Tag: gaya hidup

  • Bitcoin Tembus Rekor Baru di Hari Pizza Bitcoin, Capai Rp 1,81 Miliar per Koin

    Bitcoin Tembus Rekor Baru di Hari Pizza Bitcoin, Capai Rp 1,81 Miliar per Koin

    Serratalhadafc.com – Tanggal 22 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pizza Bitcoin, momen ikonik yang menandai transaksi pertama dunia nyata menggunakan mata uang kripto. Namun tahun ini, perayaan tersebut terasa lebih istimewa karena Bitcoin (BTC) mencetak rekor harga baru: USD 111.970,17 atau sekitar Rp 1,81 miliar per koin (dengan asumsi kurs USD = Rp 16.240).

    Dilansir dari Yahoo Finance, Sabtu (24/5/2025), pendiri sekaligus Chairman Strategy, Michael Saylor, turut memberi pesan di hari peringatan ini. “Bayar pizzamu dengan dolar, nikmati pizzanya, dan simpan bitcoinnya,” ujarnya—menekankan filosofi HODL yang terus digaungkannya.

    Sejarah Hari Pizza Bitcoin

    Hari Pizza Bitcoin merujuk pada peristiwa bersejarah 22 Mei 2010, saat seorang programmer asal Florida, Laszlo Hanyecz, membeli dua pizza besar Papa John’s seharga 10.000 BTC, yang kala itu hanya bernilai sekitar USD 41 (sekitar Rp 666.000). Kini, nilai BTC tersebut telah meroket menjadi lebih dari USD 1,1 miliar atau hampir Rp 17,86 triliun.

    Rekor dan Katalis Kenaikan Harga Bitcoin

    Bitcoin sebelumnya mencatat rekor tertinggi di USD 109.241 (sekitar Rp 1,77 miliar) pada 20 Januari 2025, bertepatan dengan masa menjelang pelantikan Presiden AS Donald Trump. Sejak Februari hingga awal Mei, harga BTC sempat berfluktuasi, berjuang mempertahankan posisi di atas level USD 100.000.

    Kenaikan tajam harga Bitcoin dalam dua tahun terakhir ditopang oleh sejumlah faktor penting, antara lain:

    • Meningkatnya adopsi institusional, terutama setelah peluncuran ETF spot Bitcoin pada Januari 2024 di era Presiden Joe Biden.
    • Instruksi strategis dari pemerintahan Trump, termasuk pembentukan cadangan BTC nasional pada Maret 2025.
    • Komitmen dari perusahaan besar seperti Strategy (Nasdaq: MSTR) yang menjadikan Bitcoin sebagai aset cadangan kas utama.

    Dengan perkembangan ini, Hari Pizza Bitcoin tak hanya menjadi simbol sejarah transaksi kripto pertama, tetapi juga menjadi momentum refleksi atas transformasi luar biasa yang dialami Bitcoin selama 15 tahun terakhir—dari makanan cepat saji, kini ke miliaran dolar.

    Strategy Perkuat Dominasi: Tambah Cadangan Bitcoin Senilai Miliaran Dolar

    Di bawah kepemimpinan visioner Michael Saylor, perusahaan teknologi Strategy terus menunjukkan komitmen kuat terhadap Bitcoin. Sejak awal 2020, Strategy mulai mengakumulasi aset kripto ini dan kini tercatat sebagai pemegang Bitcoin korporat terbesar di dunia.

    Dalam langkah terbarunya, Strategy mengumumkan rencana untuk mengumpulkan dana sebesar USD 2,1 miliar melalui penjualan saham preferen. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli lebih banyak Bitcoin, mempertegas posisinya sebagai pionir dalam adopsi institusional kripto.

    Saat ini, Strategy memiliki 576.230 BTC yang jika dikonversi ke nilai pasar saat ini, setara dengan sekitar USD 64,4 miliar atau kurang lebih Rp 1.046 triliun. Angka fantastis ini tak hanya menunjukkan kepercayaan tinggi perusahaan terhadap potensi jangka panjang Bitcoin, tetapi juga menjadikannya acuan bagi banyak perusahaan lain.

    Keberanian dan konsistensi Strategy telah menginspirasi perusahaan-perusahaan lain, seperti Metaplanet, untuk mengikuti jejak serupa dalam menjadikan Bitcoin sebagai aset cadangan strategis. Strategi ini berkontribusi besar terhadap meningkatnya legitimasi Bitcoin di kalangan institusi keuangan global.

    Momen bersejarah ini semakin menarik perhatian ketika Michael Saylor disebut-sebut menerima tawaran pizza sebagai simbolik Hari Pizza Bitcoin—hari peringatan transaksi Bitcoin pertama di dunia nyata—yang kali ini bertepatan dengan rekor harga tertinggi baru pada 22 Mei 2025, sebagaimana pertama kali diberitakan oleh TheStreet.

    Dengan langkah agresif seperti ini, Strategy tampaknya tidak hanya ingin menjadi pemegang Bitcoin terbesar, tetapi juga kekuatan utama di balik arus utama adopsi kripto global.

    Bitcoin Geser Dolar Taiwan, Masuk Jajaran Aset Terbesar Dunia

    Dominasi Bitcoin di panggung keuangan global semakin nyata. Mata uang digital yang dulunya dipandang sebagai alternatif eksperimental, kini telah melampaui dolar Taiwan dalam hal nilai kapitalisasi pasar. Lonjakan ini bukan hanya mencerminkan peningkatan adopsi Bitcoin secara global, tetapi juga menandakan bahwa dunia mulai mengakui legitimasi dan daya tariknya sebagai instrumen keuangan utama.

    Dengan kapitalisasi pasar yang kini mencapai USD 2,21 triliun, Bitcoin telah melampaui perusahaan teknologi raksasa Amazon, yang tercatat sebesar USD 2,14 triliun. Ini menjadikan Bitcoin sebagai aset kelima paling bernilai di dunia, tepat di belakang emas, Microsoft, Apple, dan NVIDIA.

    Pencapaian ini semakin memperkuat posisi Bitcoin bukan hanya sebagai alat tukar digital, tetapi juga sebagai aset investasi global yang serius. Dulu dipandang sebelah mata karena sifatnya yang terdesentralisasi, kini Bitcoin telah menjadi bagian dari percakapan utama dalam dunia keuangan, berdampingan dengan mata uang dan perusahaan besar dunia.

