Tag: lifestyle

  • IHSG Menguat 3,17% dalam Sepekan, Sektor Teknologi dan Infrastruktur Jadi Penopang

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat tren penguatan sepanjang pekan lalu, dengan kenaikan sebesar 3,17%. Data dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menunjukkan bahwa total aliran dana investor di pasar reguler mencapai Rp413 miliar.

    Analis Ekuitas IPOT, Imam Gunadi, menjelaskan bahwa tren positif IHSG ini sudah terlihat sejak 10 Juli 2025, saat indeks berhasil breakout dari pola teknikal minor cup and handle. Sejak saat itu, pergerakan IHSG terus berada di atas rata-rata lima harian (MA5), yang menandakan adanya akselerasi penguatan yang cukup solid.

    “Dua sektor yang menjadi penopang utama penguatan IHSG adalah sektor infrastruktur (IDXINFRA) dan teknologi (IDXTECHNO),” ujar Imam dalam keterangan resminya pada Senin (28/7/2025).

    Ia menyoroti sejumlah saham yang mencatatkan kenaikan signifikan, di antaranya:

    • Sektor teknologi: DCII, EMTK, WIFI, dan EDGE
    • Sektor infrastruktur: BREN, SSIA, dan TOWR

    Kinerja positif sektor teknologi dan infrastruktur ini juga dipengaruhi oleh faktor suku bunga. Menurut Imam, kedua sektor tersebut termasuk kategori sensitive interest rate, artinya cukup responsif terhadap perubahan tingkat suku bunga.

    Kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi salah satu katalis utama yang mendorong pergerakan saham-saham di kedua sektor tersebut. Penurunan suku bunga ini memberi angin segar bagi pasar, terutama saham-saham yang berbasis aset dan pertumbuhan.

    Kesepakatan AS–Jepang Bisa Berdampak Ganda bagi Indonesia

    Analis PT Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi menuturkan kepada Anugerahslot Finance, turut menyoroti perkembangan geopolitik terbaru, yaitu kesepakatan tarif impor antara Amerika Serikat dan Jepang sebesar 15% yang dicapai pada 22 Juli 2025. Menurutnya, kesepakatan ini membawa dampak ganda bagi perekonomian Indonesia.

    “Kesepakatan ini berpotensi meredakan ketegangan perdagangan global dan berhasil menurunkan indeks volatilitas (VIX) hingga 11,71% dalam sepekan,” ungkap Imam.

    Namun di sisi lain, ia mengingatkan bahwa fokus investasi Jepang bisa bergeser ke AS, yang berisiko mengurangi Foreign Direct Investment (FDI) Jepang ke Indonesia.

    Padahal, Jepang merupakan salah satu penyumbang FDI terbesar di Indonesia, dengan realisasi investasi mencapai USD 1 miliar hanya dalam kuartal I 2025 saja. Penurunan arus investasi ini dapat berpengaruh terhadap proyek-proyek strategis nasional yang membutuhkan dukungan investor asing.

    Tantangan Domestik: Perubahan Skema RKAB Tambang

    Dari sisi domestik, pelaku pasar juga tengah mencermati kebijakan baru dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait pengajuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) di sektor pertambangan.

    Mulai Oktober 2025, semua perusahaan tambang wajib mengajukan RKAB setiap tahun, menggantikan skema sebelumnya yang berlaku untuk jangka waktu tiga tahun.

    Menurut Imam, kebijakan ini berpotensi menimbulkan sejumlah tantangan, terutama dalam hal kepastian perencanaan dan efisiensi operasional.

    “Pengajuan tahunan bisa meningkatkan ketidakpastian, memperberat beban administratif, dan berisiko menunda proses produksi bila persetujuan RKAB tidak cepat keluar,” jelasnya.

    Ia memberikan ilustrasi: jika sebuah perusahaan tambang hendak membeli alat berat senilai Rp100 miliar dengan masa pakai lima tahun, maka akan timbul risiko tinggi apabila izin operasional hanya dijamin selama 12 bulan. Hal ini dapat menghambat keputusan investasi jangka panjang di sektor pertambangan, yang merupakan kontributor penting terhadap devisa negara.

    Kesimpulan:
    Pergerakan IHSG dan optimisme pasar yang menguat saat ini tidak terlepas dari faktor eksternal seperti kesepakatan dagang global dan kebijakan suku bunga, namun tantangan dalam negeri seperti regulasi pertambangan tetap perlu dicermati secara serius agar tidak menjadi penghambat pertumbuhan jangka panjang.

    Prospek Pasar Pekan Ini (28 Juli – 1 Agustus 2025): Fokus The Fed dan Data Inflasi

    Memasuki pekan perdagangan akhir Juli hingga awal Agustus 2025, pelaku pasar diperkirakan akan bersikap lebih berhati-hati. Beberapa agenda ekonomi penting, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadi perhatian utama investor.

    Sorotan Ekonomi Global: The Fed & Inflasi PCE

    Dari Amerika Serikat, semua mata tertuju pada pengumuman suku bunga The Federal Reserve (FFR) yang dijadwalkan pada 31 Juli 2025. Konsensus memperkirakan suku bunga akan tetap bertahan di kisaran 4,25%–4,50%, dengan tingkat probabilitas mencapai 95,9%.

    Selain itu, pasar juga akan mencermati data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) untuk Juli. Proyeksi menunjukkan kenaikan ke 0,3%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 0,2%. Kenaikan ini sejalan dengan membaiknya data tenaga kerja, yang menunjukkan penguatan konsumsi domestik AS.

    Data Domestik: Inflasi dan PMI Indonesia

    Dari dalam negeri, data inflasi Indonesia untuk Juli 2025 menjadi fokus utama. Menurut estimasi dari Trading Economics Forecast (TEForecast), inflasi diperkirakan naik menjadi 2,1% secara tahunan.

    Di sisi lain, indeks PMI manufaktur Indonesia diperkirakan masih berada di zona kontraksi, mencerminkan tekanan pada sektor industri. Sebaliknya, PMI Caixin China justru diprediksi stabil di area ekspansi, yakni di level 50,3, memberi harapan atas keberlanjutan pemulihan ekonomi di kawasan Asia.

    Prospek IHSG: Lanjut Bullish, Tapi Mulai Terbatas

    Imam Gunadi, analis dari Indo Premier Sekuritas (IPOT), menyampaikan bahwa IHSG masih berpotensi melanjutkan tren penguatan, namun dengan ruang yang semakin terbatas. Saat ini, IHSG bergerak dalam kisaran support 7.400 dan resistance 7.700.

    “IHSG sudah menyentuh eksternal ratio Fibonacci 1,618, yang biasanya menjadi sinyal awal terjadinya jenuh beli,” jelas Imam.

    Ia juga menambahkan bahwa pelaku pasar cenderung bersikap wait and see, sembari menantikan laporan keuangan dari bank-bank besar lainnya usai rilis kinerja BNI.

    Rekomendasi Saham dan Obligasi Pilihan IPOT

    Mengikuti arah pasar dan momentum sektor-sektor unggulan, IPOT merekomendasikan beberapa saham dan instrumen investasi potensial:

    1. ASRI (Alam Sutera Realty)

    • Strategi: Buy on Pullback
    • Entry Range: Rp149–150
    • Target Price: Rp160
    • Stop Loss: <Rp146
    • Katalis: Akan merilis tiga proyek properti baru, dan berpeluang diuntungkan dari insentif PPN DTP serta efek penurunan suku bunga.

    2. BRPT (Barito Pacific)

    • Strategi: Buy
    • Entry Price: Rp2.480
    • Target Price: Rp2.640
    • Stop Loss: <Rp2.400
    • Katalis: Menjadi saham dengan pembelian bersih tertinggi, menunjukkan tren akumulasi kuat dan bergerak dalam pola uptrend yang stabil.

    3. WIFI (PT Solusi Sinergi Digital)

    • Strategi: Buy on Breakout
    • Entry Price: Rp2.870
    • Target Price: Rp3.040
    • Stop Loss: <Rp2.790
    • Katalis: Baru saja mengakuisisi penyedia layanan internet Flynet/Bali Internet, memperluas penetrasi bisnis digital nasional.

    Kesimpulan:
    Minggu ini diprediksi menjadi periode konsolidasi aktif, dengan pelaku pasar menantikan keputusan The Fed dan rilis data inflasi. Di tengah kondisi ini, strategi selektif pada saham-saham potensial serta mempertimbangkan momentum makro akan menjadi kunci.

