebaiknya diarahkan pada peluncuran proyek-proyek strategis, seperti Robotaxi, yang saat ini berada di titik krusial pengembangan.

    Pendukung Trump Tangguhkan ETF Terkait Tesla, Minta Dewan Klarifikasi Ambisi Politik Elon Musk

    CEO hedge fund Azoria Partners, James Fishback, yang dikenal sebagai pendukung Donald Trump, mengumumkan pada Sabtu (5 Juli 2025) bahwa perusahaannya menunda peluncuran Azoria Tesla Convexity ETF—produk dana yang dirancang untuk berinvestasi dalam saham dan opsi Tesla.

    Fishback memulai pernyataannya di platform X dengan tegas: “Elon sudah terlalu jauh.” Ia kemudian menyerukan agar Dewan Direksi Tesla segera mengadakan pertemuan dan meminta Musk untuk menjelaskan ambisi politiknya, serta mengevaluasi apakah aktivitas tersebut masih sesuai dengan tanggung jawab Musk sebagai CEO penuh waktu di Tesla.

    Pernyataan ini muncul tak lama setelah Musk mengumumkan pembentukan Partai Amerika (America Party)—entitas politik baru yang diklaim akan “mendukung kebebasan warga Amerika.” Namun, hingga kini Musk belum mengungkapkan detail resmi mengenai legalitas partai tersebut, sumber pendanaan, atau kandidat politik mana yang akan ia dukung.

    Kontroversi politik Musk semakin memperkeruh suasana, di tengah performa saham Tesla yang telah turun sekitar 25% sepanjang tahun ini, menjadikannya salah satu kinerja terburuk di sektor teknologi AS, dan jauh tertinggal dari indeks pasar utama.

    Selama paruh pertama 2025, Musk aktif bekerja dengan pemerintahan Trump, memimpin upaya untuk merampingkan birokrasi federal. Namun, kolaborasi itu berakhir pada Mei lalu, menyusul perselisihan terbuka antara Musk dan Trump terkait RUU pengeluaran dan isu-isu kebijakan lainnya.

    Hingga berita ini diturunkan, Elon Musk, Ketua Dewan Tesla Robyn Denholm, dan Kepala Hubungan Investor Travis Axelrod belum memberikan tanggapan resmi terhadap permintaan komentar.

  • Hari Kemerdekaan AS 4 Juli 2025: Ini Daftar Layanan yang Tutup dan Tetap Buka

    Hari Kemerdekaan AS 4 Juli 2025: Ini Daftar Layanan yang Tutup dan Tetap Buka

    Serratalhadafc.com – Warga Amerika Serikat akan merayakan Hari Kemerdekaan pada Jumat, 4 Juli 2025. Sebagai salah satu hari besar nasional, peringatan ini bukan hanya momentum historis, tetapi juga hari libur federal yang berdampak pada operasional berbagai layanan dan bisnis di seluruh negeri.

    Hari Kemerdekaan AS menandai momen penting dalam sejarah Amerika, yaitu adopsi Deklarasi Kemerdekaan pada tahun 1776. Mengutip dari Anugerahslot Finance, libur nasional ini membuat banyak kantor pemerintah, bank, dan sebagian bisnis menghentikan operasionalnya untuk sementara.

    Pasar Saham AS

    Mengacu pada laporan Yahoo Finance, seluruh pasar saham AS, termasuk Bursa Efek New York (NYSE) dan Nasdaq, akan tutup pada Jumat, 4 Juli 2025. Bahkan, kedua bursa akan mengakhiri perdagangan lebih awal pada Kamis, 3 Juli 2025, pukul 13.00 waktu setempat.

    Bank dan Lembaga Keuangan

    Federal Reserve menetapkan 4 Juli sebagai hari libur bank. Akibatnya, sebagian besar bank di seluruh AS tidak akan beroperasi pada hari tersebut. Masyarakat disarankan melakukan transaksi penting sebelum tanggal tersebut.

