Tag: lifestyle

  • Bank Sentral Rusia Izinkan Produk Investasi Kripto untuk Investor Terakreditasi

    Bank Sentral Rusia Izinkan Produk Investasi Kripto untuk Investor Terakreditasi

    Serratalhadafc.com – Bank Sentral Rusia (Bank Rusia) secara resmi mengumumkan bahwa lembaga keuangan kini dapat menawarkan instrumen keuangan berbasis kripto tertentu kepada investor terakreditasi. Kebijakan baru ini diumumkan pada Rabu, 28 Mei 2025, dan menandai langkah penting dalam regulasi aset digital di Rusia.

    Mengutip Anugerahslot, Jumat (30/5/2025), bank-bank di Rusia kini diizinkan menyediakan berbagai produk investasi yang terhubung dengan kripto, termasuk derivatif kripto, sekuritas digital, dan aset keuangan digital (DFA) lainnya yang mengacu pada harga mata uang kripto.

    Namun, Bank Rusia menegaskan bahwa semua produk tersebut tidak boleh melibatkan pengiriman atau kepemilikan langsung aset kripto seperti Bitcoin atau Ethereum. Artinya, investor hanya dapat berinvestasi secara tidak langsung melalui instrumen finansial yang dipatok pada nilai kripto, tanpa benar-benar menyimpan koin digital itu sendiri.

    Langkah ini beriringan dengan laporan terbaru Bank Rusia yang mencatat peningkatan 51% dalam arus masuk investasi aset kripto oleh penduduk Rusia selama kuartal pertama 2025, mencapai total sekitar 7,3 triliun rubel atau setara Rp1,4 kuadriliun.

    Bank Besar Langsung Meluncur dengan Produk Kripto

    Beberapa bank besar di Rusia langsung merespons kebijakan ini dengan menawarkan produk kripto kepada nasabahnya. Salah satunya adalah T-Bank (sebelumnya dikenal sebagai Tinkoff Bank), salah satu bank swasta terbesar di negara tersebut.

    Pada 29 Mei 2025, T-Bank resmi meluncurkan produk aset keuangan digital (DFA) yang dikaitkan dengan harga Bitcoin. Produk ini memungkinkan investor berinvestasi dalam kripto menggunakan mata uang rubel, tanpa harus membuka akun di bursa kripto atau mengelola dompet digital secara mandiri.

    “Alat ini memungkinkan Anda berinvestasi dalam mata uang kripto dalam bentuk rubel melalui aplikasi yang sudah dikenal, juga dengan aman dan dalam kerangka hukum Federasi Rusia,” jelas pernyataan resmi dari T-Bank.

    Produk ini diterbitkan melalui Atomyze, platform tokenisasi yang mendapat dukungan dari pemerintah Rusia, dan hanya tersedia untuk investor yang telah terakreditasi secara resmi.

    Pendekatan Ketat Masih Berlaku untuk Investasi Langsung Kripto

    Meski Bank Sentral Rusia telah memberi lampu hijau bagi lembaga keuangan lokal untuk menawarkan produk investasi berbasis kripto, pendekatan hati-hati tetap menjadi pedoman utama dalam regulasi aset digital di negara tersebut.

    Dalam pernyataan resminya, Bank Rusia menegaskan bahwa mereka tetap tidak merekomendasikan lembaga keuangan maupun nasabahnya untuk berinvestasi secara langsung dalam mata uang kripto seperti Bitcoin atau Ethereum.

    “Bank Rusia masih tidak merekomendasikan lembaga keuangan dan klien mereka untuk berinvestasi langsung dalam mata uang kripto,” tegas otoritas keuangan tersebut.

    Meskipun demikian, pemerintah Rusia tengah membahas kemungkinan penerapan rezim eksperimental, yang akan memberi ruang bagi investor tertentu untuk memperdagangkan aset kripto secara langsung. Diskusi ini mencerminkan dinamika baru dalam lanskap regulasi kripto Rusia, dengan potensi pembukaan akses lebih luas namun tetap dalam kerangka pengawasan yang ketat.

    Langkah ini menunjukkan upaya pemerintah Rusia untuk menyeimbangkan antara inovasi teknologi finansial dan stabilitas sistem keuangan, sembari menjaga kontrol atas aliran modal digital lintas batas.

    Bitcoin Hampir Habis Ditambang, Sisa Kurang dari 7%

    Hingga Mei 2025, tercatat sekitar 19,6 juta Bitcoin (BTC) telah berhasil ditambang dari total suplai maksimal sebesar 21 juta. Jumlah ini setara dengan 93,3% dari seluruh pasokan Bitcoin yang tersedia di dunia.

    Artinya, hanya tersisa sekitar 1,4 juta BTC yang belum ditambang — dan proses penambangannya akan berlangsung sangat lambat dibandingkan sebelumnya.

    Menurut laporan Coin Telegraph, hal ini disebabkan oleh mekanisme halving, yaitu sistem bawaan Bitcoin yang secara otomatis memotong setengah hadiah penambangan setiap 210.000 blok, atau sekitar setiap empat tahun.

    Saat pertama kali diluncurkan pada 2009, hadiah penambangan per blok adalah 50 BTC. Namun setelah beberapa kali halving, hadiah ini terus menyusut secara eksponensial:

    • 2009: 50 BTC
    • 2012: 25 BTC
    • 2016: 12,5 BTC
    • 2020: 6,25 BTC
    • 2024: 3,125 BTC (pasca halving terbaru)

    Akibat dari struktur ini, lebih dari 87% dari seluruh Bitcoin telah ditambang hanya dalam waktu 11 tahun (hingga 2020). Namun, untuk menambang sisanya yang hanya 6,7%, akan memerlukan waktu lebih dari 100 tahun.

    Masih mengutip Coin Telegraph, diperkirakan 99% dari seluruh Bitcoin akan selesai ditambang pada tahun 2035. Setelahnya, sisa 1% terakhir akan ditambang secara perlahan hingga sekitar tahun 2140, sesuai dengan desain algoritma Bitcoin.

  • Nvidia Catat Lonjakan Penjualan, Namun Waspadai Dampak Regulasi Ekspor AS

    Nvidia Catat Lonjakan Penjualan, Namun Waspadai Dampak Regulasi Ekspor AS

    Serratalhadafc.com – Nvidia melaporkan lonjakan penjualan kuartalan yang melampaui ekspektasi pasar, didorong oleh tingginya permintaan terhadap chip kecerdasan buatan (AI) menjelang diberlakukannya aturan baru pembatasan ekspor dari Amerika Serikat ke China.

    Mengutip laporan Yahoo Finance, Jumat (30/5/2025), Nvidia memperkirakan pendapatan kuartal berikutnya akan turun hingga USD 8 miliar akibat regulasi ekspor tersebut. Proyeksi ini berada di bawah ekspektasi analis Wall Street.

    Meskipun demikian, kabar tersebut tidak menimbulkan kekhawatiran berlebih di kalangan investor. Saham Nvidia justru melonjak sekitar 5% dalam perdagangan setelah jam pasar, karena pelaku pasar menilai dampak dari kebijakan pembatasan tidak seburuk yang dikhawatirkan sebelumnya.

    Deposit Qris Terpercaya Disini

    Menurut data dari Google Finance, pada Jumat, 30 Mei 2025, saham Nvidia tercatat naik sekitar 3,25% dalam sehari, diperdagangkan pada level USD 139,19 atau setara dengan Rp2,26 juta (dengan asumsi kurs Rp16.294 per dolar AS).

    Optimisme investor turut diperkuat oleh tingginya permintaan terhadap chip generasi terbaru Nvidia, Blackwell, yang sudah diminati oleh sejumlah raksasa teknologi seperti Microsoft.

    Kinerja Sepanjang Tahun

    Sepanjang tahun 2025, pergerakan saham Nvidia cenderung stagnan jika dibandingkan dengan performa luar biasa pada tahun 2024, di mana saham perusahaan hampir naik tiga kali lipat. Kini, Nvidia menghadapi tantangan baru dalam bentuk kebijakan perdagangan yang semakin ketat serta pasar pusat data AI yang mulai menunjukkan tanda-tanda pendewasaan.

