Tag: tips cerdas

  • Antam Siap Jadi Pemain Utama dalam Rantai Pasok Baterai Kendaraan Listrik

    Antam Siap Jadi Pemain Utama dalam Rantai Pasok Baterai Kendaraan Listrik

    Serratalhadafc.com – Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Achmad Ardianto, menegaskan bahwa perusahaannya tidak ingin sekadar menjadi eksportir bahan mentah. Antam berambisi untuk mengambil peran strategis dalam rantai pasok global industri baterai kendaraan listrik.

    Komitmen ini tercermin dalam keterlibatan Antam dalam ekosistem pengembangan baterai kendaraan listrik nasional, melalui kolaborasi bersama Indonesia Battery Corporation (IBC), serta perusahaan global seperti CATL, Brunp, dan Lygend (CBL).

    “Kami ingin memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah, tapi juga pemain utama dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik,” ujar Ardianto dalam pernyataannya, dikutip Selasa (1/7/2025).

    Ardianto menjelaskan bahwa proyek yang sedang dibangun ini mencakup proses dari hulu ke hilir, dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan, efisiensi energi, serta penciptaan nilai tambah di dalam negeri.

    Ia juga menilai dukungan dari DPR RI terhadap agenda hilirisasi nasional merupakan sinyal penting bagi pelaku industri dan para investor. Hal ini menunjukkan bahwa proyek strategis seperti ini memiliki legitimasi politik yang kuat dan arah kebijakan yang jelas.

    Lebih lanjut, Ardianto menegaskan kepada Anugerahslot bahwa Antam berkomitmen menjadikan proyek baterai kendaraan listrik ini sebagai model industri masa depan: berbasis rendah karbon dan memberikan dampak sosial ekonomi yang luas bagi masyarakat Indonesia.

    Dukungan DPR: Proyek Baterai Jadi Tonggak Industrialisasi Energi Terbarukan

    Anggota Komisi VII DPR RI, Ramson Siagian, menyampaikan bahwa proyek baterai kendaraan listrik yang melibatkan Antam merupakan tonggak penting dalam upaya industrialisasi sektor energi terbarukan di Indonesia.

    Menurut Ramson, inisiatif proyek ini telah dirintis sejak empat tahun lalu, namun baru menunjukkan perkembangan signifikan dan realisasi nyata di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

    “Groundbreaking yang kita saksikan hari ini menandai bahwa proyek ini sudah resmi dimulai dan masuk tahap implementasi nyata,” ungkapnya.

    Ramson menambahkan, dimulainya proyek ini adalah sinyal kuat bahwa Indonesia serius dalam membangun industri energi masa depan yang berkelanjutan dan bernilai tambah tinggi.

    Ramson: Danantara Jadi Katalis Pembiayaan, Konsorsium Nasional Makin Solid

    Ramson Siagian menyatakan optimisme bahwa percepatan proyek baterai kendaraan listrik akan berjalan lebih lancar, khususnya karena skema pendanaannya kini mendapatkan dukungan penuh dari Danantara. Dengan sistem pembiayaan yang terkonsolidasi serta dukungan aset yang kuat, Danantara dinilai mampu menjadi katalis penting dalam pembiayaan industri baterai nasional.

    “Struktur konsorsium ini bukan hanya mengandalkan CBL, tapi merupakan sinergi antara ANTAM, IBC, dan mitra strategis lainnya,” jelas Ramson.

    Ia menjelaskan bahwa keberadaan ANTAM sebagai bagian dari holding tambang MIND ID, serta IBC sebagai entitas gabungan BUMN strategis, menciptakan kolaborasi yang lebih solid dan saling melengkapi dalam proyek ini.

    Menurut Ramson, posisi Antam sangat strategis untuk mengangkat peran Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik global. Ia juga menegaskan bahwa DPR RI akan terus memberikan dukungan politik dan regulatif untuk memperkuat peran BUMN sektor pertambangan dalam mendorong hilirisasi dan penciptaan nilai tambah di dalam negeri.

    Groundbreaking Tandai Pembangunan 6 Proyek Terintegrasi dalam Ekosistem Baterai Nasional

    Groundbreaking kali ini menandai dimulainya pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Ekosistem ini terdiri dari enam proyek utama hasil kolaborasi strategis antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan Konsorsium CATL-Brunp-Lygend (CBL).

    Lima dari enam proyek tersebut akan dikembangkan di Kawasan FHT, Halmahera Timur, sementara satu proyek lainnya akan berlokasi di Karawang. Seluruh proyek ini mencakup area seluas 3.023 hektar, menjadikannya salah satu kawasan industri terintegrasi terbesar untuk sektor baterai di Indonesia.

    Tak hanya itu, proyek ini juga diproyeksikan memberikan dampak sosial dan ekonomi yang besar, dengan potensi menyerap hingga 8.000 tenaga kerja langsung, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan membangun 18 infrastruktur dermaga multifungsi sebagai penunjang logistik.

  • Program Culling Pemerintah Dorong Kenaikan Harga DOC dan Broiler

    Program Culling Pemerintah Dorong Kenaikan Harga DOC dan Broiler

    Serratalhadafc.com – Upaya pemerintah untuk mengatasi kelebihan pasokan (oversupply) unggas mulai menunjukkan hasil positif. Sejak akhir April 2025, Kementerian Pertanian menggulirkan program pemusnahan (culling) terhadap indukan ayam berusia 55 minggu, telur tetas, serta anak ayam umur sehari (day-old chicks/DOC).

    Dampaknya mulai terasa pada pasar. Harga DOC tercatat mengalami kenaikan signifikan sebesar 15% secara bulanan (month-on-month/mom), menjadi Rp 5.800 per ekor pada Juni 2025.

    “Kami memperkirakan inisiatif culling yang dimulai akhir April 2025 akan menurunkan pasokan unggas pada tahun fiskal 2025 (FY25F) hingga 9%, dan mendorong kenaikan harga di paruh kedua 2025,” tulis tim analis CGS International dalam riset yang dirilis Senin (30/6/2025).

    Kenaikan harga tak hanya terjadi pada DOC. Harga ayam pedaging (broiler) juga ikut meningkat 1% mom menjadi Rp 20.000 per kilogram.

    Dengan program culling yang direncanakan berlangsung hingga akhir Juli 2025 dan pengurangan pasokan akibat pemangkasan populasi Grand Parent Stock (GPS) sejak 2024, keseimbangan antara permintaan dan pasokan unggas diprediksi membaik pada semester kedua 2025.

    Harga Bungkil Kedelai Turun, Industri Peternakan Dapat Angin Segar — Tapi Waspadai Tren Naik Jagung

    Penurunan harga bungkil kedelai global menjadi kabar baik bagi pelaku industri makanan dan minuman (F&B), khususnya di subsektor peternakan. Hingga Juni 2025, harga bungkil kedelai tercatat stabil di level rendah, yakni US$295 per ton, turun 16% dibandingkan tahun lalu (year-on-year/yoy). Penurunan ini terutama dipicu oleh lonjakan produksi global, dengan Amerika Serikat sebagai kontributor utama.

    “Penurunan harga ini terutama disebabkan oleh peningkatan produksi global sepanjang tahun, khususnya di Amerika Serikat,” tulis laporan riset.