    Supermarket dan Toko Ritel

    Meski banyak layanan publik tutup, sebagian besar supermarket dan toko ritel tetap buka dengan jadwal khusus:

    • Target dan Walmart: Buka seperti biasa mengikuti jam operasional lokal.
    • Jaringan Kroger (termasuk Fred Meyer, Dillons, Food 4 Less, Ralphs, dan QFC): Tetap buka sesuai jam normal, namun bisa berbeda antar lokasi.
    • Whole Foods, Wegmans, dan Food Lion: Beroperasi seperti biasa.
    • Trader Joe’s: Tutup lebih awal, yaitu pukul 17.00.
    • ALDI: Tutup pukul 16.00.
    • Sam’s Club:
      • Anggota Plus: Buka pukul 08.00–18.00
      • Anggota Reguler: Buka pukul 10.00–18.00
    • Costco: Tutup pada Hari Kemerdekaan.

    Layanan Pos dan Pengiriman

    • Layanan Pos AS (USPS) tidak akan melakukan pengambilan maupun pengantaran surat pada 4 Juli.
    • UPS juga menghentikan layanan reguler, namun UPS Express Critical tetap tersedia untuk pengiriman mendesak.
    • FedEx menutup sebagian besar layanannya, kecuali FedEx Custom Critical yang tetap beroperasi untuk kebutuhan khusus.

    Kesimpulan

    Hari Kemerdekaan di Amerika Serikat menjadi momen penting tidak hanya secara historis, tetapi juga berdampak pada rutinitas bisnis dan layanan publik. Warga diimbau untuk menyesuaikan jadwal belanja, pengiriman, dan transaksi keuangan menjelang 4 Juli agar tidak terganggu oleh penyesuaian jam operasional selama libur nasional.

    Dampak Wall Street Terhadap Bursa Asia: Tidak Seragam, Dipengaruhi Banyak Faktor

    Wall Street, sebagai indikator utama kesehatan ekonomi global, kerap menjadi tolok ukur pergerakan pasar saham dunia—termasuk di kawasan Asia. Namun, meski pengaruhnya besar, respon bursa-bursa Asia terhadap pergerakan Wall Street tidak selalu seragam.

    Dalam praktiknya, beberapa bursa Asia mencatat penguatan, sementara yang lain justru mengalami pelemahan, mencerminkan kompleksitas dan keragaman faktor yang membentuk dinamika pasar regional.

    Banyak Faktor Pengaruh, Bukan Hanya dari AS

    Pergerakan pasar saham tidak hanya bergantung pada sentimen dari Amerika Serikat seperti kebijakan tarif, suku bunga, atau data tenaga kerja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi domestik di masing-masing negara.

    Beberapa faktor internal yang sering menjadi penentu utama di antaranya:

    • Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
    • Tingkat inflasi dan kebijakan moneter lokal
    • Angka pengangguran dan tingkat konsumsi masyarakat
    • Stabilitas politik dan kebijakan fiskal

    Investor cenderung akan lebih responsif terhadap kondisi ekonomi makro dan kebijakan pemerintah di negaranya masing-masing, meskipun tetap mencermati arah pergerakan pasar global.

    Penutup

    Meski Wall Street tetap menjadi barometer penting dalam mengukur arah pasar global, namun reaksi pasar Asia tetap dipengaruhi oleh kombinasi antara faktor global dan domestik. Perbedaan kondisi ekonomi dan strategi kebijakan menjadikan pergerakan bursa saham Asia tidak seragam, bahkan bisa berlawanan arah meski merespons isu yang sama.

    Kebijakan Fiskal dan Moneter

    Selain faktor ekonomi makro, kebijakan pemerintah, baik fiskal maupun moneter, turut memainkan peran penting dalam pergerakan bursa saham. Kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi, menjaga inflasi tetap terkendali, serta menciptakan stabilitas pasar, umumnya akan meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong penguatan indeks saham.

