Serratalhadafc.com – Bursa saham di Amerika Serikat (AS) atau biasa disebut Wall Street berakhir melemah pada penutupan perdagangan Jumat (5/9/2025). Pelemahan bursa saham ini terjadi setelah laporan ketenagakerjaan AS lebih lemah dari perkiraan.
Hal ini berdampak ke dua hal, yaitu memicu harapan penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) tetapi sekaligus menimbulkan kecemasan akan perlambatan ekonomi.
Mengutip AnugerahslotCNBC, Sabtu (6/9/2025), Indeks S&P 500 turun 0,32% ke level 6.481,50, Nasdaq Composite melemah tipis 0,03% ke 21.700,39, sementara Dow Jones Industrial Average kehilangan 220,43 poin atau 0,48% ke 45.400,86.
Ketiga indeks saham acuan ini sempat mencetak rekor intraday baru di awal sesi perdagangan.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan perekonomian hanya menambah 22.000 lapangan kerja pada Agustus, jauh di bawah perkiraan 75.000. Sedangkan untuk tingkat pengangguran naik ke 4,3%, sesuai ekspektasi analis.
Perkuat Spekulasi Investor
Data ini semakin memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini. Bahkan menurut data FedWatch, sebagian pelaku pasar mulai memperhitungkan potensi pemangkasan 50 basis poin.
Managing Partner di Harris Financial Group Jamie Cox menjelaskan, pertumbuhan lapangan kerja yang lambat, kenaikan pengangguran, serta upah yang moderat memperlihatkan pasar tenaga kerja benar-benar melambat.
“The Fed kini punya alasan kuat untuk memangkas suku bunga,” kata dia.
Kinerja Sepekan
Meskipun pasar saham melemah pada Jumat, S&P 500 dan Nasdaq masih menutup pekan dengan kenaikan masing-masing 0,33% dan 1,14%. Sebaliknya, Dow Jones turun 0,32% sepanjang pekan.
Sektor perbankan tertekan, dengan saham JPMorgan dan Wells Fargo melemah karena kekhawatiran perlambatan ekonomi dapat menekan pertumbuhan kredit. Perusahaan industri seperti Boeing dan GE Aerospace juga ikut tergelincir akibat prospek pesanan yang bisa menurun.
Namun, tidak semua saham tertekan. Broadcom justru mencatat lonjakan 9,4% setelah laporan keuangannya melampaui ekspektasi Wall Street.
Sebaliknya, Nvidia turun 2,7% karena kekhawatiran persaingan yang semakin ketat di sektor chip AI. Palantir juga terkoreksi sekitar 2% di tengah tekanan pada saham-saham teknologi berbasis kecerdasan buatan.
Serratalhadafc.com – Pasar saham di kawasan Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (5/9/2025). Sentimen positif ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memangkas tarif impor mobil asal Jepang dari 27,5% menjadi 15%.
Kebijakan tersebut sekaligus memperkuat komitmen Jepang untuk menanamkan investasi senilai USD 550 miliar di berbagai proyek di AS.
Mengutip Anugerahslot CNBC, indeks utama di Jepang menjadi motor penguatan regional. Nikkei 225 melonjak 1,39%, sementara Topix naik 0,86%, didorong oleh data pengeluaran rumah tangga yang pada Juli 2025 tumbuh 1,4% secara tahunan.
Dari Korea Selatan, Kospi tercatat menguat 0,26% dan Kosdaq naik 0,35%. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 menambah 0,58%.
Namun, berbeda dengan tren regional, kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong bergerak di level 25.021, sedikit lebih rendah dibanding penutupan Kamis (25.058,51). Hal ini mengindikasikan adanya potensi pelemahan pada awal perdagangan.
Sementara itu, di Asia Tenggara, pasar saham Malaysia dan Indonesia tidak beroperasi karena libur nasional.
Wall Street Menguat, Investor Nantikan Data Ketenagakerjaan AS
Sementara itu, bursa berjangka Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada Jumat pagi menjelang publikasi laporan ketenagakerjaan Agustus yang akan dirilis malam waktu setempat. Investor menaruh harapan bahwa data tersebut dapat memperkuat peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Pada perdagangan Kamis (4/9/2025) di New York, tiga indeks utama Wall Street kompak ditutup di zona hijau. Indeks S&P 500 naik 0,83% ke 6.502,08, mencetak rekor penutupan ke-21 sepanjang tahun ini. Nasdaq Composite juga bertambah 0,98% menjadi 21.707,69, sementara Dow Jones Industrial Average menguat 350,06 poin atau 0,77% ke posisi 45.621,29.
Trump Pangkas Tarif Mobil Jepang, Resmikan Kesepakatan Dagang Baru
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis (4/9/2025) resmi menandatangani perintah eksekutif yang memangkas tarif impor mobil serta sejumlah produk asal Jepang. Kebijakan ini juga menandai implementasi kesepakatan dagang yang pertama kali diumumkan pada Juli lalu.
Mengutip Newsweek, Jumat (5/9/2025), tarif mobil asal Jepang dipangkas dari 27,5% menjadi 15%. Aturan ini akan berlaku tujuh hari setelah diterbitkan, sementara beberapa keringanan tarif berlaku surut sejak 7 Agustus. Pemangkasan tarif tersebut merupakan bagian dari negosiasi perdagangan yang lebih luas antara Washington dan Tokyo.
Tarif tinggi sebelumnya menjadi beban besar bagi produsen Jepang. Toyota, misalnya, memperkirakan kerugian hingga USD 10 miliar akibat bea tambahan atas mobil ekspor ke pasar AS.
“Kami menghargai kepemimpinan Presiden Trump dalam mengamankan kesepakatan ini. Kerangka kerja baru ini memberikan kejelasan yang sangat dibutuhkan,” tulis Toyota dalam pernyataannya.
Tak hanya di sektor otomotif, Jepang juga sepakat meningkatkan impor produk pertanian dari AS senilai USD 8 miliar per tahun. Komoditas yang masuk daftar antara lain beras, jagung, kedelai, pupuk, dan bioetanol.