    Pembatasan AS Persempit Ruang Nvidia di China, CEO Jensen Huang Suarakan Kekhawatiran

    Langkah pemerintah Amerika Serikat untuk membatasi akses China terhadap teknologi chip canggih buatan AS telah mempersulit manuver Nvidia di salah satu pasar semikonduktor terbesar di dunia. Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran akan masa depan hubungan bisnis perusahaan teknologi Amerika dengan China.

    CEO Nvidia, Jensen Huang, menyampaikan kekhawatirannya dalam panggilan konferensi bersama para analis. Ia menyoroti potensi dampak jangka panjang dari regulasi tersebut, termasuk kemungkinan terputusnya Nvidia dari komunitas pengembang AI di China. Huang juga mengakui bahwa industri semikonduktor di China telah berkembang pesat dan kini berpotensi menjadi pesaing serius dominasi AS dalam teknologi AI.

    Meski menghadapi tantangan, Huang menyambut positif keputusan Presiden AS Donald Trump yang mencabut rancangan peraturan pembatasan penyebaran teknologi AI secara global. Aturan itu sebelumnya sempat diajukan untuk membatasi ekspor teknologi AI dari AS ke negara lain.

    “Presiden Trump ingin Amerika menang. Dan ia juga menyadari bahwa kita bukan satu-satunya negara yang berlomba dalam pengembangan teknologi ini,” ujar Huang.

    Huang juga mengungkapkan bahwa chip Hopper milik Nvidia kini tidak lagi dapat dimodifikasi untuk memenuhi regulasi di pasar China. Namun, ia enggan berkomentar terkait nasib chip generasi terbaru Blackwell dalam konteks pembatasan tersebut.

    Di sisi lain, laporan dari Reuters menyebutkan bahwa Nvidia tengah mempersiapkan versi khusus dari chip Blackwell yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pasar Tiongkok, sebagai respons terhadap regulasi ekspor terbaru dari pemerintah AS.

    Nvidia Bidik Pertumbuhan Global Meski Terpukul Regulasi Ekspor ke China

    Meski harus kehilangan sebagian potensi pendapatan dari pasar China akibat pembatasan ekspor chip canggih oleh pemerintah AS, Nvidia tetap melihat peluang pertumbuhan di kawasan lain. Perusahaan teknologi ini baru saja menandatangani sejumlah kerja sama strategis di Timur Tengah, termasuk pembangunan pusat data raksasa di Uni Emirat Arab yang akan mencakup area seluas 10 mil persegi dan diproyeksikan mampu mendukung infrastruktur AI hingga 5 gigawatt. Kesepakatan serupa juga telah dicapai dengan Arab Saudi dan Taiwan.

    “Kami melihat prospek proyek-proyek skala besar yang akan membutuhkan infrastruktur AI Nvidia hingga puluhan gigawatt dalam waktu dekat,” ujar Colette Kress, Chief Financial Officer (CFO) Nvidia.

    Namun demikian, dampak negatif dari pembatasan ekspor chip ke China tetap terasa, terutama dalam jangka pendek. Kress mengonfirmasi bahwa pendapatan dari segmen pusat data di China telah mengalami penurunan signifikan.

    Sejauh ini, pemerintah AS hanya mengizinkan chip AI model H20 untuk diekspor ke China. Kebijakan ini mendorong Nvidia memperkirakan potensi kerugian sebesar USD 5,5 miliar pada April lalu. Bahkan CEO Jensen Huang sebelumnya menyebut angka kerugian bisa mencapai USD 15 miliar jika pembatasan terus berlanjut.

    Meski begitu, laporan keuangan Nvidia pada Rabu menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan. Perusahaan melaporkan bahwa kerugian kuartal pertama sekitar USD 1 miliar lebih rendah dari estimasi sebelumnya, berkat keberhasilan mereka dalam memanfaatkan kembali sebagian bahan produksi.

    Dalam periode tersebut, Nvidia mencatat kehilangan penjualan chip H20 senilai USD 2,5 miliar, namun tetap mampu membukukan pendapatan sebesar USD 4,6 miliar dari chip tersebut. Pasar China masih memberikan kontribusi sebesar 12,5% terhadap total pendapatan perusahaan.

  • Cecabank dan Bit2Me Siap Tawarkan Layanan Kripto untuk Bank di Spanyol

    Cecabank dan Bit2Me Siap Tawarkan Layanan Kripto untuk Bank di Spanyol

    Serratalhadafc.com – Bank Spanyol Cecabank dan bursa kripto Bit2Me mengumumkan kerja sama strategis untuk menyediakan layanan aset kripto kepada lembaga keuangan tradisional. Kolaborasi ini bertujuan menghadirkan platform yang siap sesuai regulasi MiCA (Markets in Crypto Assets) Uni Eropa.

    Menanti Persetujuan Regulator

    Meski secara teknis platform sudah siap digunakan, implementasinya masih menunggu persetujuan dari regulator sekuritas Spanyol sebelum resmi diluncurkan.

    Fitur Layanan Platform

    Dalam pernyataan resminya, Bit2Me menjelaskan bahwa layanan mencakup:

    • Penyimpanan kripto (custody)
    • RTO (Receiving and Transmission of Orders) — penerimaan dan pengiriman pesanan
    • Pengelolaan lebih dari 100 aset kripto, termasuk data pasar, perdagangan, dan layanan dompet digital

    Sementara itu, Cecabank akan menyediakan:

    • Dukungan infrastruktur perbankan
    • Kepatuhan terhadap kerangka regulasi keuangan Spanyol dan Uni Eropa

    Kontribusi terhadap Adopsi Kripto di Industri Tradisional

    Inisiatif ini menunjukkan sinyal positif bahwa institusi keuangan tradisional mulai membuka diri terhadap teknologi blockchain dan aset digital. Kolaborasi ini juga diharapkan mempercepat adopsi kripto secara legal dan aman di kalangan perbankan.

    Cecabank dan Bit2Me Perkuat Akses Institusi Keuangan ke Pasar Kripto Eropa

    Direktur Cecabank, Aurora Cuadros, menyatakan bahwa kerja sama dengan bursa kripto Bit2Me merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi Cecabank sebagai penyedia referensi layanan pascaperdagangan untuk aset digital, sejalan dengan perannya di sektor penyimpanan mata uang fiat (FIAT).

    “Dengan aliansi ini, Cecabank memperkuat peta jalannya sebagai penyedia referensi layanan pascaperdagangan di aset digital, yang mencerminkan peran kami dalam penyimpanan FIAT,” ujar Cuadros.

    Platform Kripto Siap MiCA untuk Bank

    Platform hasil kolaborasi ini akan menyediakan:

    • Layanan yang patuh terhadap peraturan MiCA Uni Eropa
    • Alat yang fleksibel dan dapat disesuaikan untuk setiap lembaga keuangan
    • Akses yang cepat dan aman bagi bank-bank Eropa untuk masuk ke pasar kripto

    Platform ini memungkinkan lembaga keuangan untuk menjelajahi dunia kripto dengan dukungan regulasi, penyimpanan aman, serta manajemen data dan perdagangan yang dikelola sepenuhnya.

    BBVA Juga Masuki Pasar Kripto

    Cecabank bukan satu-satunya pemain di sektor perbankan Spanyol yang mengeksplorasi aset digital. BBVA, bank terbesar kedua di negara tersebut berdasarkan aset, berencana meluncurkan layanan perdagangan kripto yang memungkinkan nasabah membeli dan mengelola Bitcoin dan Ethereum secara langsung melalui platform perbankan mereka.

    Menariknya, layanan kustodian BBVA akan dikelola secara internal, tanpa keterlibatan penyedia pihak ketiga. Ini membuka peluang integrasi yang lebih erat antara aset digital dan layanan perbankan konvensional.

    📌 Catatan Penting:
    Disclaimer – Artikel ini bersifat informatif dan bukan ajakan untuk berinvestasi. Segala keputusan investasi berada sepenuhnya di tangan pembaca. Lakukan riset dan analisis menyeluruh sebelum membeli atau menjual aset kripto. Serratalhadafc.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan maupun kerugian yang timbul dari keputusan investasi Anda.

    Harga Bitcoin Sentuh USD 109.185, Dominasi Pasar Capai 63,1%

    Harga Bitcoin (BTC) terus melanjutkan tren penguatan. Pada Senin pagi, BTC diperdagangkan di kisaran USD 109.185 per koin atau sekitar Rp 1,77 miliar (dengan asumsi kurs Rp 16.261 per USD). Dalam 24 jam terakhir, aset kripto terbesar ini mencatat kenaikan 1,01%, menambah reli positif yang sudah terjadi selama beberapa minggu terakhir.