    Namun di sisi lain, harga jagung mulai menunjukkan tren kenaikan. Per Juni 2025, harga jagung naik tipis 1% secara bulanan (month-on-month/mom) menjadi Rp 4.800 per kg, meski secara tahunan masih mencatat penurunan sebesar 9%.

    Ke depan, potensi kenaikan harga jagung tetap ada. Jika realisasi pembelian pemerintah mencapai target satu juta ton, harga jagung diperkirakan dapat terdorong hingga Rp 5.500 per kg, memberikan tekanan tambahan pada biaya pakan ternak.

    Laba CPIN dan JPFA Diprediksi Anjlok di Kuartal II-2025, Tapi Prospek Sektor Masih Positif

    Kinerja dua raksasa industri makanan dan minuman, Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dan Japfa Comfeed Indonesia (JPFA), diperkirakan melemah signifikan pada kuartal II 2025.

    Menurut proyeksi, laba bersih CPIN turun sebesar 51% secara kuartalan (qoq) dan 28% secara tahunan (yoy) menjadi Rp757 miliar. Sementara itu, JPFA diperkirakan mencatat penurunan lebih tajam, yaitu 46% qoq dan 55% yoy, dengan laba bersih sekitar Rp366 miliar.

    “Namun, pelemahan ini tampaknya sudah direspons pasar. Saham JPFA dan CPIN telah terkoreksi masing-masing sekitar 10% dan 5% dalam sebulan terakhir,” tulis CGS International dalam laporan riset terbarunya.

    Meskipun begitu, prospek jangka menengah tetap menjanjikan. CGS International mempertahankan rekomendasi “Overweight” untuk sektor ini. Harapannya, pemulihan kinerja bisa terjadi di paruh kedua 2025, didorong oleh implementasi program makan bergizi gratis dari pemerintah dan pengetatan impor grand parent stock (GPS) ayam.

  • Wall Street Ditutup Menguat, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Baru

    Wall Street Ditutup Menguat, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Baru

    Serratalhadafc.comBursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (28/6/2025), dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak rekor tertinggi baru, meskipun di tengah ketidakpastian komentar Presiden AS Donald Trump mengenai tarif terhadap Kanada.

    Indeks S&P 500 naik 0,52% dan ditutup pada posisi tertinggi sepanjang masa di 6.173,07. Bahkan, pada sesi sebelumnya, indeks ini sempat menyentuh level 6.187,68, melampaui rekor sebelumnya di 6.147,43.

    Sementara itu, Nasdaq Composite juga mencatatkan rekor baru, naik 0,52% menjadi 20.273,46. Sedangkan Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 432,43 poin atau 1%, dan ditutup di level 43.819,27.

    Kenaikan tajam ini menjadi titik balik dari kondisi pasar saham yang sempat melemah tajam pada April lalu, di tengah puncak ketegangan perdagangan global yang dipicu oleh kebijakan proteksionis pemerintahan Trump.

    Namun, sepanjang sesi perdagangan, pasar sempat terkoreksi dari level tertingginya setelah Presiden Trump mengumumkan lewat platform Truth Social bahwa pembicaraan dagang antara AS dan Kanada kembali dihentikan.

    Meskipun begitu, optimisme investor tetap terjaga. Dorongan utama datang dari pernyataan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, yang mengungkapkan kepada Anugerahslot News pada Kamis malam bahwa kerangka kerja sama dagang antara AS dan Tiongkok telah disepakati. Ia juga menambahkan bahwa pemerintahan Trump optimistis akan mencapai kesepakatan serupa dengan sepuluh mitra dagang utama lainnya dalam waktu dekat.

    Kabar tersebut memicu aksi beli oleh para investor dan mendorong pasar menuju level tertinggi, mencerminkan kepercayaan bahwa ketegangan perdagangan global dapat diredakan dalam waktu dekat.

    Wall Street Bangkit di Tengah Ketidakpastian Perdagangan dan Geopolitik

    Pergerakan tajam pasar saham AS pada Jumat menandai babak terbaru dalam upaya Wall Street menavigasi dinamika perdagangan global yang terus berubah. Kenaikan indeks utama ini terjadi di tengah optimisme yang hati-hati terhadap arah kebijakan ekonomi dan perdagangan pemerintah AS.

    Pada awal tahun, S&P 500 sempat mencetak rekor baru pada Februari, didorong oleh harapan akan kebijakan yang pro-bisnis dari pemerintahan Trump. Namun, ekspektasi tersebut terguncang ketika Presiden Trump secara tiba-tiba menerapkan tarif impor yang lebih tinggi, memicu ketegangan dagang yang luas.

    Akibatnya, indeks S&P 500 mengalami penurunan signifikan dan merosot hampir 18% hingga mencapai titik terendahnya pada 8 April 2025. Namun, pemulihan dramatis mulai terjadi tak lama setelah Trump mencabut tarif tertingginya dan membuka kembali ruang dialog dengan mitra dagang utama AS.

    Sejak titik nadir tersebut, S&P 500 telah melonjak lebih dari 20%, menandakan reli yang kuat di tengah lanskap ekonomi yang masih penuh tantangan. Secara keseluruhan, indeks acuan ini kini mencatatkan kenaikan hampir 5% sepanjang tahun 2025.

    Meskipun pasar telah menunjukkan ketahanan, perjalanan pemulihan ini bukan tanpa hambatan. Investor tetap aktif melakukan aksi beli meskipun dibayangi oleh sejumlah risiko global, termasuk lonjakan harga minyak akibat konflik Israel-Iran, serta kenaikan imbal hasil obligasi AS yang dipicu kekhawatiran terhadap membengkaknya defisit fiskal.

    Kombinasi antara kebijakan perdagangan, ketegangan geopolitik, dan faktor makroekonomi domestik menjadikan tahun ini sebagai periode yang dinamis bagi pasar keuangan. Namun, sejauh ini, Wall Street tampaknya berhasil mempertahankan momentumnya, dengan optimisme bahwa stabilitas dan pertumbuhan jangka menengah masih berada dalam jangkauan.

    Saham AI Dorong Pemulihan, Tapi Pasar Masih Waspada

    Pemulihan pasar saham baru-baru ini turut didorong oleh reli di sektor kecerdasan buatan (AI), terutama oleh saham-saham unggulan seperti Nvidia dan Microsoft yang memimpin rebound. Antusiasme investor terhadap prospek teknologi AI memberikan dorongan signifikan bagi sentimen pasar secara keseluruhan.

    Namun demikian, para analis mengingatkan bahwa pemulihan ini tetap dibayangi risiko ketidakpastian, khususnya terkait arah kebijakan perdagangan AS.

    “Saya melihat ada risiko di sini—jika kemajuan perdagangan hanya sebatas retorika dari Gedung Putih dan tidak menghasilkan kesepakatan nyata, maka pasar bisa dengan cepat berbalik arah,” ujar Thierry Wizman, analis valas dan suku bunga global dari Macquarie Group.

    Wizman menegaskan bahwa pada akhirnya, fundamental ekonomi AS dan kinerja pendapatan perusahaanlah yang akan menjadi penentu arah pasar ke depan.

