Tag: investasi saham

  • Wall Street Ditutup Anjlok, Data Tenaga Kerja Bikin Investor Saham Khawatir

    Wall Street Ditutup Anjlok, Data Tenaga Kerja Bikin Investor Saham Khawatir

    Serratalhadafc.com – Bursa saham di Amerika Serikat (AS) atau biasa disebut Wall Street berakhir melemah pada penutupan perdagangan Jumat (5/9/2025). Pelemahan bursa saham ini terjadi setelah laporan ketenagakerjaan AS lebih lemah dari perkiraan.

    Hal ini berdampak ke dua hal, yaitu memicu harapan penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) tetapi sekaligus menimbulkan kecemasan akan perlambatan ekonomi.

    Mengutip Anugerahslot CNBC, Sabtu (6/9/2025), Indeks S&P 500 turun 0,32% ke level 6.481,50, Nasdaq Composite melemah tipis 0,03% ke 21.700,39, sementara Dow Jones Industrial Average kehilangan 220,43 poin atau 0,48% ke 45.400,86.

    Ketiga indeks saham acuan ini sempat mencetak rekor intraday baru di awal sesi perdagangan.

    Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan perekonomian hanya menambah 22.000 lapangan kerja pada Agustus, jauh di bawah perkiraan 75.000. Sedangkan untuk tingkat pengangguran naik ke 4,3%, sesuai ekspektasi analis.

    Perkuat Spekulasi Investor

    Data ini semakin memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini. Bahkan menurut data FedWatch, sebagian pelaku pasar mulai memperhitungkan potensi pemangkasan 50 basis poin.

    Managing Partner di Harris Financial Group Jamie Cox menjelaskan, pertumbuhan lapangan kerja yang lambat, kenaikan pengangguran, serta upah yang moderat memperlihatkan pasar tenaga kerja benar-benar melambat.

    “The Fed kini punya alasan kuat untuk memangkas suku bunga,” kata dia.

    Kinerja Sepekan

    Meskipun pasar saham melemah pada Jumat, S&P 500 dan Nasdaq masih menutup pekan dengan kenaikan masing-masing 0,33% dan 1,14%. Sebaliknya, Dow Jones turun 0,32% sepanjang pekan.

    Sektor perbankan tertekan, dengan saham JPMorgan dan Wells Fargo melemah karena kekhawatiran perlambatan ekonomi dapat menekan pertumbuhan kredit. Perusahaan industri seperti Boeing dan GE Aerospace juga ikut tergelincir akibat prospek pesanan yang bisa menurun.

    Namun, tidak semua saham tertekan. Broadcom justru mencatat lonjakan 9,4% setelah laporan keuangannya melampaui ekspektasi Wall Street.

    Sebaliknya, Nvidia turun 2,7% karena kekhawatiran persaingan yang semakin ketat di sektor chip AI. Palantir juga terkoreksi sekitar 2% di tengah tekanan pada saham-saham teknologi berbasis kecerdasan buatan.

  • Saham Astra International (ASII) Menguat Hampir 10%, Didorong Aksi Beli Asing

    Saham Astra International (ASII) Menguat Hampir 10%, Didorong Aksi Beli Asing

    Serratalhadafc.com – Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) berhasil bertahan di zona hijau pada perdagangan Selasa (19/8/2025). Penguatan ini terjadi di tengah kondisi IHSG yang kurang mendukung, namun menarik perhatian investor berkat aksi beli asing yang cukup besar.

    Berdasarkan data RTI, saham ASII ditutup menguat 9,95% ke level Rp 5.525 per saham. Sejak pembukaan perdagangan, saham sudah naik 50 poin ke Rp 5.275 dan sempat menyentuh level tertinggi di Rp 5.575, serta terendah di Rp 5.200.

    Sepanjang perdagangan, frekuensi transaksi tercatat 49.874 kali dengan volume mencapai 2,71 juta saham. Nilai transaksi menembus Rp 1,5 triliun, sementara kapitalisasi pasarnya kini berada di kisaran Rp 223,7 triliun.

    Aksi beli asing juga menjadi pendorong utama penguatan ini. Data Stockbit mencatat, investor asing membukukan net buy Rp 852,78 miliar di saham ASII.

    Dari sisi teknikal, analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai pergerakan saham ASII masih dalam fase uptrend dan mampu bertahan di atas moving average (MA) 20 hari, disertai peningkatan volume transaksi.

    Indikator MACD masih berada di area positif, sementara pergerakan stochastic diperkirakan masih menguat menuju area overbought,” jelas Herditya kepada Anugerahslot Finance di sela wawacara.

