Tag: lifestyle

  • IHSG Terkoreksi 0,72% pada 22 Juli 2025, Investor Asing Jual Saham Rp 561 Miliar

    IHSG Terkoreksi 0,72% pada 22 Juli 2025, Investor Asing Jual Saham Rp 561 Miliar

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan pada penutupan perdagangan Selasa, 22 Juli 2025. IHSG terkoreksi sebesar 0,72% ke level 7.344, dipicu oleh aksi jual bersih yang dilakukan oleh investor asing.

    Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Anugerahslot Finance Rabu (23/7/2025), IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 7.457,38 dan terendah di 7.344,73 sepanjang sesi perdagangan. Total volume perdagangan tercatat mencapai 30,21 miliar saham, dengan nilai transaksi harian sebesar Rp 19,74 triliun dalam 2,01 juta kali transaksi.

    Kapitalisasi Pasar Turun, Sektor Saham Mayoritas Melemah

    Seiring dengan koreksi indeks, kapitalisasi pasar BEI menyusut menjadi Rp 13.172 triliun. Dari seluruh sektor, hanya sektor infrastruktur yang berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 1,69%. Sementara itu, mayoritas sektor lainnya justru bergerak di zona merah:

    • Basic Materials: -4,36% (terkoreksi paling dalam)
    • Energi: -0,20%
    • Industri: -0,01%
    • Consumer Non-Cyclicals: -0,53%
    • Consumer Cyclicals: -0,85%
    • Kesehatan: -0,41%
    • Keuangan: -0,41%
    • Properti: -1,01%
    • Teknologi: -0,29%
    • Transportasi dan Logistik: -0,62%

    Asing Jual Saham Rp 561,47 Miliar

    Tekanan terhadap IHSG diperparah oleh aksi jual investor asing yang mencatatkan net sell senilai Rp 561,47 miliar pada hari tersebut. Secara kumulatif sepanjang 2025, investor asing telah menjual saham senilai Rp 60,24 triliun.

    Beberapa saham unggulan menjadi sasaran aksi lepas asing. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan penjualan asing terbesar, yakni Rp 482,42 miliar, diikuti oleh:

    • PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 291,09 miliar
    • PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI): Rp 40,19 miliar

    Top 10 Saham yang Dilepas Asing – 22 Juli 2025 (Data: Stockbit)

    Berikut adalah daftar 10 saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing:

    (Data lengkap 10 saham tidak dicantumkan dalam naskah sumber)

    ANTM – Rp 482,42 miliar

    BMRI – Rp 291,09 miliar

    PANI – Rp 40,19 miliar

    Kesimpulan:

    Koreksi IHSG pada perdagangan Selasa menunjukkan tekanan jual yang masih mendominasi pasar, khususnya dari investor asing. Kinerja sektor-sektor utama yang mayoritas negatif menjadi sinyal perlambatan sentimen positif, di tengah potensi ketidakpastian global dan domestik. Pelaku pasar disarankan mencermati sektor infrastruktur yang masih mencatatkan performa positif sebagai potensi peluang investasi ke depan.

    Aksi Beli

    Berikut 10 saham yang dibeli oleh investor asing berdasarkan data stockbit:

    1.PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM): Rp 126,96 miliar

    2.PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI): Rp 100,80 miliar

    3.PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN): Rp 77,13 miliar

    4.PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN): Rp 62,27 miliar

    5.PT United Tractors Tbk (UNTR): Rp 40,88 miliar

    6.PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO): Rp 28,89 miliar

    7.PT Astra International Tbk (ASII): Rp 27,03 miliar

    8.PT Alamtri Resources Tbk (ADRO): Rp 26,57 miliar

    9.PT Indosat Tbk (ISAT): Rp 23,23 miliar

    10.PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI): Rp 22,18 miliar

    Aksi Jual

    .PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Rp 482,42 miliar

    2.PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 291,09 miliar

    3.PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI): Rp 40,19 miliar

    4.PT Darma Henwa Tbk (DEWA): Rp 33,53 miliar

    5.PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA): Rp 28,29 miliar

    6.PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI): Rp 27,98 miliar

    7.PT Rukun Raharja Tbk (RAJA): Rp 24,61 miliar

    8.PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI): Rp 24,02 miliar

    9.PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA): Rp 23,10 miliar

    10.PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB): Rp 22,59 miliar

  • Musim Laporan Keuangan Dimulai, Analis Wall Street Soroti Saham Potensial Jangka Panjang

    Musim Laporan Keuangan Dimulai, Analis Wall Street Soroti Saham Potensial Jangka Panjang

    Serratalhadafc.com – Musim laporan keuangan kuartalan kembali bergulir, menarik perhatian para investor untuk mencermati kinerja perusahaan-perusahaan besar. Namun demikian, dinamika pasar saat ini masih dibayangi oleh sejumlah tantangan, mulai dari ketidakpastian kebijakan tarif hingga tekanan makroekonomi global yang terus berlanjut.

    Meski kondisi jangka pendek menimbulkan keraguan, analis-analis papan atas di Wall Street tetap memegang prinsip investasi jangka panjang. Mereka tak sekadar menilai laporan keuangan kuartalan, tetapi juga mempertimbangkan prospek pertumbuhan, ketahanan bisnis, dan kemampuan perusahaan dalam menavigasi tekanan pasar.

    Mengutip laporan Anugerahslot CNBC International pada Senin (21/7/2025), berdasarkan data dari platform riset pasar TipRanks, berikut adalah tiga saham pilihan yang mendapat rekomendasi kuat dari para analis terkemuka:

    Menjelang Laporan Keuangan, Uber Jadi Sorotan Analis Wall Street

    Menjelang perilisan laporan keuangan kuartal kedua yang dijadwalkan pada 6 Agustus mendatang, saham Uber menjadi salah satu yang paling mendapat sorotan dari para investor dan analis. Perusahaan ride-hailing dan layanan pengantaran ini diperkirakan akan mencatatkan kinerja yang solid.

    Analis senior dari Evercore, Mark Mahaney, memprediksi Gross Bookings (pemesanan bruto) Uber akan tumbuh sebesar 17% secara tahunan (YoY) menjadi USD 46,8 miliar—angka ini sedikit melampaui estimasi konsensus dan sejalan dengan panduan internal perusahaan. Pendapatan juga diperkirakan naik 18%, sementara EBITDA diproyeksikan mencapai USD 2,09 miliar, sesuai ekspektasi rata-rata analis.

    Proyeksi ini didasarkan pada analisis industri, data dari pihak ketiga, serta hasil roadshow non-deal (NDR) dengan manajemen Uber yang menunjukkan tren permintaan konsumen yang tetap positif.

    Mahaney juga menyoroti peluncuran layanan robotaxi Waymo di Austin sebagai katalis positif bagi Uber. Meskipun harga saham perusahaan sudah mengalami kenaikan signifikan sepanjang tahun ini, ia tetap menjadikan Uber sebagai top pick Evercore.

    “Kunci dari tesis jangka panjang kami adalah keyakinan akan munculnya ‘lebih banyak Austin’ — peluncuran mitra robotaxi yang lebih luas, tidak hanya dengan Waymo, dalam 12–18 bulan ke depan,” ujar Mahaney.

    Ia memberikan peringkat buy untuk saham Uber, dengan target harga USD 115. Sementara itu, sistem AI dari TipRanks menetapkan target harga di angka USD 108 dan memberi rating “Outperform.”

    Untuk diketahui, Mark Mahaney menempati peringkat ke-219 dari lebih dari 9.800 analis yang tercatat di TipRanks, dengan tingkat akurasi 60% dan rata-rata imbal hasil analis sebesar 15,9%.

    Menjelang Laporan Keuangan, Alphabet Masuk Radar Analis Wall Street

    Alphabet Inc., induk perusahaan Google, menjadi salah satu saham yang banyak diperhatikan menjelang rilis laporan kinerja keuangan kuartal kedua. Optimisme terhadap prospek pertumbuhan perusahaan ini terlihat dari rekomendasi dan revisi target harga yang diberikan analis top Wall Street.

