Tag: emas

  • Ketegangan Iran-Israel Guncang Pasar Global, Saham AS Turun, Harga Minyak dan Emas Melonjak

    Ketegangan Iran-Israel Guncang Pasar Global, Saham AS Turun, Harga Minyak dan Emas Melonjak

    Serratalhadafc.com – Ketegangan geopolitik yang memanas antara Iran dan Israel berdampak langsung terhadap pasar keuangan global. Pada Jumat, 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan militer besar terhadap Iran, yang kemudian dibalas oleh Teheran. Konflik yang sebelumnya terbatas pada operasi rahasia dan perang proxy kini berubah menjadi pertempuran terbuka dengan intensitas tinggi.

    Merespons situasi ini, indeks utama bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah tajam. Dow Jones Industrial Average anjlok 1,8% ke level 42.197,8, sedangkan S&P 500 turun 1,1% ke posisi 5.977,0.

    Gejolak pasar turut mendorong lonjakan harga minyak mentah dan emas, dua aset yang kerap diburu saat ketidakpastian global meningkat. Harga minyak jenis Brent melonjak 7,3% menjadi USD 73,0 per barel, sementara harga emas naik 1,4% ke USD 3.432 per troy ons.

    Waspadai Volatilitas, Investor Diminta Selektif

    Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, memperkirakan bahwa volatilitas pasar akan tetap tinggi dalam jangka pendek hingga menengah. Menurutnya, peningkatan harga energi dan meningkatnya permintaan aset lindung nilai seperti emas akan terus berlangsung selama tensi politik belum mereda.

    “Kami melihat potensi arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia, khususnya dari saham-saham yang banyak dimiliki investor global seperti BMRI dan BBRI,” ujarnya, kepada Anugerahslot pada Senin (16/6/2025).

    Dalam kondisi seperti ini, Rully menyarankan investor untuk lebih berhati-hati dan mengalihkan fokus ke saham-saham yang berkaitan dengan komoditas seperti minyak dan emas. Saham-saham seperti MEDC (Medco Energi), ANTM (Aneka Tambang), dan MDKA (Merdeka Copper Gold) dinilai memiliki prospek yang lebih defensif di tengah ketegangan geopolitik.

    Faktor Risiko yang Harus Diwaspadai

    Beberapa risiko utama yang dipantau pasar saat ini meliputi kemungkinan serangan lanjutan Israel terhadap fasilitas nuklir atau kilang minyak Iran, balasan Iran yang berpotensi mengganggu jalur perdagangan strategis seperti Selat Hormuz, serta peluang dimulainya kembali negosiasi nuklir atau upaya diplomasi untuk meredakan konflik.

    Konflik Israel-Iran Berpotensi Meluas, Analis Prediksi IHSG Melemah, Ini Saham Pilihan Indo Premier Sekuritas

    Ketegangan militer antara Israel dan Iran yang terus meningkat menimbulkan kekhawatiran global akan potensi pecahnya perang besar di kawasan Timur Tengah. Imam Gunadi, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menyatakan bahwa konflik ini berisiko melibatkan sejumlah negara lain seperti Lebanon (melalui kelompok Hezbollah), Suriah, dan Yaman (kelompok Houthi). Bahkan, intervensi negara-negara besar seperti Amerika Serikat juga mungkin terjadi jika eskalasi tak terbendung.

    “Situasi ini menimbulkan ketidakpastian tinggi di pasar global, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, kami memperkirakan IHSG akan bergerak melemah pekan ini, dengan level support di 6.994 dan resistance di 7.239,” ujar Imam dalam pernyataan resminya.

    Rekomendasi Saham dari IPOT

    Untuk mengantisipasi kondisi pasar yang sangat dipengaruhi dinamika geopolitik ini, PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan beberapa saham yang dinilai berpotensi menarik. Rekomendasi ini mencakup saham-saham yang memiliki eksposur terhadap sektor-sektor defensif maupun yang diuntungkan dari kenaikan harga komoditas, seperti:

    • Saham energi dan pertambangan yang mendapat sentimen positif dari lonjakan harga minyak dan emas.
    • Saham consumer staples dan telekomunikasi, sebagai sektor yang cenderung lebih tahan terhadap guncangan eksternal.
    • Saham dengan fundamental kuat dan likuiditas tinggi, yang dianggap lebih aman dalam kondisi pasar yang volatil.

