Tag: tips n trik

  • Harga Bitcoin Naik 7% Setelah Trump Mencabut kebijakan Tarif

    Harga Bitcoin Naik 7% Setelah Trump Mencabut kebijakan Tarif

    Serratalhadafc.com – Harga Bitcoin (BTC) melonjak lebih dari 7% dan berhasil menembus level USD 83.000 pada Kamis, 10 April 2025, mencatatkan kenaikan intraday tertinggi sejak Maret lalu.

    Kenaikan ini terjadi usai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan pencabutan sementara tarif global selama 90 hari, dengan pengecualian untuk China. Kebijakan baru ini menggantikan rencana sebelumnya yang menetapkan tarif tetap 10% untuk semua mitra dagang AS selain China.

    Langkah tersebut mendapat respons positif dari pelaku pasar global, termasuk investor di pasar kripto.

    Selain Bitcoin, sejumlah altcoin seperti Ethereum (ETH), XRP, dan Dogecoin (DOGE) juga mengalami lonjakan harga dua digit. Namun, meski pasar terlihat bergairah, data dari pasar derivatif menunjukkan bahwa trader profesional masih berhati-hati.

    Premi berjangka dua bulan BTC sempat melampaui ambang batas netral 5%, tapi gagal mempertahankan momentum tersebut. Sementara itu, delta skew 25%—indikator ekspektasi risiko dalam opsi BTC—sempat menyentuh 12% sebelum turun ke level netral 3% usai pernyataan dari Donald Trump.

    “Secara teknikal memang ada dorongan harga yang kuat, tapi pelaku pasar besar belum menunjukkan agresivitas yang signifikan,” kata Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, dalam keterangan resmi, Jumat (11/4/2025).

    Ia menambahkan, premi kontrak berjangka yang belum stabil dan tingkat pendanaan yang masih berada di zona netral menunjukkan pasar masih wait and see.

    Fyqieh juga menyoroti faktor makroekonomi global, khususnya data inflasi dari AS dan China yang akan segera dirilis, sebagai penentu arah selanjutnya bagi harga Bitcoin.

    “Konsolidasi dan volatilitas masih akan mendominasi. Jika data inflasi menunjukkan tekanan rendah, ada peluang BTC menguat ke USD 88.800 atau bahkan USD 100.000. Namun jika inflasi tinggi, BTC bisa kembali tertekan dan turun ke kisaran support USD 73.500,” tutup Fyqieh.

    Penyebab Harga Kripto Terjun Bebas

    Harga aset kripto jatuh tajam setelah bursa saham berjangka AS dibuka melemah pada 6 April, menyusul kebijakan tarif baru dari pemerintahan Trump. Mulai 5 April, semua negara dikenakan tarif impor 10%, dengan tarif lebih tinggi dikenakan pada China (34%), Uni Eropa (20%), dan Jepang (24%).

    Akibatnya, Bitcoin (BTC) anjlok lebih dari 6% dalam 24 jam terakhir ke level USD 77.883. Ether (ETH) turun lebih dalam, lebih dari 12%, ke USD 1.575. Kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan terkoreksi lebih dari 8% menjadi sekitar USD 2,5 triliun.

    Namun, sedikit pemulihan terjadi. BTC naik 1,4% ke USD 78.500, dan ETH naik ke USD 1.594. Sementara itu, Crypto Fear & Greed Index jatuh ke level 23 pada 7 April, menandakan pasar dalam kondisi “sangat takut”.

    Charlie Sherry, CFO BTC Markets Australia, menyebut penurunan ini bisa dimaklumi karena volume perdagangan global rendah saat akhir pekan. “Jika ada aksi jual besar di hari sepi, dampaknya langsung terasa,” ujarnya dikutip dari Cointelegraph, Senin (7/4/2025).

    Ia menambahkan, pernyataan Trump soal tarif memicu ketidakpastian hubungan dagang global dan menciptakan kepanikan di pasar. Di sisi lain, pendiri BitMEX, Arthur Hayes, menilai kondisi ini bisa membuka peluang kenaikan harga Bitcoin dalam waktu dekat.

    Pasar saham AS ikut terguncang. Kontrak berjangka untuk S&P 500 turun hampir 4%, sementara Nasdaq dan Dow Jones juga melemah tajam. Dow bahkan mencatat penurunan lebih dari 8%.

    Analis dari The Kobeissi Letter menyatakan bahwa koreksi ini mendorong S&P 500 masuk ke zona bear market. Selama 32 hari terakhir, pasar saham AS telah kehilangan sekitar USD 400 miliar setiap harinya. Tom Dunleavy dari MV Global memperkirakan, jika tren ini berlanjut, ini bisa menjadi salah satu kejatuhan tiga hari terburuk dalam sejarah pasar AS.

  • Stablecoin Jadi Pilihan di Tengah Tarif Trump

    Stablecoin Jadi Pilihan di Tengah Tarif Trump

    Serratalhadafc.com – Ketidakpastian global kembali meningkat setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif besar-besaran terhadap sejumlah negara mitra dagang. Dampaknya langsung terasa ke berbagai sektor, termasuk pasar saham, nilai tukar Rupiah, dan pasar kripto domestik.