    Tak hanya itu, sejumlah faktor non-ekonomi juga berpengaruh terhadap dinamika pasar. Stabilitas politik, misalnya, dapat menjadi penentu utama dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Selain itu, sentimen pasar, yang terbentuk dari ekspektasi investor terhadap kondisi global dan domestik, dapat menggerakkan pasar secara signifikan—meski tidak selalu rasional.

    Dari sisi teknikal, variabel seperti volume perdagangan, volatilitas harga, dan pola pergerakan historis juga sering digunakan pelaku pasar dalam mengambil keputusan. Kombinasi antara faktor fundamental dan teknikal inilah yang membentuk kompleksitas pergerakan bursa saham dari waktu ke waktu.

  • Saham Energi Terbarukan di AS Melonjak Usai Senat Hapus Ketentuan Pajak Proyek Hijau

    Saham Energi Terbarukan di AS Melonjak Usai Senat Hapus Ketentuan Pajak Proyek Hijau

    Serratalhadafc.com – Harga saham perusahaan sektor energi terbarukan di Amerika Serikat mengalami kenaikan signifikan setelah Senat AS memutuskan untuk menghapus ketentuan pajak terhadap proyek-proyek energi surya dan angin dalam revisi One Big Beautiful Bill Act (OBBBA). Keputusan ini menjadi kabar baik bagi para pelaku industri yang sebelumnya khawatir akan dampak negatif dari beban pajak tambahan.

    Dilansir Anugerahslot International, Kamis (3/7/2025), dalam perdagangan Selasa waktu setempat, sejumlah saham energi hijau mencatatkan penguatan. Saham NextEra Energy, pengembang energi terbarukan terbesar di AS, naik sekitar 5 persen. Sementara itu, saham AES Corporation, perusahaan penyedia energi hijau lainnya, menguat sekitar 2 persen.

    Tak hanya itu, dana indeks berbasis energi bersih juga mengalami lonjakan. Invesco Solar ETF (TAN) tercatat naik 2,9 persen, sedangkan iShares Global Clean Energy ETF (ICLN) naik sebesar 0,8 persen.

    Kenaikan ini dipicu oleh pencabutan rencana pajak yang awalnya ditujukan untuk proyek-proyek yang menggunakan komponen dari “foreign entities of concern”—istilah yang umum diartikan merujuk pada pemasok asal Tiongkok. Pajak tersebut sempat menuai protes karena dinilai berpotensi membebani proyek-proyek energi bersih secara signifikan.

    Menurut American Clean Power Association (ACP), jika diterapkan, kebijakan tersebut dapat menambah beban industri hingga USD 7 miliar, atau setara dengan sekitar Rp 113,4 triliun (berdasarkan asumsi kurs Rp 16.203 per dolar AS). Namun, setelah menerima kritik dari berbagai pihak, ketentuan pajak tersebut akhirnya dihapus dari versi rancangan undang-undang yang disahkan Senat. Informasi ini dikonfirmasi oleh ACP serta Solar Energy Industries Association (SEIA).

    RUU Versi Senat Hapus Insentif Pajak Energi Bersih, Tapi Beri Kelonggaran Masa Transisi

    Meski Senat Amerika Serikat telah mencabut ketentuan pajak tambahan untuk proyek energi surya dan angin, versi terbaru dari One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) tetap menghapus dua insentif penting dalam sektor energi terbarukan: investment tax credit (ITC) dan production tax credit (PTC). Kedua insentif ini selama bertahun-tahun menjadi pendorong utama dalam ekspansi energi bersih di AS.

    Namun, tidak seperti rancangan awal yang lebih ketat, versi terbaru dari Senat memberikan masa transisi yang lebih longgar. Menurut keterangan dari American Clean Power Association (ACP), proyek-proyek yang mulai dibangun dalam waktu 12 bulan setelah RUU disahkan masih dapat menerima insentif penuh dari ITC maupun PTC.