    Investor diimbau untuk tetap mencermati perkembangan geopolitik global dan menjaga strategi investasi dengan pendekatan selektif serta disiplin manajemen risiko.

    Rekomendasi Saham Terkait Konflik Israel-Iran: MEDC, ELSA, dan ANTM Berpotensi Menguat

    Meningkatnya ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran berdampak langsung pada lonjakan harga minyak dan emas dunia. Investor disarankan mencermati saham-saham di sektor energi dan tambang yang berpotensi diuntungkan dari kondisi ini. Berikut beberapa rekomendasi saham dari analis pasar:

    1. Buy MEDC

    • Entry: 1.400
    • Target: 1.500
    • Stop Loss: <1.360

    Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menjadi pilihan utama di tengah lonjakan harga minyak global yang dipicu kekhawatiran terganggunya distribusi melalui Selat Hormuz. Jalur strategis ini menjadi jalur ekspor penting bagi sekitar 20% pasokan minyak dunia, mencakup negara-negara seperti Iran, Arab Saudi, Irak, dan Uni Emirat Arab.

    Pengalaman serupa terjadi pada 2019–2020, saat ketegangan Iran-AS menyebabkan harga minyak melonjak lebih dari 10% hanya dalam beberapa hari karena ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran.

    2. Buy on Breakout ELSA

    • Entry: 520
    • Target: 545
    • Stop Loss: <505

    PT Elnusa Tbk (ELSA), yang juga bergerak di sektor energi, diperkirakan turut terdorong oleh lonjakan harga minyak akibat eskalasi di Timur Tengah. Ketergantungan global pada Selat Hormuz sebagai jalur utama ekspor minyak menjadikan saham ini sensitif terhadap perubahan harga komoditas.

    3. Buy on Breakout ANTM

    • Entry: 3.350
    • Target: 3.600
    • Stop Loss: <3.240

    Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi pilihan menarik di tengah meningkatnya permintaan emas sebagai aset safe haven. Proyeksi dari Goldman Sachs memperkirakan harga emas akan menyentuh USD 3.700/troy ounce pada akhir 2025, sementara Bank of America memperkirakan bisa mencapai USD 4.000/troy ounce dalam 12 bulan mendatang, seiring berlanjutnya ketegangan di Timur Tengah.

    Kesimpulan:
    Dengan latar belakang geopolitik yang memanas, sektor energi dan logam mulia menjadi fokus investor. Saham seperti MEDC, ELSA, dan ANTM menawarkan potensi keuntungan di tengah kondisi pasar yang fluktuatif. Namun, investor tetap disarankan untuk memperhatikan level stop loss sebagai bentuk manajemen risiko.

  • Ketegangan Geopolitik dan Krisis Fiskal AS Guncang Pasar Global

    Serratalhadafc.com – Ketegangan antara kekuatan ekonomi dunia kembali meningkat, terutama antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, menyusul rencana kebijakan tarif impor yang memicu keresahan pasar global.

    Salah satu isu utama adalah rencana AS untuk menaikkan tarif impor hingga 50% terhadap berbagai produk asal Eropa. Meskipun rencana tersebut akhirnya ditunda, ketidakpastian yang ditimbulkan telah memengaruhi sentimen pelaku pasar secara luas, terutama di sektor perdagangan internasional.

    Sektor Manufaktur Terpukul, Bursa Global Bergejolak

    Langkah AS menaikkan tarif nyata pada baja dan aluminium langsung berdampak signifikan. Indeks saham global mengalami tekanan hebat, sementara sektor manufaktur dan ekspor-impor menjadi korban utama.

    Akibatnya, investor Anugerahslot melakukan aksi jual besar-besaran, yang memicu lonjakan volatilitas di pasar modal dunia.

