Tag: investor asing

  • IHSG Menguat 4,8% dalam Sepekan, Investor Asing Catat Aksi Beli Besar

    IHSG Menguat 4,8% dalam Sepekan, Investor Asing Catat Aksi Beli Besar

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat lonjakan signifikan pada periode 11–15 Agustus 2025. Dorongan utama datang dari aksi beli besar-besaran investor asing yang menambah optimisme di pasar.

    Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat 4,8% ke level 7.898,37 pada akhir pekan. Nilai pembelian saham oleh investor asing mencapai Rp 6,67 triliun, jauh lebih tinggi dibanding pekan sebelumnya yang hanya sebesar Rp 124,22 miliar. Meski demikian, secara akumulasi sepanjang 2025, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp 55,18 triliun.

    Head of Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menilai tren masuknya dana asing mulai menunjukkan konsistensi. Menurutnya, aliran dana tersebut tidak lepas dari keputusan lembaga riset internasional MSCI yang memasukkan sejumlah perusahaan Indonesia ke dalam indeks global.

    “Prestasi ini menjadi sinyal positif dan berpotensi memperbesar investment pool Indonesia sebagai salah satu negara yang menarik untuk investasi,” jelas Liza dalam risetnya.

    Ia menambahkan, keberadaan perusahaan berkapitalisasi besar di dalam indeks memberikan ruang likuiditas yang lebih luas bagi investor. Hal ini membuat pasar modal Indonesia semakin kompetitif dan berpotensi menarik lebih banyak aliran dana asing ke depannya.

    Investor Asing Fokus ke Sektor Perbankan, Rupiah dan IHSG Ikut Menguat

    Strategi masuknya investor asing ke pasar modal Indonesia saat ini banyak diarahkan ke sektor perbankan. Menurut Head of Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, saham-saham bluechip perbankan yang selama ini cenderung tertinggal (laggard) justru menjadi target utama.

    “Bluechips yang sudah lama laggard penting untuk dimasukkan ke portofolio skala besar karena mereka adalah tulang punggung IHSG atau index mover,” jelas Liza.

    Aliran dana asing yang deras tak hanya mengangkat IHSG, tetapi juga memberikan dukungan terhadap penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Faktor lain yang memperkuat sentimen adalah melemahnya indeks dolar AS serta ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September mendatang.

    “Probability Fed Rate cut on September yang hampir di price-in ke pasar membuat yield obligasi ikut merendah, sehingga menggeser investment appetite ke arah lebih risk-on, yakni saham,” tambah Liza.

    Dengan kombinasi faktor eksternal dan fokus pada sektor perbankan, prospek pasar modal Indonesia dinilai semakin solid untuk menarik arus modal asing dalam jangka menengah.

    Pertumbuhan Ekonomi dan Arus Investasi Asing Jadi Penopang Pasar Modal Indonesia

    Liza Camelia Suryanata, Head of Kiwoom Sekuritas Indonesia, menilai bahwa data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 yang mencapai 5,12% menjadi sinyal positif bagi pasar. Menurutnya, asumsi dasar makro ekonomi 2026 juga lebih realistis dengan proyeksi pertumbuhan di kisaran 5,2%–5,8%, meskipun sejumlah target lain dipandang cukup menantang di tengah kondisi global yang masih beradaptasi terhadap kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

    “Namun, kami melihat investasi asing memang mulai merangkak naik, tumbuh 2,5% pada semester I 2025 dengan nilai mencapai USD 25,56 miliar,” jelas Liza.

    Ia menambahkan, ke depan pasar perlu mengamati stabilitas dan konsistensi dari arus masuk dana asing ini. Menurutnya, peran pemerintah sangat krusial dalam membaca arah perubahan peta ekonomi global.

    “Kejelian pemerintah memanfaatkan celah dalam pergeseran ekonomi global sangat menentukan sebanyak apa benefit yang bisa diraih Indonesia,” tutur Liza.

    Dengan kombinasi pertumbuhan ekonomi domestik yang solid, arus modal asing yang kembali meningkat, serta kebijakan pemerintah yang adaptif, pasar modal Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk tetap atraktif di tengah dinamika global.

    Apakah Anda ingin saya rangkum potensi risiko eksternal yang bisa memengaruhi aliran dana asing ke Indonesia dalam waktu dekat?

    📊 Aksi Beli Investor Asing Dorong IHSG

    Sepanjang pekan perdagangan 11–15 Agustus 2025, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih saham dengan nilai total sekitar Rp 6,6 triliun. Pembelian terbesar terjadi pada 12 Agustus 2025 yang mencapai Rp 2,2 triliun.

    Berikut rincian aliran dana asing ke pasar saham Indonesia selama sepekan:

    • 11 Agustus 2025: Rp 850 miliar
    • 12 Agustus 2025: Rp 2,20 triliun
    • 13 Agustus 2025: Rp 1,48 triliun
    • 14 Agustus 2025: Rp 827,17 miliar
    • 15 Agustus 2025: Rp 1,30 triliun

    Konsistensi aliran dana asing ini menjadi salah satu pendorong utama penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan yang sama.

  • Direktur Indosat Beli Saham Senilai Rp557,5 Juta

    Direktur Indosat Beli Saham Senilai Rp557,5 Juta

    Serratalhadafc.com – Direktur PT Indosat Tbk (ISAT), Chi Hung Lee, menambah kepemilikan sahamnya pada awal Agustus 2025. Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Minggu (10/8/2025), Chi Hung Lee membeli 250.000 saham ISAT pada 4 Agustus 2025 dengan harga Rp2.230 per saham. Nilai total transaksi tersebut mencapai Rp557,50 juta.

    Transaksi dilakukan untuk tujuan investasi dengan status kepemilikan langsung. Sebelum pembelian, ia mengantongi 920.000 saham atau setara 0,0029% kepemilikan. Setelah transaksi, jumlah kepemilikannya meningkat menjadi 1.170.000 saham atau setara 0,0036%.

    Pada perdagangan terakhir, harga saham ISAT ditutup melemah 0,87% di level Rp2.270 per saham, setelah bergerak di kisaran Rp2.270–Rp2.380. Total transaksi tercatat 3.808 kali, dengan volume 87.664 saham dan nilai transaksi Rp20,3 miliar.

    Kinerja Semester I 2025
    Sepanjang semester I 2025, kinerja Indosat menunjukkan penurunan. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis ke BEI, pendapatan perseroan tercatat Rp27,10 triliun, turun 3,09% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp27,97 triliun.

    Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga merosot 14,6% menjadi Rp2,33 triliun, dibandingkan Rp2,73 triliun pada semester I 2024.