Selain itu, pemerintah Jepang berkomitmen menyalurkan investasi jumbo di AS dengan total nilai USD 550 miliar. Investasi tersebut akan berbentuk ekuitas, pinjaman, hingga jaminan yang disalurkan melalui bank-bank milik negara.
Jepang Pastikan Tarif Rendah untuk Sektor Strategis
Kesepakatan dagang baru ini juga memberi Jepang kepastian tarif rendah untuk sejumlah produk strategis, seperti cip semikonduktor dan farmasi. Selain itu, bea masuk untuk pesawat komersial serta suku cadangnya dihapus sepenuhnya.
Negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, bahkan terbang langsung ke Washington demi mendorong percepatan penerbitan perintah eksekutif tersebut. Bagi Jepang—yang merupakan mitra dagang terbesar kelima AS—kesepakatan ini dianggap sebagai jaminan penting untuk menjaga stabilitas akses perdagangan di pasar Amerika.
Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan sepekan, 25–29 Agustus 2025. Meski mayoritas sektor saham menghijau, IHSG tetap terkoreksi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 0,36% ke level 7.830,49. Pada pekan sebelumnya, IHSG juga terkoreksi 0,50% ke posisi 7.858,85.
Menariknya, kapitalisasi pasar justru bertambah 0,36% menjadi Rp14.182 triliun dibanding pekan lalu sebesar Rp14.131 triliun.
Senior Market Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa pergerakan IHSG dipengaruhi kombinasi faktor domestik dan global. Dari sisi domestik, stabilitas politik dan keamanan menjadi salah satu penopang.
Sementara dari eksternal, dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat turut memengaruhi pasar. “Sikap politik Presiden AS Donald Trump dalam intervensi kebijakan gubernur the Fed dan dewan gubernur the Fed menjadi faktor penting,” jelas Nafan.
Ia menambahkan, Federal Reserve (the Fed) masih belum cukup agresif dalam kebijakan jangka panjang. Kondisi tersebut mendorong campur tangan politik Trump terhadap independensi the Fed.
Di sisi lain, BEI Anugerahslot mencatat lonjakan signifikan pada rata-rata nilai transaksi harian. Angkanya melonjak 40,69% menjadi Rp25,22 triliun, dibanding pekan lalu yang sebesar Rp17,92 triliun.
Rata-Rata Volume Transaksi Harian
Selain nilai transaksi, aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan juga menunjukkan peningkatan. Rata-rata volume transaksi harian naik 19,56% menjadi 47,19 miliar saham dibanding pekan lalu sebanyak 39,47 miliar saham. Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian bertambah 8,80% menjadi 2,31 juta kali transaksi dari 2,12 juta kali transaksi pada pekan sebelumnya.
Dari sisi investor asing, tercatat masih ada aksi beli bersih senilai Rp1,49 triliun. Meski demikian, jumlah tersebut lebih rendah dibanding pekan lalu yang mencapai Rp2,73 triliun.
Secara sektoral, mayoritas indeks saham menghijau. Dari 11 sektor, hanya tiga yang melemah, yakni:
Consumer nonsiklikal turun 1,98%,
Consumer siklikal terkoreksi 1,92%,
Teknologi melemah 0,38%.
Sebaliknya, sektor saham industri mencatatkan kenaikan paling tinggi dengan lonjakan 7,18%, menjadi penopang utama IHSG di tengah koreksi pasar.
IHSG Melemah, Sejumlah Sektor Saham Tetap Menguat
Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi pada perdagangan 25–29 Agustus 2025, sebagian besar sektor saham masih mencatatkan penguatan.
Sektor properti dan real estate naik 2,85%, disusul sektor energi yang menguat 1,74%, serta sektor transportasi dan logistik yang bertambah 0,34%. Kenaikan juga terjadi pada sektor infrastruktur sebesar 0,17%, sektor keuangan 0,11%, sektor basic materials 0,13%, dan sektor perawatan kesehatan 0,03%.
Dengan penguatan ini, tercatat delapan sektor berhasil ditutup di zona hijau, sementara tiga sektor lainnya—consumer nonsiklikal, consumer siklikal, dan teknologi—berada di zona merah.
Selain itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga merilis daftar 10 saham dengan kenaikan harga tertinggi (top gainers) sepanjang sepekan terakhir. Daftar ini mencerminkan saham-saham yang mampu mencatat performa terbaik di tengah kondisi IHSG yang terkoreksi.
Top Gainers Sepekan
1.PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) melonjak 113,15% menjadi Rp 3.080 per saham dari Rp 1.445 per saham.
2.PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR) melonjak 112,84% menjadi Rp 630 per saham dari pekan lalu Rp 296 per saham.
3.PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) melonjak 92,86% menjadi Rp 2.430 per saham dari pekan lalu Rp 1.260 per saham.
4.PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE) melonjak 67,86% menjadi Rp 1.880 per saham dari pekan lalu Rp 1.120 per saham.
5.PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) melonjak 63,24% menjadi Rp 1.665 per saham dari pekan lalu Rp 1.020 per saham.
6.PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) melonjak 62,04% menjadi Rp 175 per saham dari pekan lalu Rp 108 per saham.
7.PT Voksel Electric Tbk (VOKS) melonjak 61,86% menjadi Rp 314 per saham dari pekan lalu Rp 194 per saham.
8.PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) melonjak 59,62% menjadi Rp 83 per saham dari pekan lalu Rp 52 per saham.
9.PT Multi Makmur Lemindo Tbk (PIPA) melonjak 56,12% menjadi Rp 153 per saham dari pekan lalu Rp 98 per saham.
10.PT Obm Drilchem Tbk (OBMD) melonjak 55,34% menjadi Rp 320 per saham dari pekan lalu Rp 206 per saham.
Top Losers Sepekan
Selain itu, 10 saham alami koreksi terbesar atau top losers selama sepekan. Berikut 10 saham top losers berdasarkan data BEI:
1.PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) merosot 26,02% menjadi Rp 1.180 per saham dari pekan lalu Rp 1.595 per saham.
2.PT Shield On Service Tbk (SOSS) merosot 22,02% menjadi Rp 655 per saham dari pekan lalu Rp 840 per saham.
3.PT Wir Asia Tbk (WIRG) merosot 17,57% menjadi Rp 183 per saham dari pekan lalu Rp 222 per saham.