    “Dalam situasi seperti ini, investor cenderung beralih ke aset yang lebih aman dan stabil. Perang dagang bisa menjadi pemicu pergeseran alokasi modal secara global,” tulis tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dikutip Sabtu (7/6/2025).

    Krisis Fiskal AS Tambah Kekhawatiran

    Di tengah memanasnya perang dagang, kondisi semakin rumit dengan munculnya kekhawatiran fiskal di Amerika Serikat. Pemerintah AS mengajukan rencana anggaran jangka panjang dengan proyeksi defisit hingga USD 3 triliun dalam 10 tahun ke depan, yang dinilai terlalu agresif oleh para ekonom.

    Rencana ini menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas manajemen fiskal AS, menyebabkan lonjakan yield obligasi pemerintah, sebuah sinyal bahwa investor menilai risiko investasi di surat utang AS semakin tinggi.

    Ketidakpastian global ini menambah tekanan terhadap perekonomian dunia dan membuka kemungkinan pergeseran arus modal internasional dalam waktu dekat.

    Lonjakan Yield Obligasi Picu Aksi Jual dan Pergeseran Aset Global

    Ketegangan fiskal di Amerika Serikat mendorong yield obligasi tenor 10 tahun dan 30 tahun masing-masing menembus level 4,6% dan 5%. Kenaikan ini menandakan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap risiko fiskal AS.

    Kondisi tersebut memicu arus keluar dari aset berisiko, termasuk saham, seiring investor global mulai merelokasi dana ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti obligasi dan emas.

    “Ketika imbal hasil obligasi melonjak, itu mencerminkan permintaan kompensasi risiko yang lebih tinggi oleh investor. Dalam sejarah pasar, lonjakan yield seperti ini seringkali menjadi sinyal akan datangnya guncangan besar,” ujar Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

    Emas Kembali Jadi Pilihan Utama Investor

    Dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, emas kembali menjadi aset safe haven favorit. Harga emas dunia tercatat naik tajam hingga USD 3.350 per ons, tumbuh lebih dari 1,8% dalam waktu singkat.

    Di Indonesia, harga emas ikut terdongkrak, mencapai Rp1,8 juta per gram, naik dari sebelumnya Rp1,79 juta. Kenaikan ini didorong oleh permintaan tinggi dari investor ritel maupun institusi, termasuk bank sentral berbagai negara yang memperkuat cadangan emasnya.

    “Emas kini bukan sekadar pelindung nilai, melainkan simbol stabilitas di tengah ketidakpastian. Pergerakan harga emas menjadi indikator utama sentimen pasar terhadap risiko global,” tulis tim riset Mirae Asset.

    Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian Global: Diversifikasi Jadi Kunci

    Dalam situasi pasar yang penuh gejolak seperti saat ini, diversifikasi portofolio menjadi langkah penting bagi para investor. Mengombinasikan aset seperti saham, obligasi, dan emas terbukti efektif dalam menjaga stabilitas nilai investasi.

    “Jika satu aset mengalami penurunan, aset lainnya bisa menjadi penahan kerugian. Ini adalah prinsip utama dalam pengelolaan risiko,” tulis tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

    Dollar Cost Averaging (DCA) Dinilai Efektif di Masa Volatilitas

    Selain diversifikasi, strategi Dollar Cost Averaging (DCA) juga dianjurkan, terutama di tengah fluktuasi tajam. Dengan berinvestasi secara berkala dalam jumlah tetap—baik di saham maupun emas—investor dapat menghindari risiko membeli di harga tertinggi.

    “Pendekatan DCA memungkinkan investor memperoleh harga rata-rata yang lebih aman dalam jangka panjang.”

    Jika tren harga emas berlanjut naik dan benar-benar mencapai Rp2,1 juta per gram, seperti diprediksi banyak analis, maka memiliki eksposur terhadap emas akan menjadi langkah cerdas.

    Sesuaikan Portofolio dengan Profil Risiko

    Investor juga perlu menyesuaikan alokasi aset berdasarkan profil risiko pribadi:

    • Investor konservatif disarankan menambah porsi emas hingga 20% dari total portofolio.
    • Investor agresif tetap bisa mendominasi portofolionya dengan saham, tetapi wajib menyisihkan sebagian ke emas sebagai pelindung nilai.