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami aksi panic selling, sementara Rupiah terus tertekan terhadap dolar AS. Nilai tukar USD/IDR spot tercatat menyentuh Rp16.864 dan sempat melampaui Rp17.000 di pasar offshore. Dalam situasi ini, pelaku pasar cenderung mengadopsi strategi defensif.

    Chief Marketing Officer Tokocrypto, Wan Iqbal, menyatakan bahwa kondisi makroekonomi saat ini mendorong investor untuk lebih berhati-hati, khususnya dalam menghadapi aset berisiko. Bitcoin sendiri sudah mengalami koreksi lebih dari 25% dari puncak harganya, sementara altcoin juga terkoreksi tajam.

    Iqbal menjelaskan bahwa penurunan volume perdagangan dan minimnya aksi beli mencerminkan pasar yang masih berada dalam fase konsolidasi. Tekanan jual belum sepenuhnya mereda.

    “Investor saat ini cenderung fokus pada aset utama seperti Bitcoin dan stablecoin, sambil menjauhi altcoin yang lebih spekulatif dan rentan terhadap fluktuasi harga,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (10/4/2025).

    Meski Trump telah mengumumkan penangguhan sementara tarif selama 90 hari untuk 75 negara yang masih dalam tahap negosiasi, ia justru memperketat kebijakan terhadap China. Tarif atas produk dari China kini naik menjadi 125% dan langsung berlaku, meningkatkan kekhawatiran akan konflik dagang jangka panjang.

    Tether Mulai jadi Favorit Untuk Investasi

    “Di tengah gejolak global dan fluktuasi nilai tukar, investor kripto di Indonesia mulai beralih ke aset yang lebih stabil, terutama stablecoin seperti Tether (USDT),” ujar Wan Iqbal.

    Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), USDT telah menjadi aset kripto paling aktif diperdagangkan di Indonesia dalam dua tahun terakhir, melampaui Bitcoin, Ethereum, dan Solana. CoinMarketCap mencatat bahwa volume perdagangan USDT di tiga bursa kripto terbesar di Indonesia telah menembus angka USD 7 miliar sejak awal 2024.

    “Di Tokocrypto, pasangan USDT/IDR menyumbang lebih dari 25% dari total volume transaksi harian dalam 24 jam terakhir. USDT kini menjadi jangkar utama aktivitas trading di Indonesia,” jelas Iqbal.

    USDT tidak hanya menawarkan kestabilan harga, tetapi juga digunakan sebagai alat lindung nilai terhadap volatilitas rupiah.

    “Dominasi USDT juga memperkuat perannya sebagai pintu masuk ke berbagai platform DeFi dan aplikasi kripto lainnya,” tambahnya.

    Menurut Iqbal, kestabilan yang ditawarkan USDT membuatnya menarik bagi investor yang ingin menjaga arus kas tanpa harus terkena risiko fluktuasi harga kripto secara langsung.

  • Kenapa Gen Z Mesti Kreatif Dengan Investasi

    Kenapa Gen Z Mesti Kreatif Dengan Investasi

    Serratalhadafc.com – Generasi muda, khususnya Gen Z, dikenal dekat dengan teknologi, penuh ide kreatif, dan punya ambisi besar. Tapi di balik semua potensi itu, ada tantangan nyata: bagaimana memastikan masa depan keuangan tetap aman? Jawabannya jelas—investasi.

    Sayangnya, masih banyak anak muda yang menganggap investasi itu rumit, butuh modal besar, atau hanya cocok untuk orang yang sudah mapan. Padahal, anggapan itu salah.

    Justru masa muda adalah waktu terbaik untuk mulai berinvestasi. Semakin awal kamu mulai, semakin besar potensi hasil yang bisa kamu raih di masa depan.

    1. Nggak Harus Kaya Dulu untuk Investasi

    Ada mitos kalau investasi cuma buat orang kaya. Salah besar! Sekarang, banyak platform investasi yang ramah kantong. Mulai dari Rp10.000 aja, kamu udah bisa beli reksadana atau nabung saham. Nggak ada alasan lagi buat nunda-nunda, kan?

    2. Siap-Siap Hadapi Masa Depan

    Gen Z dikenal sebagai generasi yang suka kebebasan. Tapi kalau kamu nggak punya rencana keuangan, kebebasan itu bisa jadi cuma mimpi. Investasi bikin kamu siap menghadapi kejadian tak terduga, seperti biaya darurat, traveling impian, atau bahkan pensiun di usia muda.

    3. Masa Muda Adalah Waktu Terbaik Investasi

    Kamu tahu nggak sih, kalau mulai investasi dari muda, kamu punya waktu lebih panjang untuk ngembangin uang kamu? Ini yang disebut compound interest alias bunga berbunga. Contohnya, kalau kamu investasi Rp100.000 setiap bulan sejak umur 20 tahun, hasilnya bakal jauh lebih besar dibanding mulai di umur 30. Waktu adalah kekuatan super kamu, jadi jangan disia-siakan!