4.PT Verona Indah Pictures Tbk (VERN) merosot 16,90% menjadi Rp 118 per saham dari pekan lalu Rp 142 per saham.
5.PT Royal Prima Tbk (PRIM) merosot 14,71% menjadi Rp 87 per saham dari pekan lalu Rp 102 per saham.
6.PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) merosot 14,29% menjadi Rp 102 per saham dari pekan lalu Rp 119 per saham.
7.PT Data Sinergitama Jaya Tbk (ELIT) merosot 14,16% menjadi Rp 194 per saham dari pekan lalu Rp 226 per saham.
8. PT Griptha Putra Persada Tbk (GRPH) merosot 14,10% menjadi Rp 67 per saham dari pekan lalu Rp 78 per saham.
9.PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) merosot 13,93% menjadi Rp 210 per saham dari pekan lalu Rp 244 per saham.
10. PT Golden Flower Tbk (POLU) merosot 13,88% menjadi Rp 6.050 per saham dari pekan lalu Rp 7.025 per saham.
Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan pada penutupan perdagangan sesi pertama, Jumat, 29 Agustus 2025. IHSG hari ini pada sesi pertama anjlok 2,27% ke posisi 7.771,28.
Koreksi tajam IHSG ini terjadi di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Selain itu, aksi demonstrasi yang merebak di dalam negeri turut menjadi sentimen negatif. Kondisi domestik ini dinilai lebih kuat memicu tekanan dibandingkan faktor global.
Pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.913,86 dan level terendah 7.767,17. Sebanyak 662 saham melemah sehingga bebani IHSG. 89 saham menguat dan 49 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.625.838 kali dengan volume perdagangan 34 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 13,3 triliun.
Pada perdagangan sesi pertama, mayoritas sektor saham memerah kecuali sektor saham industri naik 0,13%. Sektor saham siklikal merosot 4,69%, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham infrastruktur turun 3,5% dan sektor saham properti tergelincir 3,41%.
Selain itu, sektor saham energi susut 2,71%, sektor saham basic terpangkas 3,47%. Lalu sektor saham consumer nonsiklikal melemah 1,7%, sektor saham kesehatan melemah 1,76%, sektor keuangan terpangkas 2,55%, sektor saham teknologi susut 2,47%, dan sektor saham transportasi melemah 1,79%.
Pada pembukaan perdagangan sesi kedua, IHSG mulai kembali naik. Pada pukul 14.20 WIB, IHSG turun 1,25% ke posisi 7.853. Indeks LQ45 susut 1,25% ke posisi 801.
Gerak Saham pada Sesi Pertama
Harga saham BBCA turun 1,8% ke posisi Rp 8.175 per saham. Harga saham BBCA dibuka melemah 25 poin ke posisi Rp 8.250 per saham. Saham BBCA berada di level tertinggi Rp 8.275 dan terendah Rp 8.150 per saham. Total frekuensi perdagangan 36.089 kali dengan volume perdagangan 1.019.462 saham. Nilai transaksi Rp 838,2 miliar.
Harga saham ANTM susut 2,35% ke posisi Rp 2.910 per saham. Harga saham ANTM dibuka melemah 20 poin ke posisi Rp 2.960 per saham. Saham ANTM berada di level tertinggi Rp 3.020 dan terendah Rp 2.910 per saham. Total frekuensi perdagangan 14.550 kali dengan volume perdagangan 969.930 saham. Nilai transaksi Rp 285,5 miliar.
Di sisi lain, harga saham COCO naik 9,38% ke posisi Rp 525 per saham. Harga saham COCO berada di level tertinggi Rp 525 dan terendah Rp 625 per saham. Total frekuensi perdagangan 210 kali dengan volume perdagangan 47.880 saham. Nilai transaksi Rp 2,5 miliar.
Kata Analis
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menuturkan, pada pembukaan IHSG melemah seiring ada aksi demonstrasi terutama pada Jumat, 29 Agustus 2025.
“Bahkan kondisi politik dan keamanan domestik berpengaruh besar terhadap pelemahan IHSG pagi ini,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia mengatakan, kinerja IHSG pada September selama lima tahun terakhir rata-rata tergolong bearish. Akan tetapi, IHSG pada Oktober hingga Desember tergolong bullish. “Bila IHSG konsisten di perdagangkan di bawah 7.750, potensi bearish consolidation phase terbuka lebar,” kata dia.
Di tengah koreksi IHSG, Nafan mengatakan, untuk mengakumulasi seleksi saham dengan prospek yang solid. “Beli saat harga sudah turun dalam, realisasikan keuntungan jika perlu, dan utilisasi manajemen risiko secara efektif,” kata dia.
Tunggu dan Perhatikan Dengan Baik
Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, koreksi IHSG terjadi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Saat ini, rupiah berada di posisi 16.450 per dolar AS.
“Di sisi lain, ada aksi profit taking dari para investor dengan adanya perkembangan dari aksi penyampaian pendapat dari beberapa elemen dan menimbulkan insiden kemarin,” ujar dia.
Ia menambahkan, dengan terkoreksinya IHSG, investor dapat cenderung wait and see sambil mencermati perkembangan domestik yang terjadi.
Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung terkoreksi ke zona merah pada awal perdagangan Jumat (29/8/2025). Pelemahan ini terjadi sehari setelah aksi demonstrasi besar pada 28 Agustus yang berakhir ricuh dan menambah kekhawatiran pelaku pasar.
Berdasarkan data RTI Anugerahslot, IHSG dibuka di level 7.899,88, turun dari penutupan sebelumnya di posisi 7.952,08. Hingga pukul 09.25 WIB, IHSG masih tertekan, merosot 43 poin atau 0,56% ke level 7.907,10.
Penggiat Pasar Modal Indonesia, Reydi Octa, menilai IHSG berpotensi menghadapi tekanan jangka pendek akibat kombinasi faktor eksternal dan internal. Dari luar negeri, ekspektasi inflasi yang masih tinggi di Amerika Serikat memunculkan kekhawatiran bahwa The Federal Reserve akan menunda pemangkasan suku bunga, sehingga meningkatkan kewaspadaan investor global.
