Tag: strategi

  • HUMI Catat Kinerja Positif di Kuartal II-2025, Pendapatan Tumbuh 12,16%

    HUMI Catat Kinerja Positif di Kuartal II-2025, Pendapatan Tumbuh 12,16%

    Serratalhadafc.com – PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) berhasil mencatatkan kinerja yang solid pada Kuartal II tahun 2025. Pencapaian ini mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menjalankan strategi pertumbuhan berkelanjutan dan ekspansi yang tepat sasaran.

    Berdasarkan laporan keuangan interim per 30 Juni 2025, HUMI mencatatkan pendapatan usaha sebesar USD 64,71 juta, naik 12,16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD 57,69 juta. Pertumbuhan pendapatan ini terutama didorong oleh peningkatan signifikan pada segmen jasa sewa kapal, khususnya di sektor oil tanker.

    Pendapatan dari jasa sewa kapal di segmen oil tanker tercatat mencapai USD 20,77 juta, melonjak 188,04% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD 7,21 juta. Sementara itu, laba tahun berjalan tercatat sebesar USD 5,58 juta, tumbuh 7,74% dibandingkan laba bersih pada Kuartal II-2024 yang sebesar USD 5,18 juta.

    Direktur Utama HUMI, Tirta Hidayat, menyampaikan kepada Anugerahslot Finance bahwa peningkatan kinerja perusahaan tahun ini ditopang oleh penambahan armada selama tahun 2024.

    “HUMI terus memperluas jangkauan operasional dengan menambah armada serta memperkuat segmen bisnis utama,” ujar Tirta, Jumat (1/8/2025).

    Dari sisi neraca, total aset HUMI per 30 Juni 2025 tercatat sebesar USD 327,65 juta, meningkat 18,75% dibandingkan posisi aset pada periode yang sama tahun 2024 yang sebesar USD 275,92 juta.

    Total liabilitas juga mengalami kenaikan sebesar 38,60%, dari USD 108,17 juta menjadi USD 149,92 juta. Sementara itu, total ekuitas HUMI tumbuh sebesar 5,95%, dari USD 167,75 juta menjadi USD 177,73 juta per akhir Juni 2025.

    Kinerja positif ini menunjukkan bahwa HUMI berada pada jalur yang tepat dalam memperkuat posisinya di industri maritim, khususnya di segmen pengangkutan minyak yang tengah berkembang pesat.

    HUMI Targetkan Akuisisi 10 Kapal di 2025, Realisasi Capai 54%

    Sepanjang tahun 2025, PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) menargetkan akuisisi sebanyak 10 kapal baru sebagai bagian dari strategi ekspansi dan peningkatan kapasitas armada. Hingga awal Agustus 2025, perusahaan telah merealisasikan pembelian tiga kapal, yakni Mac Singapore, Marlin 88, dan Trans Pacific 201. Realisasi tersebut telah mencapai 54% dari total anggaran yang telah dialokasikan untuk tahun ini.

    Langkah akuisisi armada ini difokuskan pada penguatan segmen oil tanker serta marine support, dua lini bisnis utama HUMI yang terus menunjukkan pertumbuhan. Perseroan berkomitmen untuk memenuhi sisa target pembelian kapal hingga akhir tahun 2025.

    Dalam pernyataannya, Direktur Utama HUMI, Tirta Hidayat, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang berperan dalam mendukung perjalanan dan pertumbuhan perusahaan.

    “Terlepas dari ketidakpastian situasi politik dan ekonomi global, HUMI terus berupaya menjaga konsistensi dalam meningkatkan kinerja. Kami berkomitmen melakukan mitigasi risiko, mengoptimalkan operasional, serta menjadikan keberlanjutan sebagai prinsip dasar dalam menjalankan bisnis,” ujar Tirta, Jumat (1/8/2025).

    Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para karyawan, pelanggan, mitra usaha, dan seluruh pemangku kepentingan atas kepercayaan dan dukungan yang telah diberikan kepada HUMI selama ini.

    Lebih jauh, penambahan armada dan ekspansi bisnis HUMI tidak hanya menjadi bagian dari strategi pertumbuhan perusahaan, tetapi juga bentuk kontribusi aktif dalam mendorong kemajuan industri perkapalan nasional. HUMI berharap langkah ini dapat memperkuat daya saing sektor maritim Indonesia sekaligus mendorong praktik bisnis yang berkelanjutan.