    IHSG Melemah 0,45% ke 7.862, Ditutup di Zona Merah

    Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (19/8/2025) berbalik arah melemah. Indeks ditutup terkoreksi 0,45% ke level 7.862,94, sejalan dengan pelemahan mayoritas indeks saham acuan.

    Indeks LQ45 turut melemah lebih dalam, yakni 0,71% ke posisi 815,23.

    Sepanjang perdagangan, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 7.931,75 dan terendah di 7.854,09. Dari sisi pergerakan saham, terdapat 405 saham menguat, 242 saham melemah, sementara 155 saham stagnan.

    Aktivitas perdagangan terpantau cukup ramai dengan total frekuensi mencapai 2,17 juta kali. Volume transaksi tercatat sekitar 40,1 miliar saham dengan nilai harian sebesar Rp 18,6 triliun.

    Saham Astra (ASII) Melonjak Hampir 10% di Tengah IHSG Melemah

    Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) mencatat lonjakan signifikan pada perdagangan sesi pertama, Selasa (19/8/2025). Kenaikan ini terjadi meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis.

    Berdasarkan data RTI, saham ASII ditutup menguat 9,95% ke level Rp 5.525 per saham, setelah naik 250 poin dari posisi pembukaan di Rp 5.275 per saham. Sepanjang perdagangan, saham ASII bergerak di rentang Rp 5.200 – Rp 5.550 per saham.

    Aktivitas perdagangan juga terpantau tinggi, dengan 32.087 kali transaksi dan volume mencapai 1,81 juta saham. Nilai transaksi harian ASII tercatat sebesar Rp 974,6 miliar, sehingga kapitalisasi pasarnya kini mencapai Rp 223,67 triliun.

    Sebelumnya, pada Jumat (15/8/2025), saham ASII juga menjadi incaran asing. Tercatat aksi beli oleh investor asing mencapai Rp 22,17 miliar, yang turut mendukung penguatan harga saham perusahaan konglomerasi tersebut.

    Astra International Tambah Kepemilikan Saham Hermina (HEAL) Jadi 10%

    PT Astra International Tbk (ASII) kembali memperkuat investasinya di sektor kesehatan dengan membeli saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) senilai Rp 492,53 miliar pada akhir Juli 2025.

    Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu (3/8/2025), Astra International melakukan pembelian sebanyak 313.271.000 saham HEAL atau setara 2,04% kepemilikan.

    Transaksi tersebut dilakukan dalam dua tahap:

    • 25 Juli 2025: Astra membeli 120.513.700 saham HEAL di harga Rp 1.680 per saham.
    • 31 Juli 2025: Astra kembali membeli 192.757.300 saham HEAL di harga Rp 1.505 per saham.

    Total nilai pembelian mencapai Rp 492,53 miliar.

    Dalam keterangannya, perusahaan menyebut transaksi ini dilakukan untuk tujuan investasi dengan status kepemilikan tidak langsung.

    Dengan tambahan saham tersebut, kepemilikan Astra International di HEAL meningkat menjadi 1.536.595.000 saham atau sekitar 10%. Sebelumnya, Astra hanya menggenggam 1.223.324.000 saham atau 7,96%.

    Rinciannya, 1.110.824.000 saham dimiliki secara langsung oleh ASII, sementara 112.500.000 saham lainnya dikuasai secara tidak langsung melalui anak usaha, PT Astra Healthcare Indonesia (AHI). Astra sendiri memiliki 99,99% saham di AHI.

  • Investor Pemula Perhatikan Hal Ini Jika Ingin Cuan Investasi Saham

    Investor Pemula Perhatikan Hal Ini Jika Ingin Cuan Investasi Saham

    Serratalhadafc.com – Edukasi menjadi fondasi utama bagi investor yang ingin sukses di pasar saham. Hal tersebut diungkapkan CEO Stockwise Douglas Goh dalam acara bertajuk The Art of Multibagger Investing.

    Salah satunya strategi investasi saham yang berpotensi memberikan keuntungan berlipat atau dikenal dengan istilah multibagger. Konsep ini mengajarkan investor untuk tidak hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, namun juga memahami potensi pertumbuhan nilai saham dalam jangka panjang.

    “Di tengah derasnya arus informasi dan tren pasar yang cepat berubah, investor pemula maupun berpengalaman membutuhkan pemahaman mendalam agar dapat mengambil keputusan investasi yang tepat. Stockwise hadir sebagai jembatan untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan strategi yang terbukti berhasil di lapangan,” ujar Douglas dikutip Anugerahslot Finance Minggu (3/8/2025).