    Aset Perseroan

    Beban PT Indosat Tbk (ISAT) tercatat turun 1,3% menjadi Rp 21,92 triliun hingga semester I 2025, dibandingkan Rp 22,22 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama dipicu oleh berkurangnya beban karyawan, pemasaran, serta beban umum dan administrasi. Namun, penurunan tersebut tertahan oleh kenaikan beban penyelenggaraan jasa, beban penyusutan dan amortisasi, serta kenaikan penghasilan (beban) operasional lain-lain – bersih.

    Seiring dengan itu, laba periode berjalan perseroan merosot 4,06% menjadi Rp 2,51 triliun, dibandingkan Rp 2,92 triliun pada semester I 2024. Laba per saham dasar dan dilusi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga turun dari Rp 84,79 menjadi Rp 72,41.

    Dari sisi neraca, ekuitas per Juni 2025 turun menjadi Rp 36,24 triliun dari Rp 36,5 triliun pada akhir Desember 2024. Sementara itu, liabilitas meningkat menjadi Rp 81,26 triliun, naik dari Rp 77,73 triliun. Total aset perseroan pun bertambah menjadi Rp 117,50 triliun hingga semester I 2025, dibandingkan Rp 114,38 triliun pada akhir 2024.

    Indosat Catat Pertumbuhan ARPU dan Perluasan Jaringan di Semester I 2025

    PT Indosat Tbk (ISAT) membukukan basis pelanggan sebanyak 95,4 juta pada semester I 2025. Rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) seluler naik 2,5% menjadi Rp38,9 ribu, atau Rp1,0 ribu lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu.

    Trafik data tercatat meningkat 3,6% secara tahunan (YoY). Untuk mengakomodasi lonjakan tersebut, perseroan memperluas infrastruktur jaringan dengan menambah 15 ribu BTS 4G sehingga total BTS 4G mencapai 203 ribu per akhir Juni 2025. Selain itu, Indosat juga mengoperasikan 807 BTS 5G.

    Dari sisi pendanaan, hingga 30 Juni 2025, perseroan memiliki utang pokok sebesar Rp17,70 triliun (tidak termasuk biaya transaksi yang belum diamortisasi dan liabilitas sewa). Posisi kas tercatat Rp5,17 triliun, sehingga utang bersih berada di level Rp12,52 triliun. Dalam 12 bulan ke depan, utang yang jatuh tempo mencapai Rp5,51 triliun, dengan rata-rata jatuh tempo utang 1,6 tahun.

    Belanja modal (capex) pada semester I 2025 mencapai Rp7,47 triliun (tidak termasuk Rp3,32 triliun aset hak guna). Sekitar 78,9% dari capex ini dialokasikan untuk bisnis seluler guna mendukung pertumbuhan permintaan layanan data, sedangkan sisanya digunakan untuk segmen MIDI dan TI.

  • Investor Asing Lepas Saham Rp 510,92 Miliar saat IHSG Naik 0,58%

    Investor Asing Lepas Saham Rp 510,92 Miliar saat IHSG Naik 0,58%

    Serratalhadafc.com – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat hingga penutupan perdagangan Jumat (8/8/2025). Penguatan IHSG terjadi di tengah aksi jual saham oleh investor asing.

    Mengutip data Anugerahslot Finance dari RTI, IHSG hari ini ditutup naik 0,58% ke posisi 7.533,38. Indeks saham LQ45 melemah 0,34% ke posisi 792,88. Sebagian besar indeks saham acuan melemah. Pada perdagangan saham Jumat pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.648,90 dan level terendah 7.516,97.  Sebanyak 227 saham menguat dan 170 saham diam di tempat. Namun, 398 saham melemah sehingga menahan kenaikan IHSG.

    Total frekuensi perdagangan 1.895.365 kali dengan volume perdagangan sebanyak 30,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 18,5 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.259. Investor asing lepas saham Rp 510,92 miliar. Sepanjang 2025, investor asing lepas saham Rp 61,85 triliun.

    Sektor saham beragam jelang akhir pekan ini. Sektor saham energi naik 2,27%, dan catat kenaikan terbesar. Sektor saham industri bertambah 2,2%, sektor saham infrastruktur menguat 0,98%, sektor saham keuangan menguat 0,60%, sektor saham transportasi naik 0,55%, dan sektor saham properti melesat 0,14%.

    Sementara itu, sektor saham basic turun 0,15%, sektor saham consumer nonsiklikal susut 0,42%, sektor saham consumer siklikal merosot 0,42%, sektor saham kesehatan turun 0,30%, dan sektor saham teknologi melemah 2,64%.

    Saham COIN melemah 14,89% ke posisi Rp 1.600 per saham. Harga saham COIN dibuka naik ke posisi Rp 2.190 per saham dari penutupan sebelumnya Rp 1.880 per saham. Saham COIN berada di level tertinggi Rp 2.290 dan terendah Rp 1.600 per saham. Total frekuensi perdagangan 155.986 kali dengan volume perdagangan 5.650.520 saham. Nilai transaksi Rp 1 triliun.

    Harga saham ABMM melemah 0,33% ke posisi Rp 2.980 per saham. Saham ABMM dibuka stagnan di posisi Rp 2.990 per saham. Saham ABBM berada di level tertinggi Rp 3.000 dan terendah Rp 2.970 per saham. Total frekuensi perdagangan 431 kali dengan volume perdagangan 6.937 saham. Nilai transaksi Rp 2,1 miliar.

    Saham SSIA susut 0,79% ke posisi Rp 2.500 per saham. Harga saham SSIA dibuka bertambah 20 poin ke posisi Rp 2.540 per saham. Saham SSIA berada di level tertinggi Rp 2.560 dan terendah Rp 2.420 per saham. Total frekuensi perdagangan 15.067 kali dengan volume perdagangan 754.047 saham. Nilai transaksi Rp 185,7 miliar.

    Top Gainers-Losers

    Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

    • Saham INDX melonjak 25,33%
    • Saham SOSS melonjak 24,76%
    • Saham PPRI melonjak 24,58%
    • Saham SMDM melonjak 24,52%
    • Saham DSSA melonjak 20%

     

    Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

    • Saham COIN merosot 14,89%
    • Saham FORU merosot 14,83%
    • Saham ENRG merosot 14,17%
    • Saham RAAM merosot 12,50%
    • Saham IKAI merosot 11,11%

    Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

    • Saham CUAN senilai Rp 1,3 triliun
    • Saham COIN senilai Rp 1 triliun
    • Saham DSSA senilai Rp 840 miliar
    • Saham WIFI senilai Rp 767,9 miliar
    • Saham AMMN senilai Rp 723,1 miliar

    Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

    • Saham COIN tercatat 155.985 kali
    • Saham CUAN tercatat 134.858 kali
    • Saham CDIA tercatat 65.713 kali
    • Saham FUTR tercatat 47.768 kali
    • Saham ADRO tercatat 40.955 kali

    Sentimen IHSG

    Dalam kajian analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim menuturkan, penguatan indeks dipicu oleh masuknya beberapa saham ke dalam indeks MSCI pada review kuartalan Agustus 2025.