    Volume dan Kapitalisasi Pasar

    Mengacu pada data Coinmarketcap per 26 Mei 2025:

    • Volume perdagangan harian: USD 48,52 miliar (~Rp 800 triliun)
    • Kapitalisasi pasar: USD 2,17 triliun
    • Suplai beredar: 19.869.871 BTC dari maksimum 21 juta BTC

    Bitcoin tetap menempati peringkat pertama dalam kapitalisasi pasar kripto, menegaskan posisinya sebagai aset digital paling dominan.

    Dominasi Pasar dan Sentimen Investor

    • Dominasi pasar: 63,1%
      Ini mencerminkan peningkatan preferensi investor terhadap BTC dibanding altcoin, terutama dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan volatilitas pasar global.
    • Indeks Crypto Fear & Greed: 74 (Greed)
      Angka ini menunjukkan pasar sedang berada dalam fase optimisme tinggi, naik dari level 66 sehari sebelumnya. Ini menandakan bahwa sentimen investor terhadap kripto, khususnya Bitcoin, masih sangat positif.

    📊 Kesimpulan:
    Kenaikan harga dan dominasi pasar Bitcoin mengindikasikan bahwa BTC tetap menjadi pilihan utama investor dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Dengan jumlah suplai yang makin mendekati batas maksimum dan sentimen pasar yang kuat, arah pergerakan harga BTC dalam jangka pendek patut dicermati dengan seksama.

  • Saham Properti Masih Lesu Meski Suku Bunga Turun, Apa Penyebabnya?

    Saham Properti Masih Lesu Meski Suku Bunga Turun, Apa Penyebabnya?

    Serratalhadafc.com – Sektor properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih mengalami tekanan sepanjang satu tahun terakhir. Padahal, Bank Indonesia (BI) telah memberikan stimulus lewat pemangkasan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% pada Mei 2025.

    Secara teori, penurunan suku bunga seharusnya menjadi angin segar bagi sektor properti. Pasalnya, sektor ini sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga karena terkait langsung dengan pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan investasi jangka panjang. Namun kenyataannya, pelonggaran moneter tersebut belum cukup untuk mendorong harga saham properti ke zona hijau.

    Banyak Faktor Penghambat

    Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, mengungkapkan bahwa lemahnya kinerja saham properti saat ini disebabkan oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan.

    “Daya beli kelas menengah masih belum sepenuhnya pulih setelah pandemi. Ditambah dengan inflasi yang tetap tinggi dan biaya hidup yang membebani, membuat masyarakat menahan diri untuk pembelian besar seperti rumah atau apartemen,” jelas Hendra pada Selasa (27/5/2025).

    Selain itu, meski BI telah memangkas suku bunga, penurunan ini belum sepenuhnya dirasakan oleh sektor riil, terutama dalam bentuk suku bunga KPR. Perbankan masih bersikap hati-hati dalam menyalurkan kredit, sehingga penurunan bunga belum efektif menggerakkan permintaan.

    Minim Katalis Positif

    Faktor lain yang membebani sektor properti adalah berakhirnya insentif fiskal seperti PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Tanpa stimulus baru dari pemerintah, sektor ini kekurangan dorongan tambahan untuk bangkit dari tekanan.

    Hendra juga menambahkan bahwa kekhawatiran investor terhadap oversupply hunian vertikal dan ruang komersial di wilayah Jabodetabek turut menekan prospek pertumbuhan pendapatan berulang (recurring income) bagi para pengembang.

    “Ketika suplai lebih besar dari permintaan, potensi pendapatan jangka panjang dari penyewaan atau penjualan menjadi tidak menarik bagi pasar,” ujar Hendra.

    Kesimpulan

    Turunnya suku bunga acuan memang penting, tapi belum cukup untuk membalikkan arah sektor properti yang masih dibayangi tantangan struktural. Selama tidak ada perbaikan nyata di sisi daya beli, penyaluran kredit, dan dukungan kebijakan fiskal, saham-saham properti kemungkinan akan tetap tertahan dalam tekanan.

    Di Tengah Lesunya Sektor Properti, Emiten Besar Ini Tetap Tangguh

    Meski sektor properti secara umum mengalami tekanan di pasar saham, tidak semua emiten bernasib sama. Sejumlah pemain besar justru mampu mempertahankan kinerja yang stabil, bahkan menunjukkan ketahanan bisnis yang kuat. Beberapa nama yang mencuat di antaranya adalah Ciputra Development (CTRA), Summarecon Agung (SMRA), dan Puradelta Lestari (DMAS).

    CTRA: Tumbuh Lewat Proyek Nasional

    Ciputra Development (CTRA) berhasil menjaga laju pertumbuhan marketing sales berkat proyek-proyek andalannya seperti CitraLand dan CitraRaya yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Diversifikasi geografis menjadi salah satu kekuatan utama CTRA dalam menghadapi tantangan sektor properti.

    SMRA: Kuat di Serpong dan Bekasi

    Summarecon Agung (SMRA) juga menunjukkan performa solid. Kawasan township Serpong dan Bekasi terbukti menjadi penyumbang utama pendapatan dan laba bersih perusahaan. Konsistensi pengembangan kawasan terpadu yang dilengkapi dengan fasilitas komersial dan residensial membuat SMRA tetap diminati pasar.

    “SMRA juga menunjukkan daya tahan kuat, terutama lewat township Serpong dan Bekasi yang menyumbang kontribusi besar terhadap pendapatan dan laba bersih,” kata pengamat pasar modal Hendra Wardhana.

    DMAS: Fokus di Kawasan Industri

    Sementara itu, Puradelta Lestari (DMAS) memperoleh keunggulan melalui fokusnya pada penjualan lahan industri yang dikenal memiliki margin tinggi. DMAS juga terlibat dalam pengembangan Greenland International Industrial Center (GIIC), yang kini menarik minat dari sektor-sektor strategis seperti data center dan industri otomotif.

    Sinyal Penting bagi Investor

    Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak semua saham properti sedang terpuruk. Emiten-emiten dengan fundamental kuat, proyek strategis, dan diversifikasi usaha mampu tetap bertahan bahkan di tengah tekanan makro. Hal ini penting menjadi pertimbangan bagi investor dalam menyusun strategi dan seleksi saham properti yang memiliki prospek jangka panjang.

    Valuasi Menarik, Saham Properti Unggulan Masih Undervalued

    Meski sektor properti belum pulih sepenuhnya, sejumlah saham emiten besar seperti Ciputra Development (CTRA), Summarecon Agung (SMRA), dan Puradelta Lestari (DMAS) menunjukkan valuasi yang sangat atraktif. Hal ini memberi peluang menarik bagi investor yang berburu saham undervalued dengan fundamental solid.

    PER Jauh di Bawah Rata-Rata Industri

    Berdasarkan data kinerja tahunan (annualized) 2025, ketiga saham ini diperdagangkan dengan Price to Earnings Ratio (PER) yang jauh di bawah rata-rata industri properti sebesar 15,8x:

    • CTRA: 6,9x
    • SMRA: 7,2x
    • DMAS: 4,8x

    Angka ini menunjukkan bahwa pasar belum sepenuhnya mengapresiasi kekuatan kinerja dan prospek jangka panjang dari emiten-emiten tersebut.

    PBV Rendah, Masih Undervalued

    Dari sisi Price to Book Value (PBV) per kuartal I 2025, saham-saham ini juga terdiskon:

    • CTRA: 0,81x
    • SMRA: 0,61x
    • DMAS: 0,91x

    Sebagai perbandingan, rata-rata PBV sektor properti berada di level 0,94x. Artinya, ketiga saham ini masih berada di bawah nilai buku, padahal masih mencatatkan laba bersih, arus kas yang sehat, dan memiliki cadangan lahan strategis.

    PWON: Sudah Dihargai Lebih Tinggi

    Menariknya, saham Pakuwon Jati (PWON) yang memiliki pendapatan berulang dari segmen mal dan hotel, saat ini diperdagangkan pada valuasi yang lebih tinggi:

    • PER: 16x
    • PBV: 0,92x

    Kondisi ini menandakan bahwa ruang kenaikan saham PWON lebih terbatas dibandingkan CTRA dan SMRA yang saat ini justru dihargai lebih murah, namun tetap dibekali oleh fundamental kuat dan prospek pertumbuhan jangka panjang.