    4. Siap Hadapi Tantangan Masa Depan

    Gen Z dikenal sebagai generasi yang suka kebebasan. Tapi kalau kamu nggak punya rencana keuangan, kebebasan itu bisa jadi cuma mimpi. Investasi bikin kamu siap menghadapi kejadian tak terduga, seperti biaya darurat, traveling impian, atau bahkan pensiun di usia muda.

    5. Pelajari Investasi Dengan Benar

    Buat Gen Z yang terbiasa cari info dari TikTok atau YouTube, manfaatkan teknologi buat belajar investasi. Banyak kok konten edukasi yang gampang dipahami. Tapi ingat, jangan tergoda investasi yang katanya cepat kaya. Pilih yang aman dan sesuai tujuan kamu, seperti reksadana, saham, atau emas.

    6. Jeli Dalam Memilih Tempat Investasi

    Terakhir, investasi bukan hanya soal uang yang kamu tanam, tapi juga soal di mana kamu menanamnya. Untuk generasi muda yang baru mulai, penting banget untuk memilih partner investasi yang terpercaya dan bisa memberikan panduan. Di sinilah Insight Investments Management hadir sebagai solusi. Dengan berbagai produk investasi yang sesuai untuk kebutuhan dan tujuan keuanganmu, Insight Investment Management bisa membantu kamu membangun masa depan finansial yang lebih cerah. Mulai dari reksadana pasar uang yang aman untuk pemula, hingga produk investasi lain yang bisa memberikan hasil optimal.

    Insight Investments Management juga menawarkan transparansi, keamanan, dan layanan yang ramah untuk generasi muda. Jadi, kamu nggak perlu ragu untuk mulai perjalanan investasi kamu bersama Insight. 

    Investasi bukan soal seberapa besar uang yang kamu punya sekarang, tapi seberapa besar niat kamu untuk mulai. Dengan langkah kecil hari ini, kamu bisa membangun masa depan yang lebih cerah. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, mulai investasi dari sekarang biar masa depan kamu nggak cuma aman, tapi juga cuan!

  • Pasar Kripto Tertekan, Arthur Hayes Malah Borong Bitcoin

    Pasar Kripto Tertekan, Arthur Hayes Malah Borong Bitcoin

    Serratalhadafc.com – Pemegang Bitcoin tengah menghadapi tekanan usai pengumuman mendadak tarif dagang dari Presiden AS Donald Trump, yang mengguncang pasar global, termasuk kripto.

    Meski situasi pasar memburuk, sejumlah tokoh di komunitas kripto justru melihat peluang. Salah satunya Arthur Hayes, salah satu pendiri BitMEX. Ia mengaku terus membeli Bitcoin di tengah penurunan harga.

    “Saya sudah membeli BTC sedikit demi sedikit sepanjang hari, dan akan terus melanjutkan,” kata Hayes, dikutip dari Cointelegraph, Selasa (8/4/2025).

    Hayes juga memprediksi dominasi Bitcoin dalam pasar kripto akan menguat. Ia memperkirakan pangsa pasar Bitcoin yang kini sekitar 60,5% bisa naik hingga menyentuh 70%.

    Bitcoin Perlu Lebih dari Sekadar Penyimpan Nilai untuk Tetap Relevan

    Meski tokoh seperti Arthur Hayes dan Erik Wood menunjukkan keyakinan terhadap masa depan Bitcoin, tidak semua suara di komunitas kripto sepakat. Jack Dorsey, mantan CEO Twitter dan tokoh penting di dunia kripto, menyampaikan pandangan kritis terkait posisi Bitcoin saat ini.

    Menurut Dorsey, Bitcoin tidak akan bertahan sebagai aset yang relevan jika hanya diposisikan sebagai penyimpan nilai. Ia menekankan pentingnya fungsi Bitcoin sebagai alat pembayaran dalam kehidupan sehari-hari.

    “Jika Bitcoin hanya menjadi penyimpan nilai dan tidak lebih dari itu, saya rasa ia tidak akan menjadi relevan sama sekali,” ujarnya.

    Dorsey menambahkan bahwa jika Bitcoin gagal berkembang menjadi alat transaksi yang digunakan secara luas, maka aset ini hanya akan dibeli, dilupakan, dan digunakan sesekali dalam keadaan darurat.

    Volatilitas harga memang menjadi tantangan utama bagi adopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran. Meski begitu, Bitcoin tetap menjadi pilihan utama di platform seperti BitPay sepanjang 2024. Bahkan, beberapa negara telah mulai menggunakannya dalam transaksi perdagangan internasional.

    Harga Bitcoin Anjlok, Pasar Kripto Tertekan oleh Ketidakpastian Global

    Harga Bitcoin tiba-tiba jatuh dalam beberapa jam terakhir, turun dari USD 83.000 menjadi di bawah USD 79.000 per koin. Data CoinMarketCap pada Senin (7/4/2025) pagi menunjukkan Bitcoin (BTC) melemah 6,28 persen dalam 24 jam terakhir dan turun 4,57 persen dalam sepekan. Harga BTC kini berada di level USD 78.262,83 atau sekitar Rp 1,309 miliar (kurs Rp 16.740 per dolar AS).

