Tag: pasar saham

  • Bursa Asia Menguat Usai Trump Pangkas Tarif Mobil Jepang

    Bursa Asia Menguat Usai Trump Pangkas Tarif Mobil Jepang

    Serratalhadafc.com – Pasar saham di kawasan Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (5/9/2025). Sentimen positif ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memangkas tarif impor mobil asal Jepang dari 27,5% menjadi 15%.

    Kebijakan tersebut sekaligus memperkuat komitmen Jepang untuk menanamkan investasi senilai USD 550 miliar di berbagai proyek di AS.

    Mengutip Anugerahslot CNBC, indeks utama di Jepang menjadi motor penguatan regional. Nikkei 225 melonjak 1,39%, sementara Topix naik 0,86%, didorong oleh data pengeluaran rumah tangga yang pada Juli 2025 tumbuh 1,4% secara tahunan.

    Dari Korea Selatan, Kospi tercatat menguat 0,26% dan Kosdaq naik 0,35%. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 menambah 0,58%.

    Namun, berbeda dengan tren regional, kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong bergerak di level 25.021, sedikit lebih rendah dibanding penutupan Kamis (25.058,51). Hal ini mengindikasikan adanya potensi pelemahan pada awal perdagangan.

    Sementara itu, di Asia Tenggara, pasar saham Malaysia dan Indonesia tidak beroperasi karena libur nasional.

    Wall Street Menguat, Investor Nantikan Data Ketenagakerjaan AS

    Sementara itu, bursa berjangka Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada Jumat pagi menjelang publikasi laporan ketenagakerjaan Agustus yang akan dirilis malam waktu setempat. Investor menaruh harapan bahwa data tersebut dapat memperkuat peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.

    Pada perdagangan Kamis (4/9/2025) di New York, tiga indeks utama Wall Street kompak ditutup di zona hijau. Indeks S&P 500 naik 0,83% ke 6.502,08, mencetak rekor penutupan ke-21 sepanjang tahun ini. Nasdaq Composite juga bertambah 0,98% menjadi 21.707,69, sementara Dow Jones Industrial Average menguat 350,06 poin atau 0,77% ke posisi 45.621,29.

    Trump Pangkas Tarif Mobil Jepang, Resmikan Kesepakatan Dagang Baru

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis (4/9/2025) resmi menandatangani perintah eksekutif yang memangkas tarif impor mobil serta sejumlah produk asal Jepang. Kebijakan ini juga menandai implementasi kesepakatan dagang yang pertama kali diumumkan pada Juli lalu.

    Mengutip Newsweek, Jumat (5/9/2025), tarif mobil asal Jepang dipangkas dari 27,5% menjadi 15%. Aturan ini akan berlaku tujuh hari setelah diterbitkan, sementara beberapa keringanan tarif berlaku surut sejak 7 Agustus. Pemangkasan tarif tersebut merupakan bagian dari negosiasi perdagangan yang lebih luas antara Washington dan Tokyo.

    Tarif tinggi sebelumnya menjadi beban besar bagi produsen Jepang. Toyota, misalnya, memperkirakan kerugian hingga USD 10 miliar akibat bea tambahan atas mobil ekspor ke pasar AS.

    “Kami menghargai kepemimpinan Presiden Trump dalam mengamankan kesepakatan ini. Kerangka kerja baru ini memberikan kejelasan yang sangat dibutuhkan,” tulis Toyota dalam pernyataannya.

    Tak hanya di sektor otomotif, Jepang juga sepakat meningkatkan impor produk pertanian dari AS senilai USD 8 miliar per tahun. Komoditas yang masuk daftar antara lain beras, jagung, kedelai, pupuk, dan bioetanol.

    Selain itu, pemerintah Jepang berkomitmen menyalurkan investasi jumbo di AS dengan total nilai USD 550 miliar. Investasi tersebut akan berbentuk ekuitas, pinjaman, hingga jaminan yang disalurkan melalui bank-bank milik negara.

    Jepang Pastikan Tarif Rendah untuk Sektor Strategis

    Kesepakatan dagang baru ini juga memberi Jepang kepastian tarif rendah untuk sejumlah produk strategis, seperti cip semikonduktor dan farmasi. Selain itu, bea masuk untuk pesawat komersial serta suku cadangnya dihapus sepenuhnya.

    Negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, bahkan terbang langsung ke Washington demi mendorong percepatan penerbitan perintah eksekutif tersebut. Bagi Jepang—yang merupakan mitra dagang terbesar kelima AS—kesepakatan ini dianggap sebagai jaminan penting untuk menjaga stabilitas akses perdagangan di pasar Amerika.

  • IHSG Anjlok Hari Ini, Investor Harus Bagaimana?

    IHSG Anjlok Hari Ini, Investor Harus Bagaimana?

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan pada penutupan perdagangan sesi pertama, Jumat, 29 Agustus 2025. IHSG hari ini pada sesi pertama anjlok 2,27% ke posisi 7.771,28. 

    Koreksi tajam IHSG ini terjadi di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Selain itu, aksi demonstrasi yang merebak di dalam negeri turut menjadi sentimen negatif. Kondisi domestik ini dinilai lebih kuat memicu tekanan dibandingkan faktor global.

    Pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.913,86 dan level terendah 7.767,17. Sebanyak 662 saham melemah sehingga bebani IHSG. 89 saham menguat dan 49 saham diam di tempat.

    Total frekuensi perdagangan 1.625.838 kali dengan volume perdagangan 34 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 13,3 triliun.

    Pada perdagangan sesi pertama, mayoritas sektor saham memerah kecuali sektor saham industri naik 0,13%. Sektor saham siklikal merosot 4,69%, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham infrastruktur turun 3,5% dan sektor saham properti tergelincir 3,41%.

    Selain itu, sektor saham energi susut 2,71%, sektor saham basic terpangkas 3,47%. Lalu sektor saham consumer nonsiklikal melemah 1,7%, sektor saham kesehatan melemah 1,76%, sektor keuangan terpangkas 2,55%, sektor saham teknologi susut 2,47%, dan sektor saham transportasi melemah 1,79%.

    Pada pembukaan perdagangan sesi kedua, IHSG mulai kembali naik. Pada pukul 14.20 WIB, IHSG turun 1,25% ke posisi 7.853. Indeks LQ45 susut 1,25% ke posisi 801.

    Gerak Saham pada Sesi Pertama

    Harga saham BBCA turun 1,8% ke posisi Rp 8.175 per saham. Harga saham BBCA dibuka melemah 25 poin ke posisi Rp 8.250 per saham. Saham BBCA berada di level tertinggi Rp 8.275 dan terendah Rp 8.150 per saham. Total frekuensi perdagangan 36.089 kali dengan volume perdagangan 1.019.462 saham. Nilai transaksi Rp 838,2 miliar.