    “Bahkan bila dibandingkan dengan saham properti lain seperti Pakuwon Jati (PWON) yang sudah diperdagangkan pada PER 16x dan PBV 0,92x, valuasi CTRA dan SMRA terlihat jauh lebih menarik,” ungkap Hendra Wardhana, Founder Stocknow.id.

    Prospek Sektor Properti Masih Terbuka, Ini Syarat dan Saham yang Layak Dilirik

    Meskipun saham sektor properti di BEI masih tertahan dalam tekanan, peluang rebound tetap terbuka—dengan catatan, beberapa prasyarat penting harus terpenuhi.

    Tiga Faktor Kunci Pemulihan Properti

    1. Transmisi Suku Bunga ke KPR
      Penurunan BI Rate belum cukup efektif jika tidak segera diikuti penyesuaian suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Percepatan transmisi ini krusial agar permintaan rumah bisa kembali tumbuh.
    2. Kebijakan Pemerintah Baru
      Harapan tertuju pada pemerintahan Prabowo untuk mengeluarkan insentif perumahan, seperti:
      • Subsidi rumah pertama
      • Tax holiday bagi pengembang kawasan industri
        Ini akan menjadi katalis signifikan bagi sektor properti.
    3. Stabilitas Ekonomi dan Konsumsi Domestik
      Sektor properti bersifat pro-siklus, sehingga sangat bergantung pada iklim ekonomi dan daya beli masyarakat. Bila konsumsi rumah tangga pulih, minat terhadap properti akan ikut meningkat.

    Saham-Saham Properti Potensial: Mana Dikoleksi, Mana Dihindari

    Saham Layak Dikoleksi:

    • SMRA (Summarecon Agung)
      • Rekomendasi: Akumulasi Bertahap
      • Level Beli: 404
      • Target Harga: 515
        Township Serpong dan Bekasi tetap jadi pilar utama pendapatan.
    • CTRA (Ciputra Development)
      • Rekomendasi: Speculative Buy
      • Target Harga: 1.120
        Proyek-proyek nasional dan marketing sales tetap solid meski sektor lesu.
    • DMAS (Puradelta Lestari)
      • Rekomendasi: Speculative Buy
      • Target Harga: 185
        Sangat undervalued, dengan eksposur ke kawasan industri dan data center.

    Saham Netral:

    • PWON (Pakuwon Jati)
      • Rekomendasi: Hold
      • Valuasi sudah premium (PER 16x, PBV 0,92x), ruang kenaikan terbatas.

    Saham Berisiko Tinggi:

    • ASRI (Alam Sutera Realty)
      • Rekomendasi: Speculative Buy hanya di bawah 90
      • Butuh sentimen positif dari manajemen atau restrukturisasi utang.
    • APLN (Agung Podomoro Land)
      • Rekomendasi: Hindari
      • Masih dibayangi stagnasi proyek, utang tinggi, dan minim katalis pemulihan.

    “ASRI mungkin bisa menjadi speculative buy di bawah 90 jika ada perkembangan positif dari sisi manajemen atau restrukturisasi. Sementara APLN untuk saat ini lebih baik dihindari,” jelas Hendra Wardhana, Founder Stocknow.id.

    Kesimpulan:
    Rebound sektor properti bisa terjadi, namun sangat bergantung pada penyesuaian suku bunga, dukungan kebijakan fiskal, dan pemulihan daya beli masyarakat. Bagi investor, seleksi saham menjadi kunci utama di tengah kondisi yang masih fluktuatif.

  • Bursa Saham Hanya Buka 3 Hari Pekan Ini

    Serratalhadafc.com – Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya berlangsung selama tiga hari, yakni 26-28 Mei 2025, karena adanya libur dan cuti bersama dalam rangka Hari Kenaikan Yesus Kristus.

    Dua Katalis Utama yang Perlu Dicermati Investor

    Menurut David Kurniawan, Equity Analyst dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), terdapat dua faktor utama yang perlu diperhatikan selama periode perdagangan singkat ini:

    Aliran dana asing ini mencerminkan optimisme terhadap prospek ekonomi dan pasar saham Indonesia.

    Rebalancing Index MSCI

    Dijadwalkan pada akhir Mei 2025.

    Diperkirakan akan mempengaruhi aliran dana asing, karena investor institusional global menyesuaikan portofolio mereka berdasarkan perubahan bobot dalam indeks MSCI.

    Ini bisa memicu volatilitas pada saham-saham yang terdampak perubahan bobot indeks.

    Arah Aliran Dana Asing

    Selama pekan lalu, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 2 triliun di pasar reguler.

    Saham-saham yang paling diburu antara lain: BBRI, ANTM, BMRI, GOTO, dan BBCA.

    📈 Rekomendasi Saham Minggu Ini (26–28 Mei 2025)

    1. MDKA (Merdeka Copper Gold Tbk.)

    • Harga Saat Ini: Rp 2.040
    • Level Entry: Rp 2.040
    • Target Price: Rp 2.220 (+8,82%)
    • Stop Loss: Rp 1.950 (-4,41%)
    • Risk : Reward Ratio: 1 : 2,0
    • Alasan:
      • Masih bertahan di atas MA5, menandakan tren jangka pendek masih positif.
      • Konsolidasi memberi peluang entry dengan risiko terukur.
      • Potensi penguatan harga komoditas (terutama logam) bisa menjadi katalis positif.

    2. BBRI (Bank Rakyat Indonesia)

    • Harga Saat Ini: Rp 4.350
    • Level Entry: Rp 4.350
    • Target Price: Rp 4.700 (+8,05%)
    • Stop Loss: Rp 4.200 (-3,45%)
    • Risk : Reward Ratio: 1 : 2,3
    • Alasan:
      • Baru saja breakout dari resistance Rp 4.300.
      • Terdapat tanda-tanda akumulasi oleh investor asing.
      • Potensi penurunan suku bunga BI menjadi katalis positif untuk sektor perbankan.

    3. NCKL (PT Trimegah Bangun Persada Tbk.)

    • Harga Saat Ini: Rp 740
    • Level Entry: Rp 740
    • Target Price: Rp 805 (+8,78%)
    • Stop Loss: Rp 705 (-4,73%)
    • Risk : Reward Ratio: 1 : 1,9
    • Alasan:
      • Breakout dari fase konsolidasi, mengindikasikan potensi bullish jangka pendek.
      • Kenaikan di akhir pekan lalu dikonfirmasi dengan price action yang solid.
      • Indikator teknikal (MACD dan histogram) mendukung arah kenaikan.

    📝 Catatan untuk Investor:

    • Selalu perhatikan rasio risiko dan imbal hasil (risk-reward) sebelum masuk posisi.
    • Perhatikan volume dan konfirmasi teknikal harian, apalagi dalam pekan pendek seperti ini.
    • Arah aliran dana asing, serta hasil dari rebalancing MSCI bisa memicu volatilitas di saham-saham tertentu.

    📊 Performa IHSG Pekan Lalu (Ditutup Jumat, 23 Mei 2025)

    • Penutupan IHSG: 7.214
    • Kenaikan Mingguan: +1,4%
    • Level Kunci yang Ditembus: 7.000
    • All-time High: 7.800 (September 2024)

    🟩 Faktor Positif:

    • Net Buy Asing: Rp 2 triliun (pasar reguler)
      • Tertinggi dalam 5 minggu terakhir.
      • Lebih dari 2x rata-rata inflow sejak April 2025.
    • Dukungan teknikal: IHSG konsisten di atas 7.000 — menandakan kepercayaan investor meningkat.

    ⚠️ Catatan Waspada dari Analis (David – Indo Premier Sekuritas):

    • Resistance Penting: 7.400
      • Area yang berulang kali gagal ditembus sebelum IHSG mencapai puncaknya tahun lalu.
    • Potensi koreksi teknikal jika gagal menembus level 7.400 dengan volume yang solid.

    🌍 Sentimen Eksternal:

    • Kebijakan Tarif Trump:
      • Tarif impor 50% terhadap Uni Eropa, efektif 1 Juni 2025.
      • Berdampak pada sektor manufaktur global dan sentimen risiko di pasar emerging markets.
      • Inggris dikecualikan, karena perjanjian pasca-Brexit dengan AS.
    • Harga Emas: Naik signifikan — sering menjadi indikator meningkatnya ketidakpastian global dan risk-off sentiment.