  • Bursa Asia Pasifik Menguat, Sentimen Positif Dipicu Pernyataan Gedung Putih dan Kinerja Wall Street

    Bursa Asia Pasifik Menguat, Sentimen Positif Dipicu Pernyataan Gedung Putih dan Kinerja Wall Street

    Serratalhadafc.com – Sebagian besar bursa saham di kawasan Asia Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 27 Juni 2025. Kenaikan ini mengikuti pergerakan positif di Wall Street, setelah pernyataan dari Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, yang meredakan kekhawatiran pasar terkait kesepakatan tarif yang sebelumnya membebani sentimen investor.

    Dikutip dari Anugerahslot Finance, tarif pembebasan diperkirakan mulai berlaku pada 8 Juli, setelah masa penundaan selama 90 hari. Sementara itu, tanggal 9 Juli menjadi batas waktu bagi Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan guna menghindari pemberlakuan tarif sebesar 50%.

    “Batas waktu itu tidak kritis. Mungkin bisa diperpanjang, tetapi itu tergantung keputusan presiden,” ujar Leavitt.

    Performa Pasar Saham Regional

    Australia:
    Indeks ASX 200 bergerak mendatar. Sementara itu, saham berjangka AS cenderung stagnan pada awal sesi Asia, seiring investor menanti rilis sejumlah data penting, termasuk inflasi, pendapatan pribadi, belanja konsumen, dan indeks sentimen konsumen.

    Jepang:
    Indeks Nikkei 225 melonjak 1,59%, menembus level psikologis 40.000 untuk pertama kalinya sejak 7 Januari, sekaligus mencetak posisi tertinggi dalam enam bulan terakhir. Indeks Topix turut naik sebesar 1,3%.

    Data Ekonomi Tokyo:
    Kenaikan indeks harga konsumen inti di Tokyo (tidak termasuk makanan segar dan bahan bakar) tercatat sebesar 3,1% secara tahunan di bulan Juni. Angka ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya (3,6%) dan lebih rendah dari proyeksi ekonom dalam survei Reuters (3,3%).

    Korea Selatan dan Tiongkok:
    Indeks Hang Seng di Korea Selatan naik tipis 0,1%, sementara indeks CSI 300 Tiongkok menguat 0,31%. Data dari Biro Statistik Nasional menunjukkan laba industri di Tiongkok turun 9,1% secara tahunan dalam lima bulan pertama tahun ini.

    Kondisi pasar hari ini menunjukkan bahwa pernyataan kebijakan dan ekspektasi ekonomi global tetap menjadi penggerak utama sentimen investor. Fokus kini tertuju pada data ekonomi lanjutan yang dapat memperkuat arah pergerakan pasar dalam waktu dekat.

    Wall Street Menguat, S&P 500 Dekati Rekor Tertinggi Baru

    Pasar saham Amerika Serikat mencatat penguatan signifikan pada penutupan perdagangan semalam, Kamis (27/6/2025), di tengah berbagai tekanan ekonomi global. Indeks utama berhasil naik meskipun pasar masih dibayangi oleh tantangan makroekonomi seperti ketegangan geopolitik, isu perang tarif, dan inflasi yang masih sulit dikendalikan.

    Indeks S&P 500 menguat sebesar 0,8%, ditutup di level 6.141,02, hanya terpaut beberapa poin dari rekor tertinggi sepanjang masa intraday di 6.147,43 yang tercatat pada akhir Februari lalu. Sepanjang pekan ini, S&P 500 telah naik sebesar 2,9%, mencerminkan sentimen investor yang semakin positif.

    Sementara itu, Nasdaq Composite juga mencatat kenaikan yang solid, naik 0,97% dan ditutup pada level 20.167,91. Indeks teknologi ini kini juga berada dekat dengan rekor tertingginya.

    Indeks Dow Jones Industrial Average pun turut menguat, menambah 404,41 poin atau sekitar 0,94%, sehingga ditutup di angka 43.386,84.

    Kinerja kuat ketiga indeks utama menunjukkan ketahanan pasar modal AS, bahkan di tengah ketidakpastian global. Para investor tampak fokus pada prospek pertumbuhan jangka panjang dan menantikan rilis data ekonomi lanjutan serta potensi arah kebijakan suku bunga dari The Fed dalam waktu dekat.

    Pasar Asia Pasifik Bergerak Variatif, Investor Pantau Gencatan Senjata Iran-Israel

    Perdagangan bursa saham di kawasan Asia Pasifik pada Kamis, 26 Juni 2025, ditutup dengan pergerakan yang bervariasi. Para investor masih mencermati dinamika geopolitik, khususnya perkembangan gencatan senjata antara Iran dan Israel yang menjadi faktor utama dalam pembentukan sentimen pasar.

    Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 di Jepang mencatat kenaikan signifikan sebesar 1,65%, ditutup pada level 39.584,58 — tertinggi dalam lima bulan terakhir sejak akhir Januari, menurut data dari LSEG. Sementara itu, indeks Topix turut menguat 0,81% ke posisi 2.804,69.

    Di Korea Selatan, pasar saham mengalami tekanan. Indeks Kospi turun 0,92% ke level 3.079,56, dan indeks Kosdaq melemah lebih dalam, yakni 1,29%, menjadi 787,95.

    Pasar Australia juga mencatat penurunan ringan, dengan indeks ASX 200 terkoreksi 0,1%, berakhir di level 8.550,8.

    Sementara itu, di Hong Kong, indeks Hang Seng merosot 0,64%, dan indeks CSI 300 di Tiongkok turun 0,35%, ditutup di posisi 3.946,02.

    Sebaliknya, bursa India menunjukkan penguatan. Indeks Nifty 50 naik 0,34%, menunjukkan ketahanan pasar domestik terhadap tekanan eksternal.

    Perdagangan yang bervariasi ini mencerminkan kehati-hatian investor global terhadap risiko geopolitik yang belum sepenuhnya reda. Pasar kini menanti perkembangan selanjutnya dari situasi Timur Tengah serta rilis data ekonomi regional yang dapat memengaruhi arah pergerakan pasar berikutnya.

  • MDLA Catat Kinerja Positif 2024, Bagikan Dividen Rp9,8 per Saham

    MDLA Catat Kinerja Positif 2024, Bagikan Dividen Rp9,8 per Saham

    Serratalhadafc.com – PT Medela Potentia Tbk (MDLA) membukukan kinerja keuangan yang solid sepanjang tahun buku 2024, sebagaimana disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang baru saja digelar. Dalam rapat tersebut, perseroan memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar 40 persen dari laba bersih yang mencapai Rp137,4 miliar, atau setara dengan Rp9,8 per saham.

    Kebijakan ini mencerminkan komitmen MDLA dalam memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham. Selain itu, keputusan ini juga memperlihatkan kepercayaan manajemen terhadap fundamental bisnis dan arus kas perusahaan yang tetap sehat untuk mendukung rencana pertumbuhan jangka panjang.

    Direktur Utama MDLA, Krestijanto Pandji, menyampaikan kepada Anugerahslot finance bahwa tahun 2024 merupakan tonggak penting bagi perusahaan dalam memperkuat peran sebagai pemain utama di sektor layanan kesehatan nasional.