    Meskipun emas masih memimpin sebagai aset dengan kapitalisasi tertinggi di dunia sebesar USD 22,36 triliun, masuknya Bitcoin ke dalam lima besar global menandai perubahan signifikan dalam cara dunia memandang nilai dan kekayaan.

    Kehadiran Bitcoin yang kian menggeser dominasi mata uang tradisional seperti dolar Taiwan memperjelas satu hal: revolusi digital dalam sistem keuangan sedang berlangsung, dan Bitcoin berada di garis depan perubahan tersebut.

  • IHSG Melemah, Investor Asing Ramai-ramai Lepas Saham di Tengah Aksi Jual

    IHSG Melemah, Investor Asing Ramai-ramai Lepas Saham di Tengah Aksi Jual

    Serratalhadafc.com – Pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan di tengah meningkatnya aksi jual saham oleh investor asing. Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia pada Rabu (21/5/2025), IHSG tercatat melemah 0,65% ke level 7.094,60, sementara Indeks LQ45 turun lebih dalam sebesar 1,12% ke posisi 802,54.

    Aktivitas transaksi di pasar modal tergolong tinggi dengan total volume perdagangan mencapai 24,94 miliar saham dan nilai transaksi harian sebesar Rp 16,14 triliun. Frekuensi transaksi pun cukup padat, tercatat 1,45 juta kali transaksi.

    Setelah sebelumnya aktif melakukan pembelian saham, pada perdagangan Selasa, investor asing mulai melakukan aksi jual besar-besaran dengan nilai mencapai Rp 406,19 miliar. Sejak awal tahun 2025, total aksi jual saham oleh investor asing sudah menembus angka Rp 48,83 triliun.

    Berikut adalah daftar 10 saham yang paling banyak dilepas investor asing pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025, berdasarkan data dari Stockbit:

    1. PT Astra International Tbk (ASII)
      ➤ Nilai jual: Rp 244,56 miliar
    2. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
      ➤ Nilai jual: Rp 216,40 miliar
    3. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)
      ➤ Nilai jual: Rp 137,07 miliar
    4. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
      ➤ Nilai jual: Rp 96,97 miliar
    5. PT Panin Financial Tbk (PNLF)
      ➤ Nilai jual: Rp 38,99 miliar
    6. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
      ➤ Nilai jual: Rp 37,87 miliar
    7. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
      ➤ Nilai jual: Rp 36,89 miliar
    8. PT Amman Mineral Indonesia Tbk (AMMN)
      ➤ Nilai jual: Rp 32,09 miliar
    9. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)
      ➤ Nilai jual: Rp 25,84 miliar
    10. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
      ➤ Nilai jual: Rp 25,48 miliar

    Aksi jual ini menandakan kehati-hatian investor asing terhadap kondisi pasar saham nasional, meskipun transaksi tetap berlangsung aktif. Para pelaku pasar kini menanti sentimen baru yang dapat kembali mendorong pergerakan IHSG ke zona hijau.

    Bursa Asia Menguat, Pasar Respon Positif Pemangkasan Suku Bunga oleh PBoC

    Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas, menyampaikan bahwa pasar saham regional Asia menguat, didorong oleh serangkaian stimulus kebijakan yang diterapkan oleh Bank Sentral China (PBoC).

    Menurut Nico, salah satu kebijakan yang mendapat perhatian besar adalah keputusan PBoC memangkas suku bunga pinjaman utama untuk pertama kalinya sejak Oktober 2024. Langkah ini dinilai sebagai upaya mendongkrak ekonomi China yang tengah lesu serta merespons dampak negatif dari kenaikan tarif oleh Amerika Serikat.

    PBoC memangkas Loan Prime Rate (LPR) tenor 1 tahun sebesar 1 basis poin menjadi 3,0%, sementara LPR tenor 5 tahun juga diturunkan dengan besaran yang sama menjadi 3,5%.

    “Pelaku pasar menilai pemangkasan suku bunga ini sebagai strategi untuk merangsang aktivitas ekonomi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan yang berisiko menekan pertumbuhan,” ujar Nico, dikutip dari Antara.

    Sikap Pasar Terhadap Kebijakan Dalam Negeri

    Dari dalam negeri, para pelaku pasar juga mencermati arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang akan ditentukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20–21 Mei 2025.

    Ada ekspektasi bahwa BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Secara konsensus, pelaku pasar memperkirakan penurunan sebesar 25 basis poin, dari 5,75% menjadi 5,5%.

    Penurunan suku bunga ini dinilai strategis karena dapat meningkatkan daya beli masyarakat, serta mendorong pelaku usaha untuk memperluas investasi. Dengan demikian, langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

  • Saham GOTO Stabil di Tengah Aksi Demo Mitra Ojol dan Taksol

    Saham GOTO Stabil di Tengah Aksi Demo Mitra Ojol dan Taksol

    Serratalhadafc.com – Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terpantau bergerak stabil di tengah berlangsungnya aksi unjuk rasa dari para mitra pengemudi ojek online (ojol) dan taksi online (taksol) pada hari ini, Selasa, 20 Mei 2025. Hingga berita ini diturunkan, harga saham GOTO tercatat tidak mengalami perubahan, tetap berada di level 72 atau stagnan 0,00 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya. Meski demikian, dalam sepekan terakhir, saham GOTO tercatat mengalami penurunan sebesar 13,41 persen.

    Menanggapi aksi demonstrasi tersebut, Chief of Public Policy & Government Relations GoTo, Ade Mulya, menyatakan bahwa pihak Gojek menghormati hak setiap individu untuk menyampaikan pendapat, termasuk mitra pengemudi yang memilih untuk menyuarakan aspirasinya secara terbuka.

    “Di saat yang sama, kami juga memberikan dukungan penuh kepada mitra yang tetap memilih untuk beroperasi dan melayani pesanan seperti biasa. Kami berkomitmen untuk menjaga agar ekosistem Gojek tetap aman, nyaman, dan produktif bagi semua pihak, baik mitra pengemudi maupun para pelanggan,” ujar Ade dalam pernyataan resminya, Selasa (20/5/2025).

    Operasional Gojek Tetap Berjalan

    Ade Mulya menambahkan bahwa Gojek senantiasa terbuka terhadap aspirasi dari para mitra driver aktif. Ia mengimbau agar penyampaian pendapat dilakukan secara tertib dan dalam suasana yang kondusif.