    CoinGlass mencatat likuidasi besar-besaran di pasar kripto, dengan posisi leverage senilai hampir USD 600 juta terhapus. Ini terjadi setelah periode stabil yang sempat membuat BTC unggul dibandingkan indeks pasar utama, memicu narasi baru soal Bitcoin sebagai penyimpan nilai digital.

    Analis kripto Jonatan Randing menyebut BTC saat ini mendekati Exponential Moving Average (EMA) mingguan 50—level support historis dalam fase pasar bullish. Namun, hal ini justru memunculkan pertanyaan, apakah tren naik Bitcoin benar-benar masih bertahan?

    Di sisi lain, sentimen pasar juga dibayangi kekhawatiran atas potensi tarif balasan dari Uni Eropa, menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif 20% atas impor dari kawasan tersebut.

    Para trader kini bersiap menghadapi kondisi pasar saham yang bergejolak, setelah pekan lalu menjadi periode terburuk bagi indeks S&P 500, NASDAQ 100, dan Dow Jones sejak pandemi COVID-19 tahun 2020.

  • Mark Cuban Sarankan Beli Bitcoin Sekarang

    Mark Cuban Sarankan Beli Bitcoin Sekarang

    Serratalhadafc.com – Baru-baru ini, investor sekaligus pendukung aset kripto, Mark Cuban, memicu diskusi di platform X (dulu Twitter) setelah mengomentari penurunan tajam di pasar saham. Ia memperkirakan perusahaan akan mulai melakukan buyback atau pembelian kembali saham mereka sendiri saat harga sedang rendah.

    Salah satu pengguna X menanggapi dengan singkat: “Bullish.” Cuban pun menjawab bahwa aksi buyback memang kemungkinan akan terjadi, namun menurutnya ada aset yang lebih menjanjikan untuk saat ini. Ia menyebut: “Akhirnya kamu akan benar. Tapi mungkin lebih baik beli BTC sekarang.”

    Pernyataan Cuban ini bisa dibaca sebagai isyarat agar perusahaan mulai mempertimbangkan strategi seperti yang dilakukan oleh MicroStrategy milik Michael Saylor—mengalihkan sebagian cadangan kas ke Bitcoin. Langkah serupa juga telah ditempuh oleh Metaplanet di Jepang.

    Beberapa pengguna X lainnya turut menyetujui pandangan Cuban. Salah satunya mengatakan, “Saya menjual saham sebelum kejatuhan pasar dan membeli kripto. Nanti saya beli lagi sahamnya saat harganya jatuh.”

    Komentar-komentar ini mencerminkan keyakinan bahwa aset kripto, khususnya Bitcoin, dianggap sebagai pilihan yang lebih menarik di tengah ketidakpastian pasar saham.

    Mark Cuban Ingin Meluncurkan Koin Meme

    Awal tahun ini, Mark Cuban sempat mencuit bahwa ia mungkin akan meluncurkan mata uang kripto meme miliknya sendiri. Meski kemungkinan besar disampaikan dengan nada bercanda, pernyataan ini muncul tak lama setelah mantan Presiden AS Donald Trump dan istrinya memperkenalkan koin meme mereka, TRUMP dan MELANIA.

    Cuban menyatakan bahwa jika ia benar-benar merilis koin meme, seluruh pendapatan dari penjualannya akan disalurkan ke Departemen Keuangan AS sebagai kontribusi untuk mengurangi utang nasional yang kini mencapai USD 36 triliun. Ia menyebut akan ada “nuansa” dalam proyek tersebut.

    Meski mengakui bahwa koin seperti Dogecoin (DOGE) dan Shiba Inu (SHIB) telah meraih kesuksesan, Cuban tetap mengingatkan bahwa investasi dalam koin meme tergolong spekulatif. Ia memperingatkan calon pembeli koin miliknya agar siap-siap “get rekt” alias kehilangan uang.

    Sebagai catatan, Cuban memang dikenal sebagai pendukung Dogecoin. Saat masih menjadi pemilik Dallas Mavericks, ia menerima DOGE sebagai alat pembayaran untuk tiket pertandingan dan merchandise tim tersebut.

    Pengguna AI di Amerika Masih Rendah

    Meski potensi besar AI generatif terus dibicarakan, penggunaannya di kalangan anak muda Amerika Serikat masih rendah. Laporan tahun 2024 dari Harvard Graduate School of Education, Common Sense Media, dan Hopelab menunjukkan hanya 11% remaja usia 14–22 tahun yang memakai AI generatif sekali atau dua kali seminggu.

    Mark Cuban pernah membandingkan perkembangan AI dengan era awal komputer pribadi, khususnya dalam konteks kewirausahaan masa depan. “Kamu tidak perlu jadi ahli AI untuk memulai bisnis, tapi pada akhirnya kamu harus memahaminya. Sama seperti dulu dengan PC—tidak harus jago, tapi itu membantu. Lalu datang jaringan, internet, dan perangkat seluler,” katanya dalam podcast The Colin Cowherd pada 2022.