    “Kinerja kami mencerminkan fundamental yang kokoh dan strategi yang dijalankan secara tepat. Dengan struktur keuangan yang kuat, ekspansi operasional yang terkendali, serta dukungan ekosistem digital, kami optimistis dapat menjaga pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan,” jelasnya.

    Sepanjang tahun buku 2024, MDLA mencatat penjualan neto sebesar Rp14,57 triliun, naik 11,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp13,09 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan serta perluasan jaringan layanan kesehatan milik perusahaan.

    Dengan pencapaian tersebut, MDLA semakin mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan yang adaptif dan konsisten dalam menumbuhkan nilai bisnis, serta tetap fokus memberikan kontribusi bagi sektor kesehatan di Indonesia.

    MDLA Catat Pertumbuhan Laba dan Penguatan Struktur Keuangan di 2024

    PT Medela Potentia Tbk (MDLA) berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih dua digit sebesar 13,3 persen, naik dari Rp303,09 miliar pada 2023 menjadi Rp343,27 miliar pada tahun 2024. Pencapaian ini memperkuat posisi perusahaan di tengah dinamika industri kesehatan nasional.

    Di sisi neraca keuangan, total aset MDLA meningkat signifikan menjadi Rp5,73 triliun, dibandingkan Rp4,70 triliun pada tahun sebelumnya. Sejalan dengan itu, ekuitas perusahaan tumbuh 13,7 persen menjadi Rp2,21 triliun, naik dari Rp1,94 triliun.

    Sementara itu, liabilitas MDLA tercatat naik menjadi Rp3,52 triliun pada akhir 2024. Kenaikan ini mencerminkan langkah strategis perseroan dalam memperkuat infrastruktur logistik, meningkatkan ketahanan manufaktur, serta mempercepat digitalisasi rantai pasok sebagai bagian dari visi jangka panjang untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan.

    Dengan kinerja keuangan yang solid dan strategi pengembangan yang terukur, MDLA terus memperkuat perannya sebagai pelaku utama di sektor layanan kesehatan Tanah Air.

    Model Bisnis Terintegrasi MDLA Andalkan Empat Pilar Utama

    PT Medela Potentia Tbk (MDLA) mengadopsi model bisnis terintegrasi yang memperkuat posisinya di industri kesehatan nasional. Perusahaan menjalankan operasinya melalui empat pilar utama, yaitu:

    1. Distribusi produk farmasi dan kesehatan,
    2. Pemasaran dan penjualan alat kesehatan,
    3. Manufaktur alat kesehatan, serta
    4. Pengembangan platform digital dalam ekosistem kesehatan, seperti GoApotik dan GPOS.

    Dengan pendekatan ini, MDLA mampu menciptakan rantai nilai yang efisien dan menyeluruh, mulai dari produksi hingga distribusi berbasis teknologi. Strategi ini tidak hanya meningkatkan daya saing perusahaan, tetapi juga mendukung upaya transformasi layanan kesehatan yang lebih modern dan mudah diakses oleh masyarakat.

    MDLA Perkuat Posisi Strategis dengan Jaringan Distribusi Luas dan Fokus pada Transformasi Digital

    PT Medela Potentia Tbk (MDLA) memperkuat perannya sebagai pemain strategis di sektor kesehatan nasional melalui jaringan distribusi yang luas, mencakup 35 kantor cabang dan gudang yang menjangkau lebih dari 100.000 fasilitas layanan kesehatan di seluruh Indonesia.

    Direktur Utama MDLA, Krestijanto Pandji, menegaskan komitmen perusahaan dalam mendorong pertumbuhan berkelanjutan dengan strategi yang berorientasi ke masa depan.

    “Kami membangun pertumbuhan jangka panjang melalui digitalisasi, efisiensi rantai pasok, dan penguatan produksi dalam negeri. Dengan tata kelola yang kuat, kami optimistis dapat terus memberikan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan,” ujarnya.

    MDLA menilai prospek sektor kesehatan nasional masih sangat menjanjikan, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap layanan kesehatan, dorongan terhadap produk dalam negeri, serta akselerasi transformasi digital di bidang kesehatan.

    Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), para pemegang saham juga menyetujui sejumlah agenda penting, di antaranya:

    • Pengesahan laporan tahunan tahun buku 2024,
    • Penunjukan Kantor Akuntan Publik untuk audit tahun buku 2025,
    • Penetapan remunerasi bagi Direksi dan Dewan Komisaris, serta
    • Laporan realisasi penggunaan dana hasil IPO, yang disampaikan telah dialokasikan secara akuntabel dan tepat sasaran.

    Langkah-langkah ini memperkuat pondasi MDLA sebagai perusahaan kesehatan yang adaptif, akuntabel, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

  • Ketegangan AS-Iran Picu Gejolak Pasar Global, Harga Minyak dan Saham Energi Menguat

    Ketegangan AS-Iran Picu Gejolak Pasar Global, Harga Minyak dan Saham Energi Menguat

    Serratalhadafc.com – Pasar keuangan global kembali dilanda ketidakpastian setelah Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran. Presiden AS, Donald Trump, mengklaim bahwa serangan tersebut telah menimbulkan “kerusakan besar” pada fasilitas bawah tanah Iran. Namun, hingga kini, belum ada bukti yang dapat diverifikasi secara independen, baik dari citra satelit maupun laporan analisis pihak ketiga.

    Ketegangan geopolitik yang meningkat ini langsung berdampak pada pasar saham AS. Indeks berjangka S&P 500 serta indeks-indeks utama lainnya mengalami tekanan karena kekhawatiran investor akan potensi eskalasi konflik menjadi krisis yang lebih luas. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi gangguan terhadap pasokan minyak global, yang menyebabkan harga minyak melonjak dan dolar AS menguat.

    Sektor energi dan pertahanan menjadi fokus utama pasar. Saham-saham perusahaan besar seperti Chevron, ExxonMobil, Lockheed Martin, dan Northrop Grumman menunjukkan penguatan sebagai respons terhadap kondisi geopolitik tersebut. Meski demikian, para analis memperingatkan kemungkinan terjadinya koreksi, terutama di sektor energi, jika nantinya pasokan minyak tetap stabil meski konflik berlangsung.

    Pasar Masih Cenderung Waspada

    Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai bahwa pasar saham Anugerahslot di AS saat ini menunjukkan sikap defensif dan sangat responsif terhadap perkembangan situasi di Timur Tengah. Menurutnya, sentimen investor masih didominasi oleh kehati-hatian mengingat risiko geopolitik yang belum mereda sepenuhnya.

    Dengan kondisi yang terus berubah, pelaku pasar disarankan untuk tetap mencermati dinamika global yang bisa memicu fluktuasi signifikan dalam waktu singkat.

    Pasar Bersikap Wait and See, Harga Minyak dan Emas Terus Menguat di Tengah Ketegangan AS-Iran

    Indeks saham Amerika Serikat tercatat bergerak mendatar, sementara harga emas mengalami kenaikan tipis. Kondisi ini mencerminkan sikap pelaku pasar yang kini cenderung berhati-hati dan memilih untuk menunggu kejelasan lebih lanjut terkait risiko geopolitik, menyusul koreksi yang terjadi pada akhir pekan lalu.