    “Gojek selalu membuka ruang komunikasi dan menyediakan berbagai kanal formal bagi mitra untuk menyampaikan masukan maupun berdiskusi secara konstruktif,” jelas Ade.

    Menanggapi kabar yang beredar mengenai potensi gangguan layanan seiring dengan aksi demonstrasi yang direncanakan pada 20 Mei 2025, pihak Gojek menegaskan bahwa operasional perusahaan tetap berjalan seperti biasa.

    “Kami pastikan bahwa operasional Gojek tetap normal. Pelanggan tetap dapat mengakses dan menggunakan layanan kami sebagaimana mestinya,” ujar Ade menegaskan.

    Demo Ojol Digelar Hari Ini, Sebagian Pengguna Kesulitan Akses Layanan

    Para pengemudi ojek online (ojol) dijadwalkan menggelar aksi demonstrasi dan aksi “log out massal” dari aplikasi pada hari ini, Selasa (20/5/2025). Aksi ini dimulai pukul 13.00 WIB dan terpusat di tiga lokasi strategis di Jakarta, yakni Istana Merdeka, Kantor Kementerian Perhubungan, dan Gedung DPR RI.

    Imbas dari aksi ini mulai dirasakan oleh sebagian masyarakat yang rutin menggunakan layanan transportasi ojol. Beberapa pengguna mengeluhkan kesulitan mendapatkan kendaraan sejak pagi hari. Dian (25), salah satu pengguna ojol, mengaku mengalami hambatan saat hendak berangkat kerja dari Matraman, Jakarta Timur menuju kantornya di kawasan Tendean, Jakarta Selatan.

    “Tadi sempat susah banget dapat ojol, karena mungkin ada demo kali ya,” ujar Dian saat ditemui oleh Serratalhadafc.com, Selasa (20/5/2025).

    Situasi ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri di kalangan masyarakat, terutama bagi mereka yang mengandalkan transportasi online sebagai moda utama untuk beraktivitas sehari-hari.

    Aksi Demo Ojol Mulai Terasa, Pengguna Keluhkan Sepinya Pengemudi di Jalanan

    Rencana aksi demonstrasi dan log out massal para pengemudi ojek online (ojol) hari ini, Selasa (20/5/2025), mulai berdampak pada aktivitas pengguna layanan transportasi online. Beberapa warga mengaku kesulitan mendapatkan ojol sejak pagi, bahkan suasana jalanan yang biasanya ramai oleh lalu-lalang pengemudi ojol kini tampak sepi.

    Dian (25), warga Matraman, Jakarta Timur, mengatakan biasanya banyak pengemudi ojol yang melintas di sekitar tempat tinggalnya. Namun, hari ini situasinya berbeda.

    “Nah kan saya heran, biasanya tuh rame banyak yang lewatkan ojol itu. Tapi hari ini sepi, gak kelihatan,” ujar Dian kepada Serratalhadafc.com. Ia juga mengaku cukup kesulitan mendapatkan ojol untuk pergi ke kantornya di kawasan Tendean, Jakarta Selatan.

    Hal serupa dialami Aulia (24), karyawan swasta yang tinggal di Jakarta Pusat. Ia mengaku sempat khawatir tidak mendapatkan transportasi online karena mendengar kabar tentang aksi demo ojol hari ini.

    “Sempat khawatir sih gak dapat ojol. Soalnya biasa pakai ojol buat berangkat kerja. Hari ini ada demo, jadi takut gak dapet. Kalau naik transportasi umum kan suka lama,” ujar Aulia. Beruntung, ia masih bisa mendapatkan layanan ojol pada pukul 09.00 WIB untuk menuju tempat kerjanya di Jakarta Selatan.

    Kondisi ini mencerminkan kekhawatiran masyarakat terhadap potensi terganggunya layanan transportasi online sebagai dampak dari aksi unjuk rasa yang dilakukan para mitra pengemudi. Seperti diketahui, titik aksi terpusat di Istana Merdeka, Kantor Kementerian Perhubungan, dan Gedung DPR RI mulai pukul 13.00 WIB.

  • Modal Asing Mulai Masuk Kembali ke RI di Pekan Kedua Mei

    Modal Asing Mulai Masuk Kembali ke RI di Pekan Kedua Mei

    Serratalhadafc.comBank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing kembali masuk ke pasar keuangan domestik pada pekan kedua Mei 2025. Meski demikian, secara keseluruhan sepanjang tahun berjalan, arus keluar (capital outflow) dari Indonesia masih cukup signifikan.

    Direktur Eksekutif BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa berdasarkan data transaksi tanggal 14–15 Mei 2025, secara agregat investor asing atau nonresiden membukukan beli neto sebesar Rp4,14 triliun.

    “Nonresiden tercatat beli neto Rp4,14 triliun, terdiri atas beli neto Rp4,52 triliun di pasar saham dan Rp1,14 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta jual neto Rp1,52 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN),” ujar Ramdan dalam keterangan tertulis di situs resmi BI, Minggu (18/5/2025).

    Namun, jika dilihat secara akumulatif sejak awal tahun (year-to-date/ytd) hingga 15 Mei 2025, modal asing masih menunjukkan tren keluar dari pasar keuangan domestik. Nonresiden tercatat melakukan:

    • Jual neto Rp52,53 triliun di pasar saham,
    • Jual neto Rp20,54 triliun di SRBI, dan
    • Beli neto Rp29,10 triliun di pasar SBN.

    Kinerja Rupiah dan Indikator Keuangan

    Dari sisi risiko kredit, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor lima tahun turun menjadi 83,34 basis poin (bps) per 15 Mei 2025, dari sebelumnya 88,93 bps pada 9 Mei 2025. Penurunan ini mencerminkan persepsi risiko yang lebih baik dari investor terhadap surat utang Indonesia.

    Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp16.510 per dolar AS (kurs bid). Di sisi lain, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun tercatat naik menjadi 6,90%, yang menunjukkan peningkatan ekspektasi imbal hasil bagi investor obligasi pemerintah.

    Rupiah Menguat Dipicu Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

    Nilai tukar rupiah mencatat penguatan pada perdagangan Jumat (16/5/2025), seiring meningkatnya ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (The Fed). Rupiah terapresiasi sebesar 0,46% ke level Rp16.440 per dolar AS pada akhir perdagangan.