    Sementara itu, Chief Investment Officer (CIO) Stockwise Andry Hakim menambahkan, konsep multibagger investing bukan hanya teori, namun sudah terbukti menjadi strategi yang mampu mencetak portofolio investasi yang kuat dalam jangka panjang.

    “Kami ingin mengajak para investor Indonesia untuk tidak terjebak dalam spekulasi jangka pendek. Melalui pendekatan analisis fundamental yang solid, siapa pun bisa memiliki peluang mendapatkan multibagger stock,” jelasnya.

    Sebagai komunitas saham terbesar di tanah air, Stockwise tidak hanya menjadi wadah berbagi informasi, tetapi juga aktif menggelar berbagai program edukasi berkala, mulai dari kelas daring, workshop, hingga seminar langsung yang menghadirkan para pakar di bidangnya. Konsistensi inilah yang membuat Stockwise menjadi referensi utama bagi ribuan investor dalam membangun portofolio investasi yang sehat dan berkelanjutan.

    Melihat Efek Kesepakatan Tarif AS-Indonesia Terhadap Pasar Saham

    Sebelumnya, untuk melihat apakah perjanjian dagang Indonesia-Amerika Serikat secara agregat berdampak positif atau negatif, tentunya sentimen pasar akan menjadi hal yang lebih mudah untuk dilihat.

    Terkait ini, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, berpendapat bahwa terlepas dari segala pro-kontra yang ada, hasil dari kesepakatan perdagangan ini diterima dengan baik oleh pasar keuangan.

    Semenjak tercapainya kesepakatan, IHSG telah naik sebesar 3.68%, yang merupakan kenaikan terbesar diantara bursa saham lain di Asia yang mana bursa lain tidak mendapatkan sentimen positif sebesar Indonesia.

    “Hasil kesepakatan dagang ini sudah membuat kita terhindar dari kemungkinan terburuk dari ketidakpastian berkepanjangan,” ujar Fakhrul, Selasa (29/7/2025).

    Walaupun memang ada beberapa pertanyaan yang muncul terkait dengan pembelian barang-barang dari Amerika Serikat, Fakhrul lebih memandang ini secara neraca dagang adalah netral. “Hal ini karena sebenarnya pembelian pesawat dan produk pertanian dampak utamanya adalah adanya pergeseran vendor dari negara lain ke Amerika Serikat. Kita harus paham, ini kondisinya berat, lanjut Fakhrul menambahkan.

    Impor

    Re-wiring impor Indonesia dari negara lain ke Amerika Serikat harus dilakukan. Selain itu, lanjut Fakhrul, terlepas dari hasil perjanjian dagang dengan Amerika Serikat, Indonesia harus mengoptimalkan prospek dari EU-CEPA sehingga pasar kita ke negara lain terutama Uni Eropa tetap terjaga.

    Terkait kontroversi utama yang mengemuka tentang data masyarakat Indonesia, Fakhrul menyatakan bahwa negara tetap harus mengutamakan kepentingan Rakyat Indonesia. Hal ini lanjut Fakhrul karena menurutnya data adalah masa depan perekonomian dunia dan Indonesia harus tetap mengutamakan ketahanan nasional dan terus berusaha mencari implementasi yang win-win dengan mitra dagang Indoensia.

    Setelah kesepakatan dagang, Fakhrul memandang, hal yang harus diperhatikan selanjutnya untuk perbaikan ekonomi adalah tiga hal, yakni percepatan belanja pemerintah dan insentif, lalu penerbitan DimSum Bond dan Kangaroo Bond Pemerintah dalam mata uang RMB dan AUD untuk membantu likuiditas nasional dan keberlanjutan dari pemotongan suku bunga Bank Indonesia.

  • Ketegangan Geopolitik dan Krisis Fiskal AS Guncang Pasar Global

    Serratalhadafc.com – Ketegangan antara kekuatan ekonomi dunia kembali meningkat, terutama antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, menyusul rencana kebijakan tarif impor yang memicu keresahan pasar global.

    Salah satu isu utama adalah rencana AS untuk menaikkan tarif impor hingga 50% terhadap berbagai produk asal Eropa. Meskipun rencana tersebut akhirnya ditunda, ketidakpastian yang ditimbulkan telah memengaruhi sentimen pelaku pasar secara luas, terutama di sektor perdagangan internasional.

    Sektor Manufaktur Terpukul, Bursa Global Bergejolak

    Langkah AS menaikkan tarif nyata pada baja dan aluminium langsung berdampak signifikan. Indeks saham global mengalami tekanan hebat, sementara sektor manufaktur dan ekspor-impor menjadi korban utama.