    Analis JPMorgan, Doug Anmuth, mempertahankan rekomendasi Buy untuk saham Alphabet, sekaligus menaikkan target harganya dari USD 195 menjadi USD 200. Sementara itu, sistem AI dari TipRanks memberikan target harga USD 199 dan rating “Outperform”.

    Anmuth menjelaskan bahwa revisi tersebut didorong oleh sejumlah faktor positif, seperti hasil channel check yang kuat, data pihak ketiga yang menunjukkan tren positif, serta dampak nilai tukar mata uang yang menguntungkan. Target harga tersebut didasarkan pada perkiraan EPS GAAP tahun 2026 sebesar USD 9,89, dikalikan dengan rasio P/E sebesar 20 kali.

    Ia menilai bahwa Alphabet layak memperoleh valuasi premium dibandingkan perusahaan lain dalam indeks S&P 500 karena:

    • Pertumbuhan pendapatan dan laba per saham (EPS) yang konsisten dua digit
    • Margin laba operasional GAAP yang melampaui 30%

    “Kami yakin fundamental Alphabet sangat solid dan perusahaan akan tetap menjadi penggerak utama serta penerima manfaat terbesar dari berkembangnya ekonomi digital dan kemajuan teknologi AI Generatif,” ujar Anmuth.

    Anmuth juga menyoroti potensi pertumbuhan signifikan dari berbagai lini bisnis Alphabet:

    • Search dan YouTube Ads: Didukung efisiensi ROI berkat penerapan AI
    • Google Cloud dan langganan YouTube: Masih memiliki ruang ekspansi yang luas
    • Other Bets (seperti Waymo dan Verily): Menjadi sumber pertumbuhan jangka panjang dan potensi keuntungan strategis

    Sebagai tambahan, Doug Anmuth merupakan analis berpengalaman yang berada di peringkat ke-56 dari lebih dari 9.800 analis yang tercatat di TipRanks, dengan tingkat akurasi mencapai 65% dan rata-rata return analis sebesar 21,6%.

    Meta Platforms Jadi Incaran Analis, Target Harga Saham Naik Signifikan

    Optimisme terhadap saham sektor teknologi terus berlanjut, dan Meta Platforms menjadi salah satu perusahaan yang mendapat sorotan tajam dari analis Wall Street. Analis JPMorgan, Doug Anmuth, menunjukkan keyakinannya terhadap prospek jangka panjang Meta dengan menaikkan target harga saham perusahaan dari USD 735 menjadi USD 795, sambil tetap mempertahankan rekomendasi Buy.

    Sementara itu, sistem AI dari TipRanks juga memproyeksikan target harga serupa di angka USD 798, dengan rating “Outperform”, mencerminkan ekspektasi kinerja positif yang konsisten dari raksasa media sosial ini.

    Proyeksi harga saham Meta tersebut didasarkan pada estimasi EPS GAAP tahun 2026 sebesar USD 29,53, dengan asumsi valuasi 27 kali laba bersih, yang menempatkan perusahaan ini dalam kelompok saham teknologi premium.

    Meskipun penjelasan lengkap dari Anmuth tidak sepenuhnya tersedia, arah rekomendasinya mencerminkan pandangan positif yang masih dominan di kalangan analis Wall Street. Secara umum, Meta dinilai sebagai:

    • Pemimpin dalam monetisasi platform sosial, terutama melalui Facebook, Instagram, dan WhatsApp
    • Pemain utama dalam eksplorasi teknologi masa depan, seperti AI generatif dan metaverse
    • Perusahaan yang secara konsisten mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba, sambil menjaga efisiensi operasional dan daya saing inovatif

    Rekomendasi ini menambah daftar saham sektor teknologi besar yang tetap menarik bagi investor, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

  • Asia Masih Jadi Primadona Investasi Jangka Panjang di Tengah Volatilitas Global

    Asia Masih Jadi Primadona Investasi Jangka Panjang di Tengah Volatilitas Global

    Serratalhadafc.com – Di tengah ketidakpastian kebijakan, pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, serta dinamika perdagangan global yang terus berubah, kawasan Asia tetap menyimpan potensi besar. Peluang jangka panjang berbasis inovasi, digitalisasi, dan lokalisasi masih menjadi daya tarik utama bagi para investor global.

    Charlie Dutton, Head of Emerging Market Equities sekaligus Co-Head dan Senior Portfolio Manager di Manulife Investment Management, menyampaikan optimismenya terhadap prospek ekonomi Asia. Menurutnya, meskipun pasar global saat ini bergejolak, terdapat faktor pendorong struktural kuat dan peluang dengan tingkat keyakinan tinggi di banyak bagian kawasan Asia.

    Dutton menyoroti beberapa tema besar yang kini mendorong pertumbuhan di Asia, antara lain perkembangan pesat Artificial Intelligence (AI), peningkatan konsumsi domestik, dan kemajuan layanan kesehatan. Selain itu, tren makro seperti disinflasi regional, kebijakan moneter yang lebih longgar, serta pertumbuhan ekonomi yang terdiversifikasi di negara-negara seperti Tiongkok, India, dan kawasan ASEAN turut mendukung potensi jangka panjang Asia.

    “Di Tiongkok daratan, fokus ekonomi telah bergeser ke transformasi struktural,” jelas Dutton.

    Ia menjelaskan bahwa langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah mencakup percepatan pengembangan AI lokal, peningkatan belanja fiskal hingga 4% dari PDB, serta penguatan hubungan perdagangan dengan negara-negara ASEAN.

    “Meskipun berita utama sering didominasi isu ketegangan dagang, cerita yang lebih penting adalah bagaimana Tiongkok mendorong kemandirian teknologi, inovasi di sektor kesehatan, dan pertumbuhan konsumsi dalam negeri,” tambahnya.

    Sementara itu, Taiwan juga menampilkan peluang besar, terutama di sektor teknologi. Negara ini menjadi bagian penting dari rantai pasok server AI, pengembangan lanjutan smartphone generasi terbaru, dan infrastruktur jaringan berkecepatan tinggi 800G.

    Meski risiko terkait ekspor masih menjadi perhatian, Taiwan tetap menjadi magnet bagi investasi global, terutama di sektor desain chip dan co-packaged optics — yaitu integrasi antara komponen optik dan elektronik dalam satu kemasan.

    India dan ASEAN Jadi Magnet Investasi Berkat Fondasi Ekonomi yang Kuat

    India kini semakin menarik perhatian investor global berkat keunggulan demografi dan kebijakan fiskal yang efektif. Menurut Charlie Dutton, Head of Emerging Market Equities di Manulife Investment Management, pemangkasan pajak penghasilan individu telah mendorong konsumsi domestik, menjadikan India sebagai salah satu negara dengan daya tahan ekonomi yang kuat di tengah ketegangan dagang global.

    “Dengan eksposur perdagangan yang relatif kecil – ekspor ke Amerika Serikat hanya menyumbang sekitar 2% dari PDB – India cukup terlindungi dari guncangan tarif,” ujar Dutton.

    Di kawasan Asia Tenggara, negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia juga menunjukkan performa yang mengesankan. Kombinasi dari inflasi yang lebih terkendali, tren penurunan suku bunga, serta restrukturisasi rantai pasokan global turut memperkuat posisi kawasan ini sebagai tujuan investasi strategis.

    “Populasi muda, perbaikan infrastruktur, serta dorongan reformasi struktural menjadikan ASEAN sebagai kawasan dengan daya tarik tinggi bagi investor asing,” jelasnya.

    Charlie menambahkan bahwa peluang terbesar di ASEAN terletak pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi, digitalisasi, dan integrasi ekonomi kawasan. Faktor-faktor ini menciptakan landasan pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan.

    “Kami melihat potensi yang kuat pada perusahaan yang sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat, perluasan akses digital, dan keterhubungan regional yang semakin erat,” tutupnya.