    “Hingga saat ini, pasar masih mengambil posisi wait and see terhadap perkembangan konflik di Timur Tengah,” jelas Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, dalam keterangan resmi yang dikutip pada Selasa (24/6/2025).

    Sementara itu, harga minyak mentah tetap berada di level tinggi, bertahan di kisaran USD 76 per barel, setelah sebelumnya melonjak hampir 4 persen. Kenaikan ini didorong oleh kekhawatiran pasar akan potensi Iran memblokir Selat Hormuz — jalur vital bagi distribusi minyak global.

    Fahmi menambahkan bahwa meskipun sempat terjadi lonjakan kepanikan setelah serangan awal dari AS, saat ini pasar mulai menunjukkan tanda-tanda penyesuaian. Beberapa indikator seperti prediksi pasar di platform Polymarket bahkan menunjukkan penurunan probabilitas terjadinya aksi militer lanjutan dari Amerika terhadap Iran.

    “Secara umum, pasar saham global masih bergerak secara defensif. Namun, pelaku pasar mulai menemukan titik keseimbangan baru setelah reaksi spontan terhadap risiko geopolitik yang mencuat di akhir pekan lalu. Kini, fokus mereka tertuju pada perkembangan situasi berikutnya,” pungkas Fahmi.

    Ketidakpastian Global Meningkat, Investor Waspadai Dampaknya Terhadap Inflasi dan Kebijakan Ekonomi AS

    Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, juga menyoroti bahwa kekhawatiran investor saat ini tidak hanya berfokus pada konflik antara Amerika Serikat dan Iran. Ketegangan tersebut terjadi di tengah kompleksitas geopolitik global yang semakin luas, termasuk keterlibatan AS dalam konflik Rusia-Ukraina yang terus menguras anggaran militer.

    “Hubungan erat Iran dengan Rusia dan Korea Utara juga memperumit peta konflik, menimbulkan kekhawatiran baru akan potensi eskalasi lebih luas di kawasan,” ujar Fahmi.

    Di sisi lain, konflik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina terus membebani anggaran pertahanan AS. Jika ketegangan di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel, ikut meluas, maka beban anggaran militer AS diperkirakan akan semakin meningkat. Hal ini menambah tekanan terhadap fiskal pemerintah dan menciptakan ketidakpastian baru bagi pelaku pasar.

    Tidak hanya faktor geopolitik, kondisi ekonomi global pun turut menjadi sumber kecemasan. Proses negosiasi dagang antara AS dan China hingga kini belum menunjukkan kemajuan signifikan. Ditambah lagi, ancaman dari mantan Presiden Donald Trump yang berniat memberlakukan kenaikan tarif terhadap negara-negara mitra dagang pada bulan depan memperbesar kekhawatiran pasar terhadap inflasi.

    “Situasi ini memperkeruh proyeksi inflasi yang sebelumnya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pelonggaran. Investor kini menanti arah kebijakan ekonomi AS di tengah tekanan geopolitik dan perdagangan global yang terus berkembang,” pungkas Fahmi.

  • Bursa Asia Melemah, Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi dalam 5 Bulan

    Bursa Asia Melemah, Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi dalam 5 Bulan

    Serratalhadafc.com – Pada Senin, 23 Juni 2025, bursa saham utama di kawasan Asia mengalami pelemahan, dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi balasan Iran atas serangan Amerika Serikat ke fasilitas nuklirnya. Ketegangan geopolitik ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap stabilitas global dan tekanan inflasi.

    Dilansir dari Channel Anugerahslot, aktivitas pasar cenderung terbatas. Dolar AS bergerak moderat, sementara pasar obligasi belum menunjukkan peningkatan signifikan dalam permintaan. Di sisi lain, harga minyak dunia sempat melonjak 1,5%, meskipun masih berada di bawah level puncaknya di awal perdagangan.

    Sebagian pelaku pasar memperkirakan Iran akan menahan diri setelah ambisi nuklirnya dibatasi oleh serangan tersebut. Bahkan, ada spekulasi bahwa perubahan kepemimpinan di Iran bisa membawa pemerintahan baru yang lebih moderat dan kurang konfrontatif.

    “Pasar kemungkinan tidak bereaksi langsung terhadap eskalasi, melainkan pada anggapan bahwa situasi ini dapat mengurangi ketidakpastian dalam jangka panjang,” ujar Charu Chanana, Chief Investment Strategist di Saxo, dikutip dari Channel News Asia.

    Sebagai catatan, Selat Hormuz yang lebarnya hanya sekitar 33 kilometer di titik tersempitnya, merupakan jalur penting yang dilalui sekitar 25% perdagangan minyak dunia dan 20% pasokan gas alam cair. Ketegangan di wilayah ini berpotensi besar mengguncang pasar energi global.

    Ketegangan Timur Tengah Bisa Picu Lonjakan Harga Minyak, Analis Waspadai Risiko Gangguan di Selat Hormuz

    Di tengah kekhawatiran geopolitik terkait potensi balasan Iran atas serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklirnya, para analis memperingatkan dampak serius terhadap pasar energi global, khususnya harga minyak.

    Analis dari JPMorgan mengingatkan bahwa berdasarkan pengalaman masa lalu, perubahan rezim di kawasan Timur Tengah biasanya memicu lonjakan harga minyak yang signifikan. Dalam beberapa kasus, harga minyak melonjak hingga 76% dan rata-rata mengalami kenaikan sekitar 30% dalam jangka waktu tertentu.

    Vivek Dhar, analis dari Commonwealth Bank of Australia, menilai bahwa kemungkinan gangguan selektif terhadap lalu lintas kapal tanker lebih realistis ketimbang penutupan penuh Selat Hormuz. “Menutup selat justru akan menghentikan ekspor minyak Iran sendiri, sehingga lebih masuk akal bagi mereka untuk melakukan gangguan terbatas yang menimbulkan ketakutan,” ujarnya.

    Menurut Dhar, jika Iran memutuskan untuk mengganggu pengiriman secara terbatas melalui Selat Hormuz, harga minyak bisa melonjak hingga mencapai USD 100 per barel.

    Sementara itu, Goldman Sachs memberikan peringatan lebih serius. Mereka memproyeksikan bahwa jika Selat Hormuz ditutup sepenuhnya selama satu bulan, harga minyak berpotensi melonjak hingga USD 110 per barel, meskipun hanya bersifat sementara.

    Saat ini, harga minyak Brent tercatat naik 1,4% menjadi USD 78,07 per barel, sementara harga minyak mentah AS (WTI) juga menguat 1,4% ke level USD 74,88 per barel. Di pasar komoditas lain, harga emas naik tipis 0,3% dan diperdagangkan di posisi USD 3.357 per ounce.

    Pasar Saham Global Bertahan, Namun Tekanan dari Kenaikan Minyak Terus Membayangi

    Pasar saham global sejauh ini menunjukkan ketahanan meski diliputi ketegangan geopolitik dan kekhawatiran terhadap lonjakan harga minyak. Indeks berjangka S&P 500 tercatat hanya turun tipis sebesar 0,1%, sementara indeks berjangka Nasdaq melemah 0,2%.