    Akibatnya, investor Anugerahslot melakukan aksi jual besar-besaran, yang memicu lonjakan volatilitas di pasar modal dunia.

    “Dalam situasi seperti ini, investor cenderung beralih ke aset yang lebih aman dan stabil. Perang dagang bisa menjadi pemicu pergeseran alokasi modal secara global,” tulis tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dikutip Sabtu (7/6/2025).

    Krisis Fiskal AS Tambah Kekhawatiran

    Di tengah memanasnya perang dagang, kondisi semakin rumit dengan munculnya kekhawatiran fiskal di Amerika Serikat. Pemerintah AS mengajukan rencana anggaran jangka panjang dengan proyeksi defisit hingga USD 3 triliun dalam 10 tahun ke depan, yang dinilai terlalu agresif oleh para ekonom.

    Rencana ini menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas manajemen fiskal AS, menyebabkan lonjakan yield obligasi pemerintah, sebuah sinyal bahwa investor menilai risiko investasi di surat utang AS semakin tinggi.

    Ketidakpastian global ini menambah tekanan terhadap perekonomian dunia dan membuka kemungkinan pergeseran arus modal internasional dalam waktu dekat.

    Lonjakan Yield Obligasi Picu Aksi Jual dan Pergeseran Aset Global

    Ketegangan fiskal di Amerika Serikat mendorong yield obligasi tenor 10 tahun dan 30 tahun masing-masing menembus level 4,6% dan 5%. Kenaikan ini menandakan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap risiko fiskal AS.

    Kondisi tersebut memicu arus keluar dari aset berisiko, termasuk saham, seiring investor global mulai merelokasi dana ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti obligasi dan emas.

    “Ketika imbal hasil obligasi melonjak, itu mencerminkan permintaan kompensasi risiko yang lebih tinggi oleh investor. Dalam sejarah pasar, lonjakan yield seperti ini seringkali menjadi sinyal akan datangnya guncangan besar,” ujar Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

    Emas Kembali Jadi Pilihan Utama Investor

    Dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, emas kembali menjadi aset safe haven favorit. Harga emas dunia tercatat naik tajam hingga USD 3.350 per ons, tumbuh lebih dari 1,8% dalam waktu singkat.

    Di Indonesia, harga emas ikut terdongkrak, mencapai Rp1,8 juta per gram, naik dari sebelumnya Rp1,79 juta. Kenaikan ini didorong oleh permintaan tinggi dari investor ritel maupun institusi, termasuk bank sentral berbagai negara yang memperkuat cadangan emasnya.

    “Emas kini bukan sekadar pelindung nilai, melainkan simbol stabilitas di tengah ketidakpastian. Pergerakan harga emas menjadi indikator utama sentimen pasar terhadap risiko global,” tulis tim riset Mirae Asset.

    Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian Global: Diversifikasi Jadi Kunci

    Dalam situasi pasar yang penuh gejolak seperti saat ini, diversifikasi portofolio menjadi langkah penting bagi para investor. Mengombinasikan aset seperti saham, obligasi, dan emas terbukti efektif dalam menjaga stabilitas nilai investasi.

    “Jika satu aset mengalami penurunan, aset lainnya bisa menjadi penahan kerugian. Ini adalah prinsip utama dalam pengelolaan risiko,” tulis tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

    Dollar Cost Averaging (DCA) Dinilai Efektif di Masa Volatilitas

    Selain diversifikasi, strategi Dollar Cost Averaging (DCA) juga dianjurkan, terutama di tengah fluktuasi tajam. Dengan berinvestasi secara berkala dalam jumlah tetap—baik di saham maupun emas—investor dapat menghindari risiko membeli di harga tertinggi.

    “Pendekatan DCA memungkinkan investor memperoleh harga rata-rata yang lebih aman dalam jangka panjang.”

    Jika tren harga emas berlanjut naik dan benar-benar mencapai Rp2,1 juta per gram, seperti diprediksi banyak analis, maka memiliki eksposur terhadap emas akan menjadi langkah cerdas.

    Sesuaikan Portofolio dengan Profil Risiko

    Investor juga perlu menyesuaikan alokasi aset berdasarkan profil risiko pribadi:

    • Investor konservatif disarankan menambah porsi emas hingga 20% dari total portofolio.
    • Investor agresif tetap bisa mendominasi portofolionya dengan saham, tetapi wajib menyisihkan sebagian ke emas sebagai pelindung nilai.

    “Emas bukan sekadar aset lindung nilai, tapi juga penyelamat portofolio saat pasar bergejolak,” pungkas Mirae Asset Sekuritas Indonesia.