    Harga saham ANTM susut 2,35% ke posisi Rp 2.910 per saham. Harga saham ANTM dibuka melemah 20 poin ke posisi Rp 2.960 per saham. Saham ANTM berada di level tertinggi Rp 3.020 dan terendah Rp 2.910 per saham. Total frekuensi perdagangan 14.550 kali dengan volume perdagangan 969.930 saham. Nilai transaksi Rp 285,5 miliar.

    Di sisi lain, harga saham COCO naik 9,38% ke posisi Rp 525 per saham. Harga saham COCO berada di level tertinggi Rp 525 dan terendah Rp 625 per saham. Total frekuensi perdagangan 210 kali dengan volume perdagangan 47.880 saham. Nilai transaksi Rp 2,5 miliar.

    Kata Analis

    Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menuturkan, pada pembukaan IHSG melemah seiring ada aksi demonstrasi terutama pada Jumat, 29 Agustus 2025.

    “Bahkan kondisi politik dan keamanan domestik berpengaruh besar terhadap pelemahan IHSG pagi ini,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

    Ia mengatakan, kinerja IHSG pada September selama lima tahun terakhir rata-rata tergolong bearish. Akan tetapi, IHSG pada Oktober hingga Desember tergolong bullish. “Bila IHSG konsisten di perdagangkan di bawah 7.750, potensi bearish consolidation phase terbuka lebar,” kata dia.

    Di tengah koreksi IHSG, Nafan mengatakan, untuk mengakumulasi seleksi saham dengan prospek yang solid. “Beli saat harga sudah turun dalam, realisasikan keuntungan jika perlu, dan utilisasi manajemen risiko secara efektif,” kata dia.

    Tunggu dan Perhatikan Dengan Baik

    Sementara itu,  Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, koreksi IHSG terjadi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Saat ini, rupiah berada di posisi 16.450 per dolar AS.

    “Di sisi lain, ada aksi profit taking dari para investor dengan adanya perkembangan dari aksi penyampaian pendapat dari beberapa elemen dan menimbulkan insiden kemarin,” ujar dia.

    Ia menambahkan, dengan terkoreksinya IHSG, investor dapat cenderung wait and see sambil mencermati perkembangan domestik yang terjadi.

  • BI Turunkan Suku Bunga ke 5%, Ini Sektor Saham yang Berpotensi Menguat

    BI Turunkan Suku Bunga ke 5%, Ini Sektor Saham yang Berpotensi Menguat

    Serratalhadafc.com – Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5% pada Rapat Dewan Gubernur 19–20 Agustus 2025. Kebijakan ini langsung disambut positif pasar saham, tercermin dari kenaikan IHSG sebesar 1,03% ke level 7.943,82 pada perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025.

    Menurut riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, sentimen pemangkasan suku bunga mendorong sektor properti, konsumer, dan bahan baku sebagai unggulan. Selain itu, sektor perbankan dan finansial juga diperkirakan mendapat dorongan positif dari biaya dana (cost of funds) yang lebih rendah.

    Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan faktor-faktor yang mendukung pergerakan tersebut:

    • Bahan baku dan industri – Penguatan sejalan dengan rebound aktivitas ekonomi yang mendorong permintaan di sektor ini.
    • Properti – Prospek penjualan diperkirakan meningkat karena suku bunga lebih rendah berpotensi mendorong permintaan kredit properti.
    • Konsumer non-siklikal – Sektor defensif ini cenderung menjadi pilihan investor ketika risiko global meningkat, sekaligus mendapat dukungan dari sentimen domestik.

    BI Turunkan Suku Bunga ke 5%, Ini Sektor Saham yang Berpotensi Menguat

    Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5% pada Rapat Dewan Gubernur 19–20 Agustus 2025. Kebijakan ini langsung disambut positif pasar saham, tercermin dari kenaikan IHSG sebesar 1,03% ke level 7.943,82 pada perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025.

    Menurut riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, sentimen pemangkasan suku bunga mendorong sektor properti, konsumer, bahan baku, serta perbankan dan finansial menjadi unggulan di pasar saat ini.

    Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, memaparkan faktor-faktor yang mendukung pergerakan tersebut:

    1. Properti – Prospek penjualan diperkirakan meningkat karena suku bunga lebih rendah mendorong permintaan kredit properti.
    2. Konsumer non-siklikal – Sektor defensif yang menjadi pilihan investor di tengah risiko global, dengan sentimen domestik yang mendukung penguatan.
    3. Bahan baku dan industri – Menguat seiring rebound aktivitas ekonomi yang mendorong permintaan sektor ini.
    4. Perbankan dan finansial – Menjadi penerima manfaat langsung dari penurunan suku bunga. Biaya pendanaan lebih murah, peluang pertumbuhan kredit meningkat, serta perannya sebagai tulang punggung IHSG dengan kapitalisasi besar menyediakan likuiditas bagi arus modal asing.

    Meski begitu, analis mengingatkan bahwa efek pemangkasan suku bunga bisa bersifat sementara tanpa dukungan katalis lanjutan.

    “Stabilitas rupiah dan peluang pelonggaran moneter The Fed juga memperkuat outlook pro-ekonomi, sekaligus menjaga arus modal asing tetap masuk ke pasar Indonesia,” jelas Liza.

    BI Turunkan Suku Bunga ke 5%, Ini Sektor Saham yang Berpotensi Menguat

    Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5% pada Rapat Dewan Gubernur 19–20 Agustus 2025. Kebijakan ini langsung disambut positif pasar saham, tercermin dari kenaikan IHSG sebesar 1,03% ke level 7.943,82 pada perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025.

    Namun, sebelum pengumuman BI tersebut, IHSG sempat tertekan pada 19–22 Agustus 2025. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks melemah 0,50% ke posisi 7.858,85 dalam sepekan, lebih dalam dibanding pekan sebelumnya yang turun tipis 0,06% ke level 7.533,38. Kapitalisasi pasar juga ikut terkoreksi 0,81% menjadi Rp14.131 triliun dari Rp14.247 triliun pada pekan sebelumnya.

    Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan pelemahan IHSG saat itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, kebijakan suku bunga China yang tetap tidak berubah di tengah perang tarif dagang. Kedua, keputusan BI memangkas suku bunga acuan ke 5%, yang di luar ekspektasi konsensus pasar.