“Pasar global masih dibayangi ketidakpastian. Dari AS, ekspektasi inflasi yang masih tinggi bisa membuat The Fed menunda pemangkasan suku bunga,” jelas Reydi kepada Liputan6.com.
Dari sisi domestik, dinamika politik dalam negeri turut menekan sentimen. Pada perdagangan sebelumnya, IHSG memang sempat menguat tipis 0,20%, meski asing mencatat jual bersih Rp 279 miliar. Namun, potensi koreksi masih terbuka lebar akibat capital outflow dan meningkatnya tensi politik pascademo.
“Dengan kondisi global yang tidak pasti, ditambah aksi massa yang memanas, pasar cenderung berhati-hati. Koreksi jangka pendek bisa terjadi,” tambah Reydi.
Untuk strategi investasi, ia menyarankan investor mengambil sikap wait and see terlebih dahulu. Namun, sektor-sektor defensif seperti consumer staples dan telekomunikasi masih layak diperhatikan apabila gejolak politik dan aksi massa terus berlanjut.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada awal perdagangan Jumat (29/8/2025), sehari setelah aksi demo besar-besaran yang berakhir ricuh.
Mengutip data RTI, IHSG dibuka di level 7.899,88, turun dari penutupan sebelumnya di 7.952,08. Hingga pukul 09.25 WIB, IHSG masih tertekan dengan pelemahan 43 poin atau 0,56% ke posisi 7.907,10.
Sepanjang sesi pagi, IHSG bergerak di rentang 7.912,48 (tertinggi) hingga 7.847,16 (terendah).
Tekanan jual terlihat dominan, tercermin dari 457 saham melemah, sedangkan hanya 105 saham yang menguat, dan 125 saham stagnan. Aktivitas perdagangan tercatat sebanyak 491.817 kali, dengan volume 11,5 miliar saham dan nilai transaksi harian Rp34,1 triliun. Sementara itu, kurs dolar AS berada di kisaran Rp16.385.
Mayoritas sektor saham juga ikut melemah. Sektor kesehatan menjadi satu-satunya yang mampu bertahan di zona hijau. Adapun pelemahan terdalam dialami sektor cyclical yang anjlok 14,23%, disusul sektor properti yang terkoreksi 1,24%.
Beberapa saham yang paling aktif diperdagangkan antara lain PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PASB), PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
IHSG Berpotensi Melemah, Investor Diminta Waspada
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak melemah pada perdagangan Jumat (29/8/2025). IHSG hari ini diproyeksikan berada di rentang 7.830–8.050.
Menurut catatan BNI Sekuritas, IHSG sebelumnya ditutup menguat tipis 0,2%, namun dibarengi aksi jual asing senilai Rp294 miliar. Beberapa saham yang paling banyak dilepas investor asing antara lain PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
“IHSG berpotensi bergerak melemah hari ini,” ujar Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman. Ia memperkirakan IHSG bergerak pada level support 7.830–7.900 dan resistance 8.000–8.050.
Sementara itu, riset Kiwoom Sekuritas Indonesia menilai pola candle yang menyerupai shooting star di area resistance menjadi sinyal untuk kembali bersikap wait and see.
“Jangan lupa pasang trailing stop pada saham di portofolio Anda. Support kritikal hari ini berada di level 7.910–7.850. Jika level ini ditembus, investor perlu siap melakukan pengurangan posisi lebih lanjut,” tulis riset tersebut.
Serratalhadafc.com – Beberapa emiten properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai merilis laporan keuangan untuk periode yang berakhir Juni 2025. Salah satunya adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), yang mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I tahun ini.
Pendapatan usaha BSDE tercatat sebesar Rp 6,39 triliun, turun 13,01% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 7,34 triliun.
Kontributor utama masih berasal dari segmen penjualan properti senilai Rp 5,54 triliun, disusul oleh segmen sewa sebesar Rp 498,82 miliar, dan pengelolaan gedung senilai Rp 189,38 miliar.
Seiring penurunan pendapatan, laba kotor juga melemah 16,54% year on year (yoy) menjadi Rp 4,05 triliun dari Rp 4,85 triliun pada semester I 2024.
Sementara itu, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk anjlok lebih dalam, yakni 44,79% yoy, dari Rp 2,33 triliun pada Januari–Juni 2024 menjadi hanya Rp 1,28 triliun di periode yang sama tahun ini.
Laba Bersih LPKR Anjlok 99% pada Semester I 2025
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) melaporkan kinerja keuangan yang tertekan pada semester I 2025. Hingga 30 Juni 2025, perusahaan hanya membukukan laba bersih Rp 137,9 miliar, merosot tajam 99,34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 19,88 triliun. Penurunan tersebut ikut menekan laba per saham menjadi Rp 1,95, jauh di bawah posisi tahun lalu Rp 280,61.
Dari sisi pendapatan usaha, LPKR mencatat Rp 4,11 triliun atau turun 48,62% dari Rp 8 triliun pada semester I 2024. Setelah memperhitungkan beban pajak final yang naik menjadi Rp 86,35 miliar dari Rp 58,67 miliar, pendapatan bersih yang dikantongi perusahaan hanya Rp 4,03 triliun, menyusut dari Rp 7,94 triliun pada periode sama tahun lalu.
Beban pokok pendapatan tercatat Rp 2,62 triliun, lebih rendah dibanding Rp 4,53 triliun tahun lalu. Namun, pelemahan pendapatan membuat laba kotor ikut turun signifikan menjadi Rp 1,4 triliun dari Rp 3,4 triliun. Beban usaha juga ikut menyusut menjadi Rp 1,08 triliun, dibanding Rp 2,09 triliun pada semester I 2024.
Dari sisi segmen usaha, real estate development masih menjadi penopang utama dengan kontribusi Rp 3,45 triliun, disusul lifestyle sebesar Rp 659,21 miliar. Sebaliknya, segmen healthcare yang tahun lalu menyumbang 50% pendapatan, kini sudah tidak lagi memberikan kontribusi terhadap kinerja LPKR.
