Category: SAHAM

  • Dampak Yang Terjadi Ketika IHSG Hancur

    Dampak Yang Terjadi Ketika IHSG Hancur

    Serratalhadafc.com – Kepala Strategi Makro Asia Pasifik Bank of New York (BNY), Aninda Mitra, menilai bahwa pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi pada Selasa (18/3) tidak akan berdampak signifikan pada pasar valuta asing (valas) dan obligasi. Hal ini disebabkan oleh pasokan dolar AS yang melimpah serta rendahnya kepemilikan asing atas surat utang pemerintah.

    “Saya tidak menutup kemungkinan adanya tekanan moderat, tetapi belum tentu akan menyebar lebih luas ke pasar valuta asing dan obligasi,” ujar Aninda, dikutip dari Antara, Rabu (19/3/2025).

    Menurutnya, dibandingkan sebelumnya, Indonesia kini lebih tahan terhadap pembalikan modal asing secara cepat. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, ditambah dengan peraturan yang lebih ketat terkait devisa hasil ekspor, memastikan likuiditas dolar di dalam negeri tetap cukup sehingga rupiah lebih stabil.

    Kepemilikan asing atas obligasi rupiah juga tetap rendah, hanya sekitar 15 persen dari total keseluruhan. “Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan puncak sebelum pandemi yang hampir mencapai 40 persen. Sebagian besar kepemilikan ini juga kemungkinan telah dilindungi nilai terhadap risiko valuta asing,” jelasnya.

    Pada sesi pertama perdagangan Selasa (18/3), IHSG melemah 395,87 poin atau 6,12 persen ke level 6.076,08, sementara indeks LQ45 turun 38,27 poin atau 5,25 persen ke posisi 691,08.

    Akibat pelemahan tajam ini, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11:19:31 melalui sistem Jakarta Automated Trading System (JATS). Trading halt diterapkan setelah IHSG turun lebih dari 5 persen dalam satu sesi perdagangan.

    Dampak Hancurnya IHSG

    Pasar saham Indonesia mengalami guncangan hebat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 3,84% ke level 6.223 dan sempat terkena trading halt setelah menyentuh level kritis 6.011 (-7,11%). Kejatuhan ini terjadi di tengah penguatan bursa regional, menandakan bahwa faktor domestik menjadi pemicu utama kepanikan di pasar.

    Menurut pengamat pasar modal, Hendra Wardhana, tekanan besar ini lebih dipengaruhi oleh ketidakpastian kebijakan dan sentimen negatif dibandingkan kondisi fundamental ekonomi yang sebenarnya.

    “Pasar saat ini sangat rentan terhadap sentimen negatif, terutama isu-isu seperti RUU TNI yang kontroversial, rumor pengunduran diri Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, serta aksi jual besar-besaran pada saham-saham konglomerasi seperti BREN (-11,8%), TPIA (-18,4%), dan DCII (-20%),” ungkap Hendra, Founder Stocknow.id, kepada Liputan6.com, Rabu (19/3/2025).

    Aksi jual investor asing juga sangat masif, dengan net sell mencapai Rp 2,5 triliun dalam sehari, terutama pada saham BBCA, BMRI, dan BBRI. Sementara itu, beberapa saham seperti GOTO dan WIFI masih mencatatkan net buy.

    Dari sisi eksternal, ketidakpastian kebijakan The Fed dan pelemahan rupiah ke Rp 16.425 per USD semakin memperburuk tekanan di pasar domestik.

  • Pengertian Trading Halt di Saham

    Pengertian Trading Halt di Saham

    Serratalhadafc.com – Pada Selasa, 18 Maret 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam sebesar 5,02%, turun ke level 6.146,91 dari posisi pembukaan di 6.458,66.

    Penurunan drastis ini mendorong Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menerapkan trading halt atau penghentian sementara perdagangan saham pada pukul 11.19 WIB dalam sistem Jakarta Automated Trading System (JATS).

    Secara umum, trading halt adalah penghentian sementara perdagangan saham ketika IHSG turun hingga batas tertentu. Jika kondisi pasar tidak memungkinkan perdagangan untuk dilanjutkan pada hari yang sama, trading halt dapat diperpanjang menjadi trading suspend.

    Hukum Trading Halt

    Ketentuan terbaru mengenai trading halt tertuang dalam Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020. Keputusan ini membahas perubahan panduan penanganan kelangsungan perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam kondisi darurat.

    Jika IHSG mengalami penurunan tajam dalam satu hari bursa, BEI menerapkan trading halt selama 30 menit apabila penurunan mencapai lebih dari 5 persen. Jika penurunan berlanjut hingga lebih dari 10 persen, trading halt dapat diberlakukan kembali selama 30 menit. Apabila IHSG turun lebih dari 15 persen, BEI dapat menerapkan trading suspend atau penghentian perdagangan untuk sisa hari tersebut.

    Saat trading halt, seluruh pesanan yang belum teralokasi (open order) tetap tersimpan dalam sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) dan dapat ditarik oleh anggota bursa. Namun, jika terjadi trading suspend, seluruh pesanan yang belum teralokasi akan otomatis ditarik oleh JATS.

    Investor Jangan Panik

    DPR RI mengimbau investor untuk tetap tenang dan tidak panik menghadapi gejolak pasar. “Penurunan seperti ini adalah hal yang wajar, dan kami yakin pasar akan segera mengalami rebound dalam waktu dekat,” ujar Dasco.

    Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan bahwa meskipun terjadi koreksi tajam, perdagangan saham kembali normal setelah mekanisme trading halt dicabut. Pada penutupan sesi, IHSG mulai menunjukkan perbaikan.

    Dengan berbagai langkah yang diambil oleh pemerintah dan regulator pasar modal, diharapkan kepercayaan investor kembali pulih dan IHSG dapat kembali ke jalur positif dalam waktu dekat.