  • Lima Perusahaan dalam Pipeline Pencatatan Saham di BEI, Mayoritas Skala Besar

    Lima Perusahaan dalam Pipeline Pencatatan Saham di BEI, Mayoritas Skala Besar

    Serratalhadafc.comBursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan bahwa hingga saat ini terdapat lima perusahaan yang sedang dalam proses pencatatan saham (listing) di papan bursa. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, pada Minggu (27/7/2025).

    Nyoman menyebutkan kepada Anugerahslot Finance bahwa sejak awal tahun hingga 25 Juli 2025, sebanyak 22 perusahaan telah resmi melantai di BEI, dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 10,39 triliun.

    Saat ini terdapat lima perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI,” jelas Nyoman.

    Berdasarkan klasifikasi aset sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 53/POJK.04/2017, rincian kelima perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

    • 0 perusahaan dengan aset skala kecil (kurang dari Rp 50 miliar)
    • 1 perusahaan dengan aset skala menengah (Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar)
    • 4 perusahaan dengan aset skala besar (lebih dari Rp 250 miliar)

    Dari sisi sektor usaha, kelima perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor ekonomi:

    • 2 perusahaan dari sektor basic materials
    • 1 perusahaan dari sektor energi
    • 1 perusahaan dari sektor keuangan
    • 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

    Sementara itu, belum ada perusahaan dari sektor consumer goods, perawatan kesehatan, industri, infrastruktur, properti, maupun teknologi yang tercatat dalam pipeline saat ini.

    Kondisi ini mencerminkan bahwa minat untuk melantai di bursa tetap terjaga, terutama dari perusahaan berskala besar dan sektor-sektor yang terkait dengan kebutuhan fundamental dan pembangunan jangka panjang.

    BEI: 113 Emisi EBUS Diterbitkan, Lima Penerbit Masih dalam Pipeline

    Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencatat perkembangan positif dalam pasar efek bersifat utang dan sukuk (EBUS). Hingga 25 Juli 2025, telah diterbitkan sebanyak 113 emisi EBUS yang berasal dari 65 penerbit, dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 129,2 miliar.

    Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyampaikan bahwa selain emisi yang telah diterbitkan, masih terdapat sejumlah emisi yang sedang dalam proses pencatatan.

    “Sampai dengan 25 Juli 2025 terdapat delapan emisi dari lima penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline,” ungkap Nyoman, Minggu (27/7/2025).

    Adapun klasifikasi sektor dari lima perusahaan yang berada dalam pipeline EBUS tersebut mencakup:

    • 1 perusahaan dari sektor basic materials
    • 2 perusahaan dari sektor energi
    • 1 perusahaan dari sektor keuangan
    • 1 perusahaan dari sektor properti dan real estate

    Sementara itu, belum terdapat perusahaan dari sektor consumer goods, perawatan kesehatan, industri manufaktur, infrastruktur, teknologi, maupun transportasi dan logistik dalam pipeline EBUS hingga saat ini.

    Kondisi ini menunjukkan bahwa minat penerbitan instrumen utang dan sukuk masih cukup aktif, terutama dari sektor-sektor dengan kebutuhan pembiayaan besar dan jangka panjang.

    BEI: Rights Issue Capai Rp 16,53 Triliun, Empat Emiten Masih dalam Pipeline

    Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan perkembangan aktivitas rights issue hingga 25 Juli 2025. Tercatat sudah ada 10 perusahaan tercatat yang berhasil menerbitkan rights issue, dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp 16,53 triliun.

    Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa aktivitas rights issue masih akan berlanjut, seiring masih adanya perusahaan yang tengah memproses aksi korporasi serupa.

    “Masih terdapat empat perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI,” kata Nyoman, dikutip Minggu (27/7/2025).

    Adapun rincian sektor dari empat perusahaan yang masih berada dalam pipeline rights issue tersebut adalah sebagai berikut:

    • 2 perusahaan dari sektor basic materials
    • 1 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
    • 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

    Tidak terdapat perusahaan dari sektor consumer goods (siklikal maupun nonsiklikal), energi, keuangan, industri, infrastruktur, properti dan real estate, maupun teknologi yang sedang merencanakan rights issue dalam waktu dekat.

    Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tertentu masih aktif melakukan penggalangan dana melalui pasar modal, terutama untuk mendukung ekspansi bisnis atau memperkuat struktur permodalan.

  • Saham Cipta Selera Murni (CSMI) Terus Merosot, Manajemen Ungkap Penyebabnya

    Saham Cipta Selera Murni (CSMI) Terus Merosot, Manajemen Ungkap Penyebabnya

    Serratalhadafc.com – Harga saham PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI), mantan pengelola jaringan restoran Texas Chicken di Indonesia, terus mengalami tekanan. Berdasarkan data perdagangan per Jumat, 25 Juli 2025 pukul 14.30 WIB, saham CSMI tercatat turun 6,96% ke level Rp 428 per saham.

    Direktur Utama CSMI, Radino Miharjo, mengungkapkan bahwa harga saham perseroan telah anjlok tajam dari posisi Rp 3.000 ke Rp 750 pada pertengahan Juli 2025. Menurutnya, penurunan ini adalah bagian dari dinamika pasar yang normal akibat interaksi antara permintaan dan penawaran di bursa efek.

    “Pergerakan ini merupakan mekanisme pasar yang wajar,” ujar Radino, yang akrab disapa Dino, dalam paparan Anugerahslot publik insidentil CSMI, Jumat (25/7/2025).

    Meski demikian, Dino mengakui bahwa terdapat beberapa faktor yang turut memicu tekanan jual serta membentuk sentimen negatif di kalangan investor terhadap saham CSMI. Salah satu faktor utama adalah kondisi perusahaan yang sedang berada dalam masa transisi bisnis.

    Setelah menghentikan seluruh operasional gerai Texas Chicken, CSMI kini tengah fokus membangun dan mengembangkan merek kuliner lokal baru bernama NWS Chicken. Proses transformasi model bisnis ini, menurut Dino, memerlukan waktu dan strategi yang tepat untuk kembali meraih stabilitas dan kepercayaan pasar.

    “Fase transisi ini tentu tidak instan. Tapi kami percaya terhadap potensi jangka panjang dari bisnis baru yang sedang kami bangun,” jelasnya optimistis.

    Restrukturisasi dan Rendahnya Likuiditas Jadi Tekanan Tambahan Saham CSMI

    Selain tengah menjalani transisi bisnis, PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI) juga menghadapi tantangan dari sisi kinerja keuangan. Direktur Utama Radino Miharjo mengakui bahwa laporan keuangan per 31 Maret 2025 menunjukkan penurunan pendapatan serta peningkatan rugi bersih, yang merupakan konsekuensi dari restrukturisasi gerai dan investasi awal dalam pengembangan merek baru, NWS Chicken.

    “Ini adalah dampak logis dari fase penyesuaian yang kami jalani,” ujar Dino dalam paparan publik insidentil, Jumat (25/7/2025).

    Meski begitu, ia menegaskan bahwa manajemen telah mulai mengevaluasi struktur biaya dan mengambil berbagai langkah efisiensi demi memperkuat posisi keuangan perusahaan ke depannya.

    Di sisi lain, rendahnya likuiditas saham CSMI turut memperbesar volatilitas harga di pasar. Dengan volume transaksi yang relatif kecil, pergerakan saham dapat berfluktuasi tajam hanya karena perubahan permintaan atau penawaran dalam jumlah terbatas.

    “Manajemen terbuka untuk mengevaluasi strategi komunikasi pasar dan tata kelola investor yang lebih aktif guna meningkatkan awareness dan partisipasi publik terhadap saham CSMI,” jelas Dino.

    Kurangnya Katalis Positif dan Sentimen Pasar Jadi Tantangan Saham CSMI

    Selain faktor internal, PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI) saat ini juga menghadapi kendala dari sisi katalis positif jangka pendek. Direktur Utama Radino Miharjo menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ada aksi korporasi atau pengumuman besar yang dapat menjadi pendorong harga saham secara signifikan dalam waktu dekat.

    Meski demikian, manajemen tengah mempersiapkan sejumlah inisiatif bisnis dan strategi komunikasi yang diharapkan dapat memberikan sinyal positif serta memperjelas arah pertumbuhan perusahaan ke depan.

    “Pihak kami sedang menyiapkan langkah-langkah untuk memperkuat kepercayaan pasar dan menunjukkan komitmen pada strategi jangka panjang CSMI,” ujar Dino.