Laba Bersih CTRA Tumbuh 20% pada Semester I 2025
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencatat kinerja positif sepanjang paruh pertama 2025. Perusahaan berhasil membukukan laba bersih Rp 1,23 triliun yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham pengendali, naik 20,01% year on year (yoy) dibandingkan Rp 1,02 triliun pada semester I 2024.
Peningkatan laba sejalan dengan pendapatan usaha yang tumbuh 16,76% yoy menjadi Rp 5,88 triliun dari sebelumnya Rp 5,03 triliun. Kontributor terbesar masih berasal dari lini bisnis real estat dengan nilai Rp 4,74 triliun.
Selain itu, pendapatan dari segmen penyewaan tercatat Rp 705,46 miliar, sedangkan segmen lainnya menyumbang Rp 432,03 miliar.
Dari sisi beban, CTRA melaporkan beban pokok penjualan dan beban langsung sebesar Rp 3,08 triliun, naik dari Rp 2,58 triliun pada periode yang sama tahun lalu, seiring dengan peningkatan aktivitas usaha.
APLN Catat Rugi Rp 71,7 Miliar di Semester I 2025
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) melaporkan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan pada paruh pertama 2025. Perseroan membukukan rugi bersih Rp 71,7 miliar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.
Berdasarkan laporan keuangan interim, penjualan dan pendapatan usaha tercatat sebesar Rp 1,68 triliun hingga Juni 2025, turun dibandingkan Rp 1,88 triliun pada semester I 2024. Penurunan ini juga berdampak pada laba kotor yang menyusut menjadi Rp 652,06 miliar dari sebelumnya Rp 729,80 miliar.
Meski demikian, APLN menunjukkan perbaikan di sisi operasional dengan berhasil membukukan marketing sales Rp 881,5 miliar, tumbuh sekitar 10,5% yoy dibandingkan Rp 796,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
PWON Catat Laba Rp 1,13 Triliun di Semester I 2025
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) berhasil membukukan laba bersih Rp 1,13 triliun pada paruh pertama 2025. Angka ini naik 34,26% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2025, pertumbuhan laba tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan 3,45% yoy menjadi Rp 3,37 triliun.
Kontributor terbesar masih berasal dari segmen recurring income, yakni pengelolaan pusat perbelanjaan, perkantoran, dan apartemen sewa dengan nilai Rp 2,13 triliun. Sementara itu, penjualan real estat menyumbang Rp 679,12 miliar dan bisnis perhotelan Rp 581,50 miliar. Jika dirinci, pendapatan pusat perbelanjaan mencapai Rp 1,93 triliun, penyewaan perkantoran Rp 147 miliar, dan unit hospitality Rp 618 miliar.
Di sisi lain, beban pokok PWON naik 5,73% yoy menjadi Rp 1,50 triliun. Meski begitu, perseroan tetap mampu meningkatkan laba kotor 1,70% yoy menjadi Rp 1,88 triliun.
Laba ASRI Naik, Meski Pendapatan Tertekan
PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) mencatat laba periode berjalan Rp 43,86 miliar pada semester I 2025. Raihan ini tumbuh signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 23,67 miliar.
Namun, dari sisi pendapatan, ASRI mengalami penurunan. Hingga Juni 2025, perseroan membukukan pendapatan usaha Rp 1,11 triliun, turun dari Rp 1,88 triliun pada semester I 2024.
Sejalan dengan itu, beban pokok penjualan juga terkoreksi dari Rp 907,53 miliar menjadi Rp 504,49 miliar, sehingga margin keuntungan perseroan relatif lebih terjaga meski pendapatan melemah.
Laba DILD Anjlok 96,57% di Semester I 2025
PT Intiland Development Tbk (DILD) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 12,56 miliar pada semester I 2025. Angka ini merosot tajam 96,57% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 366,85 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, pendapatan usaha DILD tercatat Rp 1,21 triliun, turun 10,80% year on year (yoy) dari Rp 1,36 triliun pada semester I 2024.
Kontributor utama berasal dari pendapatan pengembangan senilai Rp 772 miliar atau 63% dari total pendapatan. Dari jumlah tersebut, segmen kawasan industri menjadi motor terbesar dengan Rp 394 miliar atau sekitar 51%. Sementara itu, recurring income naik 7% yoy menjadi Rp 444 miliar, menyumbang 37% dari total pendapatan.
Di sisi lain, beban pokok penjualan dan beban langsung berhasil ditekan 16,79% menjadi Rp 791,34 miliar dari Rp 951,12 miliar tahun lalu. Efisiensi ini membuat laba kotor DILD justru tumbuh tipis 3,03% yoy menjadi Rp 424,64 miliar.
Prospek Sektor Properti Masih Cerah, BSDE–CTRA–SMRA Jadi Andalan
Sektor properti diperkirakan tetap memiliki prospek cerah sepanjang 2025, didukung oleh pelonggaran suku bunga dan insentif pemerintah.
VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi menjelaskan, kebijakan penurunan suku bunga Bank Indonesia mampu menekan biaya dana sekaligus mendorong pertumbuhan kredit properti. Selain itu, insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPNDTP) yang berlaku hingga akhir 2025 juga memberi tambahan dorongan bagi penjualan emiten properti.
“Hal ini sudah tercermin pada capaian marketing sales paruh pertama 2025, khususnya di segmen menengah hingga atas,” ujar Audi.
Beberapa capaian marketing sales semester I 2025 antara lain:
BSDE Rp 5,08 triliun (50% dari target)
CTRA Rp 4,2 triliun (38% dari target)
SMRA Rp 2,2 triliun (44% dari target)
LPKR Rp 2,47 triliun (40% dari target)
Dari sisi segmen residensial, BSDE menjadi pemain dominan dengan kontribusi lebih dari 65% marketing sales. Sementara CTRA diuntungkan dengan portofolio produk di kisaran Rp 1–3 miliar, dan SMRA memiliki porsi residensial lebih dari 70%.
“Dengan karakteristik tersebut, ketiga emiten ini berpotensi terus mendapat dukungan permintaan yang solid,” tambah Audi.
Berdasarkan analisisnya, Kiwoom Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk beberapa saham properti unggulan:
Serratalhadafc.com – Intel memperingatkan adanya potensi reaksi negatif terkait pengambilalihan 10% saham perusahaan oleh pemerintahan Donald Trump. Peringatan tersebut tertuang dalam dokumen resmi yang dikutip CNBC Anugerahslot pada Selasa (26/8/2025).