    Dinamika Global: Eropa Lesu, Jepang Melambat, Negara Berkembang Alami Divergensi

    Menurut pengamatan Browne, sektor manufaktur Eropa kini tampak telah mencapai titik nadir, namun sayangnya, pemulihan masih tersendat. Bank Sentral Eropa (ECB) pun disebut sudah mendekati akhir dari siklus pelonggaran moneternya, menandakan langkah-langkah stimulus tambahan mungkin akan terbatas ke depannya.

    Sementara itu, Jepang tengah berada dalam fase investasi baru yang didorong oleh kenaikan upah dan reformasi struktural, meski kini mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan di paruh kedua siklus pertumbuhan tersebut.

    Di sisi lain, pasar negara berkembang mengalami divergensi. Negara-negara dengan fundamental ekonomi domestik yang solid serta eksposur perdagangan ke Amerika Serikat yang rendah tetap menunjukkan ketahanan. Namun, bagi negara yang bergantung pada ekspor, situasinya lebih rentan terhadap fluktuasi tarif global dan volatilitas arus modal.

    Browne juga menyoroti bahwa ketidakpastian seputar plafon utang pemerintah AS, serta dampaknya terhadap imbal hasil obligasi negara, menjadi faktor penting yang memengaruhi sentimen pasar. Di tengah kondisi ini, muncul pula pergeseran minat investor ke arah aset-aset riil (hard assets), yang menciptakan peluang tambahan di sektor tertentu.

    Dengan dinamika yang berbeda di tiap kawasan, investor global dituntut untuk lebih selektif dalam membaca arah kebijakan dan kekuatan struktural masing-masing wilayah agar dapat menangkap peluang secara tepat.

    Pendapatan Tetap Asia: Minat Investor Global dan Asia Terus Menguat

    Head of Asia ex-Japan Fixed Income, Murray Collis, menyatakan bahwa momentum positif pada pasar pendapatan tetap Asia berlanjut sepanjang 2025. Obligasi lokal Asia menunjukkan kinerja lebih baik, didukung oleh pelemahan dolar AS, sementara instrumen utang Asia lainnya juga tetap tangguh.

    Collis menjelaskan bahwa Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga Fed Funds Rate di level 4,5% pada paruh pertama 2025. The Fed mengambil pendekatan berhati-hati dengan berfokus pada data ekonomi sebelum membuat keputusan lanjutan, tanpa bereaksi cepat terhadap negosiasi kebijakan perdagangan yang masih berlangsung. Mereka mengamati dampak kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan dan inflasi.

    Pasar saat ini memperkirakan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada semester kedua 2025, yang diyakini akan menjadi faktor pendorong positif bagi pasar pendapatan tetap secara keseluruhan.

    Minat Investor

    Di pasar domestik Asia, kami melihat peluang penurunan suku bunga secara selektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang terdampak oleh kebijakan tarif, terutama di negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina. Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan memperkuat kinerja obligasi domestik di kawasan tersebut.

    Sementara itu, instrumen utang Asia yang diterbitkan dalam mata uang dolar AS tetap menjadi daya tarik bagi investor global, berkat imbal hasil yang menarik dan durasi yang lebih pendek dibandingkan dengan instrumen serupa di negara lain.

    Murray Collis menambahkan bahwa pasar pendapatan tetap Asia diperkirakan akan terus mengalami momentum positif pada paruh pertama 2025, dengan potensi kinerja tahunan yang menguntungkan bagi para investor.

    “Dengan ketidakpastian terkait posisi fiskal Amerika Serikat dan dolar AS yang mengalami tekanan sepanjang tahun ini, kami melihat meningkatnya minat dari investor global maupun Asia untuk kembali menanamkan modal di kawasan ini sebagai upaya mencari peluang investasi dan diversifikasi portofolio,” ujarnya.

  • Bursa Saham Israel Catat Rekor Tertinggi dan Keuntungan Terbesar di Timur Tengah Selama Perang

    Bursa Saham Israel Catat Rekor Tertinggi dan Keuntungan Terbesar di Timur Tengah Selama Perang

    Serratalhadafc.com – Bursa saham Israel mencatat rekor tertinggi dan meraih keuntungan terbesar dibandingkan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah, meskipun tengah menghadapi perang yang berlangsung selama 22 bulan sejak 7 Oktober 2023.

    Mengutip Anugerahslot CNBC, Jumat (18/7/2025), Israel menjalankan operasi perang multi-front sambil mempertahankan mobilisasi ratusan ribu pasukan yang biasanya menjadi bagian dari angkatan kerja nasional. Meski diwarnai tuduhan kejahatan perang di pengadilan internasional dan menghadapi gelombang protes serta gejolak politik dalam negeri, kondisi ekonomi Israel tetap kokoh.

    Kepercayaan investor mulai pulih, didukung oleh investasi asing yang signifikan, terutama setelah konflik singkat selama 12 hari dengan Iran. Bursa Efek Tel Aviv sempat mengalami penurunan tajam hingga 23% dalam sebulan pasca serangan Hamas dan deklarasi perang pada Oktober 2023. Namun, pasar modal Israel berhasil bangkit dan bahkan melampaui level sebelum perang pada kuartal pertama 2024. Hingga 17 Juli 2025, indeks Bursa Efek Tel Aviv naik lebih dari 200% dari titik terendah pada Oktober 2023.

    Meski Produk Domestik Bruto (PDB) Israel mengalami penyusutan hampir 20% pada kuartal terakhir 2023 akibat penurunan tajam dalam konsumsi dan investasi swasta akibat perang, pertumbuhan moderat sebesar 2% sepanjang tahun tersebut serta tambahan pertumbuhan 1% pada 2024 terutama berasal dari belanja pemerintah.

    Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan aktivitas ekonomi Israel akan tumbuh sebesar 4,9% pada 2026.

    Sebuah laporan yang diterbitkan pada Juli 2025 di situs resmi Bursa Efek Tel Aviv menyebutkan bahwa pada tahun 2024 sekitar 161.000 rekening perdagangan baru dibuka di pasar modal Israel. Angka ini menunjukkan lonjakan tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun 2023. Pada paruh pertama 2025, tambahan 87.000 rekening perdagangan baru dibuka, dengan sekitar 33.000 di antaranya berasal dari perusahaan investasi.

    Keberhasilan ini menegaskan ketahanan ekonomi Israel di tengah tekanan perang dan tantangan politik, sekaligus menjadi magnet bagi investor domestik maupun asing untuk terus menanamkan modal di pasar saham negara tersebut.

    Peningkatan Kepercayaan Investor Dorong Pertumbuhan Pasar Modal Israel

    Head of Data Bursa Efek Tel Aviv (TASE), Hadar Romano, menjelaskan bahwa tahun 2023 diwarnai oleh ketidakpastian yang cukup besar di pasar modal Israel. Namun pada 2024, tren tersebut mulai berbalik. Masyarakat semakin aktif terlibat di pasar modal dengan membuka rekening perdagangan baru. Kondisi harga indeks TASE yang relatif rendah menjadi kesempatan bagi banyak investor untuk masuk ke pasar modal lokal, yang turut mendorong tingginya volume perdagangan.

    Sementara itu, CEO Israel’s Startup Nation Central, Avi Hasson, menyoroti sejumlah faktor yang meningkatkan kepercayaan investor terhadap Israel. Dalam wawancaranya dengan CNBC, Hasson mengatakan:

    “Sebagai hasil dari apa yang telah terjadi selama 22 bulan terakhir, investor global kini mulai melirik kawasan Timur Tengah, khususnya Israel. Risiko yang dihadapi oleh keamanan dan ekonomi Israel sebenarnya telah menurun.”

    Tahun lalu, Israel berhasil melemahkan kemampuan musuh-musuh utamanya, terutama Hizbullah Lebanon, serta menghadapi konflik dengan Iran pada Juni. Bantuan Amerika Serikat secara luas dianggap memberikan pukulan berat terhadap kemampuan Teheran dalam mengancam Israel.