    HUMI Lakukan Restrukturisasi Armada melalui Transaksi Antar Anak Usaha

    PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) terus menunjukkan langkah strategis dalam memperkuat struktur bisnisnya. Salah satu upaya terbaru dilakukan melalui restrukturisasi kepemilikan armada kapal dengan melibatkan transaksi antar entitas anak usaha. Dua kapal tug boat, yakni Semar Delapan Puluh Dua dan Semar Delapan Puluh Tiga, dialihkan kepemilikannya dari PT Baraka Alam Sari (BAS) kepada PT Humpuss Transportasi Curah (HTC).

    Langkah ini diambil dalam rangka konsolidasi bisnis dan penyelarasan fokus operasional masing-masing anak perusahaan. HTC akan lebih memfokuskan diri pada pelayanan di segmen yang membutuhkan armada tug boat, sementara BAS akan dapat mengalokasikan sumber dayanya untuk mengembangkan lini bisnis lainnya secara lebih optimal.

    “Ini merupakan bagian dari strategi HUMI untuk memperkuat sinergi antar anak perusahaan, sekaligus meningkatkan efisiensi dan ketepatan dalam pengelolaan aset,” ungkap Direktur Utama HUMI, Tirta Hidayat dalam keterangannya yang disampaikan melalui keterbukaan informasi BEI, Minggu (27/7/2025).

    Dengan adanya restrukturisasi ini, HUMI berupaya menciptakan struktur bisnis yang lebih terorganisir berdasarkan spesialisasi masing-masing entitas. Strategi ini diharapkan mampu mendorong efisiensi operasional serta mendukung pencapaian target jangka panjang Perseroan.

    HUMI juga menegaskan bahwa langkah restrukturisasi ini dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dan seluruh ketentuan regulasi yang berlaku. Langkah ini bukan sekadar efisiensi jangka pendek, melainkan bagian dari upaya memperkuat daya saing dan membuka ruang kolaborasi serta ekspansi usaha di masa depan.

    “Kami akan terus mengevaluasi dan menyesuaikan strategi seiring perkembangan industri. Fokus utama kami adalah membangun pertumbuhan yang berkelanjutan serta menciptakan ekosistem bisnis yang terintegrasi dan adaptif,” tambah Tirta.

    Dengan mengoptimalkan aset dan meningkatkan sinergi internal, HUMI memperkuat posisinya sebagai pemain kunci di industri maritim nasional, sekaligus memberikan nilai tambah jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan.

    HUMI Optimis dengan Strategi Pertumbuhan Kuat di Tahun 2025

    PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) menyatakan optimisme tinggi terhadap strategi pertumbuhan yang semakin diperkuat untuk tahun 2025. Perusahaan berencana melakukan berbagai langkah strategis guna meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing di pasar global.

    Direktur Utama HUMI, Tirta Hidayat, menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2025, perusahaan menargetkan akuisisi sebanyak 10 kapal baru sekaligus mengembangkan layanan logistik pendukung LNG (Liquefied Natural Gas). Untuk mewujudkan hal tersebut, HUMI telah mengalokasikan anggaran investasi sebesar USD 39,57 juta.

    “Kami berkomitmen menghadirkan keseimbangan antara efisiensi operasional, kepuasan pelanggan, dan prinsip keberlanjutan. Dengan penerapan Plan Maintenance System serta optimalisasi penggunaan bunker, seluruh armada kami mampu memberikan dampak positif bagi pelanggan sekaligus memperkuat posisi HUMI sebagai perusahaan pelayaran yang kompetitif di pasar global,” ujar Tirta dalam keterangan resmi yang dirilis di Jakarta, Minggu (6/4/2025).

    Adapun rencana penambahan armada tersebut meliputi 4 kapal Oil & Chemical Tanker, 5 kapal Tugboat, 1 Platform Supply Vessel (PSV), serta kapal pendukung logistik LNG. Tirta menegaskan bahwa HUMI akan tetap agresif dalam penganggaran pembelian Oil & Chemical Tanker, untuk memanfaatkan peluang dari terbatasnya ketersediaan kapal pengangkut jenis ini di pasar.