    Adapun proyek yang dimulai lebih dari 12 bulan setelah pengesahan undang-undang tetap memiliki peluang untuk mendapatkan kredit pajak, asalkan dapat mulai beroperasi sebelum akhir tahun 2027.

    Saham Energi Terbarukan Berfluktuasi Usai RUU Pajak Direvisi, Pasar Tetap Waspada

    Pasar saham bereaksi cukup positif terhadap revisi One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) versi Senat AS yang menghapus ketentuan pajak terhadap proyek tenaga surya dan angin. Sejumlah saham perusahaan energi terbarukan melonjak tajam, mencerminkan optimisme investor atas pengurangan beban regulasi.

    Saham Array Technologies dan Nextracker, dua produsen sistem pelacak panel surya, masing-masing mengalami kenaikan lebih dari 12 persen dan 5 persen. Sementara itu, Sunrun, perusahaan pemasang panel surya untuk sektor perumahan, turut melonjak lebih dari 10 persen. Kenaikan juga terjadi pada produsen inverter seperti SolarEdge dan Enphase, yang masing-masing mencatat penguatan sekitar 7 persen dan 3 persen.

    Namun tidak semua emiten menikmati penguatan. Saham First Solar, produsen panel surya terbesar di Amerika Serikat, justru turun lebih dari 1 persen. Penurunan ini disebabkan kekhawatiran pasar atas potensi persaingan harga yang semakin ketat, seiring dihapuskannya hambatan pajak terhadap komponen impor.

    Kekhawatiran Masih Mengemuka

    Meski penghapusan pajak dianggap sebagai langkah positif, sejumlah kalangan tetap menyampaikan keprihatinan terhadap dampak keseluruhan dari isi RUU tersebut. Solar Energy Industries Association (SEIA) menilai revisi yang dilakukan oleh Senat hanya bersifat terbatas dan belum cukup melindungi sektor energi bersih secara menyeluruh.

    “Undang-undang ini merusak pondasi kebangkitan manufaktur Amerika dan kepemimpinan energi global. Jika RUU ini disahkan, keluarga akan menghadapi tagihan listrik yang lebih tinggi, pabrik akan tutup, orang Amerika akan kehilangan pekerjaan, dan jaringan listrik kita akan melemah,” tegas CEO SEIA, Abigail Ross Hopper.

    Proses Legislasi Masih Berlanjut

    Saat ini, RUU OBBBA masih dalam tahap pembahasan di Dewan Perwakilan AS. Pelaku industri dan investor akan terus memantau arah pembahasan kebijakan ini, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap masa depan energi bersih di Amerika Serikat.

  • Wall Street Ditutup Menguat, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Baru

    Wall Street Ditutup Menguat, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Baru

    Serratalhadafc.comBursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (28/6/2025), dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak rekor tertinggi baru, meskipun di tengah ketidakpastian komentar Presiden AS Donald Trump mengenai tarif terhadap Kanada.

    Indeks S&P 500 naik 0,52% dan ditutup pada posisi tertinggi sepanjang masa di 6.173,07. Bahkan, pada sesi sebelumnya, indeks ini sempat menyentuh level 6.187,68, melampaui rekor sebelumnya di 6.147,43.

    Sementara itu, Nasdaq Composite juga mencatatkan rekor baru, naik 0,52% menjadi 20.273,46. Sedangkan Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 432,43 poin atau 1%, dan ditutup di level 43.819,27.

    Kenaikan tajam ini menjadi titik balik dari kondisi pasar saham yang sempat melemah tajam pada April lalu, di tengah puncak ketegangan perdagangan global yang dipicu oleh kebijakan proteksionis pemerintahan Trump.

    Namun, sepanjang sesi perdagangan, pasar sempat terkoreksi dari level tertingginya setelah Presiden Trump mengumumkan lewat platform Truth Social bahwa pembicaraan dagang antara AS dan Kanada kembali dihentikan.