    Ia juga menambahkan bahwa sentimen pasar secara umum turut memengaruhi harga saham, termasuk kondisi makroekonomi yang masih penuh tantangan, dinamika sektor consumer food, serta psikologi investor terhadap saham perusahaan yang sedang dalam proses transisi.

    “Faktor-faktor eksternal ini juga berkontribusi pada tekanan yang dialami saham CSMI saat ini,” tutupnya.

  • Finex Luncurkan NexAI: Kolaborasi Cerdas antara Teknologi dan Intuisi dalam Dunia Trading

    Finex Luncurkan NexAI: Kolaborasi Cerdas antara Teknologi dan Intuisi dalam Dunia Trading

    Serratalhadafc.com – Dalam upaya menyambut era baru dunia trading yang semakin mengandalkan teknologi mutakhir, Finex secara resmi meluncurkan NexAI, sebuah fitur berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan ketajaman analisis dalam perdagangan saham.

    Fitur ini hadir sebagai respons terhadap dinamika pasar yang semakin cepat dan kompleks. NexAI mampu menyaring noise pasar, mengidentifikasi peluang tersembunyi, serta memberikan analisis cerdas hanya dalam hitungan detik. Namun, meski memiliki kemampuan komputasi tinggi, Finex menekankan bahwa NexAI tidak dimaksudkan untuk menggantikan manusia, melainkan untuk bekerja berdampingan dengan para trader.

    Analis Keuangan Finex, Brahmantya Himawan, menegaskan kepada Anugerahslot Finance bahwa kolaborasi antara mesin dan manusia tetap menjadi inti dalam proses pengambilan keputusan di dunia trading. Menurutnya, dalam medan yang penuh ketidakpastian, kehadiran AI saja tidak cukup.

    “NexAI bukan sekadar alat pintar. Ia kami rancang sebagai mitra strategis bagi para trader—membantu mengolah data dalam skala besar, tapi tetap membuka ruang bagi trader untuk berpikir, beradaptasi, dan mengambil keputusan akhir,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (26/7/2025).

    Brahmantya juga menekankan bahwa keberhasilan dalam trading tetap membutuhkan pemahaman pasar yang mendalam, disiplin emosional, dan intuisi tajam—hal-hal yang hingga kini masih menjadi keunggulan manusia dibanding mesin.

    “Kami percaya, masa depan trading bukan tentang manusia versus mesin, melainkan tentang bagaimana keduanya saling melengkapi. NexAI menangani analitik, sementara trader menangani intuisi dan konteks,” pungkasnya.

    Dengan peluncuran NexAI, Finex berharap dapat memberdayakan lebih banyak trader untuk membuat keputusan yang lebih cepat, cerdas, dan tepat—menggabungkan kekuatan analitik teknologi dengan kebijaksanaan pengalaman manusia.

    NexAI Hadirkan Analisis Real-Time, Tapi Bukan Alat Prediksi Mutlak

    Lebih jauh, Brahmantya Himawan, Financial Analyst Finex, menjelaskan bahwa NexAI dirancang untuk memberikan analisis pasar secara real-time, termasuk kemampuan untuk membaca tren harga, memproyeksikan pergerakan pasar, serta menyesuaikan strategi berdasarkan indikator teknikal dan sentimen pasar.

    Fitur ini memungkinkan trader untuk bereaksi lebih cepat terhadap dinamika pasar yang berubah-ubah, dengan bantuan data yang diolah dalam skala besar oleh kecerdasan buatan. Namun, Brahmantya juga mengingatkan bahwa penguasaan analisis teknikal dasar tetap merupakan bekal utama bagi setiap trader.

    “Kami mendorong pengguna untuk memahami indikator-indikator penting seperti RSI (Relative Strength Index), MACD (Moving Average Convergence Divergence), dan Bollinger Bands. Selain itu, memahami psikologi pasar juga menjadi kunci penting dalam mengambil keputusan yang tepat,” jelasnya.

    Brahmantya menegaskan bahwa meskipun NexAI merupakan alat canggih dalam menyaring data dan memberikan wawasan, tetap tidak bisa dianggap sebagai alat prediksi mutlak. Lebih penting lagi, hasil analisis yang dihasilkan oleh AI bukan merupakan nasihat keuangan atau ajakan untuk melakukan aktivitas trading tertentu.

    “NexAI bukan alat ramalan, dan bukan pula ajakan untuk trading. Ini adalah alat bantu, bukan pengganti pertimbangan manusia,” pungkasnya.

    Dengan pendekatan yang menggabungkan teknologi dan edukasi, Finex melalui NexAI berharap dapat menciptakan ekosistem trading yang lebih cerdas, terukur, dan bertanggung jawab, di mana AI memperkuat analisis, dan trader tetap menjadi pengambil keputusan utama.

  • Mirae Asset Sekuritas Targetkan 1 Juta Nasabah di 2026, Resmikan Community Center Terbesar di Pluit

    Mirae Asset Sekuritas Targetkan 1 Juta Nasabah di 2026, Resmikan Community Center Terbesar di Pluit

    Serratalhadafc.com – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menargetkan pertumbuhan signifikan dalam jumlah nasabah, yakni mencapai 1 juta nasabah pada tahun 2026. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan menargetkan penambahan 400.000 nasabah baru hingga akhir 2025, dari posisi saat ini yang sudah melebihi 370.000 nasabah.

    Sebagai bagian dari strategi ekspansi dan penguatan layanan, Mirae Asset meresmikan Mirae Asset Community Center Pluit, sebuah kantor cabang sekaligus pusat edukasi investasi yang terletak di wilayah strategis Pluit, Jakarta Utara.

    “Tahun ini Mirae Asset akan fokus pada penguatan layanan nasabah melalui optimalisasi fungsi gerai sebagai pusat edukasi dan pendampingan investasi yang didukung oleh peningkatan kapabilitas teknologi,” ujar Tomi Taufan, Direktur Mirae Asset, dalam acara peresmian yang digelar Anugerahslot Finance pada Rabu, 23 Juli 2025.

    Lokasi Strategis dan Peran Sentral di Jakarta Utara

    Community Center Pluit merupakan bagian dari upaya revitalisasi salah satu cabang tertua dan tersukses milik Mirae Asset. Berdiri sejak 15 tahun lalu, kantor ini telah menjadi salah satu cabang dengan performa terbaik setiap tahunnya. Dengan fasilitas yang kini telah diperbarui dan lebih lengkap, kantor ini diharapkan bisa berperan lebih optimal sebagai pusat komunitas dan edukasi bagi masyarakat sekitar, khususnya pelaku usaha di wilayah Jakarta Utara.

    Jaringan Luas dan Fokus Edukasi

    Mirae Asset saat ini memiliki total 49 gerai di seluruh Indonesia, menjadikannya sebagai sekuritas dengan jaringan gerai terbanyak ketiga di Bursa Efek Indonesia (BEI). Gerai tersebut terdiri dari:

    • 26 Office Education (OE)
    • 4 Kantor Perwakilan IDX
    • 19 Galeri Investasi IDX di kampus dan gedung perkantoran

    Dengan diresmikannya Community Center Pluit, cabang ini kini menjadi yang terbesar di wilayah Jabodetabek, menandai langkah besar dalam memperkuat kehadiran Mirae Asset di pasar ritel dan komunitas investor lokal.

    Peresmian ini juga menjadi simbol komitmen perusahaan dalam memperluas literasi dan edukasi keuangan, serta memperkuat basis nasabah melalui pendekatan komunitas yang lebih personal dan berbasis teknologi.

    Fasilitas Premium dan Layanan Edukasi Terintegrasi

    Dengan peningkatan fasilitas yang signifikan, Mirae Asset berharap jangkauan layanan kepada nasabah dan masyarakat sekitar dapat semakin luas serta meningkatkan pengalaman investasi yang lebih personal dan berkualitas.

    Community Center Pluit kini hadir dengan nuansa mewah dan modern, dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung edukasi seperti:

    • Ruang konsultasi VIP
    • Ruang edukasi berkapasitas besar
    • Dukungan tim Investment Solution yang berpengalaman

    Keberadaan Tim Investment Solution di cabang ini memberikan layanan tambahan bagi nasabah yang selama ini hanya dilayani secara online. Beberapa layanan eksklusif yang ditawarkan antara lain:

    • Pendampingan langsung dalam transaksi
    • Personalisasi portofolio investasi
    • Edukasi perilaku investasi yang berkelanjutan

    Layanan tambahan tersebut akan dikenakan biaya layanan khusus, namun ditujukan untuk menghadirkan pengalaman investasi yang lebih menyeluruh dan profesional.