    Meski sempat melemah, pasar berbalik arah setelah keputusan BI dipersepsikan positif bagi perekonomian dan sektor saham tertentu. Dalam riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, sentimen pemangkasan suku bunga mendorong sektor properti, konsumer, bahan baku, serta perbankan dan finansial sebagai unggulan.

    Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, memaparkan faktor-faktor pendorongnya:

    1. Properti – Prospek penjualan membaik karena bunga kredit lebih rendah berpotensi meningkatkan permintaan.
    2. Konsumer non-siklikal – Sektor defensif yang cenderung dipilih investor saat risiko global meningkat, dengan dukungan sentimen domestik.
    3. Bahan baku dan industri – Penguatan seiring rebound aktivitas ekonomi.
    4. Perbankan dan finansial – Mendapat manfaat langsung dari penurunan suku bunga, dengan biaya dana lebih murah, potensi pertumbuhan kredit lebih besar, dan perannya sebagai tulang punggung IHSG.

    Meski demikian, analis mengingatkan bahwa dampak pemangkasan suku bunga bisa bersifat sementara tanpa katalis tambahan. Stabilitas rupiah dan peluang pelonggaran moneter The Fed disebut sebagai faktor penting untuk menjaga arus modal asing tetap masuk ke pasar Indonesia.

  • Pelaku Pasar Saham Cemas Pelemahan Ekonomi Indonesia

    Pelaku Pasar Saham Cemas Pelemahan Ekonomi Indonesia

    Serratalhadafc.com – Pelaku pasar saham Indonesia mengaku cemas atas Pelemahan ekonomi Indonesia ke depan. Dibuktikan oleh lesunya data purchasing managers index atau PMI manufaktur hingga pertumbuhan pinjaman bank.

    “Saat ini market ekonomi kalau dilihat data masih cukup lemah. Kita lihat data PMI empat bulan di bawah 50, loan growth 7,8 (persen), semakin turun. Jadi ekonomi secara umum lemah,” ujar Head of Multi Asset Eastspring Investments Erik Susanto kepada Anugerahslot Finance di Jakarta, Rabu (20/8/2025).

    Di sisi lain, Erik melihat pergerakan pasar saham di seluruh dunia lebih didorong oleh rewriting valuasi, bukan melalui fundamentalnya sendiri. “Jadi itu yang kita pantau. Kita juga tidak mau terlalu agresif,” imbuh dia.

    Menyikapi situasi pasar saat ini, Eastspring Investments Indonesia banyak fokus pada pembelian saham di dua sektor, yakni perbankan dan konsumen.

    “Karena perbankan itu sumber motor perekonomian Indonesia. Sektor-sektor lainnya kita pilih salah satunya sektor consumer, karena Indonesia adalah berbasis ekonomi domestik,” ungkapnya.

    “Jadi kita fokus di consumer dengan support dari pemerintah, baik dari kebijakan moneter juga fiskal untuk men-support ekonomi. Itu juga akan men-support perbankan, dan juga consumer yang kita pilih saat ini,” dia menambahkan.

    Tunggu Pemangkasan Suku Bunga Acuan

    Lebih lanjut, Erik menyebut investor di pasar saham dan obligasi tengah menanti lanjutan edisi dari pemangkasan suku bunga acuan The Fed dan juga Bank Indonesia. Ia memprediksi, kebijakan itu akan kembali dilakukan oleh dua bank sentral tersebut jelang akhir 2025 ini.

    “Penurunan suku bunga itu sudah hampir pasti. The Fed akan memotong suku bunga 2-3 kali, di September nanti itu sudah hampir pasti,” kata dia.

    “Bank Indonesia sendiri kita prediksi masih ada satu kali lagi pemotongan. Tahun depan masih ada dua kali,” dia menekankan.

    Baik untuk Saham dan Obligasi

    Dengan pemotongan suku bunga, Erik menilai itu otomatis akan baik untuk kelas aset saham dan obligasi. Semisal untuk saham, perusahaan-perusahan yang punya utang interest cost-nya akan turun.

    Di sisi lain, itu bakal turut tercermin pada penurunan yield obligasi. Erik memprediksi, itu bakal turun dari saat ini di kisaran 6,4 persen menjadi 6,2 persen di akhir tahun.

    “Namun, kita harus berhati-hati, di tengah valuasi pasar yang tinggi, di equity, juga bonds dan yield yang udah turun, itu juga kita harus menjaga fluktuasi dan juga risiko untuk nasabah,” ia mengingatkan.

  • Investor Pemula Perhatikan Hal Ini Jika Ingin Cuan Investasi Saham

    Investor Pemula Perhatikan Hal Ini Jika Ingin Cuan Investasi Saham

    Serratalhadafc.com – Edukasi menjadi fondasi utama bagi investor yang ingin sukses di pasar saham. Hal tersebut diungkapkan CEO Stockwise Douglas Goh dalam acara bertajuk The Art of Multibagger Investing.

    Salah satunya strategi investasi saham yang berpotensi memberikan keuntungan berlipat atau dikenal dengan istilah multibagger. Konsep ini mengajarkan investor untuk tidak hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, namun juga memahami potensi pertumbuhan nilai saham dalam jangka panjang.

    “Di tengah derasnya arus informasi dan tren pasar yang cepat berubah, investor pemula maupun berpengalaman membutuhkan pemahaman mendalam agar dapat mengambil keputusan investasi yang tepat. Stockwise hadir sebagai jembatan untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan strategi yang terbukti berhasil di lapangan,” ujar Douglas dikutip Anugerahslot Finance Minggu (3/8/2025).

    Sementara itu, Chief Investment Officer (CIO) Stockwise Andry Hakim menambahkan, konsep multibagger investing bukan hanya teori, namun sudah terbukti menjadi strategi yang mampu mencetak portofolio investasi yang kuat dalam jangka panjang.

    “Kami ingin mengajak para investor Indonesia untuk tidak terjebak dalam spekulasi jangka pendek. Melalui pendekatan analisis fundamental yang solid, siapa pun bisa memiliki peluang mendapatkan multibagger stock,” jelasnya.

    Sebagai komunitas saham terbesar di tanah air, Stockwise tidak hanya menjadi wadah berbagi informasi, tetapi juga aktif menggelar berbagai program edukasi berkala, mulai dari kelas daring, workshop, hingga seminar langsung yang menghadirkan para pakar di bidangnya. Konsistensi inilah yang membuat Stockwise menjadi referensi utama bagi ribuan investor dalam membangun portofolio investasi yang sehat dan berkelanjutan.

    Melihat Efek Kesepakatan Tarif AS-Indonesia Terhadap Pasar Saham

    Sebelumnya, untuk melihat apakah perjanjian dagang Indonesia-Amerika Serikat secara agregat berdampak positif atau negatif, tentunya sentimen pasar akan menjadi hal yang lebih mudah untuk dilihat.