    Cuban juga punya kepentingan bisnis di balik dukungannya terhadap AI. Ia berinvestasi di beberapa perusahaan AI seperti mesin pencari DIRT dan Samaya AI. Meski begitu, ia tetap kritis. Dalam wawancara dengan Wired tahun lalu, ia menyatakan bahwa seekor anak anjing saat ini masih lebih pintar dalam memecahkan masalah dibandingkan sistem AI yang ada.

  • Pasar Saham Amerika Kembali Terpukul Akibat China

    Pasar Saham Amerika Kembali Terpukul Akibat China

    Serratalhadafc.com – Bursa saham Amerika Serikat kembali terpukul pada perdagangan Jumat, menandai hari kedua tekanan berat setelah Presiden Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif terhadap ratusan negara. Sentimen pasar semakin memburuk setelah China merespons dengan tarif balasan atas produk-produk AS, memicu kekhawatiran akan perang dagang global dan potensi resesi.

    Menurut laporan CNBC, Sabtu (5/4/2025), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 2.231,07 poin atau 5,5 persen menjadi 38.314,86. Ini merupakan penurunan harian terbesar sejak krisis pandemi Covid-19 pada Juni 2020.

    Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) kembali tertekan, mencatat penurunan 1.679 poin pada Kamis, disusul penurunan 2.231 poin pada Jumat. Ini menjadi pertama kalinya indeks tersebut jatuh lebih dari 1.500 poin selama dua hari berturut-turut.

    S&P 500 juga ikut anjlok, turun 5,97% ke posisi 5.074,08—penurunan harian terbesar sejak Maret 2020. Setelah merosot 4,84% pada Kamis, indeks ini kini terkoreksi lebih dari 17% dari level tertingginya.

    Nasdaq Composite, yang banyak berisi saham teknologi dengan eksposur besar ke China, merosot 5,8% ke 15.587,79. Sehari sebelumnya, indeks ini turun hampir 6%, dan kini terkoreksi 22% dari rekor tertinggi Desember lalu.

    Pasar dilanda kepanikan, dengan aksi jual besar-besaran yang menyapu mayoritas saham. Hanya 14 saham dari indeks S&P 500 yang berhasil mencatat kenaikan pada Jumat. Semua indeks utama Wall Street ditutup di level terendah hari itu.

    Respon China ke Amerika

    Kementerian Perdagangan China pada Jumat mengumumkan akan mengenakan tarif sebesar 34% atas seluruh produk asal Amerika Serikat. Kebijakan ini mengejutkan investor yang sebelumnya berharap akan ada ruang negosiasi sebelum aksi balasan dilakukan terhadap kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

    Sektor teknologi menjadi yang paling terpukul. Saham Apple jatuh 7% pada Jumat, memperpanjang kerugiannya menjadi 13% sepanjang pekan.

    Nvidia juga mengalami tekanan, turun 7% dalam satu sesi perdagangan, sementara saham Tesla anjlok 10%.

    Ketiga perusahaan tersebut memiliki keterkaitan kuat dengan pasar China, menjadikan mereka rentan terhadap dampak tarif balasan dari Beijing.

    Saham Boeing Merosot Tajam

    Di luar sektor teknologi, saham Boeing dan Caterpillar—dua eksportir utama ke China—mengalami penurunan tajam. Boeing merosot 9%, sementara Caterpillar turun hampir 6%, menjadi penekan utama bagi indeks Dow Jones.

    “Pasar saham lumpuh, hancur karena ideologi dan luka yang dibuat sendiri,” ujar Emily Bowersock Hill, CEO sekaligus pendiri Bowersock Capital Partners.

    Ia menambahkan, meskipun pasar mungkin mulai mendekati titik terendah untuk jangka pendek, dampak jangka panjang dari perang dagang global terhadap pertumbuhan ekonomi tetap menjadi kekhawatiran besar.

  • Penyebab Saham Apple Turun 9%

    Penyebab Saham Apple Turun 9%

    Serratalhadafc.com – Saham Apple anjlok setelah Amerika Serikat mengumumkan tarif impor baru terhadap sejumlah negara Asia. India dikenai tarif 26%, Jepang 24%, Korea Selatan 25%, Taiwan 32%, Vietnam 46%, dan Malaysia 24%. Sementara itu, tarif untuk China melonjak dari 20% menjadi 54%, setelah kenaikan sebesar 34%.

    Mengutip CNBC International, Jumat (4/4/2025), saham Apple turun lebih dari 9% pada Kamis (3/4) waktu setempat, lebih buruk dari penurunan Nasdaq yang hanya 6%. Nilai kapitalisasi pasar Apple menyusut lebih dari USD 300 miliar, menjadikannya penurunan harian terburuk sejak Maret 2020.

    Analis Morgan Stanley, Erik Woodring, menyatakan bahwa tarif ini mempersempit ruang gerak Apple dalam diversifikasi rantai pasoknya. “Ketika tarif dikenakan pada negara-negara seperti Vietnam, India, dan Thailand—tempat Apple mulai mengalihkan produksinya dari China—mereka kehilangan tempat untuk melarikan diri,” ujarnya.