    Penguatan mata uang Garuda ini dipicu oleh rilis data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan pelemahan, termasuk deflasi di tingkat produsen. Data tersebut menambah keyakinan pelaku pasar bahwa inflasi konsumen juga akan melambat, membuka peluang bagi The Fed untuk mulai memangkas suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

    Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa pelemahan harga di tingkat produsen dapat menjadi sinyal awal perlambatan inflasi pada tingkat konsumen, yang menjadi salah satu indikator utama bagi kebijakan suku bunga The Fed.

    “Ekspektasi ini mendorong sentimen risk-on di pasar keuangan Asia, yang akhirnya menyebabkan hampir seluruh mata uang Asia, termasuk rupiah, menguat terhadap dolar AS,” ujar Josua kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (16/5/2025).

    Dengan latar belakang tersebut, investor cenderung lebih berani mengambil risiko di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Penguatan rupiah ini juga menjadi sinyal positif bagi stabilitas pasar keuangan domestik dalam jangka pendek.

    Rupiah Menguat di Pekan Kedua Mei, Namun Berpotensi Melemah Jelang RDG BI

    Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, mencatat bahwa rupiah mencatat penguatan mingguan sebesar 0,46% week-to-week (wtw) pada pekan kedua Mei 2025. Kinerja positif tersebut didorong oleh meningkatnya minat investor terhadap aset berisiko (risk-on), yang dipicu oleh meredanya ketegangan perang dagang serta ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

    Namun demikian, Josua memperkirakan bahwa tren penguatan rupiah bisa mengalami tekanan menjelang agenda penting pekan depan, yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dijadwalkan pada 21 Mei 2025.

    “Rupiah berpotensi mengalami pelemahan terbatas menjelang pengumuman hasil RDG BI. Dalam sepekan ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.400 hingga Rp16.525 per dolar AS,” jelas Josua.

    Dengan proyeksi ini, pelaku pasar disarankan untuk tetap mencermati perkembangan kebijakan moneter domestik dan global, terutama sikap BI terhadap dinamika suku bunga dan stabilitas nilai tukar.

  • Bitcoin Bersiap Cetak Rekor Baru, Investor Mulai Masuk Kembali

    Bitcoin Bersiap Cetak Rekor Baru, Investor Mulai Masuk Kembali

    Serratalhadafc.com – Minat investor terhadap Bitcoin kembali meningkat, ditandai dengan aksi pembelian yang mulai menggeliat menjelang akhir Mei 2025. Sejumlah indikator teknikal dan fundamental mengisyaratkan potensi besar bagi Bitcoin untuk menembus level tertinggi sepanjang masa dalam waktu dekat.

    Analis dari Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengungkapkan bahwa berdasarkan data dari Glassnode, metrik Realized Cap—yang mengukur nilai total Bitcoin berdasarkan harga terakhir koin berpindah tangan—telah mengalami lonjakan signifikan. Sejak 20 April 2025, Realized Cap naik sekitar USD 30 miliar dan kini berada di angka USD 900 miliar, atau tumbuh 3 persen hanya dalam dua pekan pertama bulan Mei.

    “Peningkatan ini mencerminkan bahwa aliran dana yang masuk ke Bitcoin bukan hanya bersifat spekulatif, tapi juga menunjukkan perubahan pandangan terhadap Bitcoin sebagai aset pelindung nilai, terutama di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian,” ujar Fyqieh dalam pernyataan resminya, Jumat (16/5/2026).

    Dari sisi teknikal, Bitcoin saat ini tengah berada dalam fase konsolidasi yang dinilai sehat. Pergerakannya yang stabil antara kisaran USD 100.678 hingga USD 105.700 menunjukkan pola yang kuat, dan membuka peluang untuk menembus level psikologis USD 110.000 dalam waktu dekat.

    “Struktur harga membentuk pola higher high dan higher low, yang merupakan indikasi tren naik. Selain itu, indikator RSI yang masih berada di zona netral memberikan ruang yang cukup besar untuk kelanjutan penguatan,” jelasnya.

    Faktor Global Berperan

    Fyqieh juga menyoroti bahwa sentimen positif terhadap Bitcoin turut dipengaruhi oleh meredanya tensi geopolitik, khususnya perang tarif antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara telah sepakat untuk menurunkan tarif perdagangan selama 90 hari ke depan, yang memicu optimisme pasar global dan mendorong sikap risk-on di kalangan investor.

    Tak hanya itu, inflasi Amerika Serikat yang turun ke angka 2,3 persen pada April 2025—terendah sejak Februari 2021—turut memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga acuan.

    “Gabungan dari faktor teknikal dan makroekonomi ini membuat prospek Bitcoin semakin cerah dalam waktu dekat,” tutup Fyqieh.

    Bitcoin Berpeluang Tembus USD 150.000, Tapi Risiko Tetap Ada

    Seiring dengan menguatnya sinyal teknikal dan fundamental, sejumlah analis memperkirakan bahwa siklus bullish kali ini dapat membawa harga Bitcoin melesat hingga menyentuh kisaran USD 120.000 hingga USD 150.000 sebelum akhir 2025. Namun, proyeksi ini tetap dibayangi oleh volatilitas tinggi yang menjadi karakter utama pasar kripto.

    Menurut Fyqieh Fachrur, tren saat ini didorong oleh kombinasi faktor yang saling memperkuat—mulai dari kondisi global yang membaik, efek berkelanjutan dari siklus post-halving, hingga meningkatnya partisipasi investor domestik. Semua ini menempatkan Bitcoin dalam jalur yang menjanjikan untuk mencetak rekor harga baru dalam waktu dekat.

    “Walau peluangnya besar, tetap penting bagi investor untuk tidak mengabaikan prinsip manajemen risiko,” ujarnya. “Pasar kripto memang penuh potensi, tapi juga sangat dinamis. Maka dari itu, setiap keputusan investasi harus diambil dengan perhitungan matang dan strategi yang jelas.”

    Fyqieh menekankan pentingnya keseimbangan antara optimisme dan kehati-hatian. Menurutnya, pemahaman terhadap siklus pasar, pengelolaan portofolio yang bijak, serta disiplin dalam mengambil posisi akan menjadi kunci bagi investor untuk bertahan dan meraih hasil maksimal di tengah pergerakan pasar yang fluktuatif.