    Dengan strategi ini, HUMI berharap dapat terus memperluas jaringan dan meningkatkan kualitas layanan, sehingga mampu mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan dan memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam industri maritim nasional dan internasional.

  • Investor Pantau Batas Waktu Tarif AS, Pasar Bersiap Hadapi Dampaknya

    Investor Pantau Batas Waktu Tarif AS, Pasar Bersiap Hadapi Dampaknya

    Serratalhadafc.com – Para investor global tengah mencermati perkembangan kebijakan tarif dari Washington, seiring berakhirnya masa penangguhan sementara atas pungutan impor. Jika batas waktu tersebut lewat pada Rabu tanpa munculnya eskalasi ketegangan dagang, hal ini berpotensi memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan.

    Dilansir dari Channel Anugerahslot Asia, Minggu (6/7/2025), para negosiator Amerika Serikat (AS) saat ini tengah berpacu dengan waktu untuk mencapai kesepakatan dagang dengan lebih dari selusin mitra utama sebelum tenggat 9 Juli. Langkah ini dilakukan guna menghindari kenaikan tarif lebih tinggi yang telah lama diisyaratkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

    Trump dalam beberapa hari terakhir terus meningkatkan tekanan terhadap mitra dagang. Pada Rabu lalu, ia mengumumkan kesepakatan baru dengan Vietnam yang akan mengenakan tarif sekitar 20 persen lebih rendah dari sebelumnya terhadap sejumlah ekspor utama negara tersebut. Sementara itu, pembicaraan dengan India menunjukkan kemajuan, tetapi dialog dagang dengan Jepang—sekutu dekat AS sekaligus mitra dagang terbesar keenam—masih menghadapi hambatan.

    Di tengah dinamika kebijakan tersebut, pasar saham AS justru menunjukkan performa impresif. Setelah sempat terpukul akibat pengumuman tarif Trump pada awal April, indeks S&P 500 berhasil mencatatkan kenaikan sekitar 26% sejak titik terendahnya pada 8 April. Kinerja ini didorong oleh hasil keuangan perusahaan yang solid serta ketahanan ekonomi AS di tengah perubahan kebijakan yang cukup drastis.

    Namun, lonjakan ini lebih banyak digerakkan oleh investor ritel dan program pembelian kembali saham oleh korporasi, bukan oleh investor institusi. Bahkan, meskipun S&P 500 mencetak rekor baru, menurut estimasi Deutsche Bank, minat investor terhadap saham secara umum masih belum pulih sepenuhnya ke level sebelum Februari.

    Lisa Shalett, Chief Investment Officer Morgan Stanley Wealth Management, menyebut reli ini sebagai “reli yang rapuh dan sarat spekulasi”, mengingat fondasi utamanya bukan berasal dari partisipasi institusi besar atau arus modal kuat yang konsisten.

    Dengan waktu yang terus berjalan menuju tenggat tarif, pasar kini menanti apakah diplomasi dagang AS akan menghasilkan kesepakatan konkret atau justru memicu ketegangan baru yang berisiko mengguncang kembali stabilitas ekonomi global.

    Investor Tetap Waspada Meski Ketegangan Tarif Mereda, Reli Pasar Dinilai Didominasi Sektor Ritel

    Dalam sepekan terakhir, lonjakan pasar saham AS dinilai lebih banyak digerakkan oleh aktivitas investor ritel ketimbang lembaga keuangan besar. “Menurut saya, pergerakan ini sebagian besar didorong oleh sektor ritel. Sementara posisi lembaga masih cenderung netral,” ujar seorang analis pasar.

    Kondisi ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar. Para analis mencatat bahwa meskipun tidak ada lonjakan besar dalam ketegangan tarif baru-baru ini, investor tetap waspada terhadap sejumlah risiko seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan tingginya valuasi saham yang sudah melampaui rata-rata historis.

    Namun, di tengah kekhawatiran itu, ada harapan bahwa berlalunya batas waktu tarif pada Rabu mendatang tanpa adanya eskalasi berarti bisa menjadi sinyal positif bagi pasar dalam jangka pendek.