    Terkait ini, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, berpendapat bahwa terlepas dari segala pro-kontra yang ada, hasil dari kesepakatan perdagangan ini diterima dengan baik oleh pasar keuangan.

    Semenjak tercapainya kesepakatan, IHSG telah naik sebesar 3.68%, yang merupakan kenaikan terbesar diantara bursa saham lain di Asia yang mana bursa lain tidak mendapatkan sentimen positif sebesar Indonesia.

    “Hasil kesepakatan dagang ini sudah membuat kita terhindar dari kemungkinan terburuk dari ketidakpastian berkepanjangan,” ujar Fakhrul, Selasa (29/7/2025).

    Walaupun memang ada beberapa pertanyaan yang muncul terkait dengan pembelian barang-barang dari Amerika Serikat, Fakhrul lebih memandang ini secara neraca dagang adalah netral. “Hal ini karena sebenarnya pembelian pesawat dan produk pertanian dampak utamanya adalah adanya pergeseran vendor dari negara lain ke Amerika Serikat. Kita harus paham, ini kondisinya berat, lanjut Fakhrul menambahkan.

    Impor

    Re-wiring impor Indonesia dari negara lain ke Amerika Serikat harus dilakukan. Selain itu, lanjut Fakhrul, terlepas dari hasil perjanjian dagang dengan Amerika Serikat, Indonesia harus mengoptimalkan prospek dari EU-CEPA sehingga pasar kita ke negara lain terutama Uni Eropa tetap terjaga.

    Terkait kontroversi utama yang mengemuka tentang data masyarakat Indonesia, Fakhrul menyatakan bahwa negara tetap harus mengutamakan kepentingan Rakyat Indonesia. Hal ini lanjut Fakhrul karena menurutnya data adalah masa depan perekonomian dunia dan Indonesia harus tetap mengutamakan ketahanan nasional dan terus berusaha mencari implementasi yang win-win dengan mitra dagang Indoensia.

    Setelah kesepakatan dagang, Fakhrul memandang, hal yang harus diperhatikan selanjutnya untuk perbaikan ekonomi adalah tiga hal, yakni percepatan belanja pemerintah dan insentif, lalu penerbitan DimSum Bond dan Kangaroo Bond Pemerintah dalam mata uang RMB dan AUD untuk membantu likuiditas nasional dan keberlanjutan dari pemotongan suku bunga Bank Indonesia.

  • Pasar Saham RI Bangkit di Tengah Gejolak Global, IHSG Melesat pada Triwulan II 2025

    Pasar Saham RI Bangkit di Tengah Gejolak Global, IHSG Melesat pada Triwulan II 2025

    Serratalhadafc.com – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengungkapkan bahwa pasar saham Indonesia berhasil mencatatkan kinerja positif pada triwulan II tahun 2025, meskipun dibayangi oleh ketegangan perdagangan dan konflik geopolitik global.

    Menurut Mahendra, penguatan ini mencerminkan ketahanan pasar terhadap tekanan eksternal, sekaligus mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi nasional.

    “Di tengah sentimen negatif akibat dinamika perdagangan dan ketegangan geopolitik global, pasar saham domestik justru menunjukkan penguatan pada triwulan II 2025 dibandingkan kuartal sebelumnya,” ujar Mahendra dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung LPS, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

    IHSG Naik 6,41% Secara Kuartalan

    OJK mencatat bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 6.927,68 per 30 Juni 2025, naik 6,41% secara kuartalan (qtq). Meski secara tahunan (year-to-date/ytd) masih tercatat melemah 2,15%, kapitalisasi pasar tetap terjaga di angka Rp12.178 triliun.

    “IHSG ditutup menguat sebesar 6,41% qtq pada akhir Juni, meskipun secara ytd masih turun 2,15%. Namun, nilai kapitalisasi pasar tetap solid di Rp12.178 triliun,” ungkap Mahendra.

    Investor Asing Masih Net Sell

    Di tengah penguatan tersebut, investor asing atau nonresiden justru mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp23,65 triliun selama kuartal II. Secara kumulatif sepanjang tahun, net sell asing mencapai Rp59,33 triliun, mencerminkan sikap hati-hati investor global terhadap risiko pasar negara berkembang.

    IHSG Melesat di Juli 2025

    Namun tren positif berlanjut memasuki Juli 2025. Hingga tanggal 25 Juli, IHSG tercatat melonjak ke level 7.543,50, yang berarti menguat 6,55% secara year-to-date (ytd). Penguatan ini menjadi sinyal positif bahwa pasar mulai kembali ke jalur pemulihan, didorong oleh sentimen domestik yang membaik dan fundamental ekonomi yang relatif stabil.

    Penghimpunan Dana di Pasar Modal Menguat, Cerminkan Optimisme Dunia Usaha

    Tren positif di pasar modal Indonesia pada triwulan II 2025 tak hanya tercermin dari penguatan IHSG, tetapi juga dari sisi penghimpunan dana yang menunjukkan peningkatan signifikan. Selama periode tersebut, nilai Penawaran Umum (PU) tercatat mencapai Rp142,62 triliun, mencerminkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari pelaku usaha terhadap iklim investasi nasional.

    Dari total tersebut, sebesar Rp8,49 triliun berasal dari 16 emiten baru yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Capaian ini menegaskan bahwa pasar modal tetap menjadi pilihan strategis bagi perusahaan dalam mencari sumber pendanaan jangka panjang.

    “Penghimpunan dana di pasar modal pada triwulan II 2025 tetap menunjukkan tren positif. Nilai Penawaran Umum mencapai Rp142,62 triliun, dan Rp8,49 triliun di antaranya berasal dari 16 emiten baru,” ujar Mahendra Siregar.

    Kinerja ini sekaligus menunjukkan bahwa, meskipun pasar global sedang bergejolak, kepercayaan terhadap prospek ekonomi domestik tetap kuat, baik dari investor maupun pelaku usaha di dalam negeri.

    Aktivitas Korporasi Tetap Dinamis, Bursa Karbon Tunjukkan Perkembangan Positif

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat adanya 13 pipeline Penawaran Umum yang tengah dalam proses, dengan nilai indikatif mencapai Rp9,80 triliun. Kehadiran pipeline ini menunjukkan bahwa aktivitas korporasi di pasar modal tetap dinamis, serta memberi sinyal positif terhadap keberlanjutan momentum pertumbuhan yang telah terbangun pada kuartal sebelumnya.