  • Warren Buffett Pengaruhi CEO eToro untuk Kurangi Fokus pada Kripto

    Warren Buffett Pengaruhi CEO eToro untuk Kurangi Fokus pada Kripto

    Serratalhadafc.com – Warren Buffett kembali mencuri perhatian publik setelah memberikan nasihat yang cukup mengejutkan kepada CEO eToro, Yoni Assia. Dikenal sebagai “Oracle of Omaha”, Buffett memang telah lama menjadi panutan bagi banyak tokoh besar dunia bisnis, mulai dari Bill Gates hingga Bill Ackman.

    Mengutip laporan Yahoo Finance pada Jumat (16/5/2025), Buffett yang baru saja mundur dari posisi CEO Berkshire Hathaway setelah lebih dari 60 tahun memimpin, tetap menunjukkan pengaruh besarnya di dunia investasi. Salah satu buktinya adalah pernyataan Yoni Assia dalam wawancara dengan program Squawk Box CNBC pada 15 Mei 2025.

    Assia mengungkapkan bahwa saran dari Buffett membuatnya mulai mempertimbangkan ulang strategi eToro, khususnya terkait aset kripto.

    “Nasihatnya benar-benar membuat saya lebih fokus ke saham dan mulai mengurangi ketergantungan pada kripto,” ujar Assia.

    Pandangan Buffett terhadap aset digital seperti Bitcoin memang sudah lama dikenal tegas. Ia pernah menyebut Bitcoin sebagai “racun tikus dalam bentuk kuadrat” dan bahkan mengibaratkannya sebagai “token perjudian”. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Berkshire Hathaway selama ini menolak untuk terlibat dalam investasi aset kripto.

    Langkah Yoni Assia untuk mendengarkan nasihat Buffett bisa menjadi sinyal perubahan pendekatan strategis eToro di masa mendatang, terutama di tengah gejolak pasar kripto yang masih penuh ketidakpastian.

    CEO eToro: Masa Depan Bisnis Lebih Terjamin di Saham daripada Kripto

    CEO eToro, Yoni Assia, mengungkapkan refleksi mendalam terkait perjalanan perusahaannya di dunia kripto dan saham. Dalam pernyataannya, Assia menegaskan bahwa meski eToro merupakan pelopor perdagangan aset digital di Eropa, keberlanjutan bisnis justru lebih kuat di sektor saham.

    “eToro sudah terlibat di kripto sejak awal. Kami bahkan menjadi perusahaan pertama di Eropa yang mendapat regulasi resmi untuk memperdagangkan aset kripto,” jelas Assia.

    Namun, seiring berjalannya waktu dan pengalaman yang terus bertambah, ia menyadari bahwa masa depan perusahaan lebih stabil jika berfokus pada saham. Data tahun lalu menunjukkan bahwa 75% pendapatan eToro berasal dari saham, sementara hanya 25% dari kripto.

    Assia juga mengenang keputusan penting yang ia buat pada tahun 2011, saat membatalkan rencana go public. Ia mengakui bahwa langkah itu menjadi pelajaran berharga dalam perjalanan bisnisnya.

    “Saya belajar bahwa penting untuk memastikan perusahaan sudah menguntungkan sebelum masuk ke bursa,” ungkapnya.

    Meskipun begitu, Assia tetap yakin bahwa kripto tidak akan menghilang. Ia menegaskan:

    “Tidak seorang pun meragukan bahwa kripto akan tetap ada.”

    Pandangan ini menunjukkan posisi eToro yang kini lebih bijak dalam mengelola eksposur terhadap kripto, sambil tetap menjaga fondasi bisnisnya melalui perdagangan saham.

    Nubank Gandeng Circle dan Talos

    Meskipun Warren Buffett dikenal sebagai salah satu kritikus keras aset kripto, salah satu perusahaan yang didukungnya justru terus memperluas eksposur ke dunia aset digital. Nubank, bank digital raksasa asal Brasil yang didukung oleh Berkshire Hathaway dan Softbank Group Corp, kini bekerja sama dengan Circle dan Talos untuk meningkatkan adopsi kripto di Brasil.

    Dalam pengumuman terbarunya, Nubank Cripto—layanan kripto dari Nubank—menambahkan 11 opsi cryptocurrency baru sepanjang tahun 2023. Dengan penambahan ini, total aset digital yang tersedia di platform Nubank kini mencapai 15, tidak termasuk Nucoin, token utilitas yang digunakan dalam program loyalitas mereka.

    Kolaborasi strategis dengan Circle membawa USDC (USD Coin) ke dalam ekosistem Nubank. Jeremy Allaire, CEO dan salah satu pendiri Circle, menyebutkan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat Brasil terhadap dolar digital.

    “Melalui integrasi USDC di Nubank Cripto, pengguna dapat membeli dan menyimpan dolar digital dengan lebih mudah,” ungkap Allaire.

    Langkah ini menegaskan arah baru Nubank dalam menyediakan layanan finansial yang lebih inklusif dan terhubung dengan teknologi blockchain, meski berada di bawah naungan tokoh legendaris seperti Buffett yang selama ini skeptis terhadap kripto.

    Sebagai informasi, Nubank merupakan salah satu bank digital terbesar di Amerika Latin, dengan 80,4 juta pelanggan di Brasil, serta 1,51 juta nasabah tambahan di Meksiko dan Kolombia. Pada tahun lalu saja, Nubank mencatat pendapatan sebesar USD 1,69 miliar.

    Dengan pertumbuhan agresif dan kolaborasi bersama pemain besar di dunia kripto, Nubank menunjukkan bahwa inovasi finansial tetap bisa berjalan beriringan meski di tengah pandangan konservatif dari para pendukungnya.

  • El Salvador Terus Tambah Cadangan Bitcoin Meski Terikat Kesepakatan IMF

    El Salvador Terus Tambah Cadangan Bitcoin Meski Terikat Kesepakatan IMF

    Serratalhadafc.com – Pemerintah El Salvador terus melanjutkan pembelian Bitcoin untuk memperkuat cadangan kripto nasionalnya, meski negara tersebut tengah berada dalam kesepakatan pinjaman dengan Dana Moneter Internasional (IMF), yang secara eksplisit melarang penggunaan dana publik untuk membeli aset kripto.