    Hasson juga menambahkan bahwa investor kini mulai melihat lebih dekat fundamental ekonomi Israel, terutama sektor teknologi yang sangat dinamis. Dengan tingkat kelahiran bayi yang meningkat dan banyaknya perusahaan baru yang didirikan, Israel menjadi sorotan global. Investor dan perusahaan internasional mulai membayangkan potensi pertumbuhan kawasan ini, tidak hanya dalam kondisi saat ini, tetapi juga dalam beberapa bulan dan tahun mendatang.

    Dengan faktor-faktor tersebut, pasar modal Israel semakin menarik minat para investor, yang diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi di negara tersebut ke depannya.

    Sektor Teknologi dan Investasi Asing Jadi Penopang Kekuatan Ekonomi Israel

    Sektor teknologi telah menjadi salah satu pilar utama keberhasilan ekonomi Israel. Produk dan layanan berteknologi tinggi menyumbang sekitar 20% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu serta 56% dari total ekspor global Israel. “Keberhasilan ini sebagian besar berkat investasi besar pemerintah dalam penelitian dan pengembangan,” ujar para ahli ekonomi.

    Sejak awal perang, sektor pertahanan Israel juga semakin menarik perhatian investor asing, bahkan dari negara-negara Arab. Salah satu contohnya adalah kehadiran perusahaan pertahanan Israel yang kuat dalam pameran pertahanan IDEX di Abu Dhabi pada Februari tahun ini, menandakan peningkatan kerja sama dan minat di bidang ini.

    Investasi asing berperan besar dalam mendongkrak pasar saham dan sektor properti Israel. Pada Mei 2025 saja, investor asing membeli saham di Bursa Efek Tel Aviv (TASE) senilai sekitar 2,5 miliar shekel, setara dengan USD 743 juta atau sekitar Rp 12,1 triliun (dengan asumsi kurs dolar AS ke rupiah sekitar 16.297). Sejak awal tahun 2025, total akuisisi asing mencapai sekitar 9,1 miliar shekel, atau USD 2,7 miliar, setara dengan Rp 44 triliun, menurut laporan media Israel, Ynet.

    Data dari Bank Sentral Israel menunjukkan bahwa kewajiban yang belum dibayar kepada investor asing meningkat sekitar USD 27,5 miliar (sekitar 5,2%) pada kuartal keempat, mencapai sekitar USD 554 miliar pada akhir kuartal tersebut. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kombinasi peningkatan harga surat berharga Israel yang dimiliki oleh investor non-residen serta aliran investasi neto yang berkelanjutan dari investor asing ke Israel.

    Di sisi mata uang, shekel Israel menguat hampir 7% terhadap dolar AS setelah konflik Israel-Iran pada Juni 2025. Sementara itu, S&P Global Market Intelligence memperkirakan inflasi harga di Israel akan tetap berada dalam kisaran target bank sentral pada kuartal ketiga 2025. Kondisi ini membuka peluang bagi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, yang diharapkan dapat semakin mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

    Kombinasi sektor teknologi yang kuat dan dukungan investasi asing yang masif menjadikan Israel sebagai kekuatan ekonomi yang tangguh meski di tengah ketegangan geopolitik.

  • SIG Optimalkan Digitalisasi dan AI untuk Perkuat Rantai Pasok Nasional

    SIG Optimalkan Digitalisasi dan AI untuk Perkuat Rantai Pasok Nasional

    Serratalhadafc.com – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) terus melanjutkan transformasi industri dengan berbasis teknologi guna mendukung kelancaran dan keandalan operasionalnya. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah pemanfaatan digitalisasi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam pengelolaan rantai pasok atau supply chain management.

    Inisiatif ini bertujuan untuk menjamin kelancaran distribusi serta memastikan ketersediaan produk bahan bangunan di seluruh wilayah Indonesia secara lebih efektif, terukur, dan dalam skala besar. Langkah ini sekaligus menjadi bentuk komitmen SIG sebagai pelaku industri strategis dalam mendukung pemenuhan kebutuhan bahan bangunan nasional.

    Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni menjelaskan kepada Anugerahslot finance bahwa penerapan teknologi digital dan AI selaras dengan peran SIG dalam mendukung pembangunan infrastruktur nasional. Baik proyek pemerintah, swasta, maupun kebutuhan masyarakat luas, seluruhnya memerlukan jaminan ketersediaan bahan bangunan yang memadai.

    “Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada dukungan infrastruktur yang kuat. Di sinilah peran SIG menjadi sangat penting dalam menjamin keamanan pasokan bahan bangunan. Melalui optimalisasi digitalisasi dan AI, kami memperkuat sistem distribusi agar lebih efisien, mencapai operational excellence, dan menjamin stabilitas ketersediaan produk di pasar,” ujar Vita Mahreyni.

    Digitalisasi yang diterapkan SIG mencakup pengelolaan fasilitas distribusi dan proses pengiriman barang. Teknologi ini telah membantu menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam berbagai aspek, mulai dari pemantauan persediaan secara real-time hingga penyajian laporan biaya rantai pasok yang lebih akurat dan aktual. Hasilnya, pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan berbasis data yang presisi.

    Melalui langkah ini, SIG membuktikan komitmennya sebagai perusahaan BUMN yang tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pada inovasi berkelanjutan dalam pengelolaan distribusi. Penggunaan teknologi mutakhir seperti AI diharapkan mampu menghadirkan solusi end-to-end yang adaptif terhadap dinamika pasar dan tantangan logistik nasional.

    Digitalisasi

    Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengungkapkan bahwa pemanfaatan digitalisasi dan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah terbukti meningkatkan efektivitas pengelolaan rantai pasok perusahaan. Selain mampu menekan risiko kekosongan stok (stock out) di fasilitas distribusi, langkah ini juga memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan tingkat pemenuhan pesanan, yakni naik sebesar 1,16% atau setara dengan 118.000 ton semen selama periode November 2024 hingga Februari 2025.

    Lebih dari itu, proses konsolidasi data yang sebelumnya memakan waktu berhari-hari kini dapat diselesaikan hanya dalam waktu dua jam. Percepatan ini sangat membantu manajemen dalam mengambil keputusan strategis secara cepat dan berbasis data akurat.

    Penerapan AI tidak hanya berhenti pada automasi pengumpulan data, tetapi juga memperkaya proses pengambilan keputusan melalui analisis prediktif. Teknologi ini dapat memberikan rekomendasi pengiriman berdasarkan kondisi stok barang di gudang pelanggan serta memproyeksikan kebutuhan berdasarkan pola riwayat transaksi pelanggan.

    “Sebagai perusahaan bahan bangunan terdepan di Indonesia, SIG memiliki jaringan operasional yang luas dan tersebar dari Sabang hingga Merauke. Dengan terus mengadopsi kemajuan teknologi, kami siap mendukung pembangunan nasional hingga ke pelosok, dengan pasokan bahan bangunan yang stabil serta terjaga dari sisi mutu dan kualitas,” kata Vita Mahreyni.

    Langkah ini menjadi bagian dari transformasi berkelanjutan SIG untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam seluruh lini operasional, menjadikannya lebih adaptif terhadap tantangan industri dan kebutuhan pasar yang terus berkembang.

    Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak hampir 1% ke level 7.210,04 pada Rabu, 16 Juli 2025 didorong oleh kombinasi sentimen domestik dan eksternal yang positif. Katalis utama datang dari langkah Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%. Ini merupakan pemangkasan ketiga sepanjang 2025, dilakukan setelah proyeksi inflasi tetap terkendali di kisaran 2,5±1% dan nilai tukar rupiah stabil di sekitar Rp16.200 per dolar AS. Pemangkasan suku bunga ini dinilai pasar sebagai kebijakan akomodatif yang mampu mendorong pemulihan ekonomi domestik, terutama melalui peningkatan aktivitas konsumsi dan investasi. Pada saat yang hampir bersamaan, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump juga mengumumkan penurunan tarif impor barang dari Indonesia, dari 32% menjadi 19%. Langkah ini menjadi bagian dari kesepakatan dagang bilateral yang baru dan memicu optimisme terhadap sektor ekspor nasional. “Penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia adalah sinyal kuat bahwa otoritas moneter siap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Ditambah lagi dengan insentif perdagangan dari AS, ini jadi kombinasi positif bagi pasar modal kita,” ujar Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, Kamis (17/7/2025).