    “Emas bukan sekadar aset lindung nilai, tapi juga penyelamat portofolio saat pasar bergejolak,” pungkas Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

  • Emas dalam Sejarah, Al-Qur’an, dan Investasi Modern

    Emas dalam Sejarah, Al-Qur’an, dan Investasi Modern

    Serratalhadafc.com – Tahun 2025 menjadi saksi lonjakan harga emas yang mencolok, bahkan melampaui prediksi para analis. Meski sempat mengalami fluktuasi, tren kenaikan harga emas terus bertahan. Hal ini mendorong emas kembali jadi perbincangan hangat, bukan hanya sebagai aset investasi, tapi juga sebagai simbol nilai yang telah melekat sejak ribuan tahun lalu.

    Sejak zaman kuno, emas telah menjadi harta yang diburu. Ia bukan sekadar perhiasan, tapi juga digunakan sebagai alat tukar, perlengkapan adat, dan lambang status sosial. Dalam tradisi Islam, emas dikenal sebagai alat tukar sekaligus bentuk tabungan yang memiliki nilai tetap karena statusnya sebagai logam mulia.

    Emas pun disebut dalam Al-Qur’an, seperti dalam Surah Al-Kahfi ayat 31. Ayat ini menggambarkan penghuni surga yang diberi gelang emas sebagai bentuk kemuliaan:

    “…Mereka diberi hiasan gelang emas dan memakai pakaian hijau dari sutra halus dan tebal, duduk bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah.” (QS Al-Kahfi: 31)

    Dalam Surah Az-Zukhruf ayat 53, emas kembali disebut sebagai lambang kekayaan duniawi. Ini menunjukkan bahwa sejak dahulu, emas telah dimaknai sebagai simbol kemewahan dan penghargaan.

    Kini, seiring tren kenaikan harga, emas makin populer sebagai instrumen investasi, baik jangka pendek maupun panjang. Namun, bagi umat Islam, penting untuk tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga memastikan bahwa investasi emas dilakukan dengan cara yang halal dan tidak melanggar syariat.

    Seperti yang dijelaskan oleh Heni Verawati, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung, dalam wawancara di laman NU Lampung, investasi emas yang sesuai syariat harus memenuhi prinsip keadilan, kejelasan akad, dan menghindari unsur riba.

    Investasi Emas dalam Perspektif Syariah

    Emas telah lama dianggap sebagai aset yang stabil dan bernilai, dan dalam ekonomi Islam, ia memenuhi kriteria sebagai aset syariah. Namun, praktik investasi emas tetap harus memperhatikan ketentuan hukum Islam agar terhindar dari unsur riba dan ketidakadilan.

    1. Larangan Riba dalam Transaksi Emas

    Dalam Islam, emas termasuk dalam kategori barang ribawi. Transaksi terhadapnya harus dilakukan secara tunai dan nilainya setara. Hal ini berdasarkan hadis dari Abu Said Al-Khudri, di mana Rasulullah SAW bersabda:

    “Janganlah kalian menjual emas dengan emas kecuali sama nilainya, dan jangan melebihkan sebagian atas sebagian lainnya. Jangan menjual yang hadir dengan yang ghaib.” (HR Muslim)

    Artinya, jual beli emas secara kredit atau dengan perbedaan timbangan/nilai tidak dibenarkan. Emas harus diperdagangkan secara langsung, tunai, dan adil.

    2. Keamanan dan Keberlanjutan sebagai Aset Syariah

    Salah satu alasan mengapa emas dianggap sebagai investasi syariah adalah stabilitas dan risikonya yang relatif rendah. Emas juga tahan terhadap inflasi dan gejolak ekonomi. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan keamanan harta dan menolak spekulasi berlebihan (gharar).

    3. Kewajiban Zakat atas Emas

    Islam mewajibkan zakat atas emas jika telah mencapai nisab dan disimpan selama satu tahun. Nisab emas adalah 85 gram, dan zakat yang wajib dikeluarkan sebesar 2,5%.