Salah satu kekhawatiran utama Intel adalah dampak terhadap penjualan global, mengingat 76% pendapatan perusahaan pada tahun fiskal terakhir berasal dari luar Amerika Serikat (AS). Pada 2024, Intel membukukan pendapatan sebesar USD 53,1 miliar, turun 2% dibanding tahun sebelumnya.
Dengan adanya kepemilikan saham pemerintah, Intel kini semakin erat terhubung dengan kebijakan tarif dan perdagangan AS yang kerap berubah di bawah kepemimpinan Trump.
“Mungkin ada reaksi negatif, baik secara langsung maupun bertahap, dari investor, karyawan, pelanggan, pemasok, mitra bisnis, pemerintah asing, maupun pesaing,” tulis Intel dalam dokumen tersebut.
Perusahaan juga menambahkan bahwa kondisi ini berpotensi memicu litigasi, peningkatan pengawasan publik, maupun tekanan politik terhadap bisnis Intel.
Intel Waspadai Risiko Politik dari Akuisisi Saham Pemerintahan Trump
Intel menegaskan bahwa perubahan lanskap politik di Washington berpotensi menantang bahkan membatalkan kesepakatan pengambilalihan saham oleh pemerintahan Donald Trump. Kondisi ini dinilai dapat menimbulkan risiko bagi para pemegang saham, baik saat ini maupun di masa mendatang.
Kesepakatan yang diumumkan pada Jumat lalu itu memberi Departemen Perdagangan AS kepemilikan sekitar 433,3 juta lembar saham Intel. Saham tersebut bersifat dilutif bagi pemegang saham lama, karena mengurangi porsi kepemilikan mereka.
Pembelian saham pemerintah sebagian besar didanai melalui program bantuan Undang-Undang CHIPS era Presiden Joe Biden. Dari program tersebut, Intel telah menerima pendanaan senilai USD 2,2 miliar (Rp 35,86 triliun) dan dijadwalkan memperoleh tambahan USD 5,7 miliar (Rp 92,92 triliun).
Selain itu, Intel juga mendapatkan dukungan federal terpisah sebesar USD 3,2 miliar (Rp 52,16 triliun), sehingga total bantuan yang dikucurkan mencapai USD 11,1 miliar atau sekitar Rp 180,97 triliun.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut akuisisi saham Intel oleh pemerintah sebagai “kesepakatan hebat” yang akan memperkuat masa depan bangsa melalui pengembangan chip canggih.
Optimisme tersebut juga tercermin di pasar. Saham Intel melonjak sekitar 25% sepanjang Agustus, didorong momentum menuju finalisasi kesepakatan.
Namun, di balik euforia itu, terdapat catatan penting. Dalam dokumen resmi yang diajukan pada Senin, Intel mengungkapkan bahwa perjanjian tersebut memberi pemerintah hak untuk memberikan suara bersama dewan direksi. Kondisi ini membuat kepemilikan saham pemerintah berpotensi mengurangi hak suara dan kontrol tata kelola pemegang saham lainnya.
Lebih jauh, perusahaan menilai struktur baru kepemilikan ini dapat membatasi sejumlah transaksi strategis di masa mendatang, yang seharusnya bisa memberikan keuntungan bagi investor.
Serratalhadafc.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Bursa Karbon Indonesia mengungkapkan bahwa hingga Agustus 2025, transaksi karbon oleh pembeli asing masih tergolong terbatas.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono, menjelaskan bahwa volume transaksi karbon yang telah berstatus authorized baru mencapai puluhan ribu ton. “Untuk transaksi yang sudah terotorisasi memang masih minim, sekitar 40.000–50.000 ton saja,” ujar Denny dalam acara Update Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon), Senin (25/8/2025).
Hambatan Teknis Investor Asing
Menurut Denny, ada sejumlah kendala teknis yang membuat transaksi asing berjalan lambat. Salah satunya adalah kewajiban investor asing untuk membuka rekening di bank yang terdaftar di Bank Indonesia. Prosedur ini dianggap cukup rumit. “Untuk mengatasi hal ini, kami sedang mengubah aturan. Nantinya investor asing tidak perlu lagi membuka akun di Bank Indonesia, tapi bisa melalui bank mitra yang kami tunjuk. Dengan begitu transaksi dolar tetap bisa masuk dengan lebih mudah,” jelasnya.
Lonjakan Transaksi Domestik
Meski transaksi asing masih terbatas, pasar karbon domestik justru mencatat pertumbuhan pesat. BEI melaporkan bahwa sepanjang 2025, volume perdagangan karbon naik hingga 493%. Per 22 Agustus, total perdagangan mencapai 699 ribu ton setara CO₂ dengan nilai sekitar Rp29,6 miliar, jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya partisipasi pelaku pasar. Sejak awal tahun, tercatat 26 perusahaan dan 12 individu aktif memperdagangkan unit karbon melalui platform IDXCarbon.
OJK: Perdagangan Bursa Karbon Tembus 1,59 Juta Ton CO₂ hingga Juli 2025
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat Bursa Karbon Indonesia terus menunjukkan perkembangan positif sejak resmi beroperasi pada 26 September 2023. Hingga 31 Juli 2025, total volume perdagangan telah mencapai 1,59 juta ton CO₂ ekuivalen.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan nilai transaksi akumulatif selama periode tersebut mencapai Rp77,95 miliar. “Sejak 26 September 2023 hingga 31 Juli 2025, tercatat 116 pengguna jasa yang memperoleh izin dengan volume perdagangan 1.599.000 ton CO₂ ekuivalen dan nilai akumulasi Rp77,95 miliar,” ujar Inarno dalam konferensi pers RDKB Juli 2025, Senin (4/8/2025).
Menurut Inarno, partisipasi 116 pengguna jasa yang telah mengantongi izin OJK mencerminkan meningkatnya kesadaran sektor jasa keuangan dalam mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca melalui mekanisme pasar.