    Di luar pasar saham dan aktivitas penghimpunan dana, OJK turut menyoroti perkembangan signifikan pada Bursa Karbon, yang resmi diluncurkan pada 26 September 2023. Hingga 30 Juni 2025, Bursa Karbon telah mencatat 112 pengguna jasa yang telah mengantongi izin resmi.

    “Sejak diluncurkan, Bursa Karbon mencatat total volume sebesar 1.599.322 tCO₂e dengan nilai transaksi akumulatif mencapai Rp77,95 miliar,” ujar Mahendra Siregar.

    Peningkatan partisipasi dan transaksi ini mencerminkan pertumbuhan kesadaran serta komitmen pelaku usaha terhadap aspek keberlanjutan dan pengelolaan emisi karbon, sekaligus mengukuhkan Bursa Karbon sebagai salah satu instrumen strategis dalam agenda transisi energi nasional.

  • Mirae Asset Sekuritas Targetkan 1 Juta Nasabah di 2026, Resmikan Community Center Terbesar di Pluit

    Mirae Asset Sekuritas Targetkan 1 Juta Nasabah di 2026, Resmikan Community Center Terbesar di Pluit

    Serratalhadafc.com – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menargetkan pertumbuhan signifikan dalam jumlah nasabah, yakni mencapai 1 juta nasabah pada tahun 2026. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan menargetkan penambahan 400.000 nasabah baru hingga akhir 2025, dari posisi saat ini yang sudah melebihi 370.000 nasabah.

    Sebagai bagian dari strategi ekspansi dan penguatan layanan, Mirae Asset meresmikan Mirae Asset Community Center Pluit, sebuah kantor cabang sekaligus pusat edukasi investasi yang terletak di wilayah strategis Pluit, Jakarta Utara.

    “Tahun ini Mirae Asset akan fokus pada penguatan layanan nasabah melalui optimalisasi fungsi gerai sebagai pusat edukasi dan pendampingan investasi yang didukung oleh peningkatan kapabilitas teknologi,” ujar Tomi Taufan, Direktur Mirae Asset, dalam acara peresmian yang digelar Anugerahslot Finance pada Rabu, 23 Juli 2025.

    Lokasi Strategis dan Peran Sentral di Jakarta Utara

    Community Center Pluit merupakan bagian dari upaya revitalisasi salah satu cabang tertua dan tersukses milik Mirae Asset. Berdiri sejak 15 tahun lalu, kantor ini telah menjadi salah satu cabang dengan performa terbaik setiap tahunnya. Dengan fasilitas yang kini telah diperbarui dan lebih lengkap, kantor ini diharapkan bisa berperan lebih optimal sebagai pusat komunitas dan edukasi bagi masyarakat sekitar, khususnya pelaku usaha di wilayah Jakarta Utara.

    Jaringan Luas dan Fokus Edukasi

    Mirae Asset saat ini memiliki total 49 gerai di seluruh Indonesia, menjadikannya sebagai sekuritas dengan jaringan gerai terbanyak ketiga di Bursa Efek Indonesia (BEI). Gerai tersebut terdiri dari:

    • 26 Office Education (OE)
    • 4 Kantor Perwakilan IDX
    • 19 Galeri Investasi IDX di kampus dan gedung perkantoran

    Dengan diresmikannya Community Center Pluit, cabang ini kini menjadi yang terbesar di wilayah Jabodetabek, menandai langkah besar dalam memperkuat kehadiran Mirae Asset di pasar ritel dan komunitas investor lokal.

    Peresmian ini juga menjadi simbol komitmen perusahaan dalam memperluas literasi dan edukasi keuangan, serta memperkuat basis nasabah melalui pendekatan komunitas yang lebih personal dan berbasis teknologi.

    Fasilitas Premium dan Layanan Edukasi Terintegrasi

    Dengan peningkatan fasilitas yang signifikan, Mirae Asset berharap jangkauan layanan kepada nasabah dan masyarakat sekitar dapat semakin luas serta meningkatkan pengalaman investasi yang lebih personal dan berkualitas.

    Community Center Pluit kini hadir dengan nuansa mewah dan modern, dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung edukasi seperti:

    • Ruang konsultasi VIP
    • Ruang edukasi berkapasitas besar
    • Dukungan tim Investment Solution yang berpengalaman

    Keberadaan Tim Investment Solution di cabang ini memberikan layanan tambahan bagi nasabah yang selama ini hanya dilayani secara online. Beberapa layanan eksklusif yang ditawarkan antara lain:

    • Pendampingan langsung dalam transaksi
    • Personalisasi portofolio investasi
    • Edukasi perilaku investasi yang berkelanjutan

    Layanan tambahan tersebut akan dikenakan biaya layanan khusus, namun ditujukan untuk menghadirkan pengalaman investasi yang lebih menyeluruh dan profesional.

    “Kebutuhan nasabah tidak cukup hanya dengan edukasi dasar. Banyak yang membutuhkan pendampingan lebih dalam. Maka, kami ingin mengoptimalkan peran Tim Investment Solution agar ke depannya hadir di seluruh kantor OE kami. Perpaduan antara layanan online dan offline akan menjadi solusi yang saling melengkapi,” jelas Tomi Taufan.

    Pusat Edukasi Investasi Komunitas di Jakarta Utara

    Sebagai bagian dari peresmian Community Center Pluit, Mirae Asset juga menyelenggarakan tur fasilitas kantor dan berbagai seminar edukatif seputar investasi. Kegiatan ini terbuka bagi masyarakat dan nasabah, dengan topik mencakup:

    • Investasi obligasi
    • Reksa dana
    • Tinjauan ekonomi makro dan pasar modal terkini

    Seminar-seminar tersebut menghadirkan narasumber internal dari tim riset dan investasi Mirae Asset, serta mitra profesional dari manajer investasi eksternal, menciptakan wadah pembelajaran yang komprehensif dan berkualitas bagi komunitas investor lokal.

    Dengan konsep community center ini, Mirae Asset menegaskan komitmennya dalam memperkuat literasi keuangan masyarakat serta membangun hubungan yang lebih erat dengan komunitas nasabah melalui pendekatan edukatif dan layanan premium berbasis kebutuhan nyata.

    Mirae Asset Sarankan Reksa Dana Pendapatan Tetap sebagai Pilihan Investasi di Tengah Ketidakpastian Pasar

    Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu serta fluktuasi pasar yang tinggi, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengimbau para investor untuk mempertimbangkan instrumen reksa dana pendapatan tetap yang menawarkan pendapatan pasif bulanan (monthly passive income bond fund).

    Menurut M. Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset, situasi pasar yang penuh tekanan justru membuka peluang untuk berinvestasi pada aset yang lebih stabil dan dapat memberikan penghasilan rutin.