    Hal ini ditegaskan dalam Surah At-Taubah ayat 34:

    “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka siksa yang pedih.” (QS At-Taubah: 34)

    Ini menunjukkan bahwa emas bukan hanya aset untuk keuntungan pribadi, tapi juga harus dimanfaatkan untuk kepentingan sosial.

    Catatan Tambahan:

    • Perhiasan emas yang dipakai wanita tidak wajib dizakati selama tidak berlebihan.
    • Emas atau perak yang dipakai laki-laki (kecuali cincin perak) atau dijadikan wadah wajib dizakati jika mencapai nisab.
    • Zakat juga berlaku pada emas batangan, logam, bejana, ukiran, atau bentuk emas lainnya yang dimiliki sebagai simpanan.

    4. Praktik Investasi Emas Syariah

    Investasi emas dalam Islam dapat dilakukan melalui beberapa cara yang sesuai syariah:

    • Emas fisik: berupa koin, perhiasan, atau batangan.
    • Tabungan emas: disimpan dalam lembaga keuangan syariah yang menjamin transaksi fisik dan kepemilikan jelas.
    • Emas digital: diperbolehkan selama akad, kepemilikan, dan pembayarannya dilakukan sesuai prinsip syariah (tanpa riba dan gharar).

    Kesimpulan:
    Investasi emas dalam Islam bukan sekadar mencari keuntungan, tapi juga menjaga nilai, keadilan, dan tanggung jawab sosial. Dengan memahami syarat-syarat syariah dalam jual beli dan zakat emas, umat Islam bisa berinvestasi secara aman dan sesuai ajaran agama.

    Panduan Praktik Investasi Emas Sesuai Syariah

    Investasi emas telah menjadi pilihan banyak orang karena sifatnya yang stabil dan tahan terhadap inflasi. Dalam perspektif Islam, emas juga termasuk aset yang diakui syariah, asalkan praktik investasinya mengikuti prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Berikut beberapa bentuk investasi emas yang sesuai dengan ketentuan syariah:

    1. Pembelian Emas Fisik

    Investasi emas secara tradisional dilakukan dengan membeli emas fisik, seperti koin atau perhiasan. Dalam Islam, transaksi emas harus dilakukan secara tunai dan langsung untuk menghindari riba. Emas fisik bisa disimpan sebagai aset jangka panjang dan menjadi cadangan kekayaan saat kondisi ekonomi tidak stabil.

    2. Tabungan Emas Syariah

    Saat ini, banyak lembaga keuangan syariah yang menawarkan produk tabungan emas. Nasabah menabung dalam bentuk uang yang kemudian dikonversikan menjadi gram emas. Prinsip utamanya tetap sama: transaksi harus nyata dan bebas riba. Tabungan emas syariah menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin memiliki emas secara bertahap dengan cara yang lebih terjangkau.

    3. Emas Digital

    Emas digital adalah bentuk investasi emas yang ditransaksikan secara elektronik. Dalam ekonomi Islam, emas digital diperbolehkan asalkan emas yang ditransaksikan benar-benar ada secara fisik, tersimpan dengan aman, dan setiap transaksi dilakukan tunai serta sesuai nilai tukar yang berlaku. Transparansi dan kejelasan kepemilikan menjadi kunci sahnya transaksi ini dalam pandangan syariah.

    Emas: Aset Bernilai, Amanah Bermakna

    Dalam Islam, emas tidak hanya dilihat sebagai simbol kekayaan, tetapi juga memiliki nilai spiritual dan sosial. Sebagai aset syariah, emas dianggap aman dan stabil, sekaligus menjadi sarana untuk menjaga kekayaan, menghindari riba, dan menunaikan kewajiban zakat.

    Islam mengajarkan bahwa setiap harta, termasuk emas, adalah amanah yang harus dimanfaatkan secara bijak. Dengan memahami prinsip-prinsip syariah, umat Islam dapat menjadikan emas sebagai investasi yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga mendatangkan keberkahan.

