Tag: Ketegangan geopolitik

  • Ketegangan AS-Iran Picu Gejolak Pasar Global, Harga Minyak dan Saham Energi Menguat

    Ketegangan AS-Iran Picu Gejolak Pasar Global, Harga Minyak dan Saham Energi Menguat

    Serratalhadafc.com – Pasar keuangan global kembali dilanda ketidakpastian setelah Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran. Presiden AS, Donald Trump, mengklaim bahwa serangan tersebut telah menimbulkan “kerusakan besar” pada fasilitas bawah tanah Iran. Namun, hingga kini, belum ada bukti yang dapat diverifikasi secara independen, baik dari citra satelit maupun laporan analisis pihak ketiga.

    Ketegangan geopolitik yang meningkat ini langsung berdampak pada pasar saham AS. Indeks berjangka S&P 500 serta indeks-indeks utama lainnya mengalami tekanan karena kekhawatiran investor akan potensi eskalasi konflik menjadi krisis yang lebih luas. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi gangguan terhadap pasokan minyak global, yang menyebabkan harga minyak melonjak dan dolar AS menguat.

    Sektor energi dan pertahanan menjadi fokus utama pasar. Saham-saham perusahaan besar seperti Chevron, ExxonMobil, Lockheed Martin, dan Northrop Grumman menunjukkan penguatan sebagai respons terhadap kondisi geopolitik tersebut. Meski demikian, para analis memperingatkan kemungkinan terjadinya koreksi, terutama di sektor energi, jika nantinya pasokan minyak tetap stabil meski konflik berlangsung.

    Pasar Masih Cenderung Waspada

    Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai bahwa pasar saham Anugerahslot di AS saat ini menunjukkan sikap defensif dan sangat responsif terhadap perkembangan situasi di Timur Tengah. Menurutnya, sentimen investor masih didominasi oleh kehati-hatian mengingat risiko geopolitik yang belum mereda sepenuhnya.

    Dengan kondisi yang terus berubah, pelaku pasar disarankan untuk tetap mencermati dinamika global yang bisa memicu fluktuasi signifikan dalam waktu singkat.

    Pasar Bersikap Wait and See, Harga Minyak dan Emas Terus Menguat di Tengah Ketegangan AS-Iran

    Indeks saham Amerika Serikat tercatat bergerak mendatar, sementara harga emas mengalami kenaikan tipis. Kondisi ini mencerminkan sikap pelaku pasar yang kini cenderung berhati-hati dan memilih untuk menunggu kejelasan lebih lanjut terkait risiko geopolitik, menyusul koreksi yang terjadi pada akhir pekan lalu.

    “Hingga saat ini, pasar masih mengambil posisi wait and see terhadap perkembangan konflik di Timur Tengah,” jelas Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, dalam keterangan resmi yang dikutip pada Selasa (24/6/2025).

    Sementara itu, harga minyak mentah tetap berada di level tinggi, bertahan di kisaran USD 76 per barel, setelah sebelumnya melonjak hampir 4 persen. Kenaikan ini didorong oleh kekhawatiran pasar akan potensi Iran memblokir Selat Hormuz — jalur vital bagi distribusi minyak global.

    Fahmi menambahkan bahwa meskipun sempat terjadi lonjakan kepanikan setelah serangan awal dari AS, saat ini pasar mulai menunjukkan tanda-tanda penyesuaian. Beberapa indikator seperti prediksi pasar di platform Polymarket bahkan menunjukkan penurunan probabilitas terjadinya aksi militer lanjutan dari Amerika terhadap Iran.

    “Secara umum, pasar saham global masih bergerak secara defensif. Namun, pelaku pasar mulai menemukan titik keseimbangan baru setelah reaksi spontan terhadap risiko geopolitik yang mencuat di akhir pekan lalu. Kini, fokus mereka tertuju pada perkembangan situasi berikutnya,” pungkas Fahmi.

    Ketidakpastian Global Meningkat, Investor Waspadai Dampaknya Terhadap Inflasi dan Kebijakan Ekonomi AS

    Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, juga menyoroti bahwa kekhawatiran investor saat ini tidak hanya berfokus pada konflik antara Amerika Serikat dan Iran. Ketegangan tersebut terjadi di tengah kompleksitas geopolitik global yang semakin luas, termasuk keterlibatan AS dalam konflik Rusia-Ukraina yang terus menguras anggaran militer.

    “Hubungan erat Iran dengan Rusia dan Korea Utara juga memperumit peta konflik, menimbulkan kekhawatiran baru akan potensi eskalasi lebih luas di kawasan,” ujar Fahmi.

    Di sisi lain, konflik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina terus membebani anggaran pertahanan AS. Jika ketegangan di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel, ikut meluas, maka beban anggaran militer AS diperkirakan akan semakin meningkat. Hal ini menambah tekanan terhadap fiskal pemerintah dan menciptakan ketidakpastian baru bagi pelaku pasar.

    Tidak hanya faktor geopolitik, kondisi ekonomi global pun turut menjadi sumber kecemasan. Proses negosiasi dagang antara AS dan China hingga kini belum menunjukkan kemajuan signifikan. Ditambah lagi, ancaman dari mantan Presiden Donald Trump yang berniat memberlakukan kenaikan tarif terhadap negara-negara mitra dagang pada bulan depan memperbesar kekhawatiran pasar terhadap inflasi.

    “Situasi ini memperkeruh proyeksi inflasi yang sebelumnya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pelonggaran. Investor kini menanti arah kebijakan ekonomi AS di tengah tekanan geopolitik dan perdagangan global yang terus berkembang,” pungkas Fahmi.