    Berdasarkan data dari Kantor Bitcoin El Salvador, dalam sepekan terakhir, negara ini telah menambah 7 Bitcoin ke dalam portofolio cadangannya. Dengan penambahan ini, total kepemilikan Bitcoin El Salvador kini mencapai 6.173 BTC, dengan estimasi nilai lebih dari 637 juta dolar AS.

    Meskipun berada di bawah tekanan regulasi dari kesepakatan IMF, pemerintah El Salvador tetap konsisten dalam strateginya membeli Bitcoin secara rutin. Hingga kini, belum terlihat indikasi bahwa mereka akan menghentikan langkah tersebut.

    El Salvador merupakan salah satu negara pertama yang secara aktif membeli Bitcoin di pasar terbuka untuk dijadikan cadangan nasional. Beberapa pengamat industri menilai bahwa strategi ini dapat menjadi preseden bagi negara lain yang ingin mempertimbangkan Bitcoin sebagai aset strategis jangka panjang.

    El Salvador Tetap Beli Bitcoin Meski Setuju Hentikan Statusnya sebagai Alat Pembayaran Sah

    Dilansir dari Cointelegraph pada Senin (12/5/2025), El Salvador sebelumnya menandatangani kesepakatan pinjaman senilai 1,4 miliar dolar AS dengan Dana Moneter Internasional (IMF) pada Desember 2024. Dalam kesepakatan tersebut, pemerintah sepakat mencabut status Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah dan mengubah penggunaannya menjadi opsional.

    Selain itu, pemerintah El Salvador juga diminta menghentikan pembelian Bitcoin menggunakan dana publik. Salah satu syarat lainnya adalah privatisasi Chivo Wallet—dompet digital resmi yang sempat didanai negara namun jarang digunakan oleh masyarakat.

    Pada Januari 2025, parlemen El Salvador resmi mencabut status sah Bitcoin sebagai alat pembayaran dengan hasil pemungutan suara 55 anggota parlemen menyetujui dan hanya 2 yang menolak. Meskipun demikian, langkah itu tidak menghentikan pembelian Bitcoin oleh negara, yang masih berlangsung secara aktif hingga saat ini.

    Presiden El Salvador Tolak Tekanan IMF, Tegaskan Tetap Beli Bitcoin

    Pada Maret 2025, Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memperingatkan El Salvador untuk menghentikan pembelian Bitcoin, sesuai dengan kesepakatan pinjaman yang telah disepakati sebelumnya. Namun, Presiden El Salvador, Nayib Bukele, secara tegas menolak permintaan tersebut.

    Bukele menyatakan bahwa pemerintahnya tidak akan menghentikan akumulasi Bitcoin, meskipun menghadapi tekanan dari lembaga keuangan internasional.

    “Tidak, kami tidak akan berhenti. Jika dulu kami tetap melanjutkan meskipun dunia mengucilkan dan banyak pendukung Bitcoin meninggalkan kami, maka kami juga tidak akan berhenti sekarang ataupun di masa mendatang,” tulis Bukele dalam unggahannya di platform X (sebelumnya Twitter) pada 4 Maret 2025.

  • Steak ‘n Shake Mulai Terima Pembayaran Bitcoin Mulai 16 Mei 2025

    Steak ‘n Shake Mulai Terima Pembayaran Bitcoin Mulai 16 Mei 2025

    Serratalhadafc.com – Raksasa makanan cepat saji asal Amerika Serikat, Steak ‘n Shake, mengumumkan bahwa mereka akan mulai menerima pembayaran menggunakan Bitcoin di seluruh gerainya mulai 16 Mei 2025.

    Informasi ini diumumkan melalui akun resmi perusahaan di platform X (sebelumnya Twitter) pada 9 Mei. Dalam pernyataannya, Steak ‘n Shake menyebut bahwa layanan pembayaran kripto ini akan tersedia bagi lebih dari 100 juta pelanggan, serta menegaskan bahwa “gerakan ini baru saja dimulai.”

    Menariknya, pengumuman ini ditutup dengan gaya jenaka menggunakan nama alias “Steaktoshi”, merujuk pada nama pencipta Bitcoin, Satoshi Nakamoto.

    Langkah ini menandai babak baru dalam adopsi aset digital di sektor ritel makanan cepat saji, seiring semakin banyaknya perusahaan yang mulai membuka diri terhadap pembayaran berbasis kripto.

    Steak ‘n Shake Resmi Terima Bitcoin

    Jaringan restoran cepat saji Steak ‘n Shake semakin memantapkan langkahnya di dunia kripto. Setelah menggoda publik sejak Maret lalu dengan unggahan di media sosial bertanya, “Haruskah Steak ‘n Shake menerima Bitcoin?”, kini mereka resmi mengumumkan penerimaan pembayaran dengan Bitcoin mulai 16 Mei 2025.

    Pertanyaan tersebut memicu reaksi besar dari komunitas kripto, termasuk tokoh terkenal seperti Jack Dorsey, yang dengan tegas menjawab, “Ya.” Respons positif ini mendorong antusiasme luas, mendorong perusahaan meluncurkan kampanye pemasaran bertema Bitcoin, termasuk promosi bernuansa Tesla dan berbagai visual bertema kripto di akun media sosial mereka.

    Langkah Steak ‘n Shake ini menjadi tonggak penting dalam adopsi kripto secara luas, terutama karena hanya sedikit jaringan restoran besar yang berani menerapkan pembayaran Bitcoin secara penuh, bukan sekadar uji coba terbatas.

    Dengan keputusan ini, Steak ‘n Shake ikut mendorong transisi sistem pembayaran menuju masa depan yang lebih digital dan terdesentralisasi.

    Steak ‘n Shake Ikuti Jejak Restoran Besar

    Dengan langkah terbarunya, Steak ‘n Shake akan bergabung dengan daftar restoran cepat saji global yang semakin terbuka terhadap penggunaan mata uang kripto sebagai alat pembayaran. Pengumuman ini menandai komitmen perusahaan untuk menghadirkan inovasi dalam sistem transaksi, dimulai pada 16 Mei 2025.

    Langkah Steak ‘n Shake bukanlah yang pertama dalam industri ini. Sejak 2022, jaringan restoran Chipotle telah menerima hampir 100 jenis kripto, termasuk Bitcoin (BTC), Ether (ETH), dan Solana (SOL), melalui platform pembayaran Flexa.