    “Hal ini menimbulkan optimisme akan potensi masuknya kembali aliran dana investor asing ke pasar modal Indonesa,” kata dia seperti dikutip dari Antara.

    Dari dalam negeri, selama pekan ini pelaku pasar memperhatikan rilis data-data perekonomian dalam negeri, diantaranya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 yang tercatat sebesar 5,12 persen year on year (yoy).

    Data cadangan devisa Indonesia periode Juli 2025 yang tercatat sebesar 152 miliar dolar AS, dari sebesar USD 152,6 miliar pada bulan sebelumnya.

    Kemudian, data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2025 yang berada pada level optimis (indeks >100) sebesar 118,1, atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 117,8.

    Selain itu, tarif resiprokal yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai berlaku pada Kamis, 7 Agustus 2025 dan berdampak terhadap puluhan negara mitra dagang AS.

    Impor dari hampir 200 negara saat ini dikenakan bea masuk ke AS sebesar 10-50 persen, dengan mitra dagang utama AS seperti Uni Eropa, Jepang dan Korea Selatan menghadapi tingkat tarif baru sebesar 15 persen.

    Di sisi lain, pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS The Fed sebesar 25 basis poin mencapai 95 persen pada pertemuan FOMC 16-17 September 2025, dan sebesar 68 persen pada pertemuan berikutnya yang dijadwalkan pada 28-29 Oktober 2025.

    Bursa Saham Asia Pasifik

    Pada Jumat pekan ini, bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah. Mengutip CNBC, indeks Hang Seng melemah 0,89% ke posisi 24.858,82. Indeks CSI 300 di China susut 0,24% ke posisi 4.104,97. Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 1,85% ke posisi 41.820,48. Indeks Topix bertambah 1,21% ke posisi 3.024,21.

    Sementara itu, indeks Kospi di Korea Selatan ditutup ke posisi 3.210,01. Indeks Kosdaq menguat 0,435 ke posisi 809,27. Indeks ASX 200 melemah 0,23%  ke posisi 8.807,10. Indeks Nifty 50 melemah 0,64%.

  • Aksi Beli Asing Rp 552,40 Miliar, Ini 10 Saham yang Dibeli

    Aksi Beli Asing Rp 552,40 Miliar, Ini 10 Saham yang Dibeli

    Serratalhadafc.com – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan Selasa, 5 Agustus 2025 usai rilis pertumbuhan ekonomi dan aksi beli saham oleh investor asing.

    Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (6/8/2025), IHSG ditutup naik 0,68% ke posisi 7.515,18. IHSG berada di level tertinggi 7.546,94 dan level terendah 7.463,05.

    Total volume perdagangan mencapai 27,90 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 18,46 triliun. Total frekuensi perdagangan 2 juta kali transaksi.

    Kenaikan IHSG itu mendorong kapitalsiasi pasar BEI tercatat Rp 13.453 triliun. Mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham consumer siklikal melonjak 3,72% dan catat penguatan terbesar. Diikuti sektor saham keuangan naik 1,32%, sektor saham properti menguat 1,11%. Lalu sektor saham teknologi mendaki 0,95%, sektor saham kesehatan menanjak 0,58%, sektor saham transportasi bertambah 0,29%, sektor saham consumer nonsiklikal naik 0,24%, dan sektor saham energi naik tipis 0,09%.

    Di sisi lain, sektor saham basic melemah 1,11%, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham industri merosot 0,25%, sektor saham infrastruktur susut 0,13%. Investor asing membeli saham Rp 552,40 miliar pada perdagangan Selasa pekan ini. Dengan demikian, sepanjang 2025, investor asing lepas saham Rp 62,44 triliun.

    Pada Selasa pekan ini, investor asing membeli saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 188,22 miliar. Diikuti Anugerahslot PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 161,40 miliar dan dan saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) sebesar Rp 96,85 miliar.

    Aksi Beli Saham oleh Investor Asing

    Berikut 10 saham yang dibeli oleh investor asing berdasarkan data stockbit:

    1.PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 188,22 miliar

    2.PT Bank Central Asia Tbk (BBCA): Rp 161,40 miliar

    3.PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN): Rp 96,85 miliar

    4.PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI): Rp 92,90 miliar

    5.PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM): Rp 76,50 miliar

    6.PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI): Rp 66,84 miliar

    7.PT Barito Pacific Tbk (BRPT): Rp 56,14 miliar

    8.PT Jasa Marga Tbk (JSMR): Rp 47,48 miliar

    9.PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA): Rp 44,69 miliar

    10.PT MD Entertaiment Tbk (FILM): Rp 41,04 miliar

    Aksi Jual Saham oleh Investor Asing

    Selain itu, investor asing juga melepas saham 10 saham ini saat IHSG naik pada Selasa pekan ini, berdasarkan data stockbit:

    1.PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI): Rp 236,33 miliar

    2.PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA): Rp 53,27 miliar

    3.PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS): Rp 39,25 miliar

    4.PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP): Rp 38,43 miliar

    5.PT Darma Henwa Tbk (DEWA): Rp 35,42 miliar

    6.PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA): Rp 33,24 miliar

    7.PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO): Rp 23,18 miliar

    8.PT Sentul City Tbk (BKSL): Rp 22,89 miliar

    9.PT  Medikaloka Hermina Tbk (HEAL): Rp 22,89 miliar

    10.PT Indah Kiat Pulp and Papers Tbk (INKP): Rp 18,47 miliar

  • Mirae Asset Sekuritas Targetkan 1 Juta Nasabah di 2026, Resmikan Community Center Terbesar di Pluit

    Mirae Asset Sekuritas Targetkan 1 Juta Nasabah di 2026, Resmikan Community Center Terbesar di Pluit

    Serratalhadafc.com – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menargetkan pertumbuhan signifikan dalam jumlah nasabah, yakni mencapai 1 juta nasabah pada tahun 2026. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan menargetkan penambahan 400.000 nasabah baru hingga akhir 2025, dari posisi saat ini yang sudah melebihi 370.000 nasabah.

    Sebagai bagian dari strategi ekspansi dan penguatan layanan, Mirae Asset meresmikan Mirae Asset Community Center Pluit, sebuah kantor cabang sekaligus pusat edukasi investasi yang terletak di wilayah strategis Pluit, Jakarta Utara.

    “Tahun ini Mirae Asset akan fokus pada penguatan layanan nasabah melalui optimalisasi fungsi gerai sebagai pusat edukasi dan pendampingan investasi yang didukung oleh peningkatan kapabilitas teknologi,” ujar Tomi Taufan, Direktur Mirae Asset, dalam acara peresmian yang digelar Anugerahslot Finance pada Rabu, 23 Juli 2025.