Skor Tata Kelola Emiten Indonesia Tertinggi di ASEAN
Indonesia mencatat capaian penting dalam forum ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) yang digelar di Malaysia pada Juli 2025. Skor rata-rata nasional meningkat sebesar 9%, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara dengan nilai tertinggi di Asia Tenggara.
Peningkatan tersebut mencerminkan perbaikan nyata dalam praktik tata kelola perusahaan terbuka di Tanah Air. Bahkan, empat emiten asal Indonesia berhasil masuk dalam daftar 50 besar ASEAN, dengan dua di antaranya berasal dari sektor perbankan yang sukses menembus 10 besar.
“Empat emiten Indonesia masuk dalam top 50 ASEAN, dengan dua emiten perbankan menempati 10 besar. Hal ini menunjukkan reputasi tata kelola emiten Indonesia yang semakin kuat,” ujarnya
Serratalhadafc.com – Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5% pada Rapat Dewan Gubernur 19–20 Agustus 2025. Kebijakan ini langsung disambut positif pasar saham, tercermin dari kenaikan IHSG sebesar 1,03% ke level 7.943,82 pada perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025.
Menurut riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, sentimen pemangkasan suku bunga mendorong sektor properti, konsumer, dan bahan baku sebagai unggulan. Selain itu, sektor perbankan dan finansial juga diperkirakan mendapat dorongan positif dari biaya dana (cost of funds) yang lebih rendah.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan faktor-faktor yang mendukung pergerakan tersebut:
Bahan baku dan industri – Penguatan sejalan dengan rebound aktivitas ekonomi yang mendorong permintaan di sektor ini.
Properti – Prospek penjualan diperkirakan meningkat karena suku bunga lebih rendah berpotensi mendorong permintaan kredit properti.
Konsumer non-siklikal – Sektor defensif ini cenderung menjadi pilihan investor ketika risiko global meningkat, sekaligus mendapat dukungan dari sentimen domestik.
BI Turunkan Suku Bunga ke 5%, Ini Sektor Saham yang Berpotensi Menguat
Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5% pada Rapat Dewan Gubernur 19–20 Agustus 2025. Kebijakan ini langsung disambut positif pasar saham, tercermin dari kenaikan IHSG sebesar 1,03% ke level 7.943,82 pada perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025.
Menurut riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, sentimen pemangkasan suku bunga mendorong sektor properti, konsumer, bahan baku, serta perbankan dan finansial menjadi unggulan di pasar saat ini.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, memaparkan faktor-faktor yang mendukung pergerakan tersebut:
Properti – Prospek penjualan diperkirakan meningkat karena suku bunga lebih rendah mendorong permintaan kredit properti.
Konsumer non-siklikal – Sektor defensif yang menjadi pilihan investor di tengah risiko global, dengan sentimen domestik yang mendukung penguatan.
Bahan baku dan industri – Menguat seiring rebound aktivitas ekonomi yang mendorong permintaan sektor ini.
Perbankan dan finansial – Menjadi penerima manfaat langsung dari penurunan suku bunga. Biaya pendanaan lebih murah, peluang pertumbuhan kredit meningkat, serta perannya sebagai tulang punggung IHSG dengan kapitalisasi besar menyediakan likuiditas bagi arus modal asing.
Meski begitu, analis mengingatkan bahwa efek pemangkasan suku bunga bisa bersifat sementara tanpa dukungan katalis lanjutan.
“Stabilitas rupiah dan peluang pelonggaran moneter The Fed juga memperkuat outlook pro-ekonomi, sekaligus menjaga arus modal asing tetap masuk ke pasar Indonesia,” jelas Liza.
BI Turunkan Suku Bunga ke 5%, Ini Sektor Saham yang Berpotensi Menguat
Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5% pada Rapat Dewan Gubernur 19–20 Agustus 2025. Kebijakan ini langsung disambut positif pasar saham, tercermin dari kenaikan IHSG sebesar 1,03% ke level 7.943,82 pada perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025.
Namun, sebelum pengumuman BI tersebut, IHSG sempat tertekan pada 19–22 Agustus 2025. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks melemah 0,50% ke posisi 7.858,85 dalam sepekan, lebih dalam dibanding pekan sebelumnya yang turun tipis 0,06% ke level 7.533,38. Kapitalisasi pasar juga ikut terkoreksi 0,81% menjadi Rp14.131 triliun dari Rp14.247 triliun pada pekan sebelumnya.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan pelemahan IHSG saat itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, kebijakan suku bunga China yang tetap tidak berubah di tengah perang tarif dagang. Kedua, keputusan BI memangkas suku bunga acuan ke 5%, yang di luar ekspektasi konsensus pasar.
Meski sempat melemah, pasar berbalik arah setelah keputusan BI dipersepsikan positif bagi perekonomian dan sektor saham tertentu. Dalam riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, sentimen pemangkasan suku bunga mendorong sektor properti, konsumer, bahan baku, serta perbankan dan finansial sebagai unggulan.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, memaparkan faktor-faktor pendorongnya:
Properti – Prospek penjualan membaik karena bunga kredit lebih rendah berpotensi meningkatkan permintaan.
Konsumer non-siklikal – Sektor defensif yang cenderung dipilih investor saat risiko global meningkat, dengan dukungan sentimen domestik.
Bahan baku dan industri – Penguatan seiring rebound aktivitas ekonomi.
Perbankan dan finansial – Mendapat manfaat langsung dari penurunan suku bunga, dengan biaya dana lebih murah, potensi pertumbuhan kredit lebih besar, dan perannya sebagai tulang punggung IHSG.
Meski demikian, analis mengingatkan bahwa dampak pemangkasan suku bunga bisa bersifat sementara tanpa katalis tambahan. Stabilitas rupiah dan peluang pelonggaran moneter The Fed disebut sebagai faktor penting untuk menjaga arus modal asing tetap masuk ke pasar Indonesia.
Serratalhadafc.com – Arus dana masuk ke pasar saham global mengalami penurunan tajam sepanjang pekan yang berakhir pada 20 Agustus 2025. Pelemahan ini dipicu kekhawatiran investor terhadap potensi aksi jual di sektor teknologi, serta sikap hati-hati menjelang pidato Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam simposium tahunan Jackson Hole akhir pekan ini.