    Beberapa pelopor lainnya mencakup:

    • Subway, yang sudah menguji pembayaran Bitcoin sejak 2013 di sejumlah gerai.
    • KFC Kanada, yang pada 2018 sempat meluncurkan promosi “Bitcoin Bucket”, memungkinkan pelanggan membeli ayam dengan BTC.
    • McDonald’s di Lugano, Swiss, menerima Bitcoin sebagai bagian dari program adopsi kripto lokal.
    • Burger King, yang mendukung pembayaran kripto di Jerman, Belanda, dan Venezuela, baik melalui kartu hadiah maupun transaksi langsung.

    Bahkan mantan Presiden AS Donald Trump sempat mencuri perhatian publik saat membeli burger dengan Bitcoin di sebuah bar di New York City pada September 2024.

    Tren ini menunjukkan bahwa kripto kian diterima di dunia nyata, tak hanya sebagai aset investasi, tetapi juga sebagai alat tukar dalam aktivitas sehari-hari. Steak ‘n Shake kini turut mendorong transisi ini ke arus utama.

  • Mantan CEO Celsius Network, Alex Mashinsky, Dijatuhi Hukuman 12 Tahun Penjara

    Mantan CEO Celsius Network, Alex Mashinsky, Dijatuhi Hukuman 12 Tahun Penjara

    Serratalhadafc.com – Pendiri sekaligus mantan CEO Celsius Network, Alex Mashinsky, resmi dijatuhi hukuman 12 tahun penjara setelah mengaku bersalah atas tuduhan penipuan sekuritas dan komoditas pada Desember tahun lalu. Putusan dijatuhkan oleh Hakim Distrik AS, John Koeltl, di pengadilan Manhattan pada Kamis lalu.

    Dikutip dari Yahoo Finance (Jumat, 9 Mei 2025), hukuman ini menjadi salah satu yang terberat dalam kasus kriminal terkait runtuhnya pasar kripto pada 2022. Sebagai perbandingan, Sam Bankman-Fried—mantan CEO FTX—menerima hukuman 25 tahun penjara atas kasus penipuan serupa, meskipun saat ini tengah mengajukan banding.

    Dalam dakwaan, jaksa federal menuduh Mashinsky telah menyesatkan nasabah mengenai tingkat keamanan investasi di platform Celsius. Ia juga dituduh secara artifisial menaikkan harga token CEL, token kripto milik perusahaan, guna memperkaya diri sendiri.

    Mashinsky, yang kini berusia 59 tahun, disebut memperoleh keuntungan pribadi sebesar lebih dari USD 48 juta atau sekitar Rp794 miliar (asumsi kurs Rp16.551 per USD). Jaksa awalnya menuntut hukuman minimal 20 tahun penjara, menilai bahwa kerugian besar yang dialami ribuan korban pantas mendapat ganjaran yang setimpal.

    “Tokenisasi dan penggunaan aset digital adalah inovasi yang kuat, namun bukanlah pembenaran untuk melakukan penipuan,” tegas Jaksa AS, Jay Clayton, dalam pernyataan resminya

    Mashinsky Ajukan Permohonan Hukuman Ringan

    Sebelum putusan dijatuhkan, Alex Mashinsky sempat memohon agar dijatuhi hukuman ringan—hanya satu tahun dan satu hari penjara. Ia menyampaikan penyesalan mendalam serta keinginannya untuk memperbaiki keadaan bagi keluarganya dan para mantan nasabah Celsius Network.

    Namun, pengadilan menolak permohonan tersebut dan tetap menjatuhkan hukuman 12 tahun penjara, ditambah tiga tahun pembebasan bersyarat. Mashinsky juga dikenai penyitaan aset senilai USD 48,4 juta. Hingga kini, tim pengacaranya belum memberikan pernyataan resmi atas vonis tersebut.

    Keruntuhan Celsius Network

    Celsius Network, yang didirikan oleh Mashinsky pada 2017 dan berbasis di Hoboken, New Jersey, pernah dikenal sebagai salah satu platform pinjaman kripto terbesar. Perusahaan ini menarik banyak pengguna dengan tawaran bunga tinggi—bahkan hingga 17%—untuk aset digital yang disimpan di platform mereka.

    Model bisnis Celsius didasarkan pada meminjamkan aset dari nasabah ritel ke investor institusional, dengan harapan memperoleh keuntungan dari selisih suku bunga. Namun, strategi tersebut akhirnya runtuh ketika pasar kripto anjlok pada 2022, menyebabkan Celsius kehilangan likuiditas dan mengajukan kebangkrutan.

    Kejatuhan Celsius dan Dampaknya

    Ketika pasar kripto mulai merosot tajam pada pertengahan 2022, ribuan nasabah Celsius Network secara serentak menarik dananya. Akibatnya, perusahaan mengalami krisis likuiditas parah dan mencatatkan defisit sebesar USD 1,19 miliar. Situasi ini memaksa Celsius mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di Amerika Serikat pada Juli 2022.

    Alex Mashinsky, pendiri Celsius, memiliki latar belakang internasional. Ia lahir di Ukraina, sempat tinggal di Israel, dan kemudian menetap di New York setelah pertama kali mengunjungi kota tersebut pada tahun 1988.

    Masih Hadapi Gugatan Perdata

    Selain hukuman pidana 12 tahun penjara, Mashinsky juga masih harus menghadapi serangkaian gugatan perdata dari beberapa lembaga regulator utama, termasuk:

    • Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC)
    • Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC)
    • Komisi Perdagangan Federal (FTC)
    • Kantor Jaksa Agung Negara Bagian New York, Letitia James

    Gugatan-gugatan tersebut mencerminkan kompleksitas dan besarnya dampak dari kasus Celsius terhadap ekosistem kripto dan kepercayaan investor.

  • Changpeng Zhao Prediksi Harga Bitcoin Bisa Tembus USD 1 Juta

    Changpeng Zhao Prediksi Harga Bitcoin Bisa Tembus USD 1 Juta

    Serratalhadafc.comChangpeng Zhao, Co-Founder Binance, memprediksi bahwa harga Bitcoin (BTC) berpotensi melonjak hingga mencapai antara USD 500.000 hingga USD 1 juta (sekitar Rp8,2 miliar hingga Rp16,4 miliar) dalam siklus pasar saat ini. Optimisme ini didorong oleh sejumlah faktor, termasuk adopsi institusional yang meningkat, akumulasi aset oleh negara-negara, dan kebijakan pro-kripto dari pemerintahan Amerika Serikat.