    Di Asia, indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang mencatat penurunan 1%, sedangkan saham unggulan China turun 0,2%. Indeks Nikkei Jepang juga melemah 0,2%, meskipun data survei terbaru menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Jepang tumbuh kembali pada Juni setelah hampir satu tahun mengalami kontraksi.

    Dari Eropa, indeks berjangka Eurostoxx 50 tercatat turun 0,4%. Indeks FTSE dan DAX masing-masing mengalami pelemahan sebesar 0,3% dan 0,4%. Ketergantungan Eropa dan Jepang terhadap impor minyak dan gas alam cair (LNG) menambah kerentanan terhadap gejolak harga energi. Sementara itu, Amerika Serikat berada dalam posisi yang lebih kuat sebagai eksportir bersih energi.

    Di pasar valuta asing, dolar AS menguat 0,7% terhadap yen Jepang ke level 147,07 yen. Euro melemah 0,2% menjadi USD 1,1497, dan indeks dolar AS menguat tipis ke posisi 99,042.

    Meski risiko geopolitik meningkat, belum terlihat pergerakan signifikan ke aset-aset aman seperti obligasi pemerintah AS. Imbal hasil obligasi treasury AS tenor 10 tahun justru naik dua basis poin menjadi 4,395%.

    Sementara itu, kontrak suku bunga berjangka The Fed sedikit turun, yang mencerminkan kekhawatiran bahwa lonjakan harga minyak yang berkepanjangan bisa kembali menekan inflasi, tepat saat kebijakan tarif baru mulai berdampak terhadap harga minyak domestik di Amerika Serikat.

    Pasar Masih Ragukan Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed pada Juli

    Meskipun Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengisyaratkan bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut dan membuka peluang pelonggaran kebijakan pada Juli, pasar masih memperkirakan kemungkinan kecil bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dalam pertemuan berikutnya yang dijadwalkan pada 30 Juli.

    Sikap hati-hati tetap ditunjukkan oleh sebagian besar pejabat The Fed lainnya, termasuk Ketua Jerome Powell, yang membuat pelaku pasar lebih condong memperkirakan pemangkasan suku bunga baru akan terjadi pada September.

    Pekan ini, setidaknya 15 pejabat The Fed dijadwalkan untuk menyampaikan pidato, termasuk Powell yang akan menghadapi pertanyaan selama dua hari dari anggota parlemen AS. Topik yang akan dibahas diperkirakan mencakup dampak dari potensi kebijakan tarif Presiden Donald Trump serta ketegangan geopolitik yang meningkat menyusul serangan terhadap Iran.

    Sementara itu, perkembangan di Timur Tengah juga akan menjadi fokus utama dalam pertemuan para pemimpin NATO di Den Haag. Para anggota aliansi tersebut disebut telah mencapai kesepakatan untuk meningkatkan secara signifikan anggaran pertahanan masing-masing.

    Dari sisi data ekonomi, pasar menantikan rilis angka inflasi inti AS dan data mingguan klaim pengangguran, serta pembacaan awal aktivitas manufaktur global untuk bulan Juni yang akan memberikan gambaran lanjutan tentang arah ekonomi dunia.

  • Bitcoin Tetap Tangguh di Tengah Memanasnya Konflik Iran-Israel

    Bitcoin Tetap Tangguh di Tengah Memanasnya Konflik Iran-Israel

    Serratalhadafc.com – Ketegangan geopolitik global kembali meningkat seiring pecahnya perang antara Iran dan Israel. Meski situasi dunia memanas, nilai kripto seperti Bitcoin justru menunjukkan ketahanan yang cukup kuat di tengah ketidakpastian tersebut.

    Menurut analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, nilai Bitcoin cenderung tetap stabil bahkan saat terjadi konflik berskala besar. Ia mencontohkan beberapa peristiwa seperti perang Rusia-Ukraina pada 2022, konflik Israel-Gaza pada 2023, dan ketegangan Iran-Israel pada 2025 yang tidak memberikan dampak signifikan terhadap harga Bitcoin.

    “Konflik geopolitik biasanya memicu ekspektasi inflasi global akibat peningkatan belanja fiskal, gangguan rantai pasok, dan melonjaknya harga komoditas. Dalam jangka panjang, kondisi ini justru memberi keuntungan bagi Bitcoin sebagai aset lindung nilai,” jelas Fyqieh dalam keterangannya kepada Anugerahslot Finance dikutip Minggu (22/6/2025).

    Contohnya, usai serangan rudal Israel ke Iran pada 13 Juni 2025, harga Bitcoin memang sempat melemah, namun mampu pulih hanya dalam hitungan hari. Bahkan, perusahaan milik Michael Saylor, MicroStrategy, mengambil langkah besar dengan membeli 10.001 BTC senilai USD 1 miliar pada 16 Juni. Aksi ini menunjukkan keyakinan kuat investor institusional terhadap masa depan Bitcoin.

    Meski begitu, Fyqieh mengingatkan bahwa Bitcoin tetap rentan terhadap reaksi awal pasar saat konflik baru meletus. Gejolak sesaat seperti tekanan jual bisa saja terjadi. Namun, konflik internal seperti perang Tigray di Ethiopia (2020) dan kudeta militer di Myanmar (2021) terbukti tidak memberikan dampak signifikan terhadap harga Bitcoin.

    “Hal ini menegaskan bahwa pengaruh terhadap harga Bitcoin lebih dipengaruhi oleh kedekatan konflik dengan pusat-pusat keuangan global serta besarnya keterlibatan pasar dunia,” tutup Fyqieh.

    Tokocrypto Manfaatkan Ketidakpastian Global untuk Perkuat Edukasi Investor

    Ketidakpastian global akibat konflik geopolitik di Timur Tengah dan dinamika ekonomi makro internasional tidak menyurutkan langkah pelaku industri kripto. Justru di tengah kondisi yang menantang ini, sejumlah perusahaan, termasuk bursa kripto Tokocrypto, terus memperkuat ekosistem dan strategi internal mereka guna memenuhi kebutuhan investor, khususnya di Indonesia.

    CMO Tokocrypto, Wan Iqbal, menilai gejolak saat ini sebagai momentum strategis untuk memperdalam edukasi pasar. Menurutnya, penting bagi investor untuk memahami nilai jangka panjang dari aset digital seperti Bitcoin, serta mengenal lebih dalam teknologi blockchain dan Web3 yang menjadi fondasinya.

    “Situasi global yang tidak menentu justru membuka peluang untuk membangun kesadaran dan pemahaman yang lebih matang terhadap dunia kripto. Ini saat yang tepat untuk memperkuat literasi dan kepercayaan investor terhadap teknologi yang kami dukung,” ujar Iqbal.

    Tokocrypto Tetap Optimis, Proyeksikan Pembalikan Tren Pasar Kripto di Kuartal III 2025

    Meski ketidakpastian global masih membayangi, Tokocrypto tetap menjaga optimisme terhadap prospek industri aset digital. Keyakinan ini didorong oleh tren adopsi institusional yang terus tumbuh serta kemajuan teknologi blockchain dan Web3 yang semakin solid.