    Woodring memperkirakan Apple mungkin harus menaikkan harga produknya di AS sekitar 17% hingga 18% untuk mengimbangi beban tarif. Namun, menurutnya, masih banyak ketidakpastian terkait bagaimana Apple akan merespons dan seperti apa balasan China terhadap kebijakan ini.

    “Dalam situasi geopolitik seperti ini, Anda harus siap menghadapi skenario terburuk,” katanya. “Tampaknya masing-masing pihak belum menunjukkan sikap ingin mengalah.”

    Beberapa tahun terakhir, Apple memang telah memproduksi iPhone di India, AirPods di Vietnam, dan Mac di Malaysia sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada China. Diversifikasi ini dilakukan sebagai bentuk perlindungan terhadap risiko yang muncul, termasuk tarif era Trump, gangguan rantai pasok akibat pandemi, dan kekurangan chip global.

    Indeks S&P 500 Merosot Tajam

    Perusahaan-perusahaan dalam indeks S&P 500 kehilangan total nilai pasar sekitar USD 2,4 triliun akibat aksi jual besar-besaran di Wall Street pada Kamis (3/4).

    Menurut US News, Jumat (4/4/2025), penurunan tajam ini menjadi yang terbesar sejak krisis awal pandemi COVID-19 pada 16 Maret 2020.

    Aksi jual dipicu oleh kekhawatiran pasar setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor dalam skala besar. Kebijakan tersebut memunculkan ketakutan akan potensi perang dagang global dan kemungkinan resesi. Pada awal pekan ini, S&P 500 sudah turun hampir 5%.

    Senin (31/3), indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencatat kuartal terburuk sejak 2022. S&P 500 anjlok 4,6%, sedangkan Nasdaq merosot 10,5% sepanjang kuartal pertama 2025, menurut Economistimes.

    Penurunan tajam juga terjadi sepanjang Maret 2025, dengan keduanya mencatat penurunan bulanan terbesar sejak Desember 2022. Tarif baru dari Presiden Trump dianggap menjadi pemicu utama ketegangan pasar.

    Indeks Dow Jones juga terdampak, turun 1,3% sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

    “Di kuartal pertama ini, investor seolah menyerah. Situasinya sulit untuk diperdagangkan,” kata Adam Turnquist, kepala strategi teknis di LPL Financial.

    Tujuh perusahaan teknologi besar yang sebelumnya mendorong reli pasar pada 2023 dan 2024 kini justru menjadi beban. Para investor mulai melepaskan saham-saham pertumbuhan tinggi di tengah ketidakpastian ekonomi.

    Sementara itu, pasar saham sempat berupaya menahan tekanan meskipun rencana tarif tambahan dari pemerintah AS akan diumumkan Rabu (2/4). Namun kepanikan sudah lebih dulu mendominasi sentimen pasar.

  • Tips Bijak Kelola Thr

    Tips Bijak Kelola Thr

    Serratalhadafc.com – Menjelang hari raya, kebutuhan dan pengeluaran biasanya meningkat. Salah satu momen yang paling dinantikan adalah pencairan Tunjangan Hari Raya (THR), yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari membeli pakaian baru hingga berbagi dengan keluarga dan kerabat.

    Namun, tanpa pengelolaan yang baik, banyak orang justru mengalami kesulitan keuangan setelah menerima THR. “Jika tidak dikelola dengan bijak, uang THR bisa habis dalam hitungan hari tanpa memberikan manfaat jangka panjang,” ujar Head of IPOT Fund, Dody Mardiansyah, Rabu (2/4/2025).

    Banyak yang menganggap THR sebagai kesempatan untuk memanjakan diri setelah bekerja keras sepanjang tahun, sehingga langsung menggunakannya untuk berbelanja, liburan, atau membeli barang impian. Akibatnya, uang cepat habis tanpa disadari.

    Di sisi lain, ada yang lebih berhati-hati dalam membelanjakan THR, tetapi tetap merasa keuangan mereka terkuras setelah Lebaran. Hal ini sering kali dipicu oleh diskon besar-besaran, tekanan sosial untuk mengikuti gaya hidup konsumtif, atau kurangnya perencanaan keuangan setelah Lebaran.

    Agar THR tidak sekadar berlalu begitu saja, diperlukan strategi pengelolaan keuangan yang bijak. Jangan sampai kebiasaan konsumtif merusak kondisi keuangan pasca-Lebaran. Berikut lima cara efektif untuk memanfaatkan THR agar tetap bermanfaat di masa depan.

    1. Dahulukan Kebutuhan, Jangan Terjebak Tren

    Sebelum membelanjakan THR, luangkan waktu untuk menyusun daftar kebutuhan utama. Hindari godaan membeli barang hanya karena tren atau diskon besar yang menggoda.

    Fokuslah pada pengeluaran yang benar-benar penting, seperti zakat fitrah, kebutuhan bahan makanan, serta pakaian baru jika memang diperlukan. Lebaran bukan sekadar tentang apa yang kita miliki, tetapi juga tentang berbagi kebahagiaan. Sisihkan sebagian THR untuk keluarga, orang tua, atau berbagi dengan mereka yang membutuhkan, seperti anak yatim atau panti asuhan.

