Tag: Bursa saham Asia

  • Bursa Asia Pasifik Menguat, Sentimen Positif Dipicu Pernyataan Gedung Putih dan Kinerja Wall Street

    Bursa Asia Pasifik Menguat, Sentimen Positif Dipicu Pernyataan Gedung Putih dan Kinerja Wall Street

    Serratalhadafc.com – Sebagian besar bursa saham di kawasan Asia Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 27 Juni 2025. Kenaikan ini mengikuti pergerakan positif di Wall Street, setelah pernyataan dari Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, yang meredakan kekhawatiran pasar terkait kesepakatan tarif yang sebelumnya membebani sentimen investor.

    Dikutip dari Anugerahslot Finance, tarif pembebasan diperkirakan mulai berlaku pada 8 Juli, setelah masa penundaan selama 90 hari. Sementara itu, tanggal 9 Juli menjadi batas waktu bagi Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan guna menghindari pemberlakuan tarif sebesar 50%.

    “Batas waktu itu tidak kritis. Mungkin bisa diperpanjang, tetapi itu tergantung keputusan presiden,” ujar Leavitt.

    Performa Pasar Saham Regional

    Australia:
    Indeks ASX 200 bergerak mendatar. Sementara itu, saham berjangka AS cenderung stagnan pada awal sesi Asia, seiring investor menanti rilis sejumlah data penting, termasuk inflasi, pendapatan pribadi, belanja konsumen, dan indeks sentimen konsumen.

    Jepang:
    Indeks Nikkei 225 melonjak 1,59%, menembus level psikologis 40.000 untuk pertama kalinya sejak 7 Januari, sekaligus mencetak posisi tertinggi dalam enam bulan terakhir. Indeks Topix turut naik sebesar 1,3%.

    Data Ekonomi Tokyo:
    Kenaikan indeks harga konsumen inti di Tokyo (tidak termasuk makanan segar dan bahan bakar) tercatat sebesar 3,1% secara tahunan di bulan Juni. Angka ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya (3,6%) dan lebih rendah dari proyeksi ekonom dalam survei Reuters (3,3%).

    Korea Selatan dan Tiongkok:
    Indeks Hang Seng di Korea Selatan naik tipis 0,1%, sementara indeks CSI 300 Tiongkok menguat 0,31%. Data dari Biro Statistik Nasional menunjukkan laba industri di Tiongkok turun 9,1% secara tahunan dalam lima bulan pertama tahun ini.

    Kondisi pasar hari ini menunjukkan bahwa pernyataan kebijakan dan ekspektasi ekonomi global tetap menjadi penggerak utama sentimen investor. Fokus kini tertuju pada data ekonomi lanjutan yang dapat memperkuat arah pergerakan pasar dalam waktu dekat.

    Wall Street Menguat, S&P 500 Dekati Rekor Tertinggi Baru

    Pasar saham Amerika Serikat mencatat penguatan signifikan pada penutupan perdagangan semalam, Kamis (27/6/2025), di tengah berbagai tekanan ekonomi global. Indeks utama berhasil naik meskipun pasar masih dibayangi oleh tantangan makroekonomi seperti ketegangan geopolitik, isu perang tarif, dan inflasi yang masih sulit dikendalikan.

    Indeks S&P 500 menguat sebesar 0,8%, ditutup di level 6.141,02, hanya terpaut beberapa poin dari rekor tertinggi sepanjang masa intraday di 6.147,43 yang tercatat pada akhir Februari lalu. Sepanjang pekan ini, S&P 500 telah naik sebesar 2,9%, mencerminkan sentimen investor yang semakin positif.

    Sementara itu, Nasdaq Composite juga mencatat kenaikan yang solid, naik 0,97% dan ditutup pada level 20.167,91. Indeks teknologi ini kini juga berada dekat dengan rekor tertingginya.

    Indeks Dow Jones Industrial Average pun turut menguat, menambah 404,41 poin atau sekitar 0,94%, sehingga ditutup di angka 43.386,84.

    Kinerja kuat ketiga indeks utama menunjukkan ketahanan pasar modal AS, bahkan di tengah ketidakpastian global. Para investor tampak fokus pada prospek pertumbuhan jangka panjang dan menantikan rilis data ekonomi lanjutan serta potensi arah kebijakan suku bunga dari The Fed dalam waktu dekat.