    “Kebutuhan nasabah tidak cukup hanya dengan edukasi dasar. Banyak yang membutuhkan pendampingan lebih dalam. Maka, kami ingin mengoptimalkan peran Tim Investment Solution agar ke depannya hadir di seluruh kantor OE kami. Perpaduan antara layanan online dan offline akan menjadi solusi yang saling melengkapi,” jelas Tomi Taufan.

    Pusat Edukasi Investasi Komunitas di Jakarta Utara

    Sebagai bagian dari peresmian Community Center Pluit, Mirae Asset juga menyelenggarakan tur fasilitas kantor dan berbagai seminar edukatif seputar investasi. Kegiatan ini terbuka bagi masyarakat dan nasabah, dengan topik mencakup:

    • Investasi obligasi
    • Reksa dana
    • Tinjauan ekonomi makro dan pasar modal terkini

    Seminar-seminar tersebut menghadirkan narasumber internal dari tim riset dan investasi Mirae Asset, serta mitra profesional dari manajer investasi eksternal, menciptakan wadah pembelajaran yang komprehensif dan berkualitas bagi komunitas investor lokal.

    Dengan konsep community center ini, Mirae Asset menegaskan komitmennya dalam memperkuat literasi keuangan masyarakat serta membangun hubungan yang lebih erat dengan komunitas nasabah melalui pendekatan edukatif dan layanan premium berbasis kebutuhan nyata.

    Mirae Asset Sarankan Reksa Dana Pendapatan Tetap sebagai Pilihan Investasi di Tengah Ketidakpastian Pasar

    Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu serta fluktuasi pasar yang tinggi, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengimbau para investor untuk mempertimbangkan instrumen reksa dana pendapatan tetap yang menawarkan pendapatan pasif bulanan (monthly passive income bond fund).

    Menurut M. Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset, situasi pasar yang penuh tekanan justru membuka peluang untuk berinvestasi pada aset yang lebih stabil dan dapat memberikan penghasilan rutin.

    “Reksa dana pendapatan tetap dengan pendapatan pasif rutin bulanan menjadi alternatif strategis, terutama di tengah volatilitas dan ketidakpastian yang tinggi seperti saat ini,” ujar Arief dalam acara Media Day: July 2025 yang diselenggarakan oleh Mirae Asset.

    Tren Arus Modal Keluar di Pasar Saham Indonesia

    Sementara itu, Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, mengungkapkan adanya tren arus modal keluar (capital outflow) dari pasar saham Indonesia, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan kinerja positif.

    Per 11 Juli 2025, IHSG naik tipis ke level 7.091 dari posisi akhir tahun 2024 di angka 7.079. Namun, sepanjang tahun berjalan, pasar mencatat arus dana asing keluar sebesar Rp 57,9 triliun, termasuk sebesar Rp 4,3 triliun hanya pada bulan Juli.

    Fenomena ini menunjukkan bahwa penguatan IHSG lebih banyak didorong oleh investor domestik yang aktif melakukan transaksi di pasar saham.

    Dengan situasi tersebut, Mirae Asset menilai bahwa investasi pada reksa dana pendapatan tetap dengan imbal hasil rutin dapat menjadi pilihan yang lebih aman dan menguntungkan bagi investor yang menginginkan stabilitas dan pendapatan pasif di tengah ketidakpastian pasar.

    Pasar Obligasi Catat Arus Dana Asing Masuk Signifikan

    Berbeda dengan pasar saham, pasar obligasi justru mencatat arus dana asing masuk (foreign inflow) yang cukup besar. Pada bulan Juli saja, investor asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp 17,2 triliun, sehingga total akumulasi sejak awal tahun mencapai sekitar Rp 70 triliun.

    Tren positif ini didorong oleh penurunan suku bunga BI Rate pada semester pertama 2025 serta harapan akan adanya pemangkasan The Fed Fund Rate (FFR) pada semester kedua tahun ini.

    Menurut Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset:

    “Meski tekanan dari pihak seperti Trump agar The Fed menurunkan FFR secara agresif terus meningkat, kami memperkirakan Bank Sentral AS akan tetap berhati-hati dan lebih memilih memantau perkembangan data ekonomi sebelum memutuskan besaran dan kecepatan penurunan suku bunga selanjutnya.”

  • IHSG Terkoreksi 0,72% pada 22 Juli 2025, Investor Asing Jual Saham Rp 561 Miliar

    IHSG Terkoreksi 0,72% pada 22 Juli 2025, Investor Asing Jual Saham Rp 561 Miliar

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan pada penutupan perdagangan Selasa, 22 Juli 2025. IHSG terkoreksi sebesar 0,72% ke level 7.344, dipicu oleh aksi jual bersih yang dilakukan oleh investor asing.

    Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Anugerahslot Finance Rabu (23/7/2025), IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 7.457,38 dan terendah di 7.344,73 sepanjang sesi perdagangan. Total volume perdagangan tercatat mencapai 30,21 miliar saham, dengan nilai transaksi harian sebesar Rp 19,74 triliun dalam 2,01 juta kali transaksi.

    Kapitalisasi Pasar Turun, Sektor Saham Mayoritas Melemah

    Seiring dengan koreksi indeks, kapitalisasi pasar BEI menyusut menjadi Rp 13.172 triliun. Dari seluruh sektor, hanya sektor infrastruktur yang berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 1,69%. Sementara itu, mayoritas sektor lainnya justru bergerak di zona merah:

    • Basic Materials: -4,36% (terkoreksi paling dalam)
    • Energi: -0,20%
    • Industri: -0,01%
    • Consumer Non-Cyclicals: -0,53%
    • Consumer Cyclicals: -0,85%
    • Kesehatan: -0,41%
    • Keuangan: -0,41%
    • Properti: -1,01%
    • Teknologi: -0,29%
    • Transportasi dan Logistik: -0,62%

    Asing Jual Saham Rp 561,47 Miliar

    Tekanan terhadap IHSG diperparah oleh aksi jual investor asing yang mencatatkan net sell senilai Rp 561,47 miliar pada hari tersebut. Secara kumulatif sepanjang 2025, investor asing telah menjual saham senilai Rp 60,24 triliun.

    Beberapa saham unggulan menjadi sasaran aksi lepas asing. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan penjualan asing terbesar, yakni Rp 482,42 miliar, diikuti oleh:

    • PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 291,09 miliar
    • PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI): Rp 40,19 miliar

    Top 10 Saham yang Dilepas Asing – 22 Juli 2025 (Data: Stockbit)

    Berikut adalah daftar 10 saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing:

    (Data lengkap 10 saham tidak dicantumkan dalam naskah sumber)

    ANTM – Rp 482,42 miliar

    BMRI – Rp 291,09 miliar

    PANI – Rp 40,19 miliar

    Kesimpulan:

    Koreksi IHSG pada perdagangan Selasa menunjukkan tekanan jual yang masih mendominasi pasar, khususnya dari investor asing. Kinerja sektor-sektor utama yang mayoritas negatif menjadi sinyal perlambatan sentimen positif, di tengah potensi ketidakpastian global dan domestik. Pelaku pasar disarankan mencermati sektor infrastruktur yang masih mencatatkan performa positif sebagai potensi peluang investasi ke depan.

    Aksi Beli

    Berikut 10 saham yang dibeli oleh investor asing berdasarkan data stockbit:

    1.PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM): Rp 126,96 miliar

    2.PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI): Rp 100,80 miliar

    3.PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN): Rp 77,13 miliar

    4.PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN): Rp 62,27 miliar

    5.PT United Tractors Tbk (UNTR): Rp 40,88 miliar

    6.PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO): Rp 28,89 miliar

    7.PT Astra International Tbk (ASII): Rp 27,03 miliar

    8.PT Alamtri Resources Tbk (ADRO): Rp 26,57 miliar

    9.PT Indosat Tbk (ISAT): Rp 23,23 miliar

    10.PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI): Rp 22,18 miliar

    Aksi Jual

    .PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Rp 482,42 miliar

    2.PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 291,09 miliar

    3.PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI): Rp 40,19 miliar

    4.PT Darma Henwa Tbk (DEWA): Rp 33,53 miliar

    5.PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA): Rp 28,29 miliar

    6.PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI): Rp 27,98 miliar

    7.PT Rukun Raharja Tbk (RAJA): Rp 24,61 miliar

    8.PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI): Rp 24,02 miliar

    9.PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA): Rp 23,10 miliar

    10.PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB): Rp 22,59 miliar

  • Musim Laporan Keuangan Dimulai, Analis Wall Street Soroti Saham Potensial Jangka Panjang

    Musim Laporan Keuangan Dimulai, Analis Wall Street Soroti Saham Potensial Jangka Panjang

    Serratalhadafc.com – Musim laporan keuangan kuartalan kembali bergulir, menarik perhatian para investor untuk mencermati kinerja perusahaan-perusahaan besar. Namun demikian, dinamika pasar saat ini masih dibayangi oleh sejumlah tantangan, mulai dari ketidakpastian kebijakan tarif hingga tekanan makroekonomi global yang terus berlanjut.