    IHSG Melonjak Usai BI Turunkan Suku Bunga dan AS Longgarkan Tarif Impor

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat hampir 1% ke level 7.210,04 pada perdagangan Rabu, 16 Juli 2025. Lonjakan ini dipicu oleh kombinasi sentimen positif dari dalam dan luar negeri yang memperkuat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi nasional.

    Salah satu katalis utama datang dari kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%. Ini merupakan pemangkasan ketiga sepanjang tahun 2025, seiring dengan terkendalinya inflasi dalam kisaran target 2,5±1% serta nilai tukar rupiah yang stabil di level Rp16.200 per dolar AS.

    Langkah BI tersebut dipandang sebagai kebijakan akomodatif yang diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional, terutama melalui peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga dan investasi sektor riil.

    “Penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia adalah sinyal kuat bahwa otoritas moneter siap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi,” ujar Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, Kamis (17/7/2025).

    Dari sisi eksternal, sentimen positif juga datang dari kebijakan baru pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump yang menurunkan tarif impor barang dari Indonesia, dari sebelumnya 32% menjadi 19%. Kebijakan ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang bilateral yang diperbarui antara kedua negara, yang disambut baik oleh pelaku pasar.

    Langkah tersebut meningkatkan optimisme terhadap kinerja ekspor nasional, terutama sektor manufaktur dan tekstil, yang sebelumnya terdampak beban tarif tinggi.

    “Insentif perdagangan dari AS menjadi angin segar bagi sektor ekspor kita. Kombinasi antara pelonggaran moneter dan dukungan eksternal seperti ini akan memperkuat daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor lokal maupun asing,” tambah Hendra.

    Dengan latar belakang tersebut, para pelaku pasar berharap tren positif ini bisa terus berlanjut, seiring dengan meningkatnya minat beli di bursa dan kian kuatnya fundamental ekonomi domestik.

    Prospek penguatan lanjutan IHSG dinilai masih cukup besar, dengan target penguatan berikutnya di kisaran 7.350 hingga 7.500. Saham-saham big caps sektor perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBCA menjadi pendorong utama reli indeks, seiring ekspektasi peningkatan margin bunga bersih (NIM) dan pertumbuhan kredit pasca penurunan suku bunga. Optimisme juga terlihat di saham-saham IPO baru seperti PT Chandra Daya Investama Tbk (CDIA) dan PT Coin Digital Indonesia Tbk (COIN) yang kembali mencatatkan auto rejection atas (ARA). Meskipun demikian, pelaku pasar tetap perlu mewaspadai beberapa potensi hambatan, seperti dinamika kebijakan luar negeri dari AS dan potensi aksi ambil untung pasca reli. Kinerja saham perbankan masih menjadi tolok ukur utama, karena sektor ini dinilai paling cepat merespons perubahan kebijakan moneter. Salah satu yang disorot adalah BBRI yang dinilai mampu menembus level psikologis 4.000 karena eksposur besar pada pembiayaan UMKM. “Rebound di saham-saham perbankan besar menunjukkan bahwa pasar merespons positif terhadap kebijakan BI. Kinerja sektor ini kemungkinan akan menjadi tulang punggung penguatan IHSG dalam waktu dekat,” kata Hendra.

    IHSG Berpeluang Lanjut Menguat, Saham Perbankan dan IPO Jadi Motor Utama

    Setelah berhasil menembus level 7.210, prospek penguatan lanjutan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai masih terbuka lebar. Para analis memproyeksikan level resistance berikutnya berada di kisaran 7.350 hingga 7.500, didukung oleh kombinasi sentimen positif dan rotasi sektor yang sehat.

    Saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) di sektor perbankan menjadi motor utama reli indeks. Emiten-emiten seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat penguatan signifikan, seiring ekspektasi pasar terhadap peningkatan Net Interest Margin (NIM) dan pertumbuhan kredit yang lebih agresif pasca pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.

    “Rebound di saham-saham perbankan besar menunjukkan bahwa pasar merespons positif terhadap kebijakan BI. Kinerja sektor ini kemungkinan akan menjadi tulang punggung penguatan IHSG dalam waktu dekat,” ujar Hendra Wardana, Analis Pasar Modal dan Founder Stocknow.id, Kamis (17/7/2025).

    Selain sektor perbankan, euforia juga terlihat di saham-saham pendatang baru di bursa. Dua emiten yang baru melantai, PT Chandra Daya Investama Tbk (CDIA) dan PT Coin Digital Indonesia Tbk (COIN), kembali mencetak auto rejection atas (ARA), mencerminkan minat tinggi investor ritel terhadap peluang pertumbuhan emiten teknologi dan investasi.

    Namun demikian, pelaku pasar tetap diminta untuk mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi menekan sentimen. Di antaranya adalah ketidakpastian kebijakan luar negeri Amerika Serikat, serta kemungkinan aksi ambil untung setelah reli tajam dalam beberapa hari terakhir.

    Sektor perbankan masih menjadi indikator utama bagi arah pergerakan indeks, mengingat sensitivitasnya terhadap perubahan kebijakan moneter. Salah satu saham yang menjadi sorotan adalah BBRI, yang dinilai berpeluang menembus level psikologis 4.000, didorong oleh eksposur besarnya pada pembiayaan sektor UMKM.

    Dengan sentimen yang masih condong positif dan katalis fundamental yang mendukung, IHSG dinilai memiliki ruang untuk terus menguat dalam jangka pendek hingga menengah. Kunci selanjutnya terletak pada keberlanjutan arus masuk modal, kestabilan makroekonomi, serta realisasi pertumbuhan laba emiten kuartal kedua.

  • Pasar Saham AS Tertekan Jelang Musim Laporan Keuangan, Ketegangan Dagang Jadi Sorotan

    Pasar Saham AS Tertekan Jelang Musim Laporan Keuangan, Ketegangan Dagang Jadi Sorotan

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan pada perdagangan Minggu malam waktu setempat, dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap ketegangan dagang yang kembali memanas serta menjelang dimulainya musim laporan keuangan kuartal kedua.

    Dilansir dari Anugerahslot Finance pada Selasa (15/7/2025), kontrak berjangka untuk ketiga indeks utama Wall Street kompak menunjukkan pelemahan. Indeks S&P 500 futures (ES=F) tercatat turun 0,4%, seiring dengan Nasdaq 100 futures (NQ=F) yang juga melemah 0,4%. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average futures (YM=F) mengalami penurunan serupa, sekitar 0,4%.

    Tekanan ini menyusul pernyataan mengejutkan dari mantan Presiden Donald Trump pada Sabtu lalu. Ia mengumumkan bahwa AS akan mulai memberlakukan tarif baru sebesar 30% terhadap barang-barang impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus mendatang. Kebijakan ini memicu kekhawatiran baru terkait hubungan dagang global, serta potensi lonjakan inflasi di tengah proses pemulihan ekonomi dunia.

    Sebagai respons, pihak Uni Eropa dan Meksiko menyatakan kesiapan mereka untuk melanjutkan dialog dengan AS guna meredakan ketegangan dan membahas kebijakan tarif lebih lanjut.

    Tekanan pasar ini memperpanjang tren koreksi dari pekan sebelumnya, setelah tiga minggu berturut-turut mengalami kenaikan. Meski begitu, posisi ketiga indeks utama masih bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa, mencerminkan optimisme yang masih ada di kalangan investor, meski dibayangi sentimen negatif jangka pendek.