    “Kami percaya bahwa situasi global yang penuh gejolak justru menjadi momen refleksi bagi banyak investor untuk menilai kembali nilai jangka panjang aset digital, khususnya Bitcoin, serta infrastruktur teknologi yang mendukungnya,” ujar CMO Tokocrypto, Wan Iqbal, kepada Liputan6.com, Kamis (19/6/2025).

    Memasuki kuartal ketiga 2025, Tokocrypto memproyeksikan adanya potensi pembalikan tren pasar. Harapan ini didasarkan pada kemungkinan meredanya ketegangan geopolitik dan munculnya arah kebijakan moneter yang lebih jelas, khususnya dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve. Kedua faktor ini diyakini akan menjadi katalis positif bagi pemulihan dan pertumbuhan pasar kripto ke depan.

    Dominasi Investor Institusional Meningkat, Tokocrypto Optimistis Sambut Paruh Kedua 2025

    Tokocrypto mencatat tren positif dalam perilaku pasar, salah satunya melalui meningkatnya dominasi investor institusional di platform mereka. Peningkatan ini menjadi sinyal bahwa ekosistem kripto semakin matang dan mulai diakui sebagai instrumen investasi jangka panjang yang kredibel.

    “Memasuki kuartal ketiga 2025, kami memproyeksikan adanya pembalikan tren harga, seiring dengan meredanya ketegangan geopolitik serta meningkatnya kepercayaan pasar terhadap arah kebijakan moneter global, khususnya dari The Fed,” jelas Wan Iqbal, CMO Tokocrypto.

    Sebagai respons terhadap perkembangan ini, Tokocrypto telah merancang strategi komprehensif untuk memperkuat posisinya di pasar. Strategi tersebut mencakup penguatan edukasi pengguna, peluncuran produk-produk inovatif, serta pengembangan layanan eksklusif bagi investor kategori VIP.

    Dengan fondasi yang terus diperkuat dan respons strategis terhadap dinamika pasar, Tokocrypto meyakini bahwa industri kripto di Indonesia berpotensi bangkit lebih kuat pada paruh kedua tahun 2025.

  • IHSG Dibuka Melemah, Analis Prediksi Rebound Jangka Pendek Masih Dimungkinkan

    IHSG Dibuka Melemah, Analis Prediksi Rebound Jangka Pendek Masih Dimungkinkan

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah pada perdagangan Jumat pagi, 20 Juni 2025. IHSG turun 20,36 poin atau sekitar 0,29 persen ke level 6.948,28. Di saat yang sama, indeks saham unggulan LQ45 juga terkoreksi 3,55 poin atau 0,46 persen ke posisi 771,26. Informasi ini dikutip dari Antara.

    Meski demikian, peluang penguatan IHSG dalam jangka pendek secara teknikal masih terbuka. Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menjelaskan kepada Anugerahslot Finance bahwa setelah koreksi tajam yang terjadi pada Kamis (19/6), indeks berpotensi mengalami rebound teknikal menuju kisaran 7.000 hingga 7.050.

    Namun Fanny juga memberikan catatan bahwa potensi penguatan tersebut bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking), mengingat IHSG masih berpeluang terkoreksi lebih dalam hingga menyentuh level 6.800 dalam beberapa waktu ke depan.

    “Level support saat ini berada di 6.900–6.950, sementara resistance jangka pendek ada di kisaran 7.000–7.050,” ujarnya.

    Sementara itu, Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Tasrul Tanar, mengamati bahwa tekanan jual memang meningkat, namun tren jangka pendek IHSG masih terjaga dalam arah positif. Berdasarkan analisis tren, IHSG masih menunjukkan kenaikan moderat dengan slope 21,26 dan r-square 0,806, menandakan konsistensi arah naik masih cukup valid meskipun tekanan jual melanda pasar.

    “Level support kritis saat ini berada di 6.959 atau hanya turun 0,14 persen dari posisi terkini. Ini menjadi batas penting untuk menguji kekuatan buyer. Adapun resistance jangka pendek berada di kisaran 7.090 hingga 7.408, yang menjadi target teknikal bila terjadi rebound,” jelas Tasrul.

    Dengan kondisi ini, investor disarankan tetap waspada namun juga mencermati peluang jangka pendek yang mungkin muncul dari pergerakan teknikal pasar.

    IHSG Masih Berpeluang Menguat, Ini Saham Pilihan Analis Hari Ini

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menunjukkan potensi penguatan secara teknikal, meskipun tekanan jual belum sepenuhnya mereda. Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Tasrul Tanar, menilai bahwa peluang rebound akan tetap terbuka selama level support 6.959 mampu bertahan.

    “IHSG berpeluang menguat secara teknikal jika support 6.959 tidak jebol. Namun tetap harus diwaspadai kemungkinan breakdown jika tekanan jual berlanjut. Critical level yang harus dijaga ada di 6.910,” ujar Tasrul dalam keterangannya.

    Untuk perdagangan hari ini, sejumlah saham menjadi rekomendasi utama dari para analis.

    Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas, merekomendasikan enam saham potensial yang patut dicermati:

    • PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
    • PT Sentul City Tbk (BKSL)
    • PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)
    • PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
    • PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI)
    • PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)

    Sementara itu, Tasrul Tanar dari Mirae Asset memberikan tiga rekomendasi saham dari sektor energi dan bahan baku, yaitu:

    • PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
    • PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
    • PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)

    Saham-saham tersebut diperkirakan memiliki daya tahan terhadap volatilitas pasar dan berpotensi mencatatkan kinerja yang baik dalam jangka pendek hingga menengah, seiring dengan dinamika harga komoditas dan kondisi teknikal pasar.

    Rekomendasi Saham Hari Ini dari BNI Sekuritas: Ini Level Beli dan Target Harganya

    BNI Sekuritas merilis rekomendasi teknikal harian untuk Jumat, 20 Juni 2025. Sejumlah saham potensial dipilih untuk trading jangka pendek dengan strategi speculative buy maupun buy on breakout. Berikut ulasan lengkapnya:

    🔹 Trading Ideas Hari Ini:

    1. BRMS – PT Bumi Resources Minerals Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 420–422
      • Cutloss: < 418
      • Target Harga: 430–438
    2. BKSL – PT Sentul City Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 131–134
      • Cutloss: < 129
      • Target Harga: 137–139
    3. PGEO – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 1.460–1.470
      • Cutloss: < 1.435
      • Target Harga: 1.500–1.515
    4. MEDC – PT Medco Energi Internasional Tbk
      • Strategi: Buy If Break
      • Level Breakout: 1.460
      • Target Harga: 1.490–1.515
      • Catatan: Hindari jika belum tembus 1.460
    5. PANI – PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 11.600–11.750
      • Cutloss: < 11.500
      • Target Harga: 12.025–12.325
    6. AMMN – PT Amman Mineral Internasional Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 7.825–7.900
      • Cutloss: < 7.800
      • Target Harga: 8.000–8.100

    ⚠️ Disclaimer: Rekomendasi ini bersifat teknikal dan untuk keperluan edukasi. Seluruh keputusan jual beli saham sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor. Lakukan analisis lanjutan sebelum mengambil keputusan investasi.