    “Ada ETF, dan Bitcoin kini semakin dilembagakan. Ini jelas menjadi faktor positif bagi harga. Nilai aset kita naik—mungkin tidak semua altcoin, tapi Bitcoin pasti naik,” ujar Zhao dalam wawancara bersama Rug Radio, seperti dikutip dari Cointelegraph, Rabu (7/5/2025).

    Zhao menjelaskan bahwa kehadiran Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis Bitcoin telah membuka jalan masuknya dana institusional tradisional ke pasar kripto. Menurutnya, sebagian besar uang di Amerika Serikat berasal dari institusi, dan itu kini mulai mengalir ke Bitcoin berkat adanya ETF.

    Lebih lanjut, Zhao juga menyoroti tren pembelian Bitcoin oleh negara-negara sebagai faktor pendukung kenaikan harga BTC. Ia menilai hal tersebut sebagai bentuk validasi penting terhadap aset digital ini.

    Salah satu contohnya adalah El Salvador, negara pertama di dunia yang mengakui Bitcoin sebagai alat pembayaran sah. Pada April 2025, El Salvador kembali menambah cadangannya dengan membeli 7 BTC senilai lebih dari USD 650.000. Saat ini, menurut data Kantor Bitcoin El Salvador, total kepemilikan negara itu mencapai sekitar 6.170 BTC senilai hampir USD 580 juta (sekitar Rp9,5 triliun).

    Selain El Salvador, Kerajaan Bhutan juga dilaporkan terus mengakumulasi Bitcoin sebagai bagian dari strategi keuangan negara.

    Zhao juga menyinggung perubahan kebijakan di Amerika Serikat di bawah pemerintahan baru Presiden Donald Trump yang lebih ramah terhadap aset digital. Ia menyebut, langkah sejumlah negara dalam membeli Bitcoin menunjukkan pemahaman strategis akan potensi aset ini.

    “Mereka cukup cerdas untuk menyadari bahwa membeli Bitcoin adalah langkah yang bagus. Sekarang, negara-negara lain perlu menyusul,” pungkasnya.

    Standard Chartered Prediksi Bitcoin Tembus USD 200.000 pada Akhir 2025

    Bank multinasional asal Inggris, Standard Chartered, memproyeksikan harga Bitcoin (BTC) akan melonjak hingga USD 200.000 (sekitar Rp3,3 miliar) pada akhir tahun 2025. Prediksi ini disampaikan oleh Geoffrey Kendrick, Kepala Penelitian Aset Digital Standard Chartered, dalam laporan riset yang dibagikan kepada para klien bank.

    “Kami memperkirakan tren kenaikan akan terus berlanjut sepanjang musim panas, hingga BTC-USD mendekati target akhir tahun kami sebesar 200.000,” ujar Kendrick, dikutip dari News.bitcoin.com, Rabu (30/4/2025).

    Menurut Kendrick, arus dana yang mengalir ke Bitcoin sebagian besar didorong oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang dinilai belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi ini membuat investor mulai mencari alternatif non-AS, termasuk aset digital seperti Bitcoin.

    Laporan juga mencatat bahwa premi obligasi Treasury AS saat ini berada di level tertinggi dalam 12 tahun, yang menandakan meningkatnya persepsi risiko terhadap investasi berbasis dolar AS. Hal ini menjadi salah satu alasan investor beralih ke Bitcoin.

    Kendrick menyoroti sejumlah faktor lain yang mendorong kenaikan harga Bitcoin, di antaranya:

    • Akumulasi oleh investor besar (whales), yaitu individu atau entitas yang memegang lebih dari 1.000 BTC.
    • Meningkatnya daya tarik ETF Bitcoin, sementara ETF emas mulai kehilangan pamor.

    Dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, Standard Chartered memperkirakan harga Bitcoin akan menyentuh USD 120.000 pada kuartal kedua 2025, sebelum akhirnya mencapai USD 200.000 di akhir tahun.

    Sementara itu, Alex Obchakevich, pendiri Obchakevich Research, mengungkapkan bahwa sekitar 70% pertumbuhan nilai Bitcoin berasal dari modal institusional baru, sementara sisanya adalah hasil dari redistribusi aset kripto yang sudah ada.

    “ETF, khususnya ETF Bitcoin, menjadi pendorong utama tren bullish saat ini, meskipun disertai koreksi harga dalam jangka pendek,” jelas Obchakevich.

    Studi: Harga Bitcoin Bisa Tembus USD 1 Juta pada Awal 2027

    Sebuah studi terbaru memprediksi bahwa harga Bitcoin (BTC) berpotensi melonjak hingga USD 1 juta atau sekitar Rp16,8 miliar (asumsi kurs Rp16.863/USD) pada awal tahun 2027. Prediksi ini didasarkan pada tren meningkatnya penarikan harian dari pasokan Bitcoin yang likuid, yang kini melebihi 1.000 BTC per hari.

    Dilansir dari Yahoo Finance, riset tersebut mengandalkan model ekonomi fundamental yang mengkaji dampak akumulasi institusional dan terbatasnya pasokan terhadap pergerakan harga Bitcoin.

    Studi berjudul “A Supply and Demand Framework for Forecasting Bitcoin Prices” ini dipublikasikan dalam Journal of Risk and Financial Management. Peneliti menggunakan pendekatan ekuilibrium antara pasokan dan permintaan, dengan menyesuaikan karakteristik unik Bitcoin yang memiliki sistem penerbitan tetap, yakni jumlah total Bitcoin yang dibatasi hingga 21 juta unit.

    Tidak seperti komoditas konvensional, Bitcoin tidak dapat diproduksi lebih banyak saat permintaan meningkat. Inilah yang membuatnya sangat rentan terhadap guncangan pasokan, khususnya ketika akumulasi terjadi dalam jumlah besar dan konsisten.

    “Model ini menunjukkan bahwa Bitcoin bisa mencapai USD 1 juta pada awal 2027 jika penarikan harian dari pasokan likuid tetap berada di atas 1.000 BTC,” tulis laporan tersebut.

    Prediksi ini memperkuat pandangan sejumlah analis yang menyebut bahwa adopsi institusional dan kelangkaan suplai menjadi penggerak utama kenaikan harga BTC di masa depan.