    Meski kondisi jangka pendek menimbulkan keraguan, analis-analis papan atas di Wall Street tetap memegang prinsip investasi jangka panjang. Mereka tak sekadar menilai laporan keuangan kuartalan, tetapi juga mempertimbangkan prospek pertumbuhan, ketahanan bisnis, dan kemampuan perusahaan dalam menavigasi tekanan pasar.

    Mengutip laporan Anugerahslot CNBC International pada Senin (21/7/2025), berdasarkan data dari platform riset pasar TipRanks, berikut adalah tiga saham pilihan yang mendapat rekomendasi kuat dari para analis terkemuka:

    Menjelang Laporan Keuangan, Uber Jadi Sorotan Analis Wall Street

    Menjelang perilisan laporan keuangan kuartal kedua yang dijadwalkan pada 6 Agustus mendatang, saham Uber menjadi salah satu yang paling mendapat sorotan dari para investor dan analis. Perusahaan ride-hailing dan layanan pengantaran ini diperkirakan akan mencatatkan kinerja yang solid.

    Analis senior dari Evercore, Mark Mahaney, memprediksi Gross Bookings (pemesanan bruto) Uber akan tumbuh sebesar 17% secara tahunan (YoY) menjadi USD 46,8 miliar—angka ini sedikit melampaui estimasi konsensus dan sejalan dengan panduan internal perusahaan. Pendapatan juga diperkirakan naik 18%, sementara EBITDA diproyeksikan mencapai USD 2,09 miliar, sesuai ekspektasi rata-rata analis.

    Proyeksi ini didasarkan pada analisis industri, data dari pihak ketiga, serta hasil roadshow non-deal (NDR) dengan manajemen Uber yang menunjukkan tren permintaan konsumen yang tetap positif.

    Mahaney juga menyoroti peluncuran layanan robotaxi Waymo di Austin sebagai katalis positif bagi Uber. Meskipun harga saham perusahaan sudah mengalami kenaikan signifikan sepanjang tahun ini, ia tetap menjadikan Uber sebagai top pick Evercore.

    “Kunci dari tesis jangka panjang kami adalah keyakinan akan munculnya ‘lebih banyak Austin’ — peluncuran mitra robotaxi yang lebih luas, tidak hanya dengan Waymo, dalam 12–18 bulan ke depan,” ujar Mahaney.

    Ia memberikan peringkat buy untuk saham Uber, dengan target harga USD 115. Sementara itu, sistem AI dari TipRanks menetapkan target harga di angka USD 108 dan memberi rating “Outperform.”

    Untuk diketahui, Mark Mahaney menempati peringkat ke-219 dari lebih dari 9.800 analis yang tercatat di TipRanks, dengan tingkat akurasi 60% dan rata-rata imbal hasil analis sebesar 15,9%.

    Menjelang Laporan Keuangan, Alphabet Masuk Radar Analis Wall Street

    Alphabet Inc., induk perusahaan Google, menjadi salah satu saham yang banyak diperhatikan menjelang rilis laporan kinerja keuangan kuartal kedua. Optimisme terhadap prospek pertumbuhan perusahaan ini terlihat dari rekomendasi dan revisi target harga yang diberikan analis top Wall Street.

    Analis JPMorgan, Doug Anmuth, mempertahankan rekomendasi Buy untuk saham Alphabet, sekaligus menaikkan target harganya dari USD 195 menjadi USD 200. Sementara itu, sistem AI dari TipRanks memberikan target harga USD 199 dan rating “Outperform”.

    Anmuth menjelaskan bahwa revisi tersebut didorong oleh sejumlah faktor positif, seperti hasil channel check yang kuat, data pihak ketiga yang menunjukkan tren positif, serta dampak nilai tukar mata uang yang menguntungkan. Target harga tersebut didasarkan pada perkiraan EPS GAAP tahun 2026 sebesar USD 9,89, dikalikan dengan rasio P/E sebesar 20 kali.

    Ia menilai bahwa Alphabet layak memperoleh valuasi premium dibandingkan perusahaan lain dalam indeks S&P 500 karena:

    • Pertumbuhan pendapatan dan laba per saham (EPS) yang konsisten dua digit
    • Margin laba operasional GAAP yang melampaui 30%

    “Kami yakin fundamental Alphabet sangat solid dan perusahaan akan tetap menjadi penggerak utama serta penerima manfaat terbesar dari berkembangnya ekonomi digital dan kemajuan teknologi AI Generatif,” ujar Anmuth.

    Anmuth juga menyoroti potensi pertumbuhan signifikan dari berbagai lini bisnis Alphabet:

    • Search dan YouTube Ads: Didukung efisiensi ROI berkat penerapan AI
    • Google Cloud dan langganan YouTube: Masih memiliki ruang ekspansi yang luas
    • Other Bets (seperti Waymo dan Verily): Menjadi sumber pertumbuhan jangka panjang dan potensi keuntungan strategis

    Sebagai tambahan, Doug Anmuth merupakan analis berpengalaman yang berada di peringkat ke-56 dari lebih dari 9.800 analis yang tercatat di TipRanks, dengan tingkat akurasi mencapai 65% dan rata-rata return analis sebesar 21,6%.

    Meta Platforms Jadi Incaran Analis, Target Harga Saham Naik Signifikan

    Optimisme terhadap saham sektor teknologi terus berlanjut, dan Meta Platforms menjadi salah satu perusahaan yang mendapat sorotan tajam dari analis Wall Street. Analis JPMorgan, Doug Anmuth, menunjukkan keyakinannya terhadap prospek jangka panjang Meta dengan menaikkan target harga saham perusahaan dari USD 735 menjadi USD 795, sambil tetap mempertahankan rekomendasi Buy.

    Sementara itu, sistem AI dari TipRanks juga memproyeksikan target harga serupa di angka USD 798, dengan rating “Outperform”, mencerminkan ekspektasi kinerja positif yang konsisten dari raksasa media sosial ini.

    Proyeksi harga saham Meta tersebut didasarkan pada estimasi EPS GAAP tahun 2026 sebesar USD 29,53, dengan asumsi valuasi 27 kali laba bersih, yang menempatkan perusahaan ini dalam kelompok saham teknologi premium.

    Meskipun penjelasan lengkap dari Anmuth tidak sepenuhnya tersedia, arah rekomendasinya mencerminkan pandangan positif yang masih dominan di kalangan analis Wall Street. Secara umum, Meta dinilai sebagai:

    • Pemimpin dalam monetisasi platform sosial, terutama melalui Facebook, Instagram, dan WhatsApp
    • Pemain utama dalam eksplorasi teknologi masa depan, seperti AI generatif dan metaverse
    • Perusahaan yang secara konsisten mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba, sambil menjaga efisiensi operasional dan daya saing inovatif

    Rekomendasi ini menambah daftar saham sektor teknologi besar yang tetap menarik bagi investor, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

  • Asia Masih Jadi Primadona Investasi Jangka Panjang di Tengah Volatilitas Global

    Asia Masih Jadi Primadona Investasi Jangka Panjang di Tengah Volatilitas Global

    Serratalhadafc.com – Di tengah ketidakpastian kebijakan, pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, serta dinamika perdagangan global yang terus berubah, kawasan Asia tetap menyimpan potensi besar. Peluang jangka panjang berbasis inovasi, digitalisasi, dan lokalisasi masih menjadi daya tarik utama bagi para investor global.

    Charlie Dutton, Head of Emerging Market Equities sekaligus Co-Head dan Senior Portfolio Manager di Manulife Investment Management, menyampaikan optimismenya terhadap prospek ekonomi Asia. Menurutnya, meskipun pasar global saat ini bergejolak, terdapat faktor pendorong struktural kuat dan peluang dengan tingkat keyakinan tinggi di banyak bagian kawasan Asia.