Berdasarkan laporan Reuters yang dikutip dari Anugerahslot Finance, Sabtu (23/8/2025), investor hanya menggelontorkan dana senilai USD 2,27 miliar atau sekitar Rp36,91 triliun (kurs Rp16.262 per dolar AS) ke saham global dalam sepekan. Angka tersebut anjlok dibandingkan pekan sebelumnya yang mencatat arus masuk bersih USD 19,29 miliar atau Rp313,16 triliun, menurut data LSEG Lipper.
Pasar saham Amerika Serikat justru membukukan arus keluar bersih sebesar USD 2,4 miliar atau Rp38,96 triliun, berbalik arah setelah pekan sebelumnya sempat mencatat arus masuk USD 8,76 miliar atau Rp142,18 triliun.
Sementara itu, kinerja dana saham di kawasan lain juga melambat. Arus masuk bersih di saham Eropa turun menjadi USD 4,2 miliar atau Rp68,17 triliun dari sebelumnya USD 7,1 miliar atau Rp115,28 triliun. Hal serupa terjadi di Asia, dengan arus masuk hanya mencapai USD 70 juta atau Rp1,13 triliun, jauh lebih kecil dibandingkan USD 2,08 miliar atau Rp33,77 triliun pada pekan lalu.
Arus Dana ke Saham Global Merosot, Investor Beralih ke Obligasi dan Pasar Uang
Arus dana masuk ke pasar saham global anjlok tajam sepanjang pekan yang berakhir pada 20 Agustus 2025. Pelemahan ini dipicu kekhawatiran aksi jual di sektor teknologi serta sikap hati-hati investor menjelang pidato Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam simposium tahunan Jackson Hole akhir pekan ini.
Berdasarkan laporan Reuters yang dikutip Yahoo Finance, Sabtu (23/8/2025), investor hanya menyalurkan dana USD 2,27 miliar atau sekitar Rp36,91 triliun (kurs Rp16.262 per dolar AS) ke saham global. Angka tersebut merosot dibanding pekan sebelumnya yang mencatat arus masuk bersih USD 19,29 miliar atau Rp313,16 triliun, menurut data LSEG Lipper.
Pasar saham Amerika Serikat mencatat arus keluar bersih USD 2,4 miliar atau Rp38,96 triliun, membalikkan tren positif pekan sebelumnya dengan arus masuk USD 8,76 miliar. Sementara itu, arus masuk bersih ke saham Eropa turun menjadi USD 4,2 miliar dari sebelumnya USD 7,1 miliar, dan di Asia menyusut menjadi hanya USD 70 juta dari USD 2,08 miliar pada pekan lalu.
Selain itu, investor juga menarik dana bersih USD 1,82 miliar atau Rp29,54 triliun dari reksa dana sektoral ekuitas. Sektor keuangan dan teknologi menjadi yang paling tertekan, dengan arus keluar masing-masing USD 1,58 miliar dan USD 613 juta.
Berbanding terbalik dengan saham, instrumen obligasi justru diminati. Reksa dana obligasi global mencatat arus masuk selama 17 pekan beruntun, dengan tambahan dana bersih USD 18,82 miliar. Reksa dana obligasi imbal hasil tinggi menerima arus masuk USD 3,03 miliar—terbesar dalam delapan minggu terakhir. Sementara itu, reksa dana obligasi jangka pendek mengantongi USD 2,52 miliar, menandai pembelian bersih selama delapan pekan berturut-turut.
Tren defensif juga terlihat di pasar uang. Investor menambah dana bersih sebesar USD 13,98 miliar atau Rp226,84 triliun ke reksa dana pasar uang, memperpanjang gelombang pembelian menjadi minggu ketiga beruntun.
Pembukaan Bursa Saham Eropa
Sebelumnya, bursa saham Eropa melemah pada perdagangan Jumat (22/8/2025). Koreksi bursa saham Eropa terjadi seiring investor terus menilai keseluruhan cakupan kesepakatan perdagangan Uni Eropa dengan Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, indeks Stoxx pan-Eropa melemah 0,1% pada pukul 08.25 pagi di London, Inggris. Sebagian besar sektor saham melemah.
Indeks FTSE 100 London turun 0,2%, dan memimpin penurunan di antara bursa-bursa regional utama. Indeks DAX Jerman melemah 0,17% dan indeks CAC 40 di Prancis sedikit berubah.
Di pertengahan sesi perdagangan Kamis, para pejabat mengumumkan detail mendalam tentang kesepakatan yang dicapai antara Washington dan Brussels akhir bulan lalu.
Dalam kesepakatan yang dicapai bulan lalu, Uni Eropa menyatakan akan menghabiskan USD 750 miliar untuk energi AS dan berinvestasi minimal $600 miliar di Amerika Serikat sebagai imbalannya, tarif menyeluruh untuk barang-barang Uni Eropa ditetapkan sebesar 15%, bukan 30% seperti yang diancamkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Sentimen Tarif Dagang
Pembaruan pada Kamis mengonfirmasi detail tersebut, dan mengungkapkan produk farmasi yang diekspor dari Uni Eropa ke AS akan dikenakan tarif maksimal 15%. Hal ini meredakan beberapa kekhawatiran, karena Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam akan mengenakan tarif setinggi 250% kepada sektor tersebut.
Menyusul reaksi langsung yang kurang bersemangat terhadap berita tersebut, indeks Stoxx Europe Pharmaceuticals and Biotechnology naik dan ditutup sekitar 0,6% lebih tinggi pada Kamis.
Sementara itu, saham otomotif ditutup di wilayah negatif karena pelaku pasar bereaksi terhadap sifat “bersyarat” dari tarif yang lebih rendah pada sektor tersebut. Para pejabat mengungkapkan pada Kamis pekan ini, bea masuk atas ekspor Eropa ke AS tidak akan dipotong dari level saat ini hingga Brussel menurunkan bea masuk industrinya sendiri.
Di sisi lain pada Jumat pekan ini, revisi data produk domestik bruto Jerman menunjukkan ekonomi terbesar di Eropa tersebut menyusut sebesar 0,3% selama kuartal kedua, penurunan yang lebih tajam daripada yang diperkirakan sebelumnya.