    📝 Kesimpulan Strategis untuk Investor:

    1. Tetap optimis namun selektif, karena IHSG sedang menguji resistance krusial (7.400).
    2. Perhatikan volume transaksi — breakout valid hanya jika diikuti volume tinggi.
    3. Cermati sektor-sektor yang mendapat dampak dari:
      • Perdagangan global (tarif Trump),
      • Harga komoditas (emas, nikel),
      • Aliran dana asing.

    🌟 1. Sentimen Harga Emas – Aset Safe Haven Naik Pamor

    • Ketidakpastian ekonomi global (akibat ketegangan perdagangan & kebijakan tarif) → mendorong lonjakan permintaan emas.
    • Belanja global untuk emas kini mencapai 0,5% dari PDB dunia — tertinggi dalam 50 tahun.
    • Harga emas diperkirakan berpotensi kembali ke all-time high.

    📌 Implikasi ke pasar saham:

    • Saham emiten emas/logam mulia seperti MDKA dan ANTM bisa diuntungkan dari reli harga emas.
    • Sinyal risk-off di pasar global → aliran dana mungkin beralih ke pasar atau aset yang lebih aman.

    💰 2. Sentimen Domestik – Penurunan Suku Bunga BI

    • BI Rate turun 25 bps menjadi 5,50% (21 Mei 2025).
    • Langkah ini merupakan pemangkasan pertama setelah 3 kali bertahan.
    • Alasan penurunan:
      • Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 hanya 4,87% → lebih rendah dari ekspektasi.
      • Tekanan nilai tukar akibat ketidakpastian global dan kekuatan USD.

    📌 Implikasi ke sektor saham:

    • Positif untuk sektor perbankan & properti, karena bunga kredit berpotensi turun.
      • Contoh saham: BBRI, BBCA, BSDE, CTRA.
    • Sentimen negatif bagi sektor defensif seperti consumer staples dalam jangka pendek karena margin mungkin tertekan oleh pelemahan rupiah.

    🔄 Kesimpulan Strategis:

    • Investor disarankan untuk rotasi sektor:
      • Tambah eksposur ke sektor komoditas emas/logam mulia dan perbankan.
      • Tetap selektif terhadap sektor yang rawan tertekan oleh depresiasi rupiah.
    • Waspadai volatilitas jangka pendek menjelang rebalancing MSCI Index dan realisasi dampak tarif Trump.
  • Visionary Capital Asal Singapura Akan Ambil Alih 69,34% Saham TGUK

    Visionary Capital Asal Singapura Akan Ambil Alih 69,34% Saham TGUK

    Serratalhadafc.com – PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) resmi mengumumkan rencana pengambilalihan saham mayoritas oleh perusahaan investasi asal Singapura, Visionary Capital Global Pte. Ltd.. Dalam pengumuman yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Jumat (23/5/2025), disebutkan bahwa Visionary Capital akan mengakuisisi sekitar 69,34% saham TGUK, yang saat ini dimiliki oleh PT Dinasti Kreatif Indonesia selaku pemegang saham mayoritas.

    “Kami mengumumkan rencana pengambilalihan saham oleh Visionary Capital Global Pte. Ltd., suatu perusahaan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik Singapura, atas saham-saham dalam PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK), yang mewakili kurang lebih 69,34% dari total modal yang disetor dan ditempatkan dalam TGUK,” demikian isi pengumuman resmi TGUK.

    Dengan selesainya transaksi ini, Visionary Capital akan menjadi pemegang kendali baru TGUK, menandai tonggak penting dalam ekspansi mereka ke pasar Indonesia.

    Langkah Strategis Visionary Capital untuk Perluas Jejak Bisnis

    Aksi korporasi ini bukan sekadar pengambilalihan saham biasa. Visionary Capital menyampaikan bahwa tujuan utama dari langkah ini adalah bagian dari strategi ekspansi jangka panjang. Mereka ingin memperkuat portofolio bisnis serta memperluas jaringan usaha mereka, khususnya di sektor-sektor potensial di Indonesia.

    Langkah ini menunjukkan komitmen Visionary Capital untuk memperkuat kehadirannya di Asia Tenggara, dengan Indonesia sebagai salah satu pasar utama yang dinilai strategis. Akuisisi ini diharapkan membawa sinergi baru bagi TGUK dan membuka peluang pertumbuhan di masa mendatang.

    Akuisisi TGUK oleh Visionary Capital Masih Dalam Proses Negosiasi Final

    Dalam keterbukaan informasi yang dirilis, pihak TGUK menyatakan bahwa tujuan utama dari rencana pengambilalihan ini adalah untuk mendukung pengembangan dan ekspansi bisnis grup Visionary Capital. Hal ini mencerminkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari perusahaan investasi asal Singapura tersebut terhadap potensi pasar Indonesia, serta posisi strategis TGUK dalam memperkuat portofolio mereka di kawasan Asia Tenggara.

    Jika akuisisi ini terealisasi, kehadiran Visionary Capital sebagai pemegang kendali baru diperkirakan akan membawa transformasi signifikan bagi TGUK, baik dari sisi manajemen maupun arah strategis bisnis ke depan. Peluang kerja sama lintas negara dan sektor pun terbuka lebar, sejalan dengan visi ekspansi global Visionary Capital.

    Namun demikian, proses akuisisi ini masih berada dalam tahap negosiasi akhir. Visionary Capital dan PT Dinasti Kreatif Indonesia, selaku penjual saham mayoritas, disebut masih membahas sejumlah poin penting untuk mencapai kesepakatan final.

    “Negosiasi sehubungan dengan rencana pengambilalihan dan penyelesaian dari Rencana Pengambilalihan dilakukan secara langsung antara Pembeli dengan Para Penjual,” demikian dikutip dari pengumuman resmi perusahaan.

    Beberapa aspek krusial yang masih dibicarakan mencakup nilai akhir transaksi serta waktu pelaksanaannya. Proses ini dipastikan berjalan secara cermat dan profesional, mengingat besarnya skala saham yang dialihkan dan dampak strategisnya bagi kedua pihak.

    Visionary Capital Siap Laksanakan Tender Wajib Usai Akuisisi TGUK

    Sebagai bagian dari komitmen terhadap regulasi pasar modal Indonesia, Visionary Capital Global Pte. Ltd. menegaskan akan melaksanakan penawaran tender wajib setelah menyelesaikan proses pengambilalihan saham mayoritas PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK). Langkah ini merupakan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 9/2018 mengenai pengambilalihan perusahaan terbuka.

    “Setelah penyelesaian Rencana Pengambilalihan, sebagai pengendali baru TGUK, Visionary Capital Global Pte. Ltd. akan melaksanakan penawaran tender wajib sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan OJK No. 9/2018,” demikian pernyataan resmi dalam keterbukaan informasi yang disampaikan pada Jumat (23/5/2025).

    Visionary Capital menegaskan bahwa seluruh proses akuisisi, termasuk pelaksanaan tender wajib, akan dilakukan secara transparan dan sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Perusahaan berkomitmen untuk mematuhi seluruh regulasi pasar modal Indonesia, demi menjaga integritas transaksi dan memberikan perlindungan hukum kepada para pemegang saham publik.

    Langkah ini sekaligus menjadi bukti keseriusan Visionary Capital dalam memperkuat posisinya di Indonesia secara bertanggung jawab dan profesional, sejalan dengan praktik tata kelola perusahaan yang baik (GCG).

  • Bitcoin Tembus Rekor Baru di Hari Pizza Bitcoin, Capai Rp 1,81 Miliar per Koin

    Bitcoin Tembus Rekor Baru di Hari Pizza Bitcoin, Capai Rp 1,81 Miliar per Koin

    Serratalhadafc.com – Tanggal 22 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pizza Bitcoin, momen ikonik yang menandai transaksi pertama dunia nyata menggunakan mata uang kripto. Namun tahun ini, perayaan tersebut terasa lebih istimewa karena Bitcoin (BTC) mencetak rekor harga baru: USD 111.970,17 atau sekitar Rp 1,81 miliar per koin (dengan asumsi kurs USD = Rp 16.240).