    Lokasi Strategis dan Peran Sentral di Jakarta Utara

    Community Center Pluit merupakan bagian dari upaya revitalisasi salah satu cabang tertua dan tersukses milik Mirae Asset. Berdiri sejak 15 tahun lalu, kantor ini telah menjadi salah satu cabang dengan performa terbaik setiap tahunnya. Dengan fasilitas yang kini telah diperbarui dan lebih lengkap, kantor ini diharapkan bisa berperan lebih optimal sebagai pusat komunitas dan edukasi bagi masyarakat sekitar, khususnya pelaku usaha di wilayah Jakarta Utara.

    Jaringan Luas dan Fokus Edukasi

    Mirae Asset saat ini memiliki total 49 gerai di seluruh Indonesia, menjadikannya sebagai sekuritas dengan jaringan gerai terbanyak ketiga di Bursa Efek Indonesia (BEI). Gerai tersebut terdiri dari:

    • 26 Office Education (OE)
    • 4 Kantor Perwakilan IDX
    • 19 Galeri Investasi IDX di kampus dan gedung perkantoran

    Dengan diresmikannya Community Center Pluit, cabang ini kini menjadi yang terbesar di wilayah Jabodetabek, menandai langkah besar dalam memperkuat kehadiran Mirae Asset di pasar ritel dan komunitas investor lokal.

    Peresmian ini juga menjadi simbol komitmen perusahaan dalam memperluas literasi dan edukasi keuangan, serta memperkuat basis nasabah melalui pendekatan komunitas yang lebih personal dan berbasis teknologi.

    Fasilitas Premium dan Layanan Edukasi Terintegrasi

    Dengan peningkatan fasilitas yang signifikan, Mirae Asset berharap jangkauan layanan kepada nasabah dan masyarakat sekitar dapat semakin luas serta meningkatkan pengalaman investasi yang lebih personal dan berkualitas.

    Community Center Pluit kini hadir dengan nuansa mewah dan modern, dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung edukasi seperti:

    • Ruang konsultasi VIP
    • Ruang edukasi berkapasitas besar
    • Dukungan tim Investment Solution yang berpengalaman

    Keberadaan Tim Investment Solution di cabang ini memberikan layanan tambahan bagi nasabah yang selama ini hanya dilayani secara online. Beberapa layanan eksklusif yang ditawarkan antara lain:

    • Pendampingan langsung dalam transaksi
    • Personalisasi portofolio investasi
    • Edukasi perilaku investasi yang berkelanjutan

    Layanan tambahan tersebut akan dikenakan biaya layanan khusus, namun ditujukan untuk menghadirkan pengalaman investasi yang lebih menyeluruh dan profesional.

    “Kebutuhan nasabah tidak cukup hanya dengan edukasi dasar. Banyak yang membutuhkan pendampingan lebih dalam. Maka, kami ingin mengoptimalkan peran Tim Investment Solution agar ke depannya hadir di seluruh kantor OE kami. Perpaduan antara layanan online dan offline akan menjadi solusi yang saling melengkapi,” jelas Tomi Taufan.

    Pusat Edukasi Investasi Komunitas di Jakarta Utara

    Sebagai bagian dari peresmian Community Center Pluit, Mirae Asset juga menyelenggarakan tur fasilitas kantor dan berbagai seminar edukatif seputar investasi. Kegiatan ini terbuka bagi masyarakat dan nasabah, dengan topik mencakup:

    • Investasi obligasi
    • Reksa dana
    • Tinjauan ekonomi makro dan pasar modal terkini

    Seminar-seminar tersebut menghadirkan narasumber internal dari tim riset dan investasi Mirae Asset, serta mitra profesional dari manajer investasi eksternal, menciptakan wadah pembelajaran yang komprehensif dan berkualitas bagi komunitas investor lokal.

    Dengan konsep community center ini, Mirae Asset menegaskan komitmennya dalam memperkuat literasi keuangan masyarakat serta membangun hubungan yang lebih erat dengan komunitas nasabah melalui pendekatan edukatif dan layanan premium berbasis kebutuhan nyata.

    Mirae Asset Sarankan Reksa Dana Pendapatan Tetap sebagai Pilihan Investasi di Tengah Ketidakpastian Pasar

    Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu serta fluktuasi pasar yang tinggi, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengimbau para investor untuk mempertimbangkan instrumen reksa dana pendapatan tetap yang menawarkan pendapatan pasif bulanan (monthly passive income bond fund).

    Menurut M. Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset, situasi pasar yang penuh tekanan justru membuka peluang untuk berinvestasi pada aset yang lebih stabil dan dapat memberikan penghasilan rutin.

    “Reksa dana pendapatan tetap dengan pendapatan pasif rutin bulanan menjadi alternatif strategis, terutama di tengah volatilitas dan ketidakpastian yang tinggi seperti saat ini,” ujar Arief dalam acara Media Day: July 2025 yang diselenggarakan oleh Mirae Asset.

    Tren Arus Modal Keluar di Pasar Saham Indonesia

    Sementara itu, Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, mengungkapkan adanya tren arus modal keluar (capital outflow) dari pasar saham Indonesia, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan kinerja positif.

    Per 11 Juli 2025, IHSG naik tipis ke level 7.091 dari posisi akhir tahun 2024 di angka 7.079. Namun, sepanjang tahun berjalan, pasar mencatat arus dana asing keluar sebesar Rp 57,9 triliun, termasuk sebesar Rp 4,3 triliun hanya pada bulan Juli.

    Fenomena ini menunjukkan bahwa penguatan IHSG lebih banyak didorong oleh investor domestik yang aktif melakukan transaksi di pasar saham.

    Dengan situasi tersebut, Mirae Asset menilai bahwa investasi pada reksa dana pendapatan tetap dengan imbal hasil rutin dapat menjadi pilihan yang lebih aman dan menguntungkan bagi investor yang menginginkan stabilitas dan pendapatan pasif di tengah ketidakpastian pasar.

    Pasar Obligasi Catat Arus Dana Asing Masuk Signifikan

    Berbeda dengan pasar saham, pasar obligasi justru mencatat arus dana asing masuk (foreign inflow) yang cukup besar. Pada bulan Juli saja, investor asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp 17,2 triliun, sehingga total akumulasi sejak awal tahun mencapai sekitar Rp 70 triliun.

    Tren positif ini didorong oleh penurunan suku bunga BI Rate pada semester pertama 2025 serta harapan akan adanya pemangkasan The Fed Fund Rate (FFR) pada semester kedua tahun ini.