    Dutton menyoroti beberapa tema besar yang kini mendorong pertumbuhan di Asia, antara lain perkembangan pesat Artificial Intelligence (AI), peningkatan konsumsi domestik, dan kemajuan layanan kesehatan. Selain itu, tren makro seperti disinflasi regional, kebijakan moneter yang lebih longgar, serta pertumbuhan ekonomi yang terdiversifikasi di negara-negara seperti Tiongkok, India, dan kawasan ASEAN turut mendukung potensi jangka panjang Asia.

    “Di Tiongkok daratan, fokus ekonomi telah bergeser ke transformasi struktural,” jelas Dutton.

    Ia menjelaskan bahwa langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah mencakup percepatan pengembangan AI lokal, peningkatan belanja fiskal hingga 4% dari PDB, serta penguatan hubungan perdagangan dengan negara-negara ASEAN.

    “Meskipun berita utama sering didominasi isu ketegangan dagang, cerita yang lebih penting adalah bagaimana Tiongkok mendorong kemandirian teknologi, inovasi di sektor kesehatan, dan pertumbuhan konsumsi dalam negeri,” tambahnya.

    Sementara itu, Taiwan juga menampilkan peluang besar, terutama di sektor teknologi. Negara ini menjadi bagian penting dari rantai pasok server AI, pengembangan lanjutan smartphone generasi terbaru, dan infrastruktur jaringan berkecepatan tinggi 800G.

    Meski risiko terkait ekspor masih menjadi perhatian, Taiwan tetap menjadi magnet bagi investasi global, terutama di sektor desain chip dan co-packaged optics — yaitu integrasi antara komponen optik dan elektronik dalam satu kemasan.

    India dan ASEAN Jadi Magnet Investasi Berkat Fondasi Ekonomi yang Kuat

    India kini semakin menarik perhatian investor global berkat keunggulan demografi dan kebijakan fiskal yang efektif. Menurut Charlie Dutton, Head of Emerging Market Equities di Manulife Investment Management, pemangkasan pajak penghasilan individu telah mendorong konsumsi domestik, menjadikan India sebagai salah satu negara dengan daya tahan ekonomi yang kuat di tengah ketegangan dagang global.

    “Dengan eksposur perdagangan yang relatif kecil – ekspor ke Amerika Serikat hanya menyumbang sekitar 2% dari PDB – India cukup terlindungi dari guncangan tarif,” ujar Dutton.

    Di kawasan Asia Tenggara, negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia juga menunjukkan performa yang mengesankan. Kombinasi dari inflasi yang lebih terkendali, tren penurunan suku bunga, serta restrukturisasi rantai pasokan global turut memperkuat posisi kawasan ini sebagai tujuan investasi strategis.

    “Populasi muda, perbaikan infrastruktur, serta dorongan reformasi struktural menjadikan ASEAN sebagai kawasan dengan daya tarik tinggi bagi investor asing,” jelasnya.

    Charlie menambahkan bahwa peluang terbesar di ASEAN terletak pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi, digitalisasi, dan integrasi ekonomi kawasan. Faktor-faktor ini menciptakan landasan pertumbuhan jangka panjang yang menjanjikan.

    “Kami melihat potensi yang kuat pada perusahaan yang sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat, perluasan akses digital, dan keterhubungan regional yang semakin erat,” tutupnya.

    Dinamika Global: Eropa Lesu, Jepang Melambat, Negara Berkembang Alami Divergensi

    Menurut pengamatan Browne, sektor manufaktur Eropa kini tampak telah mencapai titik nadir, namun sayangnya, pemulihan masih tersendat. Bank Sentral Eropa (ECB) pun disebut sudah mendekati akhir dari siklus pelonggaran moneternya, menandakan langkah-langkah stimulus tambahan mungkin akan terbatas ke depannya.

    Sementara itu, Jepang tengah berada dalam fase investasi baru yang didorong oleh kenaikan upah dan reformasi struktural, meski kini mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan di paruh kedua siklus pertumbuhan tersebut.

    Di sisi lain, pasar negara berkembang mengalami divergensi. Negara-negara dengan fundamental ekonomi domestik yang solid serta eksposur perdagangan ke Amerika Serikat yang rendah tetap menunjukkan ketahanan. Namun, bagi negara yang bergantung pada ekspor, situasinya lebih rentan terhadap fluktuasi tarif global dan volatilitas arus modal.

    Browne juga menyoroti bahwa ketidakpastian seputar plafon utang pemerintah AS, serta dampaknya terhadap imbal hasil obligasi negara, menjadi faktor penting yang memengaruhi sentimen pasar. Di tengah kondisi ini, muncul pula pergeseran minat investor ke arah aset-aset riil (hard assets), yang menciptakan peluang tambahan di sektor tertentu.

    Dengan dinamika yang berbeda di tiap kawasan, investor global dituntut untuk lebih selektif dalam membaca arah kebijakan dan kekuatan struktural masing-masing wilayah agar dapat menangkap peluang secara tepat.

    Pendapatan Tetap Asia: Minat Investor Global dan Asia Terus Menguat

    Head of Asia ex-Japan Fixed Income, Murray Collis, menyatakan bahwa momentum positif pada pasar pendapatan tetap Asia berlanjut sepanjang 2025. Obligasi lokal Asia menunjukkan kinerja lebih baik, didukung oleh pelemahan dolar AS, sementara instrumen utang Asia lainnya juga tetap tangguh.

    Collis menjelaskan bahwa Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga Fed Funds Rate di level 4,5% pada paruh pertama 2025. The Fed mengambil pendekatan berhati-hati dengan berfokus pada data ekonomi sebelum membuat keputusan lanjutan, tanpa bereaksi cepat terhadap negosiasi kebijakan perdagangan yang masih berlangsung. Mereka mengamati dampak kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan dan inflasi.

    Pasar saat ini memperkirakan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada semester kedua 2025, yang diyakini akan menjadi faktor pendorong positif bagi pasar pendapatan tetap secara keseluruhan.

    Minat Investor

    Di pasar domestik Asia, kami melihat peluang penurunan suku bunga secara selektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang terdampak oleh kebijakan tarif, terutama di negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina. Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan memperkuat kinerja obligasi domestik di kawasan tersebut.

    Sementara itu, instrumen utang Asia yang diterbitkan dalam mata uang dolar AS tetap menjadi daya tarik bagi investor global, berkat imbal hasil yang menarik dan durasi yang lebih pendek dibandingkan dengan instrumen serupa di negara lain.

    Murray Collis menambahkan bahwa pasar pendapatan tetap Asia diperkirakan akan terus mengalami momentum positif pada paruh pertama 2025, dengan potensi kinerja tahunan yang menguntungkan bagi para investor.

    “Dengan ketidakpastian terkait posisi fiskal Amerika Serikat dan dolar AS yang mengalami tekanan sepanjang tahun ini, kami melihat meningkatnya minat dari investor global maupun Asia untuk kembali menanamkan modal di kawasan ini sebagai upaya mencari peluang investasi dan diversifikasi portofolio,” ujarnya.

  • Bursa Saham Israel Catat Rekor Tertinggi dan Keuntungan Terbesar di Timur Tengah Selama Perang

    Bursa Saham Israel Catat Rekor Tertinggi dan Keuntungan Terbesar di Timur Tengah Selama Perang

    Serratalhadafc.com – Bursa saham Israel mencatat rekor tertinggi dan meraih keuntungan terbesar dibandingkan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah, meskipun tengah menghadapi perang yang berlangsung selama 22 bulan sejak 7 Oktober 2023.

    Mengutip Anugerahslot CNBC, Jumat (18/7/2025), Israel menjalankan operasi perang multi-front sambil mempertahankan mobilisasi ratusan ribu pasukan yang biasanya menjadi bagian dari angkatan kerja nasional. Meski diwarnai tuduhan kejahatan perang di pengadilan internasional dan menghadapi gelombang protes serta gejolak politik dalam negeri, kondisi ekonomi Israel tetap kokoh.

    Kepercayaan investor mulai pulih, didukung oleh investasi asing yang signifikan, terutama setelah konflik singkat selama 12 hari dengan Iran. Bursa Efek Tel Aviv sempat mengalami penurunan tajam hingga 23% dalam sebulan pasca serangan Hamas dan deklarasi perang pada Oktober 2023. Namun, pasar modal Israel berhasil bangkit dan bahkan melampaui level sebelum perang pada kuartal pertama 2024. Hingga 17 Juli 2025, indeks Bursa Efek Tel Aviv naik lebih dari 200% dari titik terendah pada Oktober 2023.