    Dilansir dari Yahoo Finance, Sabtu (24/5/2025), pendiri sekaligus Chairman Strategy, Michael Saylor, turut memberi pesan di hari peringatan ini. “Bayar pizzamu dengan dolar, nikmati pizzanya, dan simpan bitcoinnya,” ujarnya—menekankan filosofi HODL yang terus digaungkannya.

    Sejarah Hari Pizza Bitcoin

    Hari Pizza Bitcoin merujuk pada peristiwa bersejarah 22 Mei 2010, saat seorang programmer asal Florida, Laszlo Hanyecz, membeli dua pizza besar Papa John’s seharga 10.000 BTC, yang kala itu hanya bernilai sekitar USD 41 (sekitar Rp 666.000). Kini, nilai BTC tersebut telah meroket menjadi lebih dari USD 1,1 miliar atau hampir Rp 17,86 triliun.

    Rekor dan Katalis Kenaikan Harga Bitcoin

    Bitcoin sebelumnya mencatat rekor tertinggi di USD 109.241 (sekitar Rp 1,77 miliar) pada 20 Januari 2025, bertepatan dengan masa menjelang pelantikan Presiden AS Donald Trump. Sejak Februari hingga awal Mei, harga BTC sempat berfluktuasi, berjuang mempertahankan posisi di atas level USD 100.000.

    Kenaikan tajam harga Bitcoin dalam dua tahun terakhir ditopang oleh sejumlah faktor penting, antara lain:

    • Meningkatnya adopsi institusional, terutama setelah peluncuran ETF spot Bitcoin pada Januari 2024 di era Presiden Joe Biden.
    • Instruksi strategis dari pemerintahan Trump, termasuk pembentukan cadangan BTC nasional pada Maret 2025.
    • Komitmen dari perusahaan besar seperti Strategy (Nasdaq: MSTR) yang menjadikan Bitcoin sebagai aset cadangan kas utama.

    Dengan perkembangan ini, Hari Pizza Bitcoin tak hanya menjadi simbol sejarah transaksi kripto pertama, tetapi juga menjadi momentum refleksi atas transformasi luar biasa yang dialami Bitcoin selama 15 tahun terakhir—dari makanan cepat saji, kini ke miliaran dolar.

    Strategy Perkuat Dominasi: Tambah Cadangan Bitcoin Senilai Miliaran Dolar

    Di bawah kepemimpinan visioner Michael Saylor, perusahaan teknologi Strategy terus menunjukkan komitmen kuat terhadap Bitcoin. Sejak awal 2020, Strategy mulai mengakumulasi aset kripto ini dan kini tercatat sebagai pemegang Bitcoin korporat terbesar di dunia.

    Dalam langkah terbarunya, Strategy mengumumkan rencana untuk mengumpulkan dana sebesar USD 2,1 miliar melalui penjualan saham preferen. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli lebih banyak Bitcoin, mempertegas posisinya sebagai pionir dalam adopsi institusional kripto.

    Saat ini, Strategy memiliki 576.230 BTC yang jika dikonversi ke nilai pasar saat ini, setara dengan sekitar USD 64,4 miliar atau kurang lebih Rp 1.046 triliun. Angka fantastis ini tak hanya menunjukkan kepercayaan tinggi perusahaan terhadap potensi jangka panjang Bitcoin, tetapi juga menjadikannya acuan bagi banyak perusahaan lain.

    Keberanian dan konsistensi Strategy telah menginspirasi perusahaan-perusahaan lain, seperti Metaplanet, untuk mengikuti jejak serupa dalam menjadikan Bitcoin sebagai aset cadangan strategis. Strategi ini berkontribusi besar terhadap meningkatnya legitimasi Bitcoin di kalangan institusi keuangan global.

    Momen bersejarah ini semakin menarik perhatian ketika Michael Saylor disebut-sebut menerima tawaran pizza sebagai simbolik Hari Pizza Bitcoin—hari peringatan transaksi Bitcoin pertama di dunia nyata—yang kali ini bertepatan dengan rekor harga tertinggi baru pada 22 Mei 2025, sebagaimana pertama kali diberitakan oleh TheStreet.

    Dengan langkah agresif seperti ini, Strategy tampaknya tidak hanya ingin menjadi pemegang Bitcoin terbesar, tetapi juga kekuatan utama di balik arus utama adopsi kripto global.

    Bitcoin Geser Dolar Taiwan, Masuk Jajaran Aset Terbesar Dunia

    Dominasi Bitcoin di panggung keuangan global semakin nyata. Mata uang digital yang dulunya dipandang sebagai alternatif eksperimental, kini telah melampaui dolar Taiwan dalam hal nilai kapitalisasi pasar. Lonjakan ini bukan hanya mencerminkan peningkatan adopsi Bitcoin secara global, tetapi juga menandakan bahwa dunia mulai mengakui legitimasi dan daya tariknya sebagai instrumen keuangan utama.

    Dengan kapitalisasi pasar yang kini mencapai USD 2,21 triliun, Bitcoin telah melampaui perusahaan teknologi raksasa Amazon, yang tercatat sebesar USD 2,14 triliun. Ini menjadikan Bitcoin sebagai aset kelima paling bernilai di dunia, tepat di belakang emas, Microsoft, Apple, dan NVIDIA.

    Pencapaian ini semakin memperkuat posisi Bitcoin bukan hanya sebagai alat tukar digital, tetapi juga sebagai aset investasi global yang serius. Dulu dipandang sebelah mata karena sifatnya yang terdesentralisasi, kini Bitcoin telah menjadi bagian dari percakapan utama dalam dunia keuangan, berdampingan dengan mata uang dan perusahaan besar dunia.

    Meskipun emas masih memimpin sebagai aset dengan kapitalisasi tertinggi di dunia sebesar USD 22,36 triliun, masuknya Bitcoin ke dalam lima besar global menandai perubahan signifikan dalam cara dunia memandang nilai dan kekayaan.

    Kehadiran Bitcoin yang kian menggeser dominasi mata uang tradisional seperti dolar Taiwan memperjelas satu hal: revolusi digital dalam sistem keuangan sedang berlangsung, dan Bitcoin berada di garis depan perubahan tersebut.

  • IHSG Melemah, Investor Asing Ramai-ramai Lepas Saham di Tengah Aksi Jual

    IHSG Melemah, Investor Asing Ramai-ramai Lepas Saham di Tengah Aksi Jual

    Serratalhadafc.com – Pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan di tengah meningkatnya aksi jual saham oleh investor asing. Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia pada Rabu (21/5/2025), IHSG tercatat melemah 0,65% ke level 7.094,60, sementara Indeks LQ45 turun lebih dalam sebesar 1,12% ke posisi 802,54.

    Aktivitas transaksi di pasar modal tergolong tinggi dengan total volume perdagangan mencapai 24,94 miliar saham dan nilai transaksi harian sebesar Rp 16,14 triliun. Frekuensi transaksi pun cukup padat, tercatat 1,45 juta kali transaksi.

    Setelah sebelumnya aktif melakukan pembelian saham, pada perdagangan Selasa, investor asing mulai melakukan aksi jual besar-besaran dengan nilai mencapai Rp 406,19 miliar. Sejak awal tahun 2025, total aksi jual saham oleh investor asing sudah menembus angka Rp 48,83 triliun.

    Berikut adalah daftar 10 saham yang paling banyak dilepas investor asing pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025, berdasarkan data dari Stockbit:

    1. PT Astra International Tbk (ASII)
      ➤ Nilai jual: Rp 244,56 miliar
    2. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
      ➤ Nilai jual: Rp 216,40 miliar
    3. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)
      ➤ Nilai jual: Rp 137,07 miliar
    4. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
      ➤ Nilai jual: Rp 96,97 miliar
    5. PT Panin Financial Tbk (PNLF)
      ➤ Nilai jual: Rp 38,99 miliar
    6. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
      ➤ Nilai jual: Rp 37,87 miliar
    7. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
      ➤ Nilai jual: Rp 36,89 miliar
    8. PT Amman Mineral Indonesia Tbk (AMMN)
      ➤ Nilai jual: Rp 32,09 miliar
    9. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)
      ➤ Nilai jual: Rp 25,84 miliar
    10. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
      ➤ Nilai jual: Rp 25,48 miliar

    Aksi jual ini menandakan kehati-hatian investor asing terhadap kondisi pasar saham nasional, meskipun transaksi tetap berlangsung aktif. Para pelaku pasar kini menanti sentimen baru yang dapat kembali mendorong pergerakan IHSG ke zona hijau.