    “Reksa dana pendapatan tetap dengan pendapatan pasif rutin bulanan menjadi alternatif strategis, terutama di tengah volatilitas dan ketidakpastian yang tinggi seperti saat ini,” ujar Arief dalam acara Media Day: July 2025 yang diselenggarakan oleh Mirae Asset.

    Tren Arus Modal Keluar di Pasar Saham Indonesia

    Sementara itu, Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, mengungkapkan adanya tren arus modal keluar (capital outflow) dari pasar saham Indonesia, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan kinerja positif.

    Per 11 Juli 2025, IHSG naik tipis ke level 7.091 dari posisi akhir tahun 2024 di angka 7.079. Namun, sepanjang tahun berjalan, pasar mencatat arus dana asing keluar sebesar Rp 57,9 triliun, termasuk sebesar Rp 4,3 triliun hanya pada bulan Juli.

    Fenomena ini menunjukkan bahwa penguatan IHSG lebih banyak didorong oleh investor domestik yang aktif melakukan transaksi di pasar saham.

    Dengan situasi tersebut, Mirae Asset menilai bahwa investasi pada reksa dana pendapatan tetap dengan imbal hasil rutin dapat menjadi pilihan yang lebih aman dan menguntungkan bagi investor yang menginginkan stabilitas dan pendapatan pasif di tengah ketidakpastian pasar.

    Pasar Obligasi Catat Arus Dana Asing Masuk Signifikan

    Berbeda dengan pasar saham, pasar obligasi justru mencatat arus dana asing masuk (foreign inflow) yang cukup besar. Pada bulan Juli saja, investor asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp 17,2 triliun, sehingga total akumulasi sejak awal tahun mencapai sekitar Rp 70 triliun.

    Tren positif ini didorong oleh penurunan suku bunga BI Rate pada semester pertama 2025 serta harapan akan adanya pemangkasan The Fed Fund Rate (FFR) pada semester kedua tahun ini.

    Menurut Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset:

    “Meski tekanan dari pihak seperti Trump agar The Fed menurunkan FFR secara agresif terus meningkat, kami memperkirakan Bank Sentral AS akan tetap berhati-hati dan lebih memilih memantau perkembangan data ekonomi sebelum memutuskan besaran dan kecepatan penurunan suku bunga selanjutnya.”

  • Bursa Saham Israel Catat Rekor Tertinggi dan Keuntungan Terbesar di Timur Tengah Selama Perang

    Bursa Saham Israel Catat Rekor Tertinggi dan Keuntungan Terbesar di Timur Tengah Selama Perang

    Serratalhadafc.com – Bursa saham Israel mencatat rekor tertinggi dan meraih keuntungan terbesar dibandingkan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah, meskipun tengah menghadapi perang yang berlangsung selama 22 bulan sejak 7 Oktober 2023.

    Mengutip Anugerahslot CNBC, Jumat (18/7/2025), Israel menjalankan operasi perang multi-front sambil mempertahankan mobilisasi ratusan ribu pasukan yang biasanya menjadi bagian dari angkatan kerja nasional. Meski diwarnai tuduhan kejahatan perang di pengadilan internasional dan menghadapi gelombang protes serta gejolak politik dalam negeri, kondisi ekonomi Israel tetap kokoh.

    Kepercayaan investor mulai pulih, didukung oleh investasi asing yang signifikan, terutama setelah konflik singkat selama 12 hari dengan Iran. Bursa Efek Tel Aviv sempat mengalami penurunan tajam hingga 23% dalam sebulan pasca serangan Hamas dan deklarasi perang pada Oktober 2023. Namun, pasar modal Israel berhasil bangkit dan bahkan melampaui level sebelum perang pada kuartal pertama 2024. Hingga 17 Juli 2025, indeks Bursa Efek Tel Aviv naik lebih dari 200% dari titik terendah pada Oktober 2023.

    Meski Produk Domestik Bruto (PDB) Israel mengalami penyusutan hampir 20% pada kuartal terakhir 2023 akibat penurunan tajam dalam konsumsi dan investasi swasta akibat perang, pertumbuhan moderat sebesar 2% sepanjang tahun tersebut serta tambahan pertumbuhan 1% pada 2024 terutama berasal dari belanja pemerintah.

    Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan aktivitas ekonomi Israel akan tumbuh sebesar 4,9% pada 2026.

    Sebuah laporan yang diterbitkan pada Juli 2025 di situs resmi Bursa Efek Tel Aviv menyebutkan bahwa pada tahun 2024 sekitar 161.000 rekening perdagangan baru dibuka di pasar modal Israel. Angka ini menunjukkan lonjakan tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun 2023. Pada paruh pertama 2025, tambahan 87.000 rekening perdagangan baru dibuka, dengan sekitar 33.000 di antaranya berasal dari perusahaan investasi.

    Keberhasilan ini menegaskan ketahanan ekonomi Israel di tengah tekanan perang dan tantangan politik, sekaligus menjadi magnet bagi investor domestik maupun asing untuk terus menanamkan modal di pasar saham negara tersebut.

    Peningkatan Kepercayaan Investor Dorong Pertumbuhan Pasar Modal Israel

    Head of Data Bursa Efek Tel Aviv (TASE), Hadar Romano, menjelaskan bahwa tahun 2023 diwarnai oleh ketidakpastian yang cukup besar di pasar modal Israel. Namun pada 2024, tren tersebut mulai berbalik. Masyarakat semakin aktif terlibat di pasar modal dengan membuka rekening perdagangan baru. Kondisi harga indeks TASE yang relatif rendah menjadi kesempatan bagi banyak investor untuk masuk ke pasar modal lokal, yang turut mendorong tingginya volume perdagangan.

    Sementara itu, CEO Israel’s Startup Nation Central, Avi Hasson, menyoroti sejumlah faktor yang meningkatkan kepercayaan investor terhadap Israel. Dalam wawancaranya dengan CNBC, Hasson mengatakan:

    “Sebagai hasil dari apa yang telah terjadi selama 22 bulan terakhir, investor global kini mulai melirik kawasan Timur Tengah, khususnya Israel. Risiko yang dihadapi oleh keamanan dan ekonomi Israel sebenarnya telah menurun.”

    Tahun lalu, Israel berhasil melemahkan kemampuan musuh-musuh utamanya, terutama Hizbullah Lebanon, serta menghadapi konflik dengan Iran pada Juni. Bantuan Amerika Serikat secara luas dianggap memberikan pukulan berat terhadap kemampuan Teheran dalam mengancam Israel.