    Meski Produk Domestik Bruto (PDB) Israel mengalami penyusutan hampir 20% pada kuartal terakhir 2023 akibat penurunan tajam dalam konsumsi dan investasi swasta akibat perang, pertumbuhan moderat sebesar 2% sepanjang tahun tersebut serta tambahan pertumbuhan 1% pada 2024 terutama berasal dari belanja pemerintah.

    Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan aktivitas ekonomi Israel akan tumbuh sebesar 4,9% pada 2026.

    Sebuah laporan yang diterbitkan pada Juli 2025 di situs resmi Bursa Efek Tel Aviv menyebutkan bahwa pada tahun 2024 sekitar 161.000 rekening perdagangan baru dibuka di pasar modal Israel. Angka ini menunjukkan lonjakan tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun 2023. Pada paruh pertama 2025, tambahan 87.000 rekening perdagangan baru dibuka, dengan sekitar 33.000 di antaranya berasal dari perusahaan investasi.

    Keberhasilan ini menegaskan ketahanan ekonomi Israel di tengah tekanan perang dan tantangan politik, sekaligus menjadi magnet bagi investor domestik maupun asing untuk terus menanamkan modal di pasar saham negara tersebut.

    Peningkatan Kepercayaan Investor Dorong Pertumbuhan Pasar Modal Israel

    Head of Data Bursa Efek Tel Aviv (TASE), Hadar Romano, menjelaskan bahwa tahun 2023 diwarnai oleh ketidakpastian yang cukup besar di pasar modal Israel. Namun pada 2024, tren tersebut mulai berbalik. Masyarakat semakin aktif terlibat di pasar modal dengan membuka rekening perdagangan baru. Kondisi harga indeks TASE yang relatif rendah menjadi kesempatan bagi banyak investor untuk masuk ke pasar modal lokal, yang turut mendorong tingginya volume perdagangan.

    Sementara itu, CEO Israel’s Startup Nation Central, Avi Hasson, menyoroti sejumlah faktor yang meningkatkan kepercayaan investor terhadap Israel. Dalam wawancaranya dengan CNBC, Hasson mengatakan:

    “Sebagai hasil dari apa yang telah terjadi selama 22 bulan terakhir, investor global kini mulai melirik kawasan Timur Tengah, khususnya Israel. Risiko yang dihadapi oleh keamanan dan ekonomi Israel sebenarnya telah menurun.”

    Tahun lalu, Israel berhasil melemahkan kemampuan musuh-musuh utamanya, terutama Hizbullah Lebanon, serta menghadapi konflik dengan Iran pada Juni. Bantuan Amerika Serikat secara luas dianggap memberikan pukulan berat terhadap kemampuan Teheran dalam mengancam Israel.

    Hasson juga menambahkan bahwa investor kini mulai melihat lebih dekat fundamental ekonomi Israel, terutama sektor teknologi yang sangat dinamis. Dengan tingkat kelahiran bayi yang meningkat dan banyaknya perusahaan baru yang didirikan, Israel menjadi sorotan global. Investor dan perusahaan internasional mulai membayangkan potensi pertumbuhan kawasan ini, tidak hanya dalam kondisi saat ini, tetapi juga dalam beberapa bulan dan tahun mendatang.

    Dengan faktor-faktor tersebut, pasar modal Israel semakin menarik minat para investor, yang diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi di negara tersebut ke depannya.

    Sektor Teknologi dan Investasi Asing Jadi Penopang Kekuatan Ekonomi Israel

    Sektor teknologi telah menjadi salah satu pilar utama keberhasilan ekonomi Israel. Produk dan layanan berteknologi tinggi menyumbang sekitar 20% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu serta 56% dari total ekspor global Israel. “Keberhasilan ini sebagian besar berkat investasi besar pemerintah dalam penelitian dan pengembangan,” ujar para ahli ekonomi.

    Sejak awal perang, sektor pertahanan Israel juga semakin menarik perhatian investor asing, bahkan dari negara-negara Arab. Salah satu contohnya adalah kehadiran perusahaan pertahanan Israel yang kuat dalam pameran pertahanan IDEX di Abu Dhabi pada Februari tahun ini, menandakan peningkatan kerja sama dan minat di bidang ini.

    Investasi asing berperan besar dalam mendongkrak pasar saham dan sektor properti Israel. Pada Mei 2025 saja, investor asing membeli saham di Bursa Efek Tel Aviv (TASE) senilai sekitar 2,5 miliar shekel, setara dengan USD 743 juta atau sekitar Rp 12,1 triliun (dengan asumsi kurs dolar AS ke rupiah sekitar 16.297). Sejak awal tahun 2025, total akuisisi asing mencapai sekitar 9,1 miliar shekel, atau USD 2,7 miliar, setara dengan Rp 44 triliun, menurut laporan media Israel, Ynet.

    Data dari Bank Sentral Israel menunjukkan bahwa kewajiban yang belum dibayar kepada investor asing meningkat sekitar USD 27,5 miliar (sekitar 5,2%) pada kuartal keempat, mencapai sekitar USD 554 miliar pada akhir kuartal tersebut. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kombinasi peningkatan harga surat berharga Israel yang dimiliki oleh investor non-residen serta aliran investasi neto yang berkelanjutan dari investor asing ke Israel.

    Di sisi mata uang, shekel Israel menguat hampir 7% terhadap dolar AS setelah konflik Israel-Iran pada Juni 2025. Sementara itu, S&P Global Market Intelligence memperkirakan inflasi harga di Israel akan tetap berada dalam kisaran target bank sentral pada kuartal ketiga 2025. Kondisi ini membuka peluang bagi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, yang diharapkan dapat semakin mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

    Kombinasi sektor teknologi yang kuat dan dukungan investasi asing yang masif menjadikan Israel sebagai kekuatan ekonomi yang tangguh meski di tengah ketegangan geopolitik.

  • SIG Optimalkan Digitalisasi dan AI untuk Perkuat Rantai Pasok Nasional

    SIG Optimalkan Digitalisasi dan AI untuk Perkuat Rantai Pasok Nasional

    Serratalhadafc.com – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) terus melanjutkan transformasi industri dengan berbasis teknologi guna mendukung kelancaran dan keandalan operasionalnya. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah pemanfaatan digitalisasi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam pengelolaan rantai pasok atau supply chain management.

    Inisiatif ini bertujuan untuk menjamin kelancaran distribusi serta memastikan ketersediaan produk bahan bangunan di seluruh wilayah Indonesia secara lebih efektif, terukur, dan dalam skala besar. Langkah ini sekaligus menjadi bentuk komitmen SIG sebagai pelaku industri strategis dalam mendukung pemenuhan kebutuhan bahan bangunan nasional.

    Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni menjelaskan kepada Anugerahslot finance bahwa penerapan teknologi digital dan AI selaras dengan peran SIG dalam mendukung pembangunan infrastruktur nasional. Baik proyek pemerintah, swasta, maupun kebutuhan masyarakat luas, seluruhnya memerlukan jaminan ketersediaan bahan bangunan yang memadai.

    “Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada dukungan infrastruktur yang kuat. Di sinilah peran SIG menjadi sangat penting dalam menjamin keamanan pasokan bahan bangunan. Melalui optimalisasi digitalisasi dan AI, kami memperkuat sistem distribusi agar lebih efisien, mencapai operational excellence, dan menjamin stabilitas ketersediaan produk di pasar,” ujar Vita Mahreyni.

    Digitalisasi yang diterapkan SIG mencakup pengelolaan fasilitas distribusi dan proses pengiriman barang. Teknologi ini telah membantu menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam berbagai aspek, mulai dari pemantauan persediaan secara real-time hingga penyajian laporan biaya rantai pasok yang lebih akurat dan aktual. Hasilnya, pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan berbasis data yang presisi.

    Melalui langkah ini, SIG membuktikan komitmennya sebagai perusahaan BUMN yang tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pada inovasi berkelanjutan dalam pengelolaan distribusi. Penggunaan teknologi mutakhir seperti AI diharapkan mampu menghadirkan solusi end-to-end yang adaptif terhadap dinamika pasar dan tantangan logistik nasional.