    “Perencanaan keuangan yang matang memungkinkan kita merayakan Lebaran dengan lebih bermakna, bukan sekadar menghabiskan uang untuk kesenangan sesaat,” ujar Dody.

    2. Tetapkan Anggaran, Hindari Pengeluaran Berlebihan

    Sekadar membuat daftar kebutuhan tidak cukup—Anda juga perlu menetapkan batasan anggaran yang jelas. Tentukan secara rinci berapa yang akan dialokasikan untuk setiap kategori, mulai dari kebutuhan pokok hingga hadiah bagi keluarga.

    Dengan anggaran yang terstruktur, Anda dapat mengontrol pengeluaran lebih baik dan menghindari pemborosan. Jangan sampai euforia Lebaran membuat THR habis hanya untuk hal-hal yang tidak esensial.

    “Perencanaan yang matang memastikan THR digunakan dengan bijak tanpa mengurangi makna berbagi di hari yang penuh berkah,” ujar Dody.

    3. Sisihkan untuk Masa Depan: Investasi Itu Penting

    THR bukan hanya untuk perayaan sesaat—ini juga peluang untuk menambah tabungan atau investasi. Sisihkan setidaknya 10–20% dari THR untuk dana darurat atau investasi demi kestabilan keuangan jangka panjang.

    Dengan memiliki dana cadangan, Anda lebih siap menghadapi situasi tak terduga tanpa harus bergantung pada pinjaman. Selain itu, investasi seperti reksa dana bisa menjadi cara cerdas untuk mengembangkan aset secara bertahap.

    “Manfaatkan THR untuk hal yang lebih produktif, seperti investasi di reksa dana yang kini semakin mudah melalui platform digital seperti IPOT Fund,” ujar Dody. Dengan begitu, THR bukan hanya habis dalam sekejap, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang.

    4. Hati-hati dengan Diskon: Hindari Pembelian Impulsif

    Jelang Lebaran, berbagai diskon dan promo bisa membuat siapa saja tergoda. Namun, membeli sesuatu hanya karena diskon sering kali berakhir dengan penyesalan.

    Kendalikan diri dan tetap berpegang pada anggaran yang sudah dibuat. Jangan sampai euforia belanja mengacaukan perencanaan keuangan. “Setia pada anggaran adalah kunci utama agar THR tidak terbuang sia-sia untuk hal-hal yang tidak diperlukan,” ujar Dody.

    Jika barang yang diincar bukan kebutuhan mendesak, sebaiknya tahan diri. Dengan begitu, THR bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih bermanfaat dan tidak menguap begitu saja.

    5. Ingat, Hidup Berlanjut Setelah Lebaran

    Banyak orang terlalu fokus pada kemeriahan Lebaran hingga lupa bahwa kehidupan tetap berjalan setelahnya. Jika seluruh THR habis untuk perayaan, bagaimana dengan tagihan bulanan, biaya sekolah anak, atau kebutuhan lainnya?

    Dody mengingatkan bahwa THR seharusnya tidak sekadar uang tambahan yang datang dan hilang begitu saja. “Dengan perencanaan yang bijak, Lebaran bisa dinikmati tanpa mengorbankan stabilitas keuangan setelahnya,” katanya.

    Pastikan sebagian THR dialokasikan untuk tabungan atau investasi, hindari pembelian impulsif, dan sisakan dana cadangan agar tidak kesulitan di hari-hari setelah Lebaran.

  • Hambatan Adopsi Bitcoin di Eropa

    Hambatan Adopsi Bitcoin di Eropa

    Serratalhadafc.com – Adopsi Bitcoin di Eropa masih menghadapi berbagai tantangan, terutama karena regulasi yang terfragmentasi dan pendekatan investasi yang cenderung konservatif. Berbeda dengan Amerika Serikat yang semakin terbuka terhadap Bitcoin, Eropa masih diliputi ketidakpastian dalam kebijakan aset digital.

    Elisenda Fabrega, penasihat umum di Brickken—platform tokenisasi aset di Eropa—menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang menghambat adopsi Bitcoin di kawasan ini.

    “Regulasi yang tidak seragam, kurangnya dukungan institusional, serta perbedaan tingkat kematangan pasar membuat banyak perusahaan di Eropa enggan mengadopsi Bitcoin,” kata Fabrega, dikutip dari Yahoo Finance, Senin (31/3/2025).

    Beberapa perusahaan seperti BNP Paribas, 21Shares AG, VanEck Europe, dan Bitpanda memang telah mengumumkan kepemilikan Bitcoin, tetapi jumlahnya masih terbatas.

    Menurut analis dari Bitfinex, ketidakkonsistenan regulasi dan kebijakan investasi yang cenderung hati-hati menjadi faktor utama yang membuat banyak investor ragu untuk berinvestasi di Bitcoin.

    “Investor institusional di Eropa masih sangat berhati-hati karena aturan yang belum jelas serta risiko yang menyertai aset digital,” ujar analis Bitfinex.

