Tag: bursa saham amerika

  • Hari Kemerdekaan AS 4 Juli 2025: Ini Daftar Layanan yang Tutup dan Tetap Buka

    Hari Kemerdekaan AS 4 Juli 2025: Ini Daftar Layanan yang Tutup dan Tetap Buka

    Serratalhadafc.com – Warga Amerika Serikat akan merayakan Hari Kemerdekaan pada Jumat, 4 Juli 2025. Sebagai salah satu hari besar nasional, peringatan ini bukan hanya momentum historis, tetapi juga hari libur federal yang berdampak pada operasional berbagai layanan dan bisnis di seluruh negeri.

    Hari Kemerdekaan AS menandai momen penting dalam sejarah Amerika, yaitu adopsi Deklarasi Kemerdekaan pada tahun 1776. Mengutip dari Anugerahslot Finance, libur nasional ini membuat banyak kantor pemerintah, bank, dan sebagian bisnis menghentikan operasionalnya untuk sementara.

    Pasar Saham AS

    Mengacu pada laporan Yahoo Finance, seluruh pasar saham AS, termasuk Bursa Efek New York (NYSE) dan Nasdaq, akan tutup pada Jumat, 4 Juli 2025. Bahkan, kedua bursa akan mengakhiri perdagangan lebih awal pada Kamis, 3 Juli 2025, pukul 13.00 waktu setempat.

    Bank dan Lembaga Keuangan

    Federal Reserve menetapkan 4 Juli sebagai hari libur bank. Akibatnya, sebagian besar bank di seluruh AS tidak akan beroperasi pada hari tersebut. Masyarakat disarankan melakukan transaksi penting sebelum tanggal tersebut.

    Supermarket dan Toko Ritel

    Meski banyak layanan publik tutup, sebagian besar supermarket dan toko ritel tetap buka dengan jadwal khusus:

    • Target dan Walmart: Buka seperti biasa mengikuti jam operasional lokal.
    • Jaringan Kroger (termasuk Fred Meyer, Dillons, Food 4 Less, Ralphs, dan QFC): Tetap buka sesuai jam normal, namun bisa berbeda antar lokasi.
    • Whole Foods, Wegmans, dan Food Lion: Beroperasi seperti biasa.
    • Trader Joe’s: Tutup lebih awal, yaitu pukul 17.00.
    • ALDI: Tutup pukul 16.00.
    • Sam’s Club:
      • Anggota Plus: Buka pukul 08.00–18.00
      • Anggota Reguler: Buka pukul 10.00–18.00
    • Costco: Tutup pada Hari Kemerdekaan.

    Layanan Pos dan Pengiriman

    • Layanan Pos AS (USPS) tidak akan melakukan pengambilan maupun pengantaran surat pada 4 Juli.
    • UPS juga menghentikan layanan reguler, namun UPS Express Critical tetap tersedia untuk pengiriman mendesak.
    • FedEx menutup sebagian besar layanannya, kecuali FedEx Custom Critical yang tetap beroperasi untuk kebutuhan khusus.

    Kesimpulan

    Hari Kemerdekaan di Amerika Serikat menjadi momen penting tidak hanya secara historis, tetapi juga berdampak pada rutinitas bisnis dan layanan publik. Warga diimbau untuk menyesuaikan jadwal belanja, pengiriman, dan transaksi keuangan menjelang 4 Juli agar tidak terganggu oleh penyesuaian jam operasional selama libur nasional.

    Dampak Wall Street Terhadap Bursa Asia: Tidak Seragam, Dipengaruhi Banyak Faktor

    Wall Street, sebagai indikator utama kesehatan ekonomi global, kerap menjadi tolok ukur pergerakan pasar saham dunia—termasuk di kawasan Asia. Namun, meski pengaruhnya besar, respon bursa-bursa Asia terhadap pergerakan Wall Street tidak selalu seragam.

    Dalam praktiknya, beberapa bursa Asia mencatat penguatan, sementara yang lain justru mengalami pelemahan, mencerminkan kompleksitas dan keragaman faktor yang membentuk dinamika pasar regional.

    Banyak Faktor Pengaruh, Bukan Hanya dari AS

    Pergerakan pasar saham tidak hanya bergantung pada sentimen dari Amerika Serikat seperti kebijakan tarif, suku bunga, atau data tenaga kerja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi domestik di masing-masing negara.

    Beberapa faktor internal yang sering menjadi penentu utama di antaranya:

    • Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
    • Tingkat inflasi dan kebijakan moneter lokal
    • Angka pengangguran dan tingkat konsumsi masyarakat
    • Stabilitas politik dan kebijakan fiskal

    Investor cenderung akan lebih responsif terhadap kondisi ekonomi makro dan kebijakan pemerintah di negaranya masing-masing, meskipun tetap mencermati arah pergerakan pasar global.