    Pasar Asia Pasifik Bergerak Variatif, Investor Pantau Gencatan Senjata Iran-Israel

    Perdagangan bursa saham di kawasan Asia Pasifik pada Kamis, 26 Juni 2025, ditutup dengan pergerakan yang bervariasi. Para investor masih mencermati dinamika geopolitik, khususnya perkembangan gencatan senjata antara Iran dan Israel yang menjadi faktor utama dalam pembentukan sentimen pasar.

    Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 di Jepang mencatat kenaikan signifikan sebesar 1,65%, ditutup pada level 39.584,58 — tertinggi dalam lima bulan terakhir sejak akhir Januari, menurut data dari LSEG. Sementara itu, indeks Topix turut menguat 0,81% ke posisi 2.804,69.

    Di Korea Selatan, pasar saham mengalami tekanan. Indeks Kospi turun 0,92% ke level 3.079,56, dan indeks Kosdaq melemah lebih dalam, yakni 1,29%, menjadi 787,95.

    Pasar Australia juga mencatat penurunan ringan, dengan indeks ASX 200 terkoreksi 0,1%, berakhir di level 8.550,8.

    Sementara itu, di Hong Kong, indeks Hang Seng merosot 0,64%, dan indeks CSI 300 di Tiongkok turun 0,35%, ditutup di posisi 3.946,02.

    Sebaliknya, bursa India menunjukkan penguatan. Indeks Nifty 50 naik 0,34%, menunjukkan ketahanan pasar domestik terhadap tekanan eksternal.

    Perdagangan yang bervariasi ini mencerminkan kehati-hatian investor global terhadap risiko geopolitik yang belum sepenuhnya reda. Pasar kini menanti perkembangan selanjutnya dari situasi Timur Tengah serta rilis data ekonomi regional yang dapat memengaruhi arah pergerakan pasar berikutnya.

  • Bursa Saham Asia dan Wall Street Menguat di April 2025

    Bursa Saham Asia dan Wall Street Menguat di April 2025

    Serratalhadafc.com – Bursa saham Asia mencatatkan pergerakan beragam pada perdagangan terbaru, dengan sebagian besar indeks menunjukkan penguatan. Indeks Nikkei 225 di Jepang melonjak lebih dari 1%, memperpanjang reli yang terjadi di hari sebelumnya. Indeks Topix juga ikut naik, mencatatkan kenaikan sebesar 0,81%.

    Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi bergerak datar, sedangkan indeks Kosdaq berhasil naik tipis sebesar 0,34%. Di pasar Australia, indeks ASX 200 menguat sebesar 0,27%. Di Hong Kong, indeks Hang Seng berjangka tercatat di level 22.069, sedikit melemah dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di 22.072,62.

    Namun, di tengah sentimen positif tersebut, Korea Selatan justru melaporkan pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan. Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,1% pada kuartal pertama tahun 2025, berdasarkan data awal yang dirilis Kamis pekan ini. Angka ini meleset dari ekspektasi kenaikan 0,1% yang diprediksi dalam jajak pendapat oleh Reuters.

    Baca Juga : Investasi Bitcoin Bisa Jadi Solusi Menghadapi Gejolak Ekonomi

    Dari Amerika Serikat, kontrak berjangka menunjukkan pergerakan campuran setelah indeks utama Wall Street membukukan kenaikan selama dua hari berturut-turut. Kontrak berjangka S&P 500 naik 0,1%, demikian pula kontrak berjangka Nasdaq 100. Sementara itu, kontrak berjangka Dow Jones Industrial Average justru turun 45 poin, atau sekitar 0,1%.

    Di Wall Street sendiri, ketiga indeks utama ditutup di zona hijau di tengah harapan bahwa ketegangan dagang antara AS dan China akan segera mereda. Presiden AS saat itu, Donald Trump, juga menenangkan pasar dengan pernyataannya bahwa ia tidak memiliki rencana untuk mengganti Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

    Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 419,59 poin atau 1,07% ke level 39.606,57. Indeks S&P 500 naik 1,67% dan berakhir di level 5.375,86. Sementara itu, Nasdaq Composite mencatat lonjakan terbesar dengan kenaikan 2,50%, ditutup pada 16.708,05. Ketiga indeks tersebut mencatatkan kenaikan beruntun, mencerminkan sentimen positif yang tengah berkembang di pasar global.