    Bursa Asia Menguat, Pasar Respon Positif Pemangkasan Suku Bunga oleh PBoC

    Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas, menyampaikan bahwa pasar saham regional Asia menguat, didorong oleh serangkaian stimulus kebijakan yang diterapkan oleh Bank Sentral China (PBoC).

    Menurut Nico, salah satu kebijakan yang mendapat perhatian besar adalah keputusan PBoC memangkas suku bunga pinjaman utama untuk pertama kalinya sejak Oktober 2024. Langkah ini dinilai sebagai upaya mendongkrak ekonomi China yang tengah lesu serta merespons dampak negatif dari kenaikan tarif oleh Amerika Serikat.

    PBoC memangkas Loan Prime Rate (LPR) tenor 1 tahun sebesar 1 basis poin menjadi 3,0%, sementara LPR tenor 5 tahun juga diturunkan dengan besaran yang sama menjadi 3,5%.

    “Pelaku pasar menilai pemangkasan suku bunga ini sebagai strategi untuk merangsang aktivitas ekonomi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan yang berisiko menekan pertumbuhan,” ujar Nico, dikutip dari Antara.

    Sikap Pasar Terhadap Kebijakan Dalam Negeri

    Dari dalam negeri, para pelaku pasar juga mencermati arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang akan ditentukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20–21 Mei 2025.

    Ada ekspektasi bahwa BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Secara konsensus, pelaku pasar memperkirakan penurunan sebesar 25 basis poin, dari 5,75% menjadi 5,5%.

    Penurunan suku bunga ini dinilai strategis karena dapat meningkatkan daya beli masyarakat, serta mendorong pelaku usaha untuk memperluas investasi. Dengan demikian, langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

  • Investor Asing Serbu Pasar Jepang di Tengah Ketegangan Perdagangan AS

    Investor Asing Serbu Pasar Jepang di Tengah Ketegangan Perdagangan AS

    Serratalhadafc.com – Jepang mencatat rekor arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025, seiring dengan perpindahan investor dari Amerika Serikat akibat ketidakpastian kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir dari CNBC pada Sabtu (17/5/2025), investor global memborong saham dan surat utang jangka panjang Jepang senilai 8,21 triliun yen (sekitar USD 56,6 miliar atau Rp 932,54 triliun, dengan asumsi kurs Rp 16.476 per dolar AS). Ini merupakan arus masuk bersih terbesar dalam satu bulan kalender sejak Kementerian Keuangan Jepang mulai mencatat data pada 1996, menurut informasi dari Morningstar.

    “Kejutan tarif dari Trump kemungkinan telah mengubah pandangan investor internasional terhadap prospek ekonomi AS dan kinerja asetnya. Ini bisa mendorong diversifikasi portofolio ke pasar utama lain seperti Jepang,” ujar Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, Jepang.

    Sebagian besar dana masuk tercatat hanya dalam satu pekan pertama setelah 2 April, menurut data kementerian.

    Pengumuman tarif “timbal balik” dari Presiden Trump mendorong imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik tajam sebesar 30 basis poin antara 3 hingga 9 April. Sebaliknya, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang dengan tenor yang sama justru turun 21 basis poin pada periode 2–8 April.

    Di pasar saham global, pengumuman tarif memicu aksi jual. Namun, selama April, indeks Nikkei 225 Jepang mencatat kenaikan lebih dari 1%, sedangkan indeks S&P 500 AS melemah sedikit di bawah 1%.

    “Aset Jepang secara historis dipandang sebagai aset aman (safe haven). Ketika narasi ‘jual-AS’ mencuat di bulan April, minat terhadap aset Jepang meningkat,” ungkap Rashmi Garg, Manajer Portofolio Senior di Al Dhabi Capital.

    Kini, seiring pelonggaran sikap perdagangan AS dan kesepakatan baru, termasuk dengan China, kepercayaan terhadap aset-aset AS mulai pulih. Pertanyaannya, apakah daya tarik aset Jepang akan bertahan?

    Investor Institusi Dorong Rekor Arus Masuk Dana Asing ke Jepang

    Jepang mencatat rekor arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025, di tengah pergeseran strategi global investor yang mulai meninggalkan pasar Amerika Serikat akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

    Mengutip CNBC pada Sabtu (17/5/2025), investor asing membeli aset Jepang senilai 8,21 triliun yen (sekitar USD 56,6 miliar atau Rp 932,54 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.476 per dolar AS). Ini merupakan arus masuk bersih bulanan terbesar sejak Kementerian Keuangan Jepang mulai mencatat data pada 1996, menurut data Morningstar.

    Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, mengatakan bahwa arus masuk tersebut sebagian besar didorong oleh investor institusi, bukan ritel. “Dana pensiun dan manajer aset kemungkinan besar membeli saham secara agresif, sementara pembelian obligasi lebih banyak dilakukan oleh manajer cadangan, perusahaan asuransi jiwa, dan dana pensiun,” jelasnya.

    Sebagian besar arus masuk itu terjadi pada minggu pertama April, tepat setelah pengumuman tarif “timbal balik” Trump. Pada saat itu, imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun melonjak 30 basis poin (3–9 April), sedangkan imbal hasil obligasi Jepang dengan tenor yang sama justru turun 21 basis poin (2–8 April).

    Meski pasar saham global mengalami tekanan akibat ketidakpastian tersebut, indeks Nikkei 225 Jepang justru naik lebih dari 1% sepanjang April, berbanding terbalik dengan indeks S&P 500 AS yang mencatat penurunan hampir 1%.

    Kei Okamura, Managing Director di Neuberger Berman dan manajer portofolio ekuitas Jepang, menyebut April sebagai bulan yang luar biasa. “Dengan semua ketidakpastian makro global, tidak heran jika investor global mengubah cara mereka mengalokasikan aset, terutama terkait AS. Diversifikasi menjadi sangat penting,” ujarnya dalam wawancara via telepon dengan CNBC.

    Namun, Rashmi Garg dari Al Dhabi Capital memperkirakan bahwa kecepatan arus masuk ke Jepang akan melambat, seiring dengan kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara AS dan Tiongkok serta tercapainya kesepakatan bilateral, termasuk dengan Inggris yang menjadi negara pertama menandatangani perjanjian dengan AS minggu lalu.

    Meski begitu, prospek aset Jepang tetap positif di mata investor. Vasu Menon, Direktur Pelaksana Strategi Investasi di OCBC, menilai bahwa langkah-langkah kebijakan Trump yang tidak konvensional telah merusak kredibilitas aset AS. “Situasi ini dapat mendorong manajer dana global untuk mengurangi eksposur ke pasar AS dan beralih ke pasar lain seperti Jepang,” jelasnya.

    Ia menambahkan, selama ketidakpastian global masih berlangsung, permintaan terhadap aset Jepang kemungkinan tetap solid meskipun tidak setinggi bulan April. Optimisme juga meningkat karena adanya pembicaraan antara Jepang dan AS yang berpotensi memangkas tarif “timbal balik” sebesar 24% terhadap produk Jepang.

    Investor Asing Borong Aset Jepang, Dorongan dari Reformasi Tata Kelola dan Ketidakpastian AS

    Jepang mencatat arus masuk dana asing terbesar ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025. Investor global terlihat semakin menjauhi pasar Amerika Serikat, dipicu ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan mulai beralih ke pasar yang dianggap lebih stabil, termasuk Jepang.

    Mengutip CNBC (Sabtu, 17/5/2025), investor asing memborong saham dan obligasi jangka panjang Jepang senilai 8,21 triliun yen atau sekitar USD 56,6 miliar (sekitar Rp 932,54 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.476/USD). Ini merupakan arus masuk bersih bulanan tertinggi sejak data tersebut pertama kali dicatat oleh Kementerian Keuangan Jepang pada 1996, menurut Morningstar.

    Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, menyatakan bahwa arus besar ini sebagian besar didorong oleh investor institusi seperti dana pensiun dan manajer aset. Di sisi obligasi, pembeli utamanya adalah manajer cadangan devisa, perusahaan asuransi jiwa, dan dana pensiun.