  • IHSG Anjlok Hampir 2%, Tekanan Global dan Ketidakpastian Fiskal Jadi Pemicu

    IHSG Anjlok Hampir 2%, Tekanan Global dan Ketidakpastian Fiskal Jadi Pemicu

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam pada perdagangan terbaru, terkoreksi 139,15 poin atau setara 1,96% ke level 6.968,64. Ini merupakan penurunan harian terdalam dalam lima bulan terakhir, sekaligus mendorong IHSG kembali menembus ke bawah level psikologis 7.000 dan melintasi garis support teknikal MA200.

    Aksi jual masif yang menyeret indeks terjadi akibat tekanan berlapis, baik dari faktor eksternal global maupun kekhawatiran domestik yang terus membayangi pasar.

    Ketegangan Iran–Israel Picu Sentimen Negatif Global

    Dari sisi global, pelaku pasar dikejutkan oleh meningkatnya eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Laporan mengenai serangan rudal Iran yang menghantam sebuah rumah sakit militer di wilayah Israel menyulut gejolak geopolitik baru.

    “Ketegangan ini mendorong lonjakan harga minyak dan emas serta memicu kekhawatiran akan potensi stagflasi global dan terganggunya rantai pasok energi internasional,” ujar Hendra Wardana kepada Anugerahslot, analis pasar modal sekaligus pendiri Stocknow.id, Jumat (20/6/2025).

    Efek domino dari konflik tersebut merambat cepat ke bursa Asia. Indeks Hang Seng, misalnya, terkoreksi nyaris 2%, dan tekanan serupa juga menjalar ke pasar Indonesia. Investor asing maupun domestik memilih keluar dari aset berisiko, memicu aksi jual besar terutama di saham-saham unggulan.

    Kegamangan Fiskal Dalam Negeri Perburuk Sentimen

    Di sisi domestik, tekanan makin dalam akibat kekhawatiran fiskal yang membayangi pasar. Data terbaru menunjukkan bahwa pendapatan negara hingga Mei 2025 baru mencapai 33,1% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)—sebuah capaian yang bahkan lebih buruk dibandingkan saat puncak pandemi.

    Situasi ini menimbulkan kekhawatiran serius akan potensi pelebaran defisit fiskal. Hal tersebut diperparah dengan ketidakpastian seputar keberlanjutan berbagai program populis pemerintahan baru, seperti makan siang gratis, subsidi pupuk dan BBM, serta pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

    “Minimnya kejelasan dan transparansi arah kebijakan fiskal membuat pasar mulai mengantisipasi risiko krisis fiskal tersembunyi,” jelas Hendra.

    Sektor-sektor defensif yang biasanya menjadi penopang di tengah gejolak justru ikut tertekan. Saham-saham kapitalisasi besar seperti BMRI (-3,55%), TPIA (-5,33%), TLKM (-2,89%), dan BBCA (-1,40%) menjadi sasaran aksi jual, menandakan rotasi sektor yang mulai bergeser akibat ketidakpastian yang tinggi.

    IHSG saat ini berada pada titik rawan teknikal dan psikologis. Jika tekanan eksternal dan kekhawatiran fiskal tidak mereda, potensi koreksi lanjutan tetap terbuka. Pelaku pasar kini menanti sinyal yang lebih jelas dari otoritas fiskal dan moneter untuk meredam gejolak dan mengembalikan kepercayaan investor.

    Level 6.935 Jadi Penentu Arah IHSG, Rebound atau Lanjut Terkoreksi?

    Secara teknikal, IHSG saat ini berada dalam fase krusial, tengah menguji area support kuat di garis rata-rata bergerak 50 hari (MA50) pada level 6.935. Indikator stochastic mengisyaratkan kondisi oversold, yang membuka peluang terjadinya rebound teknikal. Namun demikian, potensi pemulihan ini sangat bergantung pada stabilitas sentimen jangka pendek—baik dari faktor global maupun domestik.

    Jika tekanan negatif masih mendominasi, maka sinyal teknikal tersebut bisa gagal dimanfaatkan, dan pemulihan yang diharapkan pun tertunda.

    “Untuk jangka pendek, area 6.935 menjadi titik kunci arah IHSG. Ini adalah support penting yang bisa menentukan apakah pasar akan mulai pulih atau justru terjerumus lebih dalam,” ujar Hendra Wardana, analis pasar modal dan pendiri Stocknow.id, Jumat (20/6/2025).

    Apabila level support ini mampu bertahan, peluang rebound jangka pendek tetap terbuka, dengan area resistance terdekat berada di kisaran 7.175 hingga 7.240. Namun jika tekanan jual berlanjut dan support 6.935 ditembus, maka IHSG berisiko melemah lebih jauh menuju support lanjutan di 6.812.

    Dalam kondisi seperti ini, Hendra mengimbau pelaku pasar untuk berhati-hati terhadap potensi false breakout, yakni kondisi ketika IHSG tampak menembus support namun kembali naik tanpa konfirmasi volume yang kuat. Di tengah tingginya volatilitas dan sentimen yang cepat berubah, strategi selektif dan pengelolaan risiko menjadi kunci.

    Di Tengah Tekanan Pasar, Sektor Energi dan Komoditas Jadi Pelabuhan Aman Investor

    Saat mayoritas sektor mengalami tekanan hebat akibat guncangan global dan kekhawatiran fiskal domestik, sektor energi dan komoditas justru mencuri perhatian sebagai tempat pelarian modal. Kenaikan harga minyak, gas, dan emas dunia memberikan angin segar bagi saham-saham berbasis sumber daya alam, mendorong performa positif di tengah sentimen pasar yang negatif.

    Salah satu saham yang mencuat adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), yang berhasil mencatat kenaikan signifikan sebesar 6,59%, menjadikannya top gainer dalam perdagangan terbaru.

    “Dengan eksposur langsung ke blok Kangean dan Lapangan Malacca, ENRG berpeluang besar meraup keuntungan langsung dari lonjakan harga energi global,” ungkap Hendra Wardana, analis pasar sekaligus pendiri Stocknow.id.

    Ia merekomendasikan BUY untuk saham ENRG dengan target harga jangka menengah di Rp 400, didukung oleh valuasi yang masih tergolong atraktif serta potensi pertumbuhan di sektor gas domestik.

    Selain ENRG, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga menunjukkan penguatan. MEDC mendapatkan momentum positif seiring kenaikan harga minyak global yang telah menembus USD 77 per barel, ditambah prospek cerah dari proyek LNG yang sedang dikembangkan.

    Sementara itu, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dinilai sebagai aset strategis dalam pembangunan ekosistem kendaraan listrik nasional. Dengan permintaan bahan baku baterai yang diprediksi terus meningkat, MBMA memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan.

    Sejumlah saham komoditas lainnya turut mengalami penguatan, antara lain:

    • AMMN (+1,28%)
    • BYAN (+0,77%)
    • DSSA (+0,43%)
    • BNLI (+3,31%)

    Menurut Hendra, dalam kondisi pasar yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, investor perlu bersikap selektif dan fokus pada sektor-sektor yang memiliki katalis positif jangka menengah dan struktural.

    “Dengan ketegangan geopolitik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, sektor energi, logam dasar, dan emas berpotensi tetap menjadi sweet spot dalam rotasi sektor ke depan,” pungkasnya.