    Menurut Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset:

    “Meski tekanan dari pihak seperti Trump agar The Fed menurunkan FFR secara agresif terus meningkat, kami memperkirakan Bank Sentral AS akan tetap berhati-hati dan lebih memilih memantau perkembangan data ekonomi sebelum memutuskan besaran dan kecepatan penurunan suku bunga selanjutnya.”

  • IHSG Terkoreksi 0,72% pada 22 Juli 2025, Investor Asing Jual Saham Rp 561 Miliar

    IHSG Terkoreksi 0,72% pada 22 Juli 2025, Investor Asing Jual Saham Rp 561 Miliar

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan pada penutupan perdagangan Selasa, 22 Juli 2025. IHSG terkoreksi sebesar 0,72% ke level 7.344, dipicu oleh aksi jual bersih yang dilakukan oleh investor asing.

    Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Anugerahslot Finance Rabu (23/7/2025), IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 7.457,38 dan terendah di 7.344,73 sepanjang sesi perdagangan. Total volume perdagangan tercatat mencapai 30,21 miliar saham, dengan nilai transaksi harian sebesar Rp 19,74 triliun dalam 2,01 juta kali transaksi.

    Kapitalisasi Pasar Turun, Sektor Saham Mayoritas Melemah

    Seiring dengan koreksi indeks, kapitalisasi pasar BEI menyusut menjadi Rp 13.172 triliun. Dari seluruh sektor, hanya sektor infrastruktur yang berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 1,69%. Sementara itu, mayoritas sektor lainnya justru bergerak di zona merah:

    • Basic Materials: -4,36% (terkoreksi paling dalam)
    • Energi: -0,20%
    • Industri: -0,01%
    • Consumer Non-Cyclicals: -0,53%
    • Consumer Cyclicals: -0,85%
    • Kesehatan: -0,41%
    • Keuangan: -0,41%
    • Properti: -1,01%
    • Teknologi: -0,29%
    • Transportasi dan Logistik: -0,62%

    Asing Jual Saham Rp 561,47 Miliar

    Tekanan terhadap IHSG diperparah oleh aksi jual investor asing yang mencatatkan net sell senilai Rp 561,47 miliar pada hari tersebut. Secara kumulatif sepanjang 2025, investor asing telah menjual saham senilai Rp 60,24 triliun.

    Beberapa saham unggulan menjadi sasaran aksi lepas asing. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan penjualan asing terbesar, yakni Rp 482,42 miliar, diikuti oleh:

    • PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 291,09 miliar
    • PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI): Rp 40,19 miliar

    Top 10 Saham yang Dilepas Asing – 22 Juli 2025 (Data: Stockbit)

    Berikut adalah daftar 10 saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing:

    (Data lengkap 10 saham tidak dicantumkan dalam naskah sumber)

    ANTM – Rp 482,42 miliar

    BMRI – Rp 291,09 miliar

    PANI – Rp 40,19 miliar

    Kesimpulan:

    Koreksi IHSG pada perdagangan Selasa menunjukkan tekanan jual yang masih mendominasi pasar, khususnya dari investor asing. Kinerja sektor-sektor utama yang mayoritas negatif menjadi sinyal perlambatan sentimen positif, di tengah potensi ketidakpastian global dan domestik. Pelaku pasar disarankan mencermati sektor infrastruktur yang masih mencatatkan performa positif sebagai potensi peluang investasi ke depan.

    Aksi Beli

    Berikut 10 saham yang dibeli oleh investor asing berdasarkan data stockbit:

    1.PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM): Rp 126,96 miliar

    2.PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI): Rp 100,80 miliar

    3.PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN): Rp 77,13 miliar

    4.PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN): Rp 62,27 miliar

    5.PT United Tractors Tbk (UNTR): Rp 40,88 miliar

    6.PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO): Rp 28,89 miliar

    7.PT Astra International Tbk (ASII): Rp 27,03 miliar

    8.PT Alamtri Resources Tbk (ADRO): Rp 26,57 miliar

    9.PT Indosat Tbk (ISAT): Rp 23,23 miliar

    10.PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI): Rp 22,18 miliar

    Aksi Jual

    .PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Rp 482,42 miliar

    2.PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 291,09 miliar

    3.PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI): Rp 40,19 miliar

    4.PT Darma Henwa Tbk (DEWA): Rp 33,53 miliar

    5.PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA): Rp 28,29 miliar

    6.PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI): Rp 27,98 miliar

    7.PT Rukun Raharja Tbk (RAJA): Rp 24,61 miliar

    8.PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI): Rp 24,02 miliar

    9.PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA): Rp 23,10 miliar

    10.PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB): Rp 22,59 miliar

  • IHSG Melemah, Investor Asing Lepas Saham Senilai Rp 1,22 Triliun

    IHSG Melemah, Investor Asing Lepas Saham Senilai Rp 1,22 Triliun

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan pada perdagangan Rabu, 2 Juli 2025. IHSG harus meninggalkan level psikologis 6.900 akibat tekanan aksi jual dari investor asing yang mencapai Rp 1,22 triliun.

    Berdasarkan data Anugerahslot finance di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Kamis, 3 Juli 2025, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.905,36 dan terendah di 6.838,40. Total volume perdagangan mencapai 24,19 miliar saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp 10,98 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 1,08 juta kali.

    Seiring dengan pelemahan IHSG, kapitalisasi pasar juga ikut turun menjadi Rp 12.103 triliun. Tekanan jual dari investor asing menjadi salah satu faktor utama penurunan ini. Sepanjang tahun 2025, total net sell asing tercatat sebesar Rp 55,49 triliun.

    Pada perdagangan Rabu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas asing, dengan nilai penjualan mencapai Rp 167,73 miliar. Diikuti oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 97,50 miliar dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) senilai Rp 82,11 miliar.

    Daftar 10 Saham Teratas yang Dilepas Investor Asing (2 Juli 2025):

    1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) – Rp 167,73 miliar
    2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) – Rp 97,50 miliar
    3. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) – Rp 82,11 miliar
    4. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) – Rp 61,50 miliar
    5. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) – Rp 30,12 miliar
    6. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) – Rp 29,94 miliar
    7. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) – Rp 29,68 miliar
    8. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) – Rp 24,82 miliar
    9. PT Alamtri Resources Tbk (ADRO) – Rp 24,68 miliar
    10. PT United Tractors Tbk (UNTR) – Rp 22,15 miliar

    Di sisi lain, investor asing juga melakukan aksi beli terhadap sejumlah saham. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan pembelian terbesar dengan nilai Rp 131,31 miliar, disusul PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).