    Meskipun begitu, optimisme investor tetap terjaga. Dorongan utama datang dari pernyataan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, yang mengungkapkan kepada Anugerahslot News pada Kamis malam bahwa kerangka kerja sama dagang antara AS dan Tiongkok telah disepakati. Ia juga menambahkan bahwa pemerintahan Trump optimistis akan mencapai kesepakatan serupa dengan sepuluh mitra dagang utama lainnya dalam waktu dekat.

    Kabar tersebut memicu aksi beli oleh para investor dan mendorong pasar menuju level tertinggi, mencerminkan kepercayaan bahwa ketegangan perdagangan global dapat diredakan dalam waktu dekat.

    Wall Street Bangkit di Tengah Ketidakpastian Perdagangan dan Geopolitik

    Pergerakan tajam pasar saham AS pada Jumat menandai babak terbaru dalam upaya Wall Street menavigasi dinamika perdagangan global yang terus berubah. Kenaikan indeks utama ini terjadi di tengah optimisme yang hati-hati terhadap arah kebijakan ekonomi dan perdagangan pemerintah AS.

    Pada awal tahun, S&P 500 sempat mencetak rekor baru pada Februari, didorong oleh harapan akan kebijakan yang pro-bisnis dari pemerintahan Trump. Namun, ekspektasi tersebut terguncang ketika Presiden Trump secara tiba-tiba menerapkan tarif impor yang lebih tinggi, memicu ketegangan dagang yang luas.

    Akibatnya, indeks S&P 500 mengalami penurunan signifikan dan merosot hampir 18% hingga mencapai titik terendahnya pada 8 April 2025. Namun, pemulihan dramatis mulai terjadi tak lama setelah Trump mencabut tarif tertingginya dan membuka kembali ruang dialog dengan mitra dagang utama AS.

    Sejak titik nadir tersebut, S&P 500 telah melonjak lebih dari 20%, menandakan reli yang kuat di tengah lanskap ekonomi yang masih penuh tantangan. Secara keseluruhan, indeks acuan ini kini mencatatkan kenaikan hampir 5% sepanjang tahun 2025.

    Meskipun pasar telah menunjukkan ketahanan, perjalanan pemulihan ini bukan tanpa hambatan. Investor tetap aktif melakukan aksi beli meskipun dibayangi oleh sejumlah risiko global, termasuk lonjakan harga minyak akibat konflik Israel-Iran, serta kenaikan imbal hasil obligasi AS yang dipicu kekhawatiran terhadap membengkaknya defisit fiskal.

    Kombinasi antara kebijakan perdagangan, ketegangan geopolitik, dan faktor makroekonomi domestik menjadikan tahun ini sebagai periode yang dinamis bagi pasar keuangan. Namun, sejauh ini, Wall Street tampaknya berhasil mempertahankan momentumnya, dengan optimisme bahwa stabilitas dan pertumbuhan jangka menengah masih berada dalam jangkauan.

    Saham AI Dorong Pemulihan, Tapi Pasar Masih Waspada

    Pemulihan pasar saham baru-baru ini turut didorong oleh reli di sektor kecerdasan buatan (AI), terutama oleh saham-saham unggulan seperti Nvidia dan Microsoft yang memimpin rebound. Antusiasme investor terhadap prospek teknologi AI memberikan dorongan signifikan bagi sentimen pasar secara keseluruhan.

    Namun demikian, para analis mengingatkan bahwa pemulihan ini tetap dibayangi risiko ketidakpastian, khususnya terkait arah kebijakan perdagangan AS.

    “Saya melihat ada risiko di sini—jika kemajuan perdagangan hanya sebatas retorika dari Gedung Putih dan tidak menghasilkan kesepakatan nyata, maka pasar bisa dengan cepat berbalik arah,” ujar Thierry Wizman, analis valas dan suku bunga global dari Macquarie Group.

    Wizman menegaskan bahwa pada akhirnya, fundamental ekonomi AS dan kinerja pendapatan perusahaanlah yang akan menjadi penentu arah pasar ke depan.