    Selain itu, minat investor ritel di Eropa terhadap Bitcoin juga lebih rendah dibandingkan di Amerika Serikat. Iliya Kalchev, analis di Nexo, menyoroti bahwa pasar keuangan di Eropa lebih konservatif dalam menerima instrumen investasi baru.

    “Di AS, ETF Bitcoin berhasil diluncurkan berkat tingginya permintaan ritel dan regulasi yang lebih jelas. Sementara di Eropa, adopsi Bitcoin masih berjalan lambat,” ungkap Kalchev.

    Dengan berbagai tantangan ini, adopsi Bitcoin di Eropa masih tertinggal dibandingkan dengan Amerika Serikat, yang telah lebih dulu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi aset digital.

    Peraturan Eropa Belum Konsisten

    Namun, ada indikasi bahwa keadaan ini bisa berubah. Peluncuran produk yang diperdagangkan di bursa (ETP) Bitcoin oleh BlackRock pada 25 Maret berpotensi menjadi titik balik dalam meningkatkan kepercayaan institusi keuangan terhadap Bitcoin di Eropa.

    Meski begitu, para analis menegaskan bahwa tanpa regulasi yang lebih jelas, adopsi Bitcoin oleh institusi keuangan tetap akan terbatas.

    Survei terbaru dari Bitpanda mengungkapkan bahwa banyak lembaga keuangan di Eropa masih meremehkan permintaan terhadap aset kripto. “Kami menemukan bahwa mereka mungkin mengabaikan potensi pasar ini hingga 30%,” demikian hasil survei tersebut.

    Dengan perkembangan ini, ada harapan bahwa regulasi yang lebih mendukung dapat membuka peluang lebih luas bagi Bitcoin di Eropa.

  • Perginya Uang Saat Harga Saham Turun

    Perginya Uang Saat Harga Saham Turun

    Serratalhadafc.com – Banyak investor bertanya-tanya apakah uang mereka “hilang” ketika harga saham turun. Faktanya, perubahan harga saham lebih berkaitan dengan persepsi nilai pasar daripada perpindahan uang secara fisik.

    Harga Saham Turun, Uang Hilang? Tidak Juga.

    Saat harga saham anjlok, itu berarti nilai investasi menurun, bukan uang benar-benar hilang. Ini seperti harga rumah atau mobil bekas yang turun—barang tetap ada, tetapi nilainya berubah.

    Contoh sederhana:
    ✅ Anda membeli 100 saham ABCD seharga Rp 150 per lembar (total Rp 15.000).
    ✅ Harga turun jadi Rp 100 per lembar → Total nilai investasi sekarang Rp 10.000.
    ✅ Kerugian baru nyata jika Anda menjual saham di harga lebih rendah.

    Jika Anda tidak menjual dan harga saham naik kembali di masa depan, nilai investasi bisa pulih atau bahkan naik lebih tinggi.

    Kenapa Harga Saham Bisa Turun?

    Beberapa faktor yang memengaruhi harga saham:
    📉 Kinerja perusahaan memburuk → Investor kehilangan kepercayaan
    📉 Berita negatif atau ketidakpastian ekonomi → Investor menjual saham secara massal
    📉 Panic selling → Harga turun lebih tajam karena banyaknya aksi jual

    Strategi Saat Harga Saham Turun

    Jangan panik: Perubahan harga adalah bagian dari investasi saham.
    Lihat fundamental perusahaan: Jika bisnisnya tetap solid, harga bisa pulih.
    Gunakan kesempatan untuk beli lebih murah (jika yakin prospeknya baik).
    Diversifikasi portofolio agar risiko tersebar.

    Kesimpulannya, uang tidak benar-benar hilang saat harga saham turun, hanya nilai investasinya yang berfluktuasi. Investor yang memahami hal ini akan lebih siap menghadapi volatilitas pasar tanpa panik.

    Cara Atasi Penurunan Harga Saham

    Menghadapi penurunan pasar saham membutuhkan strategi yang matang agar investor tidak terjebak dalam keputusan emosional.

    • Strategi Beli dan Tahan (Buy and Hold)
      Jika investasi dilakukan pada perusahaan yang memiliki fundamental kuat, tetap memegang saham dalam jangka panjang bisa menjadi strategi terbaik. Sejarah menunjukkan bahwa pasar cenderung pulih setelah mengalami koreksi.
    • Diversifikasi Portofolio
      Menyebarkan investasi ke berbagai sektor dan instrumen (saham, obligasi, reksa dana) membantu mengurangi risiko kerugian besar jika satu aset turun drastis.
    • Menyimpan Dana Tunai untuk Peluang
      Memiliki cadangan dana memungkinkan investor membeli saham berkualitas dengan harga lebih murah saat pasar turun, memanfaatkan momentum untuk keuntungan jangka panjang.
    • Manajemen Risiko
      Penggunaan stop-loss dapat membatasi kerugian jika harga saham turun di bawah batas tertentu. Selain itu, memilih saham defensif seperti di sektor kebutuhan pokok dan kesehatan dapat memberikan kestabilan dalam kondisi pasar yang bergejolak.

    Pemahaman yang baik tentang pasar saham akan membantu investor menghadapi fluktuasi dengan tenang dan mengambil keputusan yang lebih bijak.