    Daftar 10 Saham Teratas yang Dibeli Investor Asing (2 Juli 2025):

    1. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) – Rp 131,31 miliar
    2. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) – Rp 74,36 miliar
    3. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) – Rp 33,58 miliar
    4. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) – Rp 28,45 miliar
    5. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) – Rp 23,22 miliar
    6. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) – Rp 22,21 miliar
    7. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) – Rp 21,08 miliar
    8. PT Indosat Tbk (ISAT) – Rp 15,45 miliar
    9. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) – Rp 9,99 miliar
    10. PT Astra International Tbk (ASII) – Rp 8,55 miliar

    Pelemahan IHSG ini mencerminkan sentimen negatif pasar yang dipicu oleh arus keluar dana asing, sekaligus menjadi sinyal bagi pelaku pasar untuk mencermati arah pergerakan investor global dalam beberapa waktu ke depan.

    IHSG Ditutup Melemah, Pasar Cermati Sikap Trump terhadap The Fed

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 2 Juli 2025. Penurunan ini terjadi di tengah kehati-hatian pelaku pasar terhadap sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali melontarkan kritik terhadap kebijakan Federal Reserve (The Fed).

    IHSG ditutup turun 34,12 poin atau 0,49 persen ke level 6.881,24. Sementara itu, indeks saham LQ45 juga melemah 4,36 poin atau 0,57 persen ke posisi 766,22.

    Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyampaikan bahwa bursa saham Asia bergerak variatif pada hari itu. Para pelaku pasar mencermati pernyataan dari Presiden Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell, sembari menunggu hasil dari pertemuan Politbiro Partai Komunis China.

    Dari sisi global, perhatian investor tertuju pada surat yang dikirimkan Presiden Trump kepada Jerome Powell. Dalam surat tersebut, Trump mendesak The Fed untuk segera menurunkan suku bunga ke level yang sangat rendah. Sikap ini memperlihatkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS, terutama akibat kebijakan tarif dan tekanan perdagangan yang masih berlangsung.

    Trump juga kembali melontarkan kritik pedas melalui platform media sosial Truth Social. Ia menilai kebijakan suku bunga saat ini tidak sesuai dengan kebutuhan ekonomi AS dan menyatakan bahwa Dewan Gubernur The Fed seharusnya merasa malu atas kondisi ekonomi yang ada.

    Sentimen negatif dari luar negeri ini turut membayangi pergerakan IHSG, yang akhirnya ditutup di zona merah di tengah tekanan dari investor asing dan ketidakpastian arah kebijakan moneter global.

  • Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,50%, Pasar Sambut Positif

    Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,50%, Pasar Sambut Positif

    Serratalhadafc.com – Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20–21 Mei 2025. Keputusan ini menjadi sinyal awal dari fase pelonggaran kebijakan moneter, setelah sebelumnya BI melakukan pengetatan sejak 2023.

    Langkah ini disambut positif oleh pasar, mencerminkan optimisme terhadap stabilitas perekonomian nasional. Penurunan suku bunga juga menunjukkan keyakinan BI bahwa laju inflasi tetap berada dalam kendali.

    “Keputusan ini mencerminkan kepercayaan Bank Indonesia terhadap prospek inflasi 2025–2026 yang tetap berada dalam kisaran target 2,5% ±1%, serta stabilnya nilai tukar rupiah,” ujar Hendra Wardhana, Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, dalam pernyataannya kepada Serratalhadafc.com, Rabu (21/5/2025).

    Selain itu, penurunan suku bunga ini memberi ruang lebih bagi BI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya melalui pelonggaran moneter. Kondisi stabil tersebut menjadi momentum yang tepat untuk memberikan stimulus kepada sektor riil dan keuangan.

    Kebijakan ini diharapkan dapat memperkuat konsumsi domestik, investasi, serta mendukung momentum pemulihan ekonomi nasional dalam jangka menengah.

    Saham Perbankan dan Properti Diuntungkan Penurunan Suku Bunga, Investor Asing Kembali Masuk

    Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia turut memberikan sentimen positif terhadap sejumlah sektor, terutama perbankan dan properti. Saham-saham seperti BBRI dan BBTN diprediksi mencatatkan kinerja yang lebih kuat berkat turunnya biaya dana (cost of fund) serta meningkatnya permintaan kredit, khususnya pada segmen mikro dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

    “BBRI direkomendasikan buy dengan target harga 4.530, sedangkan BBTN juga buy dengan target harga 1.400, didorong oleh proyeksi lonjakan penyaluran kredit perumahan,” ujar Hendra Wardhana, analis pasar modal dan pendiri Stocknow.id.

    Dari sektor properti, penurunan bunga KPR diperkirakan akan meningkatkan daya beli masyarakat terhadap hunian. Emiten seperti Summarecon Agung (SMRA) dan Alam Sutera Realty (ASRI) berpeluang besar mendapatkan manfaat langsung dari tren ini.

    SMRA direkomendasikan buy dengan target harga 515, sementara ASRI ditargetkan 189, karena keduanya memiliki proyek township strategis yang sangat peka terhadap stimulus bunga rendah.

    Investor Asing Mulai Kembali, IHSG Menguat

    Turunnya suku bunga acuan juga memperkuat daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor global. Dengan suku bunga riil Indonesia yang masih positif di kisaran 3%, serta stabilitas nilai tukar rupiah, pasar saham nasional kini dinilai lebih kompetitif secara global.

    Keyakinan investor asing tercermin dalam aksi beli bersih (net buy) senilai Rp993 miliar di hari pengumuman kebijakan BI. Ini menjadi indikasi bahwa kepercayaan terhadap ekonomi domestik mulai pulih dan tren penguatan IHSG diperkirakan akan berlanjut dalam waktu dekat.

    IHSG Tembus MA200, Sinyal Bullish Menguat: Sektor Perbankan dan Properti Jadi Penopang

    Secara teknikal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus Moving Average 200 (MA200) di level 7.140, yang menjadi indikator kuat bahwa tren naik jangka menengah masih terjaga.

    “Hal ini diperkuat dengan aksi beli bersih (net buy) asing senilai Rp993 miliar hari ini, yang menunjukkan respons positif terhadap keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan,” ujar analis pasar modal Hendra Wardhana.

    Momentum Baru untuk Pasar Saham dan Ekonomi Riil

    Penurunan suku bunga acuan menjadi angin segar bagi pasar modal. Kebijakan ini tidak hanya menopang pemulihan konsumsi dan investasi, tetapi juga menghidupkan kembali kepercayaan investor. Selain itu, langkah ini dinilai mampu mendorong laju pertumbuhan sektor riil, terutama perbankan, properti, dan sektor konsumer.

    Dengan tren positif ini, IHSG berpeluang menguji level resistensi di 7.324, dan bahkan bisa menuju 7.530 dalam jangka menengah. Meski demikian, investor disarankan tetap waspada terhadap potensi koreksi sehat di kisaran 7.050–7.100 sebelum kenaikan berlanjut dengan lebih solid.