  • Mengenali Tanda Konvergensi Aset Safe Haven Emas dan Bitcoin

    Mengenali Tanda Konvergensi Aset Safe Haven Emas dan Bitcoin

    Serratalhadafc.com – Fenomena langka terjadi di pasar keuangan: harga emas dan Bitcoin (BTC) sama-sama melonjak. Kenaikan ini mencerminkan konvergensi narasi “safe haven” di tengah melemahnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global.

    Dilansir dari CoinMarketCap pada Selasa (22/4/2025), analisis dari The Kobeissi Letter menyebut harga emas telah mencatat rekor tertinggi sebanyak 55 kali dalam 12 bulan terakhir. Terbaru, emas menembus harga USD 3.384 per ons—level tertinggi sepanjang sejarah.

    Sementara itu, Bitcoin juga menunjukkan performa mengesankan dengan menembus angka USD 87.000. Kenaikan ini menempatkan BTC sejajar dengan emas dalam pandangan investor sebagai aset lindung nilai atau penyimpan nilai (store of value).

    Pergerakan sejajar kedua aset ini dianggap langka dalam sejarah keuangan modern. Biasanya, emas dan Bitcoin tidak mengalami reli secara bersamaan. Namun saat ini, keduanya naik di tengah sentimen pasar yang gelisah karena potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dan ketegangan geopolitik.

    Di sektor aset digital, token kripto berbasis emas juga ikut mencuri perhatian. PAX Gold (PAXG) dan Tether Gold (XAUT), yang nilainya dipatok pada satu ons emas, mencatat lonjakan volume perdagangan harian hingga melampaui USD 100 juta dalam beberapa pekan terakhir. Aset-aset ini menggabungkan stabilitas logam mulia dengan fleksibilitas teknologi blockchain.

    Menurut Enmanuel Cardozo, analis dari platform tokenisasi aset Brickken, meski Bitcoin menunjukkan tren positif, investor tetap harus waspada.

    “Bitcoin memang tangguh, tapi pengalaman masa lalu dan tekanan pasar saat ini membuat banyak investor menunggu momen masuk yang lebih pasti,” ujar Cardozo.

    Ia juga menyoroti keterlibatan institusi besar seperti Strategy dan Tether yang bisa berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga Bitcoin. Terlebih, pasar saat ini juga sedang menyambut siklus halving Bitcoin yang terjadi setiap empat tahun.

    Cardozo menambahkan bahwa jika Fed benar-benar menurunkan suku bunga pada Mei atau Juni mendatang, itu bisa memicu arus likuiditas baru ke pasar dan mendorong harga Bitcoin naik lebih cepat.

    Dolar Melemah, Emas Makin Kuat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    Selain faktor politik, pelemahan dolar AS ikut mendorong penguatan harga emas. Indeks Dolar AS turun ke level terendah dalam tiga tahun, yakni 97,92, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan moneter Amerika Serikat yang makin sulit diprediksi.

    Dalam pernyataan terbarunya, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengakui adanya potensi stagflasi—situasi ketika pertumbuhan ekonomi melambat sementara inflasi tetap tinggi. Ia menyebut The Fed saat ini berada dalam posisi “tunggu dan lihat”, menunjukkan belum adanya kepastian langkah lanjutan dari bank sentral.

    Ketidakjelasan ini memperbesar daya tarik emas sebagai aset lindung nilai. Di tengah inflasi dan ketidakstabilan ekonomi global, emas kembali menjadi pilihan investor yang mencari perlindungan dari risiko yang kian meningkat.

  • Apakah menguntungkan Investasi Emas Saat Ini?

    Apakah menguntungkan Investasi Emas Saat Ini?

    Serratalhadafc.com – Harga emas dunia kembali menembus rekor baru, melampaui USD 3.290 per troy ounce. Lonjakan ini dipicu oleh ketidakpastian global yang meningkat, terutama akibat perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve.

    Kondisi tersebut mendorong investor global mengalihkan portofolionya ke aset-aset safe haven seperti emas. Imbasnya, produsen dan pedagang emas diuntungkan, termasuk emiten tambang emas di Indonesia.