    Pasar Waspada, Investor Menanti Data Inflasi dan Sikap The Fed

    Pekan ini, perhatian para investor akan tertuju pada rilis data inflasi konsumen (IHK) yang sangat dinantikan. Data ini diharapkan menjadi indikator penting dalam membaca dampak lanjutan dari kebijakan tarif terhadap kenaikan harga di berbagai sektor ekonomi Amerika Serikat.

    Selain itu, pelaku pasar juga menanti arah kebijakan moneter Federal Reserve, yang dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga dalam waktu kurang dari dua minggu. Spekulasi pun bermunculan mengenai apakah The Fed akan tetap bersikap hati-hati atau mengambil langkah lebih agresif dalam mengendalikan inflasi.

    Di tengah ketidakpastian tersebut, tensi antara Gedung Putih dan The Fed kembali meningkat. Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, dalam wawancara dengan ABC News pada Minggu (waktu setempat), menyatakan bahwa Presiden Trump dapat mencopot Ketua The Fed, Jerome Powell, jika ada alasan yang cukup.

    Pernyataan ini turut menambah tekanan psikologis pasar, yang sudah bergulat dengan kekhawatiran tentang hubungan dagang internasional dan arah kebijakan ekonomi dalam negeri. Para analis menilai, kombinasi antara ketegangan politik dan risiko inflasi dapat meningkatkan volatilitas pasar dalam beberapa waktu ke depan.

    Musim Laporan Keuangan Dimulai, Investor Pantau Bank dan Raksasa Teknologi

    Musim laporan keuangan kuartal kedua resmi dimulai pekan ini, dengan perhatian pasar tertuju pada deretan perusahaan besar yang dijadwalkan mengungkap kinerja terbarunya. Sektor keuangan menjadi sorotan awal, di mana sejumlah bank besar Amerika Serikat akan membuka rangkaian laporan tersebut.

    Wells Fargo (WFC) menjadi salah satu yang paling dinantikan, terutama setelah berhasil keluar dari pengawasan regulasi ketat selama lebih dari satu dekade. Kinerja bank ini dinilai bisa mencerminkan kekuatan sektor perbankan di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.

    Sementara itu, Netflix (NFLX) akan memimpin laporan dari sektor teknologi. Kinerja perusahaan streaming ini disebut-sebut sebagai tolok ukur awal bagi raksasa teknologi lainnya yang akan menyusul.

    Dari industri semikonduktor, laporan dari ASML dan Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) sangat ditunggu karena dinilai mampu memberikan gambaran penting terkait tren dan permintaan terhadap chip berbasis kecerdasan buatan (AI) yang tengah meningkat pesat.

    Selain itu, sejumlah nama besar seperti PepsiCo (PEP), United Airlines (UAL), dan American Express (AXP) juga dijadwalkan menyampaikan hasil kinerjanya dalam waktu dekat. Investor akan memantau perkembangan ini secara ketat, termasuk potensi pergerakan di sektor IPO serta aksi korporasi seperti merger dan akuisisi.

  • Saham Levi Strauss Naik Usai Naikkan Proyeksi Pendapatan dan Laba

    Saham Levi Strauss Naik Usai Naikkan Proyeksi Pendapatan dan Laba

    Serratalhadafc.com – Saham Levi Strauss melonjak 7% pada Jumat, 11 Juli 2025 waktu setempat, setelah perusahaan denim ikonik asal AS ini menaikkan proyeksi pendapatan dan laba tahunannya.

    Mengutip Anugerahslot News pada Senin (14/7/2025), peningkatan permintaan di toko fisik dan kanal online menjadi faktor utama di balik optimisme Levi’s, meskipun margin laba tertekan akibat tarif impor baru dari AS.

    Saat ini, saham Levi’s diperdagangkan pada 14,92 kali estimasi laba 12 bulan ke depan, lebih rendah dibandingkan Ralph Lauren (20,32) namun lebih tinggi dari Abercrombie & Fitch (8,46), menurut data LSEG.

    Strategi Levi’s yang fokus pada penjualan langsung ke konsumen (DTC) dan penguatan produk denim gaya hidup inti terbukti berhasil mendorong penjualan dan laba kuartal kedua melampaui ekspektasi pasar.

    “Kinerja Levi’s sangat mengesankan,” ujar Dana Telsey, analis dari Telsey Advisory Group. Ia juga mencatat bahwa proyeksi baru perusahaan sudah memperhitungkan dampak kebijakan tarif, seperti bea 30% terhadap barang dari Tiongkok dan 10% untuk mitra dagang lainnya, menjadikan revisi tersebut semakin positif di mata investor.

    Levi’s Andalkan Diversifikasi Rantai Pasokan untuk Hadapi Tarif Impor AS

    Produsen denim ternama, Levi Strauss, menyatakan siap menghadapi dampak tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump dengan mengalihkan sebagian besar rantai pasoknya dari Tiongkok ke negara lain, seperti Bangladesh dan Kamboja. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi diversifikasi untuk mengurangi ketergantungan pada satu negara.

    “Peningkatan proyeksi tahunan Levi’s menunjukkan kekuatan pendapatan dan kemampuan mereka dalam mendiversifikasi sumber pasokan,” ujar Jim Duffy, analis dari Stifel.

    Dalam laporan keuangan kuartal kedua, Levi’s mencatat bahwa sekitar 60% pendapatannya berasal dari pasar luar negeri, dengan pertumbuhan 10% yang dipimpin oleh Eropa. Sementara itu, pendapatan domestik dari AS naik 7%.

    Pertumbuhan juga didorong oleh fokus perusahaan pada lini pakaian wanita, termasuk gaun dan rok denim, serta ekspansi merek Beyond Yoga. Hal ini menurut Matthew Boss, analis dari J.P. Morgan, telah meningkatkan minat konsumen muda terhadap produk-produk Levi’s.

  • 43 Efek Baru Tercatat di BEI: Sinyal Positif dari Pasar Modal Indonesia

    43 Efek Baru Tercatat di BEI: Sinyal Positif dari Pasar Modal Indonesia

    Serratalhadafc.com – Aktivitas pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan tren positif sepanjang pekan 7–11 Juli 2025. Dalam periode tersebut, tercatat 43 efek baru yang resmi masuk ke pasar modal Tanah Air. Rinciannya terdiri dari 25 obligasi, 10 sukuk, dan 8 saham perdana.

    Lonjakan pencatatan ini menjadi cerminan nyata dari tingginya kepercayaan pelaku pasar terhadap iklim investasi dan mekanisme pendanaan di BEI. Kondisi ini juga menandai geliat pemulihan ekonomi serta meningkatnya kebutuhan perusahaan untuk menghimpun dana publik.

    Senin, 7 Juli: Hari Padat Pencatatan Korporasi

    Mengutip keterangan resmi Anugerahslot finance di BEI (13 Juli 2025), awal pekan tersebut diwarnai oleh ramainya pencatatan surat utang korporasi. Beberapa instrumen yang masuk ke papan pencatatan antara lain:

    • Obligasi Berkelanjutan IV Bank Victoria Tahap I 2025
    • Sustainability Bond milik BNI
    • Obligasi Bank Mandiri Taspen
    • Sukuk Ijarah dari Samudera Indonesia
    • Obligasi dan Obligasi Subordinasi KB Bank
    • Obligasi dan Sukuk dari Sampoerna Agro
    • Obligasi Astra Sedaya Finance
    • Obligasi serta Sukuk Wakalah dari Petrindo Jaya Kreasi

    Pencatatan efek dalam jumlah besar pada satu hari ini mempertegas BEI sebagai pusat penghimpunan dana yang aktif dan efisien bagi korporasi.

    Selasa, 8 Juli: Dua Emiten Saham Baru Resmi Melantai

    Masih dalam pekan yang sama, dua perusahaan baru resmi mencatatkan saham perdana (IPO) di BEI pada Selasa (8 Juli 2025), menjadikan total emiten tahun ini terus bertambah.