    Digitalisasi

    Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengungkapkan bahwa pemanfaatan digitalisasi dan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah terbukti meningkatkan efektivitas pengelolaan rantai pasok perusahaan. Selain mampu menekan risiko kekosongan stok (stock out) di fasilitas distribusi, langkah ini juga memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan tingkat pemenuhan pesanan, yakni naik sebesar 1,16% atau setara dengan 118.000 ton semen selama periode November 2024 hingga Februari 2025.

    Lebih dari itu, proses konsolidasi data yang sebelumnya memakan waktu berhari-hari kini dapat diselesaikan hanya dalam waktu dua jam. Percepatan ini sangat membantu manajemen dalam mengambil keputusan strategis secara cepat dan berbasis data akurat.

    Penerapan AI tidak hanya berhenti pada automasi pengumpulan data, tetapi juga memperkaya proses pengambilan keputusan melalui analisis prediktif. Teknologi ini dapat memberikan rekomendasi pengiriman berdasarkan kondisi stok barang di gudang pelanggan serta memproyeksikan kebutuhan berdasarkan pola riwayat transaksi pelanggan.

    “Sebagai perusahaan bahan bangunan terdepan di Indonesia, SIG memiliki jaringan operasional yang luas dan tersebar dari Sabang hingga Merauke. Dengan terus mengadopsi kemajuan teknologi, kami siap mendukung pembangunan nasional hingga ke pelosok, dengan pasokan bahan bangunan yang stabil serta terjaga dari sisi mutu dan kualitas,” kata Vita Mahreyni.

    Langkah ini menjadi bagian dari transformasi berkelanjutan SIG untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam seluruh lini operasional, menjadikannya lebih adaptif terhadap tantangan industri dan kebutuhan pasar yang terus berkembang.

    Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak hampir 1% ke level 7.210,04 pada Rabu, 16 Juli 2025 didorong oleh kombinasi sentimen domestik dan eksternal yang positif. Katalis utama datang dari langkah Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%. Ini merupakan pemangkasan ketiga sepanjang 2025, dilakukan setelah proyeksi inflasi tetap terkendali di kisaran 2,5±1% dan nilai tukar rupiah stabil di sekitar Rp16.200 per dolar AS. Pemangkasan suku bunga ini dinilai pasar sebagai kebijakan akomodatif yang mampu mendorong pemulihan ekonomi domestik, terutama melalui peningkatan aktivitas konsumsi dan investasi. Pada saat yang hampir bersamaan, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump juga mengumumkan penurunan tarif impor barang dari Indonesia, dari 32% menjadi 19%. Langkah ini menjadi bagian dari kesepakatan dagang bilateral yang baru dan memicu optimisme terhadap sektor ekspor nasional. “Penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia adalah sinyal kuat bahwa otoritas moneter siap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Ditambah lagi dengan insentif perdagangan dari AS, ini jadi kombinasi positif bagi pasar modal kita,” ujar Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, Kamis (17/7/2025).

    IHSG Melonjak Usai BI Turunkan Suku Bunga dan AS Longgarkan Tarif Impor

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat hampir 1% ke level 7.210,04 pada perdagangan Rabu, 16 Juli 2025. Lonjakan ini dipicu oleh kombinasi sentimen positif dari dalam dan luar negeri yang memperkuat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi nasional.

    Salah satu katalis utama datang dari kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%. Ini merupakan pemangkasan ketiga sepanjang tahun 2025, seiring dengan terkendalinya inflasi dalam kisaran target 2,5±1% serta nilai tukar rupiah yang stabil di level Rp16.200 per dolar AS.

    Langkah BI tersebut dipandang sebagai kebijakan akomodatif yang diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional, terutama melalui peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga dan investasi sektor riil.

    “Penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia adalah sinyal kuat bahwa otoritas moneter siap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi,” ujar Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, Kamis (17/7/2025).

    Dari sisi eksternal, sentimen positif juga datang dari kebijakan baru pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump yang menurunkan tarif impor barang dari Indonesia, dari sebelumnya 32% menjadi 19%. Kebijakan ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang bilateral yang diperbarui antara kedua negara, yang disambut baik oleh pelaku pasar.

    Langkah tersebut meningkatkan optimisme terhadap kinerja ekspor nasional, terutama sektor manufaktur dan tekstil, yang sebelumnya terdampak beban tarif tinggi.

    “Insentif perdagangan dari AS menjadi angin segar bagi sektor ekspor kita. Kombinasi antara pelonggaran moneter dan dukungan eksternal seperti ini akan memperkuat daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor lokal maupun asing,” tambah Hendra.

    Dengan latar belakang tersebut, para pelaku pasar berharap tren positif ini bisa terus berlanjut, seiring dengan meningkatnya minat beli di bursa dan kian kuatnya fundamental ekonomi domestik.

    Prospek penguatan lanjutan IHSG dinilai masih cukup besar, dengan target penguatan berikutnya di kisaran 7.350 hingga 7.500. Saham-saham big caps sektor perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBCA menjadi pendorong utama reli indeks, seiring ekspektasi peningkatan margin bunga bersih (NIM) dan pertumbuhan kredit pasca penurunan suku bunga. Optimisme juga terlihat di saham-saham IPO baru seperti PT Chandra Daya Investama Tbk (CDIA) dan PT Coin Digital Indonesia Tbk (COIN) yang kembali mencatatkan auto rejection atas (ARA). Meskipun demikian, pelaku pasar tetap perlu mewaspadai beberapa potensi hambatan, seperti dinamika kebijakan luar negeri dari AS dan potensi aksi ambil untung pasca reli. Kinerja saham perbankan masih menjadi tolok ukur utama, karena sektor ini dinilai paling cepat merespons perubahan kebijakan moneter. Salah satu yang disorot adalah BBRI yang dinilai mampu menembus level psikologis 4.000 karena eksposur besar pada pembiayaan UMKM. “Rebound di saham-saham perbankan besar menunjukkan bahwa pasar merespons positif terhadap kebijakan BI. Kinerja sektor ini kemungkinan akan menjadi tulang punggung penguatan IHSG dalam waktu dekat,” kata Hendra.

    IHSG Berpeluang Lanjut Menguat, Saham Perbankan dan IPO Jadi Motor Utama

    Setelah berhasil menembus level 7.210, prospek penguatan lanjutan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai masih terbuka lebar. Para analis memproyeksikan level resistance berikutnya berada di kisaran 7.350 hingga 7.500, didukung oleh kombinasi sentimen positif dan rotasi sektor yang sehat.

    Saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) di sektor perbankan menjadi motor utama reli indeks. Emiten-emiten seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat penguatan signifikan, seiring ekspektasi pasar terhadap peningkatan Net Interest Margin (NIM) dan pertumbuhan kredit yang lebih agresif pasca pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.

    “Rebound di saham-saham perbankan besar menunjukkan bahwa pasar merespons positif terhadap kebijakan BI. Kinerja sektor ini kemungkinan akan menjadi tulang punggung penguatan IHSG dalam waktu dekat,” ujar Hendra Wardana, Analis Pasar Modal dan Founder Stocknow.id, Kamis (17/7/2025).

    Selain sektor perbankan, euforia juga terlihat di saham-saham pendatang baru di bursa. Dua emiten yang baru melantai, PT Chandra Daya Investama Tbk (CDIA) dan PT Coin Digital Indonesia Tbk (COIN), kembali mencetak auto rejection atas (ARA), mencerminkan minat tinggi investor ritel terhadap peluang pertumbuhan emiten teknologi dan investasi.

    Namun demikian, pelaku pasar tetap diminta untuk mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi menekan sentimen. Di antaranya adalah ketidakpastian kebijakan luar negeri Amerika Serikat, serta kemungkinan aksi ambil untung setelah reli tajam dalam beberapa hari terakhir.

    Sektor perbankan masih menjadi indikator utama bagi arah pergerakan indeks, mengingat sensitivitasnya terhadap perubahan kebijakan moneter. Salah satu saham yang menjadi sorotan adalah BBRI, yang dinilai berpeluang menembus level psikologis 4.000, didorong oleh eksposur besarnya pada pembiayaan sektor UMKM.

    Dengan sentimen yang masih condong positif dan katalis fundamental yang mendukung, IHSG dinilai memiliki ruang untuk terus menguat dalam jangka pendek hingga menengah. Kunci selanjutnya terletak pada keberlanjutan arus masuk modal, kestabilan makroekonomi, serta realisasi pertumbuhan laba emiten kuartal kedua.