    “Produsen dan pedagang emas kemungkinan akan diuntungkan secara sentimen, sementara sektor lain cenderung kurang diminati,” ujar Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Wisnubroto dalam acara Media Day, Kamis (17/4/2025).

    Dalam pernyataan terpisah, Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana menyampaikan bahwa beberapa emiten seperti ANTM, BRMS, MDKA, PSAB, ARCI, dan HRTA diprediksi mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik pada kuartal II dan III 2025. Kenaikan harga jual rata-rata (ASP) emas diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pendapatan dan margin laba bersih.

    ANTM, sebagai bagian dari holding MIND ID, dinilai memiliki prospek kuat karena portofolio komoditasnya yang terdiversifikasi dan perannya sebagai produsen emas batangan terbesar nasional lewat unit Logam Mulia.

    BRMS juga berpotensi mencatat peningkatan laba signifikan berkat optimalisasi tambang di Poboya dan Palu, yang ditargetkan memproduksi lebih dari 15 ribu ons emas per kuartal sepanjang 2025.

    Adapun MDKA, meski masih berada dalam fase investasi untuk proyek Tujuh Bukit dan Pani, tetap menarik bagi investor spekulatif karena cadangan emasnya yang besar dan potensi valuasi jangka panjang yang menjanjikan.

    Emiten Dari Emas

    ARCI, yang beroperasi di Kalimantan Tengah dan memiliki struktur biaya produksi yang efisien, menunjukkan fundamental kuat dalam jangka pendek, terutama karena sensitivitasnya yang tinggi terhadap pergerakan harga emas. Sementara itu, PSAB, pemilik tambang besar di Martabe, berpotensi mengalami re-rating valuasi berkat eksposur langsungnya terhadap harga emas global serta kemungkinan konsolidasi struktur modal.

    HRTA, meskipun fokus pada industri manufaktur dan perhiasan emas, diperkirakan akan meraup keuntungan dari kenaikan nilai inventori dan stabilnya permintaan domestik di tengah tingkat konsumsi yang masih tinggi. Di sisi lain, UNTR melalui anak usahanya PT Sumbawa Juta Raya juga memiliki eksposur terhadap tambang emas, namun kontribusinya masih terbatas jika dibandingkan dengan bisnis alat berat dan batu bara.

    Hendra menilai bahwa kombinasi harga jual yang meningkat, volume produksi yang membaik, serta efisiensi biaya operasional akan memperkuat kinerja keuangan emiten-emiten emas sepanjang 2025. Bahkan, situasi ini dapat mendorong analis untuk merevisi naik proyeksi laba.

    Namun, ia juga mengingatkan adanya risiko yang harus diwaspadai. Ketergantungan terhadap harga emas global menjadikan emiten tambang sangat rentan terhadap volatilitas, terutama jika ketegangan geopolitik mereda atau terjadi perubahan arah dalam kebijakan suku bunga.

    Kontribusi Saham Emiten Emas

    Selain itu, Hendra menilai beberapa emiten seperti MDKA masih memiliki struktur utang tinggi dan arus kas operasional yang ketat, sehingga sensitivitas terhadap biaya pendanaan tetap tinggi.

    “Tekanan dari sisi capex, biaya eksplorasi, dan risiko lingkungan juga bisa menimbulkan tekanan tambahan, khususnya bagi perusahaan yang sedang dalam ekspansi,” kata dia.

    Dari sisi makro, kenaikan harga saham-saham emiten emas berkontribusi positif terhadap IHSG melalui sektor tambang dan bahan baku. Namun, efeknya cenderung terbatas secara agregat karena bobot emiten emas di indeks masih relatif kecil dibandingkan sektor perbankan dan konsumer.

    Meski demikian, dalam konteks rotasi sektoral, sektor emas berpotensi menjadi pelarian utama dana di tengah meningkatnya aversi risiko pasar. Oleh karena itu, saham-saham seperti ANTM (target 2.200), BRMS (412), PSAB (358), dan ARCI (330) direkomendasikan sebagai trading buy, sementara MDKA (1.875) bersifat spekulatif buy, dengan outlook jangka pendek hingga menengah yang masih positif seiring tren bullish emas global.