    “Ini adalah bulan yang luar biasa, mengingat konteks makro global yang penuh tekanan,” ujar Kei Okamura, Managing Director di Neuberger Berman dan manajer portofolio ekuitas Jepang. Ia menambahkan bahwa investor global kini lebih berhati-hati dalam mengalokasikan asetnya ke AS dan mulai mempertimbangkan diversifikasi ke wilayah lain.

    Saham Jepang turut diuntungkan dari reformasi tata kelola perusahaan yang diinisiasi Bursa Efek Tokyo (TSE) sejak Maret 2023. Aturan tersebut mewajibkan perusahaan yang diperdagangkan di bawah nilai buku (P/B ratio <1) untuk “mematuhi atau menjelaskan” kebijakan mereka. Tujuannya adalah meningkatkan transparansi dan pengembalian kepada pemegang saham, serta menarik minat investor domestik dan asing.

    Menurut Asset Management One International, reformasi ini kemungkinan menjadi pendorong di balik rekor pembelian kembali saham di Jepang—yang pada gilirannya meningkatkan laba per saham dan menopang harga saham.

    Rashmi Garg dari Al Dhabi Capital memperkirakan bahwa arus masuk akan melambat seiring mencairnya ketegangan dagang antara AS dan China, serta kesepakatan bilateral lain seperti dengan Inggris. Namun, minat terhadap aset Jepang dinilai tetap tinggi.

    Dolar AS memang kembali menguat setelah tekanan di April, namun potensi koreksi lanjutan serta penguatan yen membuat saham Jepang semakin menarik di mata investor, terutama ketika ekonomi Jepang menunjukkan tanda-tanda pemulihan. “Tren ini tampaknya akan terus berlanjut. Jepang berpotensi terus mencatat arus masuk dana asing yang solid,” ujar Okamura.

    Sementara itu, Makdad dari Morningstar mencatat bahwa arus masuk bersih ke saham Jepang saat ini adalah yang tertinggi dalam satu dekade, didukung oleh tata kelola perusahaan yang makin solid. Meski demikian, ia tidak melihat potensi arus masuk besar ke obligasi jangka pendek seperti saat Bank of Japan menerapkan suku bunga negatif beberapa tahun lalu, karena peluang arbitrase sudah menurun.

    Vasu Menon dari OCBC menambahkan bahwa kebijakan Trump yang tak terduga telah merusak kepercayaan pasar terhadap aset AS, dan ini mendorong manajer dana untuk mengalihkan alokasi mereka. “Dalam konteks ini, permintaan terhadap aset Jepang kemungkinan tetap kuat meskipun tidak setinggi bulan April,” ujarnya. Ia juga mencatat bahwa pembicaraan tarif antara Jepang dan AS telah meningkatkan harapan akan pengurangan tarif timbal balik sebesar 24% terhadap produk Jepang.

  • Warren Buffett Pengaruhi CEO eToro untuk Kurangi Fokus pada Kripto

    Warren Buffett Pengaruhi CEO eToro untuk Kurangi Fokus pada Kripto

    Serratalhadafc.com – Warren Buffett kembali mencuri perhatian publik setelah memberikan nasihat yang cukup mengejutkan kepada CEO eToro, Yoni Assia. Dikenal sebagai “Oracle of Omaha”, Buffett memang telah lama menjadi panutan bagi banyak tokoh besar dunia bisnis, mulai dari Bill Gates hingga Bill Ackman.

    Mengutip laporan Yahoo Finance pada Jumat (16/5/2025), Buffett yang baru saja mundur dari posisi CEO Berkshire Hathaway setelah lebih dari 60 tahun memimpin, tetap menunjukkan pengaruh besarnya di dunia investasi. Salah satu buktinya adalah pernyataan Yoni Assia dalam wawancara dengan program Squawk Box CNBC pada 15 Mei 2025.

    Assia mengungkapkan bahwa saran dari Buffett membuatnya mulai mempertimbangkan ulang strategi eToro, khususnya terkait aset kripto.

    “Nasihatnya benar-benar membuat saya lebih fokus ke saham dan mulai mengurangi ketergantungan pada kripto,” ujar Assia.

    Pandangan Buffett terhadap aset digital seperti Bitcoin memang sudah lama dikenal tegas. Ia pernah menyebut Bitcoin sebagai “racun tikus dalam bentuk kuadrat” dan bahkan mengibaratkannya sebagai “token perjudian”. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Berkshire Hathaway selama ini menolak untuk terlibat dalam investasi aset kripto.

    Langkah Yoni Assia untuk mendengarkan nasihat Buffett bisa menjadi sinyal perubahan pendekatan strategis eToro di masa mendatang, terutama di tengah gejolak pasar kripto yang masih penuh ketidakpastian.

    CEO eToro: Masa Depan Bisnis Lebih Terjamin di Saham daripada Kripto

    CEO eToro, Yoni Assia, mengungkapkan refleksi mendalam terkait perjalanan perusahaannya di dunia kripto dan saham. Dalam pernyataannya, Assia menegaskan bahwa meski eToro merupakan pelopor perdagangan aset digital di Eropa, keberlanjutan bisnis justru lebih kuat di sektor saham.

    “eToro sudah terlibat di kripto sejak awal. Kami bahkan menjadi perusahaan pertama di Eropa yang mendapat regulasi resmi untuk memperdagangkan aset kripto,” jelas Assia.

    Namun, seiring berjalannya waktu dan pengalaman yang terus bertambah, ia menyadari bahwa masa depan perusahaan lebih stabil jika berfokus pada saham. Data tahun lalu menunjukkan bahwa 75% pendapatan eToro berasal dari saham, sementara hanya 25% dari kripto.

    Assia juga mengenang keputusan penting yang ia buat pada tahun 2011, saat membatalkan rencana go public. Ia mengakui bahwa langkah itu menjadi pelajaran berharga dalam perjalanan bisnisnya.

    “Saya belajar bahwa penting untuk memastikan perusahaan sudah menguntungkan sebelum masuk ke bursa,” ungkapnya.

    Meskipun begitu, Assia tetap yakin bahwa kripto tidak akan menghilang. Ia menegaskan:

    “Tidak seorang pun meragukan bahwa kripto akan tetap ada.”

    Pandangan ini menunjukkan posisi eToro yang kini lebih bijak dalam mengelola eksposur terhadap kripto, sambil tetap menjaga fondasi bisnisnya melalui perdagangan saham.

    Nubank Gandeng Circle dan Talos

    Meskipun Warren Buffett dikenal sebagai salah satu kritikus keras aset kripto, salah satu perusahaan yang didukungnya justru terus memperluas eksposur ke dunia aset digital. Nubank, bank digital raksasa asal Brasil yang didukung oleh Berkshire Hathaway dan Softbank Group Corp, kini bekerja sama dengan Circle dan Talos untuk meningkatkan adopsi kripto di Brasil.

    Dalam pengumuman terbarunya, Nubank Cripto—layanan kripto dari Nubank—menambahkan 11 opsi cryptocurrency baru sepanjang tahun 2023. Dengan penambahan ini, total aset digital yang tersedia di platform Nubank kini mencapai 15, tidak termasuk Nucoin, token utilitas yang digunakan dalam program loyalitas mereka.

    Kolaborasi strategis dengan Circle membawa USDC (USD Coin) ke dalam ekosistem Nubank. Jeremy Allaire, CEO dan salah satu pendiri Circle, menyebutkan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat Brasil terhadap dolar digital.

    “Melalui integrasi USDC di Nubank Cripto, pengguna dapat membeli dan menyimpan dolar digital dengan lebih mudah,” ungkap Allaire.

    Langkah ini menegaskan arah baru Nubank dalam menyediakan layanan finansial yang lebih inklusif dan terhubung dengan teknologi blockchain, meski berada di bawah naungan tokoh legendaris seperti Buffett yang selama ini skeptis terhadap kripto.

    Sebagai informasi, Nubank merupakan salah satu bank digital terbesar di Amerika Latin, dengan 80,4 juta pelanggan di Brasil, serta 1,51 juta nasabah tambahan di Meksiko dan Kolombia. Pada tahun lalu saja, Nubank mencatat pendapatan sebesar USD 1,69 miliar.

    Dengan pertumbuhan agresif dan kolaborasi bersama pemain besar di dunia kripto, Nubank menunjukkan bahwa inovasi finansial tetap bisa berjalan beriringan meski di tengah pandangan konservatif dari para pendukungnya.