    Hasson juga menambahkan bahwa investor kini mulai melihat lebih dekat fundamental ekonomi Israel, terutama sektor teknologi yang sangat dinamis. Dengan tingkat kelahiran bayi yang meningkat dan banyaknya perusahaan baru yang didirikan, Israel menjadi sorotan global. Investor dan perusahaan internasional mulai membayangkan potensi pertumbuhan kawasan ini, tidak hanya dalam kondisi saat ini, tetapi juga dalam beberapa bulan dan tahun mendatang.

    Dengan faktor-faktor tersebut, pasar modal Israel semakin menarik minat para investor, yang diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi di negara tersebut ke depannya.

    Sektor Teknologi dan Investasi Asing Jadi Penopang Kekuatan Ekonomi Israel

    Sektor teknologi telah menjadi salah satu pilar utama keberhasilan ekonomi Israel. Produk dan layanan berteknologi tinggi menyumbang sekitar 20% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu serta 56% dari total ekspor global Israel. “Keberhasilan ini sebagian besar berkat investasi besar pemerintah dalam penelitian dan pengembangan,” ujar para ahli ekonomi.

    Sejak awal perang, sektor pertahanan Israel juga semakin menarik perhatian investor asing, bahkan dari negara-negara Arab. Salah satu contohnya adalah kehadiran perusahaan pertahanan Israel yang kuat dalam pameran pertahanan IDEX di Abu Dhabi pada Februari tahun ini, menandakan peningkatan kerja sama dan minat di bidang ini.

    Investasi asing berperan besar dalam mendongkrak pasar saham dan sektor properti Israel. Pada Mei 2025 saja, investor asing membeli saham di Bursa Efek Tel Aviv (TASE) senilai sekitar 2,5 miliar shekel, setara dengan USD 743 juta atau sekitar Rp 12,1 triliun (dengan asumsi kurs dolar AS ke rupiah sekitar 16.297). Sejak awal tahun 2025, total akuisisi asing mencapai sekitar 9,1 miliar shekel, atau USD 2,7 miliar, setara dengan Rp 44 triliun, menurut laporan media Israel, Ynet.

    Data dari Bank Sentral Israel menunjukkan bahwa kewajiban yang belum dibayar kepada investor asing meningkat sekitar USD 27,5 miliar (sekitar 5,2%) pada kuartal keempat, mencapai sekitar USD 554 miliar pada akhir kuartal tersebut. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kombinasi peningkatan harga surat berharga Israel yang dimiliki oleh investor non-residen serta aliran investasi neto yang berkelanjutan dari investor asing ke Israel.

    Di sisi mata uang, shekel Israel menguat hampir 7% terhadap dolar AS setelah konflik Israel-Iran pada Juni 2025. Sementara itu, S&P Global Market Intelligence memperkirakan inflasi harga di Israel akan tetap berada dalam kisaran target bank sentral pada kuartal ketiga 2025. Kondisi ini membuka peluang bagi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, yang diharapkan dapat semakin mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

    Kombinasi sektor teknologi yang kuat dan dukungan investasi asing yang masif menjadikan Israel sebagai kekuatan ekonomi yang tangguh meski di tengah ketegangan geopolitik.

  • Ketegangan Dagang dan Musim Laporan Keuangan Tekan Pasar Saham AS

    Ketegangan Dagang dan Musim Laporan Keuangan Tekan Pasar Saham AS

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Amerika Serikat kembali berada di bawah tekanan pada perdagangan Minggu malam waktu setempat, menyusul meningkatnya kekhawatiran investor terhadap memanasnya hubungan dagang dan akan dimulainya musim laporan keuangan kuartal kedua.

    Mengutip laporan dari Anugerahslot Finance pada Selasa (15/7/2025), kontrak berjangka untuk ketiga indeks utama menunjukkan penurunan serentak. Indeks S&P 500 futures (ES=F) tercatat melemah 0,4%, diikuti oleh Nasdaq 100 futures (NQ=F) yang juga turun 0,4%, serta Dow Jones Industrial Average futures (YM=F) yang mengalami koreksi serupa.

    Tekanan ini muncul setelah pernyataan mengejutkan dari mantan Presiden Donald Trump pada akhir pekan lalu. Dalam pernyataannya pada Sabtu, Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mulai menerapkan tarif baru sebesar 30% terhadap produk impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus mendatang.

    Pengumuman tersebut langsung menimbulkan kekhawatiran pasar terhadap potensi ketegangan dagang yang kembali meningkat, serta risiko naiknya inflasi di tengah upaya pemulihan ekonomi global yang masih berlangsung.

    Merespons kabar tersebut, pihak Uni Eropa dan Meksiko menyatakan kesiapan mereka untuk melanjutkan dialog dengan pemerintah AS guna mencari solusi damai atas kebijakan tarif tersebut.

    Penurunan pasar ini sekaligus memperpanjang tren negatif yang telah terlihat sejak pekan sebelumnya. Ketiga indeks utama mengalami koreksi setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan selama tiga minggu berturut-turut.

    Meski begitu, posisi ketiga indeks masih bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa, menunjukkan bahwa optimisme pasar belum sepenuhnya pudar di tengah dinamika global yang terus berubah.

    Data Inflasi dan Ketegangan Politik Jadi Sorotan Investor Pekan Ini

    Memasuki pekan baru, perhatian pelaku pasar keuangan akan tertuju pada rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sangat dinantikan. Data inflasi ini diperkirakan akan memberikan sinyal penting mengenai seberapa besar dampak kebijakan tarif terhadap harga-harga barang dan jasa di berbagai sektor ekonomi Amerika Serikat.

    Selain itu, investor juga mulai berspekulasi mengenai langkah kebijakan moneter berikutnya dari Federal Reserve (The Fed). Bank sentral AS dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga dalam waktu kurang dari dua minggu. Pasar tengah mencermati apakah tekanan inflasi yang meningkat akan mendorong The Fed untuk menahan, menurunkan, atau bahkan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

    Situasi kian rumit dengan munculnya ketidakpastian politik yang membayangi arah kebijakan ekonomi. Ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed kembali mencuat, menyusul pernyataan Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, dalam wawancaranya dengan ABC News pada Minggu. Hassett menyatakan bahwa Presiden Donald Trump memiliki wewenang untuk mencopot Ketua The Fed, Jerome Powell, jika terdapat alasan yang mendasari.

    Pernyataan tersebut memperbesar kekhawatiran pasar atas independensi The Fed, serta memperparah suasana ketidakpastian di tengah kondisi ekonomi global yang masih rentan terhadap guncangan kebijakan.