    “Saya rasa yang terjadi saat ini lebih banyak ancaman dan gertakan politik. Saya tidak melihat itu sebagai sesuatu yang membahayakan pasar secara signifikan,” ujar Irene Tunkel, Chief US Equities Strategist di BCA Research.

    Meski begitu, para investor juga tidak menaruh ekspektasi berlebihan. Mereka tidak melihat batas waktu tarif ini sebagai solusi permanen atas ketegangan dagang antara AS dan mitra-mitra globalnya.

    “Saya pribadi tidak melihat ini sebagai tenggat yang benar-benar tegas,” ucap Julian McManus, Portfolio Manager di Janus Henderson Investors.

    Ia menjelaskan bahwa penangguhan tarif selama 90 hari sebelumnya diberikan karena pasar sedang dalam kondisi tertekan, dan pemerintah membutuhkan waktu untuk menenangkan situasi sekaligus membuka ruang negosiasi baru. “Ini sebenarnya hanya waktu tambahan untuk mencoba mencari titik temu atau solusi jangka menengah,” katanya.

    Secara keseluruhan, meski situasi terlihat lebih tenang, dinamika pasar global masih sangat bergantung pada perkembangan kebijakan perdagangan AS dalam beberapa hari mendatang.

    Investor Masih Hati-Hati, Tapi Potensi Kenaikan Pasar Saham Masih Terbuka Lebar

    Strategis Deutsche Bank, Parag Thatte, mengungkapkan bahwa sikap hati-hati investor dalam menambah eksposur saham saat ini mengingatkan pada kondisi setelah koreksi pasar akibat pandemi pada Maret 2020. Kala itu, alokasi dana untuk saham kembali meningkat, namun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan pemulihan indeks pasar utama.

    “Ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk peningkatan eksposur saham, yang bisa menjadi sinyal positif bagi pasar jika semua kondisi tetap stabil,” jelas Thatte.

    Sementara itu, berdasarkan analisis Reuters terhadap data LSEG, setelah melalui semester pertama yang penuh gejolak, indeks S&P 500 kini memasuki periode yang secara historis kuat. Selama 20 tahun terakhir, bulan Juli tercatat sebagai bulan terbaik untuk indeks ini, dengan rata-rata pengembalian sebesar 2,5%.

    Ke depan, perhatian investor akan tertuju pada rilis data ekonomi penting, terutama laporan inflasi dan hasil kinerja kuartal kedua perusahaan. Data tersebut akan menjadi indikator utama bagi pelaku pasar untuk menilai kesehatan ekonomi AS serta kemungkinan arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve.

    “Kita berada di titik kritis di mana para investor institusi harus menentukan sikap—apakah mereka akan percaya pada reli pasar ini atau justru mengambil langkah sebaliknya,” ujar Lisa Shalett, Chief Investment Officer Morgan Stanley Wealth Management.

  • Ketegangan Geopolitik dan Krisis Fiskal AS Guncang Pasar Global

    Serratalhadafc.com – Ketegangan antara kekuatan ekonomi dunia kembali meningkat, terutama antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, menyusul rencana kebijakan tarif impor yang memicu keresahan pasar global.

    Salah satu isu utama adalah rencana AS untuk menaikkan tarif impor hingga 50% terhadap berbagai produk asal Eropa. Meskipun rencana tersebut akhirnya ditunda, ketidakpastian yang ditimbulkan telah memengaruhi sentimen pelaku pasar secara luas, terutama di sektor perdagangan internasional.

    Sektor Manufaktur Terpukul, Bursa Global Bergejolak

    Langkah AS menaikkan tarif nyata pada baja dan aluminium langsung berdampak signifikan. Indeks saham global mengalami tekanan hebat, sementara sektor manufaktur dan ekspor-impor menjadi korban utama.

    Akibatnya, investor Anugerahslot melakukan aksi jual besar-besaran, yang memicu lonjakan volatilitas di pasar modal dunia.

    “Dalam situasi seperti ini, investor cenderung beralih ke aset yang lebih aman dan stabil. Perang dagang bisa menjadi pemicu pergeseran alokasi modal secara global,” tulis tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dikutip Sabtu (7/6/2025).