    1. PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT)
      • Emiten ke-15 pada 2025
      • Bergerak di bidang angkutan laut domestik
      • Berhasil menghimpun dana sebesar Rp200,1 miliar
    2. PT Asia Pramulia Tbk (ASPR)
      • Emiten ke-16 pada 2025
      • Fokus pada produksi kemasan plastik rigid untuk segmen B2B
      • Menggalang dana Rp100,7 miliar

    Kehadiran emiten-emiten baru ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap sektor logistik dan manufaktur masih tinggi, sekaligus membuka peluang pertumbuhan bisnis yang lebih luas bagi perusahaan bersangkutan.

    Secara keseluruhan, pencatatan 43 efek dalam satu pekan ini menjadi indikator kuat bahwa pasar modal Indonesia terus menunjukkan daya tariknya, baik dari sisi investor maupun emiten. BEI dipandang semakin adaptif, transparan, dan inklusif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

    BEI Semakin Sibuk: Pencatatan Obligasi dan Saham Baru Padati Bursa pada 9–10 Juli 2025

    Aktivitas pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menunjukkan geliat positif sepanjang pekan kedua Juli 2025. Pada 9 dan 10 Juli, BEI kembali dipadati oleh berbagai pencatatan obligasi, sukuk, dan saham perdana (IPO) dari emiten besar lintas sektor. Ini menjadi bukti bahwa pasar modal Indonesia kian diminati sebagai sarana pendanaan yang efektif dan kredibel.

    Rabu, 9 Juli 2025: Emiten Besar Dominasi Pasar

    Sejumlah korporasi ternama mencatatkan instrumen obligasi dan sukuk pada Rabu (9/7). Di antara emiten yang masuk ke papan pencatatan adalah:

    • Toyota Astra Financial Services
    • Merdeka Battery Materials
    • BUMI Resources
    • Adira Finance
    • Permodalan Nasional Madani (PNM)
    • TBS Energi Utama
    • Dan sejumlah emiten lainnya

    Tak hanya itu, dua emiten baru juga resmi melantai di BEI dengan perolehan dana yang signifikan:

    1. PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
      • Emiten ke-17 tahun ini
      • Berhasil menghimpun dana jumbo senilai Rp2,37 triliun
    2. PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN)
      • Emiten ke-18
      • Meraih dana segar sebesar Rp220,6 miliar

    Kamis, 10 Juli 2025: Empat Emiten Baru Ramaikan BEI

    Pencatatan saham perdana kembali berlanjut sehari setelahnya, dengan empat perusahaan dari sektor berbeda mencatatkan sahamnya di BEI, yaitu:

    1. PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK)
      • Bergerak di bidang alat kesehatan
      • Menghimpun dana Rp104,3 miliar
    2. PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG)
      • Perusahaan logistik
      • Meraih dana Rp140,8 miliar
    3. PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI)
      • Fokus pada pendidikan dan pengembangan diri
      • Menggalang dana Rp30 miliar
    4. PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI)
      • Bidang telekomunikasi dan konsultasi manajemen B2B
      • Menghimpun dana Rp208,8 miliar

    Pencatatan instrumen pendanaan juga tetap berlangsung aktif di hari yang sama dengan:

    • Sukuk Wakalah dari Metro Healthcare
    • Obligasi RMK Energy
    • Obligasi dari Pyridam Farma

    Kesimpulan: BEI Makin Dilirik sebagai Sarana Pendanaan Korporasi

    Tren pencatatan yang padat dan beragam ini menunjukkan bahwa Bursa Efek Indonesia berhasil menjaga kepercayaan pasar serta memperkuat peran strategisnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

    Dengan semakin banyak perusahaan dari berbagai sektor yang bergabung ke lantai bursa, BEI menjadi simbol dinamika ekonomi yang sehat, inklusif, dan kompetitif.

    Jumat Jadi Penutup Pekan yang Kuat, Total Emisi Obligasi & Sukuk di BEI Tembus Rp125 Triliun

    Jumat, 11 Juli 2025 menutup pekan perdagangan dengan dua pencatatan penting di Bursa Efek Indonesia (BEI):

    • Obligasi BRI Finance
    • Obligasi Daaz Bara Lestari

    Dengan tambahan ini, total emisi obligasi dan sukuk sepanjang 2025 telah mencapai:

    • 112 emisi
    • Diterbitkan oleh 64 emiten
    • Total nilai emisi mencapai Rp125,11 triliun

    Angka ini mencerminkan optimisme dan kepercayaan tinggi pelaku pasar terhadap pasar modal Indonesia sebagai sumber pendanaan jangka panjang.

  • Pasar Saham Eropa Melemah, Kekhawatiran Tarif Baru dari AS Jadi Pemicu

    Pasar Saham Eropa Melemah, Kekhawatiran Tarif Baru dari AS Jadi Pemicu

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Eropa ditutup melemah menjelang akhir pekan, dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat (AS) terhadap Uni Eropa. Hingga kini, pelaku pasar masih menantikan kepastian dari Gedung Putih terkait surat resmi yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.

    Dilansir dari Anugerahslot CNBC, Sabtu (12/7/2025), indeks Stoxx Europe 600 mengalami penurunan sebesar 1,1%. Indeks-indeks utama lainnya juga mencatat pelemahan serupa: DAX Jerman dan CAC 40 Prancis masing-masing turun sekitar 0,9%, sementara FTSE 100 Inggris ikut terkoreksi sebesar 0,4%.

    Situasi ini terjadi di tengah sinyal kebijakan ekonomi yang bertolak belakang dari Amerika Serikat. Risalah pertemuan Federal Reserve (The Fed) bulan Juni menunjukkan bahwa mayoritas anggota dewan membuka kemungkinan untuk menurunkan suku bunga pada tahun ini—yang sempat menumbuhkan harapan pasar akan pelonggaran moneter.

    Namun demikian, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memberikan pandangan berbeda. Dalam pernyataannya saat menghadiri acara di Departemen Luar Negeri Irlandia pada Kamis lalu, Dimon memperingatkan bahwa risiko kenaikan suku bunga justru lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh banyak investor.

    “Pasar memperkirakan peluang kenaikan suku bunga sebesar 20%, tapi menurut saya angkanya lebih dekat ke 40-50%. Ini alasan yang cukup kuat untuk waspada,” ungkap Dimon.

    Ia juga menambahkan bahwa inflasi berpotensi kembali menjadi ancaman serius bagi perekonomian AS jika tidak ditangani dengan hati-hati.

    Sentimen Pasar Global Tertekan, Tarif Baru AS Picu Kekhawatiran Investor

    Sentimen pasar global kembali goyah setelah muncul kabar bahwa Amerika Serikat (AS) akan memberlakukan tarif impor sebesar 35% terhadap Kanada. Kebijakan ini menambah daftar panjang langkah proteksionis AS, menyusul tarif 25% terhadap Jepang, serta 50% untuk Brasil dan seluruh impor tembaga—angka yang jauh melebihi perkiraan para pelaku pasar.

    Dampaknya langsung terasa di pasar keuangan. Pada perdagangan siang di London, indeks Stoxx 600 mencatat penurunan hampir 1%. Sementara itu, kontrak berjangka untuk indeks Dow Jones Industrial Average di AS juga terkoreksi sebesar 0,7%, menandakan perubahan tajam dalam sentimen setelah euforia sebelumnya.

    Padahal, hanya sehari sebelumnya, bursa saham di Inggris dan Wall Street sempat mencatatkan rekor tertinggi, didorong oleh optimisme investor terhadap prospek ekonomi global dan kemungkinan pelonggaran suku bunga oleh The Fed.

    Namun, minimnya kemajuan dalam perundingan perdagangan antara Uni Eropa dan AS turut memperburuk suasana. Ketidakpastian yang terus berlanjut membuat investor mulai menahan diri menjelang musim panas yang penuh spekulasi.