    Penutup

    Meski Wall Street tetap menjadi barometer penting dalam mengukur arah pasar global, namun reaksi pasar Asia tetap dipengaruhi oleh kombinasi antara faktor global dan domestik. Perbedaan kondisi ekonomi dan strategi kebijakan menjadikan pergerakan bursa saham Asia tidak seragam, bahkan bisa berlawanan arah meski merespons isu yang sama.

    Kebijakan Fiskal dan Moneter

    Selain faktor ekonomi makro, kebijakan pemerintah, baik fiskal maupun moneter, turut memainkan peran penting dalam pergerakan bursa saham. Kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi, menjaga inflasi tetap terkendali, serta menciptakan stabilitas pasar, umumnya akan meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong penguatan indeks saham.

    Tak hanya itu, sejumlah faktor non-ekonomi juga berpengaruh terhadap dinamika pasar. Stabilitas politik, misalnya, dapat menjadi penentu utama dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Selain itu, sentimen pasar, yang terbentuk dari ekspektasi investor terhadap kondisi global dan domestik, dapat menggerakkan pasar secara signifikan—meski tidak selalu rasional.

    Dari sisi teknikal, variabel seperti volume perdagangan, volatilitas harga, dan pola pergerakan historis juga sering digunakan pelaku pasar dalam mengambil keputusan. Kombinasi antara faktor fundamental dan teknikal inilah yang membentuk kompleksitas pergerakan bursa saham dari waktu ke waktu.

  • Pasar Saham Amerika Kembali Terpukul Akibat China

    Pasar Saham Amerika Kembali Terpukul Akibat China

    Serratalhadafc.com – Bursa saham Amerika Serikat kembali terpukul pada perdagangan Jumat, menandai hari kedua tekanan berat setelah Presiden Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif terhadap ratusan negara. Sentimen pasar semakin memburuk setelah China merespons dengan tarif balasan atas produk-produk AS, memicu kekhawatiran akan perang dagang global dan potensi resesi.

    Menurut laporan CNBC, Sabtu (5/4/2025), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 2.231,07 poin atau 5,5 persen menjadi 38.314,86. Ini merupakan penurunan harian terbesar sejak krisis pandemi Covid-19 pada Juni 2020.

    Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) kembali tertekan, mencatat penurunan 1.679 poin pada Kamis, disusul penurunan 2.231 poin pada Jumat. Ini menjadi pertama kalinya indeks tersebut jatuh lebih dari 1.500 poin selama dua hari berturut-turut.

    S&P 500 juga ikut anjlok, turun 5,97% ke posisi 5.074,08—penurunan harian terbesar sejak Maret 2020. Setelah merosot 4,84% pada Kamis, indeks ini kini terkoreksi lebih dari 17% dari level tertingginya.

    Nasdaq Composite, yang banyak berisi saham teknologi dengan eksposur besar ke China, merosot 5,8% ke 15.587,79. Sehari sebelumnya, indeks ini turun hampir 6%, dan kini terkoreksi 22% dari rekor tertinggi Desember lalu.

    Pasar dilanda kepanikan, dengan aksi jual besar-besaran yang menyapu mayoritas saham. Hanya 14 saham dari indeks S&P 500 yang berhasil mencatat kenaikan pada Jumat. Semua indeks utama Wall Street ditutup di level terendah hari itu.

    Respon China ke Amerika

    Kementerian Perdagangan China pada Jumat mengumumkan akan mengenakan tarif sebesar 34% atas seluruh produk asal Amerika Serikat. Kebijakan ini mengejutkan investor yang sebelumnya berharap akan ada ruang negosiasi sebelum aksi balasan dilakukan terhadap kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

    Sektor teknologi menjadi yang paling terpukul. Saham Apple jatuh 7% pada Jumat, memperpanjang kerugiannya menjadi 13% sepanjang pekan.

    Nvidia juga mengalami tekanan, turun 7% dalam satu sesi perdagangan, sementara saham Tesla anjlok 10%.

    Ketiga perusahaan tersebut memiliki keterkaitan kuat dengan pasar China, menjadikan mereka rentan terhadap dampak tarif balasan dari Beijing.

    Saham Boeing Merosot Tajam

    Di luar sektor teknologi, saham Boeing dan Caterpillar—dua eksportir utama ke China—mengalami penurunan tajam. Boeing merosot 9%, sementara Caterpillar turun hampir 6%, menjadi penekan utama bagi indeks Dow Jones.

    “Pasar saham lumpuh, hancur karena ideologi dan luka yang dibuat sendiri,” ujar Emily Bowersock Hill, CEO sekaligus pendiri Bowersock Capital Partners.

    Ia menambahkan, meskipun pasar mungkin mulai mendekati titik terendah untuk jangka pendek, dampak jangka panjang dari perang dagang global terhadap pertumbuhan ekonomi tetap menjadi kekhawatiran besar.