    Krisis Fiskal AS Tambah Kekhawatiran

    Di tengah memanasnya perang dagang, kondisi semakin rumit dengan munculnya kekhawatiran fiskal di Amerika Serikat. Pemerintah AS mengajukan rencana anggaran jangka panjang dengan proyeksi defisit hingga USD 3 triliun dalam 10 tahun ke depan, yang dinilai terlalu agresif oleh para ekonom.

    Rencana ini menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas manajemen fiskal AS, menyebabkan lonjakan yield obligasi pemerintah, sebuah sinyal bahwa investor menilai risiko investasi di surat utang AS semakin tinggi.

    Ketidakpastian global ini menambah tekanan terhadap perekonomian dunia dan membuka kemungkinan pergeseran arus modal internasional dalam waktu dekat.

    Lonjakan Yield Obligasi Picu Aksi Jual dan Pergeseran Aset Global

    Ketegangan fiskal di Amerika Serikat mendorong yield obligasi tenor 10 tahun dan 30 tahun masing-masing menembus level 4,6% dan 5%. Kenaikan ini menandakan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap risiko fiskal AS.

    Kondisi tersebut memicu arus keluar dari aset berisiko, termasuk saham, seiring investor global mulai merelokasi dana ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti obligasi dan emas.

    “Ketika imbal hasil obligasi melonjak, itu mencerminkan permintaan kompensasi risiko yang lebih tinggi oleh investor. Dalam sejarah pasar, lonjakan yield seperti ini seringkali menjadi sinyal akan datangnya guncangan besar,” ujar Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

    Emas Kembali Jadi Pilihan Utama Investor

    Dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, emas kembali menjadi aset safe haven favorit. Harga emas dunia tercatat naik tajam hingga USD 3.350 per ons, tumbuh lebih dari 1,8% dalam waktu singkat.

    Di Indonesia, harga emas ikut terdongkrak, mencapai Rp1,8 juta per gram, naik dari sebelumnya Rp1,79 juta. Kenaikan ini didorong oleh permintaan tinggi dari investor ritel maupun institusi, termasuk bank sentral berbagai negara yang memperkuat cadangan emasnya.

    “Emas kini bukan sekadar pelindung nilai, melainkan simbol stabilitas di tengah ketidakpastian. Pergerakan harga emas menjadi indikator utama sentimen pasar terhadap risiko global,” tulis tim riset Mirae Asset.

    Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian Global: Diversifikasi Jadi Kunci

    Dalam situasi pasar yang penuh gejolak seperti saat ini, diversifikasi portofolio menjadi langkah penting bagi para investor. Mengombinasikan aset seperti saham, obligasi, dan emas terbukti efektif dalam menjaga stabilitas nilai investasi.

    “Jika satu aset mengalami penurunan, aset lainnya bisa menjadi penahan kerugian. Ini adalah prinsip utama dalam pengelolaan risiko,” tulis tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

    Dollar Cost Averaging (DCA) Dinilai Efektif di Masa Volatilitas

    Selain diversifikasi, strategi Dollar Cost Averaging (DCA) juga dianjurkan, terutama di tengah fluktuasi tajam. Dengan berinvestasi secara berkala dalam jumlah tetap—baik di saham maupun emas—investor dapat menghindari risiko membeli di harga tertinggi.

    “Pendekatan DCA memungkinkan investor memperoleh harga rata-rata yang lebih aman dalam jangka panjang.”

    Jika tren harga emas berlanjut naik dan benar-benar mencapai Rp2,1 juta per gram, seperti diprediksi banyak analis, maka memiliki eksposur terhadap emas akan menjadi langkah cerdas.

    Sesuaikan Portofolio dengan Profil Risiko

    Investor juga perlu menyesuaikan alokasi aset berdasarkan profil risiko pribadi:

    • Investor konservatif disarankan menambah porsi emas hingga 20% dari total portofolio.
    • Investor agresif tetap bisa mendominasi portofolionya dengan saham, tetapi wajib menyisihkan sebagian ke emas sebagai pelindung nilai.

    “Emas bukan sekadar aset lindung nilai, tapi juga penyelamat portofolio saat pasar bergejolak,” pungkas Mirae Asset Sekuritas Indonesia.