    “Entah ini hanya jeda sejenak atau peringatan bagi investor soal risiko yang membayangi, yang pasti ketidakpastian belum akan berakhir,” tulis Dan Coatsworth, analis investasi dari AJ Bell, dalam catatannya.

    Kondisi ini menjadi sinyal bahwa pasar global masih sangat sensitif terhadap perkembangan kebijakan dagang, terutama dari AS, yang terus mengedepankan pendekatan proteksionis dalam menghadapi mitra dagangnya.

    Tekanan Global

    Ia menambahkan bahwa fokus pasar kini mulai bergeser menuju musim laporan keuangan kuartalan, yang akan diawali oleh sejumlah bank besar di Amerika Serikat.

    Kinerja perusahaan-perusahaan tersebut dianggap sebagai indikator penting untuk menilai sejauh mana dunia usaha mampu bertahan dan beradaptasi menghadapi tekanan global yang semakin rumit.

  • Kapitalisasi Pasar Nvidia Tembus USD 4 Triliun, Lampaui Microsoft dan Apple

    Kapitalisasi Pasar Nvidia Tembus USD 4 Triliun, Lampaui Microsoft dan Apple

    Serratalhadafc.com – Perusahaan teknologi raksasa Nvidia kembali mencetak rekor baru dengan kapitalisasi pasar mencapai USD 4 triliun atau setara sekitar Rp 64.920 triliun (dengan asumsi kurs USD 1 = Rp 16.230) pada Rabu pagi, 9 Juli 2025 waktu setempat.

    Dilansir dari Anugerahslot Channel News Asia, Kamis (10/7/2025), pencapaian ini terjadi hanya sekitar 13 bulan setelah Nvidia menyentuh tonggak kapitalisasi USD 3 triliun—sebuah pertumbuhan luar biasa yang mencerminkan dominasi Nvidia di pasar chip dan kecerdasan buatan.

    Kinerja Saham Melejit 1.350% Sejak 2022

    Harga saham Nvidia terus menunjukkan tren positif dan telah melonjak 1.350% sejak Oktober 2022. Sepanjang tahun 2025 saja, saham produsen chip ini telah menguat sekitar 22%, jauh melampaui kenaikan indeks S&P 500 yang hanya tumbuh 6% pada periode yang sama.

    Kinerja ini menjadikan Nvidia sebagai pemain kunci dalam mendorong indeks pasar saham utama, khususnya yang berbasis pada sektor teknologi.

    Dominasi di Indeks S&P 500 dan ETF Teknologi

    Dengan bobot sekitar 7,5%, Nvidia kini menjadi saham dengan bobot terbesar dalam indeks S&P 500—indeks yang digunakan secara luas oleh investor global sebagai tolok ukur kesehatan pasar saham Amerika Serikat.

    Tak hanya itu, saham Nvidia juga memberikan pengaruh besar terhadap:

    • ETF Invesco QQQ Trust, salah satu instrumen investasi populer berbasis teknologi
    • Indeks Semikonduktor Philadelphia SE, yang melacak kinerja perusahaan semikonduktor terkemuka

    Namun, pengaruh Nvidia kurang signifikan dalam Dow Jones Industrial Average, karena indeks tersebut menimbang saham berdasarkan harga per lembar, bukan nilai pasarnya.

    Menuju Klub Elit USD 4 Triliun

    Dengan pencapaian ini, Nvidia tampaknya siap bergabung secara resmi ke dalam klub eksklusif perusahaan dengan nilai pasar USD 4 triliun.

    Untuk perbandingan:

    • Microsoft saat ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar USD 3,7 triliun
    • Apple menyusul dengan nilai pasar sekitar USD 3,1 triliun

    Kesimpulan

    Lompatan kapitalisasi pasar Nvidia menjadi USD 4 triliun menegaskan peran dominannya di industri teknologi, khususnya dalam pengembangan chip dan kecerdasan buatan. Dengan pertumbuhan saham yang agresif dan pengaruh besar di berbagai indeks utama, Nvidia kini tidak hanya menjadi pemimpin industri, tapi juga ikon kekuatan baru di pasar keuangan global.

    Pengaruh Besar Perusahaan Teknologi di Pasar Saham AS

    Besarnya nilai pasar perusahaan-perusahaan teknologi mencerminkan dominan pengaruh mereka dalam pasar saham Amerika Serikat. Tujuh perusahaan dengan bobot terbesar di indeks S&P 500 — termasuk Amazon.com, Alphabet, Meta Platforms, Broadcom, dan tentu saja Nvidia — bersama-sama menyumbang sekitar sepertiga dari total nilai indeks tersebut.

    Sektor Teknologi Makin Mendominasi S&P 500

    Kenaikan harga saham Nvidia menjadi salah satu tanda bahwa sektor teknologi secara keseluruhan terus menguat dan semakin berperan penting. Saat ini, sektor teknologi adalah yang terbesar di S&P 500, dengan nilai pasar yang mencapai hampir sepertiga dari total kapitalisasi indeks.

    Angka ini mendekati proporsi yang pernah dicapai sektor teknologi pada masa puncak gelembung dot-com di tahun 2000, menandakan bahwa teknologi kembali menjadi penggerak utama pasar saham AS.

    Performa Saham Teknologi Lain yang Mengkilap

    Selain Nvidia, beberapa saham teknologi lainnya juga menunjukkan kinerja luar biasa sepanjang tahun 2025, antara lain:

    • Microsoft yang naik sekitar 19%
    • Oracle dengan kenaikan sekitar 40%
    • Palantir, yang melonjak hingga 88%

    Kesimpulan

    Perusahaan teknologi terus memperkuat dominasinya di pasar saham Amerika Serikat. Dengan nilai pasar yang besar dan pertumbuhan saham yang signifikan, sektor ini tidak hanya menjadi mesin penggerak indeks utama, tetapi juga penentu arah ekonomi dan inovasi di era digital saat ini.

    Bursa Saham Asia-Pasifik Dibuka Beragam, Sentimen Dari Bank of Korea dan Tarif AS ke Brasil

    Pergerakan bursa saham Asia-Pasifik pada Kamis, 10 Juli 2025, dibuka dengan hasil yang beragam. Hal ini dipengaruhi oleh keputusan Bank of Korea yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 2,5%, posisi terendah dalam hampir tiga tahun terakhir.

    Keputusan tersebut diambil di tengah kondisi ekonomi Korea Selatan yang mengalami kontraksi sebesar 0,2% secara kuartalan pada kuartal pertama tahun ini, akibat lemahnya aktivitas konstruksi dan pertumbuhan ekspor yang melambat. Namun secara tahunan, ekonomi negara tersebut tetap stagnan.

    Selain itu, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh pengumuman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan akan mengenakan tarif 50% atas impor dari Brasil mulai 1 Agustus 2025. Tarif ini merupakan kenaikan tajam dari tarif sebelumnya sebesar 10% yang diterapkan sejak April lalu. Trump menyebut langkah ini sebagai upaya mengatasi “hubungan perdagangan yang sangat tidak adil” antara AS dan Brasil serta sebagai respons terhadap proses hukum terhadap mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. (Sumber: CNBC)

    Pergerakan Indeks Regional

    • Indeks Nikkei 225 (Jepang) melemah 0,45% pada pembukaan.
    • Indeks Topix (Jepang) turun 0,54%.
    • Indeks Kospi (Korea Selatan) menguat 0,24%.
    • Indeks Kosdaq (Korea Selatan) bertambah 0,44%.
    • Indeks ASX 200 (Australia) naik 0,51%.
    • Kontrak berjangka indeks Hang Seng (Hong Kong) berada di posisi 23.863, sedikit melemah dibandingkan penutupan sebelumnya di 23.892,32.

    Kesimpulan

    Beragam pergerakan di bursa Asia-Pasifik pada hari ini dipengaruhi oleh kebijakan moneter Korea Selatan yang tetap konservatif dan ketegangan perdagangan baru antara AS dan Brasil. Para pelaku pasar terus memantau perkembangan ini untuk menentukan langkah investasi selanjutnya.