    “Sektor perbankan, properti, dan konsumer akan menjadi motor utama penguatan IHSG. Optimisme domestik dan derasnya aliran dana asing memberi peluang besar bagi indeks untuk menembus area resistensi psikologis berikutnya,” tutup Hendra.

  • IHSG Melemah, Investor Asing Ramai-ramai Lepas Saham di Tengah Aksi Jual

    IHSG Melemah, Investor Asing Ramai-ramai Lepas Saham di Tengah Aksi Jual

    Serratalhadafc.com – Pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan di tengah meningkatnya aksi jual saham oleh investor asing. Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia pada Rabu (21/5/2025), IHSG tercatat melemah 0,65% ke level 7.094,60, sementara Indeks LQ45 turun lebih dalam sebesar 1,12% ke posisi 802,54.

    Aktivitas transaksi di pasar modal tergolong tinggi dengan total volume perdagangan mencapai 24,94 miliar saham dan nilai transaksi harian sebesar Rp 16,14 triliun. Frekuensi transaksi pun cukup padat, tercatat 1,45 juta kali transaksi.

    Setelah sebelumnya aktif melakukan pembelian saham, pada perdagangan Selasa, investor asing mulai melakukan aksi jual besar-besaran dengan nilai mencapai Rp 406,19 miliar. Sejak awal tahun 2025, total aksi jual saham oleh investor asing sudah menembus angka Rp 48,83 triliun.

    Berikut adalah daftar 10 saham yang paling banyak dilepas investor asing pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025, berdasarkan data dari Stockbit:

    1. PT Astra International Tbk (ASII)
      ➤ Nilai jual: Rp 244,56 miliar
    2. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
      ➤ Nilai jual: Rp 216,40 miliar
    3. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)
      ➤ Nilai jual: Rp 137,07 miliar
    4. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
      ➤ Nilai jual: Rp 96,97 miliar
    5. PT Panin Financial Tbk (PNLF)
      ➤ Nilai jual: Rp 38,99 miliar
    6. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
      ➤ Nilai jual: Rp 37,87 miliar
    7. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
      ➤ Nilai jual: Rp 36,89 miliar
    8. PT Amman Mineral Indonesia Tbk (AMMN)
      ➤ Nilai jual: Rp 32,09 miliar
    9. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)
      ➤ Nilai jual: Rp 25,84 miliar
    10. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
      ➤ Nilai jual: Rp 25,48 miliar

    Aksi jual ini menandakan kehati-hatian investor asing terhadap kondisi pasar saham nasional, meskipun transaksi tetap berlangsung aktif. Para pelaku pasar kini menanti sentimen baru yang dapat kembali mendorong pergerakan IHSG ke zona hijau.

    Bursa Asia Menguat, Pasar Respon Positif Pemangkasan Suku Bunga oleh PBoC

    Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas, menyampaikan bahwa pasar saham regional Asia menguat, didorong oleh serangkaian stimulus kebijakan yang diterapkan oleh Bank Sentral China (PBoC).

    Menurut Nico, salah satu kebijakan yang mendapat perhatian besar adalah keputusan PBoC memangkas suku bunga pinjaman utama untuk pertama kalinya sejak Oktober 2024. Langkah ini dinilai sebagai upaya mendongkrak ekonomi China yang tengah lesu serta merespons dampak negatif dari kenaikan tarif oleh Amerika Serikat.

    PBoC memangkas Loan Prime Rate (LPR) tenor 1 tahun sebesar 1 basis poin menjadi 3,0%, sementara LPR tenor 5 tahun juga diturunkan dengan besaran yang sama menjadi 3,5%.

    “Pelaku pasar menilai pemangkasan suku bunga ini sebagai strategi untuk merangsang aktivitas ekonomi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan yang berisiko menekan pertumbuhan,” ujar Nico, dikutip dari Antara.

    Sikap Pasar Terhadap Kebijakan Dalam Negeri

    Dari dalam negeri, para pelaku pasar juga mencermati arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang akan ditentukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20–21 Mei 2025.

    Ada ekspektasi bahwa BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Secara konsensus, pelaku pasar memperkirakan penurunan sebesar 25 basis poin, dari 5,75% menjadi 5,5%.

    Penurunan suku bunga ini dinilai strategis karena dapat meningkatkan daya beli masyarakat, serta mendorong pelaku usaha untuk memperluas investasi. Dengan demikian, langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

  • Investor Asing Serbu Pasar Jepang di Tengah Ketegangan Perdagangan AS

    Investor Asing Serbu Pasar Jepang di Tengah Ketegangan Perdagangan AS

    Serratalhadafc.com – Jepang mencatat rekor arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025, seiring dengan perpindahan investor dari Amerika Serikat akibat ketidakpastian kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir dari CNBC pada Sabtu (17/5/2025), investor global memborong saham dan surat utang jangka panjang Jepang senilai 8,21 triliun yen (sekitar USD 56,6 miliar atau Rp 932,54 triliun, dengan asumsi kurs Rp 16.476 per dolar AS). Ini merupakan arus masuk bersih terbesar dalam satu bulan kalender sejak Kementerian Keuangan Jepang mulai mencatat data pada 1996, menurut informasi dari Morningstar.

    “Kejutan tarif dari Trump kemungkinan telah mengubah pandangan investor internasional terhadap prospek ekonomi AS dan kinerja asetnya. Ini bisa mendorong diversifikasi portofolio ke pasar utama lain seperti Jepang,” ujar Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, Jepang.

    Sebagian besar dana masuk tercatat hanya dalam satu pekan pertama setelah 2 April, menurut data kementerian.

    Pengumuman tarif “timbal balik” dari Presiden Trump mendorong imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik tajam sebesar 30 basis poin antara 3 hingga 9 April. Sebaliknya, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang dengan tenor yang sama justru turun 21 basis poin pada periode 2–8 April.

    Di pasar saham global, pengumuman tarif memicu aksi jual. Namun, selama April, indeks Nikkei 225 Jepang mencatat kenaikan lebih dari 1%, sedangkan indeks S&P 500 AS melemah sedikit di bawah 1%.

    “Aset Jepang secara historis dipandang sebagai aset aman (safe haven). Ketika narasi ‘jual-AS’ mencuat di bulan April, minat terhadap aset Jepang meningkat,” ungkap Rashmi Garg, Manajer Portofolio Senior di Al Dhabi Capital.

    Kini, seiring pelonggaran sikap perdagangan AS dan kesepakatan baru, termasuk dengan China, kepercayaan terhadap aset-aset AS mulai pulih. Pertanyaannya, apakah daya tarik aset Jepang akan bertahan?