    Bursa Asia Menguat Seiring Meredanya Ketegangan Perang Dagang AS-China

    Pada Rabu, 23 April 2025, bursa saham Asia Pasifik mengalami lonjakan signifikan, mengikuti jejak penguatan yang terjadi di Wall Street. Sentimen positif ini muncul seiring meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

    Optimisme pasar menguat setelah pernyataan dari Presiden AS, Donald Trump, yang menyebutkan bahwa tarif akhir terhadap barang-barang China tidak akan mencapai angka ekstrem hingga 145%. Meski demikian, Trump menegaskan bahwa tarif juga tidak akan ditiadakan sepenuhnya. Sikap ini memberi sinyal kemungkinan pendekatan kompromi dalam kebijakan dagang AS-China.

    Selain itu, Trump juga mengklarifikasi bahwa ia tidak berencana untuk mengganti Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell, yang selama ini menjadi perhatian pelaku pasar. Kepastian ini turut membantu meredakan kekhawatiran investor.

    Di kawasan Asia, indeks saham utama menunjukkan tren positif. Hong Kong mencatatkan penguatan tertinggi dengan Indeks Hang Seng melonjak 2,37% ke level 22.072,62. Sementara itu, indeks Hang Seng Teknologi mencatat kenaikan lebih besar lagi, sebesar 3,07% menjadi 5.049,40. Di sisi lain, indeks CSI 300 di China bergerak relatif stabil di angka 3.786,88.

    Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 1,89% ke level 34.868,63, disusul indeks Topix yang naik 2,06% menjadi 2.584,32. Korea Selatan pun menunjukkan tren serupa, dengan indeks Kospi bertambah 1,57% ke posisi 2.525,56 dan Kosdaq meningkat 1,39% menjadi 726,08.

    Sementara itu, indeks Nifty 50 di India naik 0,52%, dan pasar Australia juga mencatatkan kenaikan dengan ASX 200 bertambah 1,33% ke level 7.920,50.

    Kenaikan di berbagai bursa Asia ini mencerminkan keyakinan investor terhadap stabilitas pasar keuangan regional, di tengah tanda-tanda membaiknya hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

    IHSG Tembus 6.600, Mayoritas Sektor Saham Menguat

    Pada perdagangan Rabu, 23 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level 6.600, ditutup menguat signifikan di tengah sentimen positif dari mayoritas sektor saham. Penguatan ini terjadi seiring keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%.

    Berdasarkan data dari RTI, IHSG ditutup naik 1,47% ke posisi 6.634,37. Indeks LQ45 juga turut menguat sebesar 1,98% ke level 744,78. Seluruh indeks saham acuan tercatat menghijau pada perdagangan hari itu. IHSG sempat menyentuh level tertingginya di 6.642,91 dan sempat menyentuh titik terendah di 6.588,25.

    Dari sisi kinerja emiten, terdapat 412 saham yang mengalami kenaikan harga, sementara 193 saham melemah dan 201 saham lainnya stagnan. Total frekuensi perdagangan tercatat mencapai 1.286.794 kali, dengan volume transaksi sebesar 21,9 miliar saham dan nilai transaksi harian mencapai Rp 13,7 triliun. Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berada di kisaran Rp 16.860.

    Sektor saham properti menjadi motor utama penguatan IHSG dengan lonjakan sebesar 2,45%. Sektor kesehatan juga mencatat kinerja positif dengan kenaikan 2,22%, disusul sektor keuangan yang naik 1,71% dan sektor consumer siklikal yang meningkat 1,7%.

    Penguatan juga terlihat di sektor industri yang naik 1,27%, sektor consumer nonsiklikal naik 1,61%, sektor energi bertambah 0,52%, infrastruktur naik 0,78%, dan sektor transportasi menguat 0,53%.

    Namun, tidak semua sektor bergerak positif. Sektor basic materials mengalami koreksi sebesar 1,56%, sedangkan sektor teknologi melemah tipis sebesar 0,03%.

    Kinerja positif IHSG mencerminkan optimisme investor terhadap kondisi pasar, terutama setelah kepastian suku bunga dari Bank Indonesia serta sentimen global yang turut memengaruhi arah pergerakan pasar domestik.