    Musim Laporan Keuangan Dimulai, Investor Pantau Kinerja Bank dan Raksasa Teknologi

    Musim laporan keuangan kuartal kedua resmi dimulai pekan ini, menjadi fokus utama bagi investor yang ingin mengukur kesehatan sektor korporasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Deretan bank-bank besar Amerika Serikat dijadwalkan mengumumkan kinerja mereka, menandai awal periode penting dalam pasar modal.

    Salah satu yang paling disorot adalah Wells Fargo (WFC). Laporan keuangan bank besar ini menarik perhatian karena menjadi yang pertama sejak berhasil keluar dari pengawasan regulasi ketat yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.

    Tak hanya sektor perbankan, investor juga menantikan laporan dari sektor teknologi. Netflix (NFLX) dijadwalkan menjadi perusahaan teknologi besar pertama yang merilis hasil kinerja kuartalannya. Laporan ini akan menjadi barometer awal bagi kinerja raksasa teknologi lainnya yang akan menyusul dalam beberapa minggu ke depan.

    Sementara itu, perusahaan semikonduktor seperti ASML (ASML) dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) juga menjadi sorotan. Kedua perusahaan ini diperkirakan akan memberikan wawasan penting terkait perkembangan industri chip, khususnya yang terkait dengan teknologi kecerdasan buatan (AI), yang saat ini menjadi motor pertumbuhan utama sektor teknologi global.

    Beberapa perusahaan besar lainnya yang juga dijadwalkan merilis laporan keuangan dalam waktu dekat antara lain PepsiCo (PEP), United Airlines (UAL), dan American Express (AXP). Kinerja mereka akan memberikan gambaran lintas sektor — dari konsumsi, transportasi, hingga layanan keuangan — yang sangat dinantikan pasar sebagai penentu arah indeks saham utama dalam beberapa pekan ke depan.

  • Pasar Saham AS Tertekan Jelang Musim Laporan Keuangan, Ketegangan Dagang Jadi Sorotan

    Pasar Saham AS Tertekan Jelang Musim Laporan Keuangan, Ketegangan Dagang Jadi Sorotan

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan pada perdagangan Minggu malam waktu setempat, dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap ketegangan dagang yang kembali memanas serta menjelang dimulainya musim laporan keuangan kuartal kedua.

    Dilansir dari Anugerahslot Finance pada Selasa (15/7/2025), kontrak berjangka untuk ketiga indeks utama Wall Street kompak menunjukkan pelemahan. Indeks S&P 500 futures (ES=F) tercatat turun 0,4%, seiring dengan Nasdaq 100 futures (NQ=F) yang juga melemah 0,4%. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average futures (YM=F) mengalami penurunan serupa, sekitar 0,4%.

    Tekanan ini menyusul pernyataan mengejutkan dari mantan Presiden Donald Trump pada Sabtu lalu. Ia mengumumkan bahwa AS akan mulai memberlakukan tarif baru sebesar 30% terhadap barang-barang impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus mendatang. Kebijakan ini memicu kekhawatiran baru terkait hubungan dagang global, serta potensi lonjakan inflasi di tengah proses pemulihan ekonomi dunia.

    Sebagai respons, pihak Uni Eropa dan Meksiko menyatakan kesiapan mereka untuk melanjutkan dialog dengan AS guna meredakan ketegangan dan membahas kebijakan tarif lebih lanjut.

    Tekanan pasar ini memperpanjang tren koreksi dari pekan sebelumnya, setelah tiga minggu berturut-turut mengalami kenaikan. Meski begitu, posisi ketiga indeks utama masih bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa, mencerminkan optimisme yang masih ada di kalangan investor, meski dibayangi sentimen negatif jangka pendek.

    Pasar Waspada, Investor Menanti Data Inflasi dan Sikap The Fed

    Pekan ini, perhatian para investor akan tertuju pada rilis data inflasi konsumen (IHK) yang sangat dinantikan. Data ini diharapkan menjadi indikator penting dalam membaca dampak lanjutan dari kebijakan tarif terhadap kenaikan harga di berbagai sektor ekonomi Amerika Serikat.

    Selain itu, pelaku pasar juga menanti arah kebijakan moneter Federal Reserve, yang dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga dalam waktu kurang dari dua minggu. Spekulasi pun bermunculan mengenai apakah The Fed akan tetap bersikap hati-hati atau mengambil langkah lebih agresif dalam mengendalikan inflasi.

    Di tengah ketidakpastian tersebut, tensi antara Gedung Putih dan The Fed kembali meningkat. Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, dalam wawancara dengan ABC News pada Minggu (waktu setempat), menyatakan bahwa Presiden Trump dapat mencopot Ketua The Fed, Jerome Powell, jika ada alasan yang cukup.

    Pernyataan ini turut menambah tekanan psikologis pasar, yang sudah bergulat dengan kekhawatiran tentang hubungan dagang internasional dan arah kebijakan ekonomi dalam negeri. Para analis menilai, kombinasi antara ketegangan politik dan risiko inflasi dapat meningkatkan volatilitas pasar dalam beberapa waktu ke depan.

    Musim Laporan Keuangan Dimulai, Investor Pantau Bank dan Raksasa Teknologi

    Musim laporan keuangan kuartal kedua resmi dimulai pekan ini, dengan perhatian pasar tertuju pada deretan perusahaan besar yang dijadwalkan mengungkap kinerja terbarunya. Sektor keuangan menjadi sorotan awal, di mana sejumlah bank besar Amerika Serikat akan membuka rangkaian laporan tersebut.

    Wells Fargo (WFC) menjadi salah satu yang paling dinantikan, terutama setelah berhasil keluar dari pengawasan regulasi ketat selama lebih dari satu dekade. Kinerja bank ini dinilai bisa mencerminkan kekuatan sektor perbankan di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.

    Sementara itu, Netflix (NFLX) akan memimpin laporan dari sektor teknologi. Kinerja perusahaan streaming ini disebut-sebut sebagai tolok ukur awal bagi raksasa teknologi lainnya yang akan menyusul.

    Dari industri semikonduktor, laporan dari ASML dan Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) sangat ditunggu karena dinilai mampu memberikan gambaran penting terkait tren dan permintaan terhadap chip berbasis kecerdasan buatan (AI) yang tengah meningkat pesat.

    Selain itu, sejumlah nama besar seperti PepsiCo (PEP), United Airlines (UAL), dan American Express (AXP) juga dijadwalkan menyampaikan hasil kinerjanya dalam waktu dekat. Investor akan memantau perkembangan ini secara ketat, termasuk potensi pergerakan di sektor IPO serta aksi korporasi seperti merger dan akuisisi.