    Investor Institusi Dorong Rekor Arus Masuk Dana Asing ke Jepang

    Jepang mencatat rekor arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025, di tengah pergeseran strategi global investor yang mulai meninggalkan pasar Amerika Serikat akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

    Mengutip CNBC pada Sabtu (17/5/2025), investor asing membeli aset Jepang senilai 8,21 triliun yen (sekitar USD 56,6 miliar atau Rp 932,54 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.476 per dolar AS). Ini merupakan arus masuk bersih bulanan terbesar sejak Kementerian Keuangan Jepang mulai mencatat data pada 1996, menurut data Morningstar.

    Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, mengatakan bahwa arus masuk tersebut sebagian besar didorong oleh investor institusi, bukan ritel. “Dana pensiun dan manajer aset kemungkinan besar membeli saham secara agresif, sementara pembelian obligasi lebih banyak dilakukan oleh manajer cadangan, perusahaan asuransi jiwa, dan dana pensiun,” jelasnya.

    Sebagian besar arus masuk itu terjadi pada minggu pertama April, tepat setelah pengumuman tarif “timbal balik” Trump. Pada saat itu, imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun melonjak 30 basis poin (3–9 April), sedangkan imbal hasil obligasi Jepang dengan tenor yang sama justru turun 21 basis poin (2–8 April).

    Meski pasar saham global mengalami tekanan akibat ketidakpastian tersebut, indeks Nikkei 225 Jepang justru naik lebih dari 1% sepanjang April, berbanding terbalik dengan indeks S&P 500 AS yang mencatat penurunan hampir 1%.

    Kei Okamura, Managing Director di Neuberger Berman dan manajer portofolio ekuitas Jepang, menyebut April sebagai bulan yang luar biasa. “Dengan semua ketidakpastian makro global, tidak heran jika investor global mengubah cara mereka mengalokasikan aset, terutama terkait AS. Diversifikasi menjadi sangat penting,” ujarnya dalam wawancara via telepon dengan CNBC.

    Namun, Rashmi Garg dari Al Dhabi Capital memperkirakan bahwa kecepatan arus masuk ke Jepang akan melambat, seiring dengan kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara AS dan Tiongkok serta tercapainya kesepakatan bilateral, termasuk dengan Inggris yang menjadi negara pertama menandatangani perjanjian dengan AS minggu lalu.

    Meski begitu, prospek aset Jepang tetap positif di mata investor. Vasu Menon, Direktur Pelaksana Strategi Investasi di OCBC, menilai bahwa langkah-langkah kebijakan Trump yang tidak konvensional telah merusak kredibilitas aset AS. “Situasi ini dapat mendorong manajer dana global untuk mengurangi eksposur ke pasar AS dan beralih ke pasar lain seperti Jepang,” jelasnya.

    Ia menambahkan, selama ketidakpastian global masih berlangsung, permintaan terhadap aset Jepang kemungkinan tetap solid meskipun tidak setinggi bulan April. Optimisme juga meningkat karena adanya pembicaraan antara Jepang dan AS yang berpotensi memangkas tarif “timbal balik” sebesar 24% terhadap produk Jepang.

    Investor Asing Borong Aset Jepang, Dorongan dari Reformasi Tata Kelola dan Ketidakpastian AS

    Jepang mencatat arus masuk dana asing terbesar ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025. Investor global terlihat semakin menjauhi pasar Amerika Serikat, dipicu ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan mulai beralih ke pasar yang dianggap lebih stabil, termasuk Jepang.

    Mengutip CNBC (Sabtu, 17/5/2025), investor asing memborong saham dan obligasi jangka panjang Jepang senilai 8,21 triliun yen atau sekitar USD 56,6 miliar (sekitar Rp 932,54 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.476/USD). Ini merupakan arus masuk bersih bulanan tertinggi sejak data tersebut pertama kali dicatat oleh Kementerian Keuangan Jepang pada 1996, menurut Morningstar.

    Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, menyatakan bahwa arus besar ini sebagian besar didorong oleh investor institusi seperti dana pensiun dan manajer aset. Di sisi obligasi, pembeli utamanya adalah manajer cadangan devisa, perusahaan asuransi jiwa, dan dana pensiun.

    “Ini adalah bulan yang luar biasa, mengingat konteks makro global yang penuh tekanan,” ujar Kei Okamura, Managing Director di Neuberger Berman dan manajer portofolio ekuitas Jepang. Ia menambahkan bahwa investor global kini lebih berhati-hati dalam mengalokasikan asetnya ke AS dan mulai mempertimbangkan diversifikasi ke wilayah lain.

    Saham Jepang turut diuntungkan dari reformasi tata kelola perusahaan yang diinisiasi Bursa Efek Tokyo (TSE) sejak Maret 2023. Aturan tersebut mewajibkan perusahaan yang diperdagangkan di bawah nilai buku (P/B ratio <1) untuk “mematuhi atau menjelaskan” kebijakan mereka. Tujuannya adalah meningkatkan transparansi dan pengembalian kepada pemegang saham, serta menarik minat investor domestik dan asing.

    Menurut Asset Management One International, reformasi ini kemungkinan menjadi pendorong di balik rekor pembelian kembali saham di Jepang—yang pada gilirannya meningkatkan laba per saham dan menopang harga saham.

    Rashmi Garg dari Al Dhabi Capital memperkirakan bahwa arus masuk akan melambat seiring mencairnya ketegangan dagang antara AS dan China, serta kesepakatan bilateral lain seperti dengan Inggris. Namun, minat terhadap aset Jepang dinilai tetap tinggi.

    Dolar AS memang kembali menguat setelah tekanan di April, namun potensi koreksi lanjutan serta penguatan yen membuat saham Jepang semakin menarik di mata investor, terutama ketika ekonomi Jepang menunjukkan tanda-tanda pemulihan. “Tren ini tampaknya akan terus berlanjut. Jepang berpotensi terus mencatat arus masuk dana asing yang solid,” ujar Okamura.

    Sementara itu, Makdad dari Morningstar mencatat bahwa arus masuk bersih ke saham Jepang saat ini adalah yang tertinggi dalam satu dekade, didukung oleh tata kelola perusahaan yang makin solid. Meski demikian, ia tidak melihat potensi arus masuk besar ke obligasi jangka pendek seperti saat Bank of Japan menerapkan suku bunga negatif beberapa tahun lalu, karena peluang arbitrase sudah menurun.

    Vasu Menon dari OCBC menambahkan bahwa kebijakan Trump yang tak terduga telah merusak kepercayaan pasar terhadap aset AS, dan ini mendorong manajer dana untuk mengalihkan alokasi mereka. “Dalam konteks ini, permintaan terhadap aset Jepang kemungkinan tetap kuat meskipun tidak setinggi bulan April,” ujarnya. Ia juga mencatat bahwa pembicaraan tarif antara Jepang dan AS telah meningkatkan harapan akan pengurangan tarif timbal balik sebesar 24% terhadap produk Jepang.