Category: SAHAM

  • Astra Agro Rilis 3 Varietas Bibit Sawit Tahan Ganoderma

    Astra Agro Rilis 3 Varietas Bibit Sawit Tahan Ganoderma

    Serratalhadafc.com – PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) kembali mencetak inovasi di sektor perkebunan dengan meluncurkan tiga varietas bibit unggul kelapa sawit terbaru yang memiliki ketahanan terhadap penyakit Ganoderma boninense, salah satu momok utama dalam industri sawit.

    Dengan peluncuran ini, jumlah total bibit unggul milik Astra Agro kini menjadi enam varietas.

    🔬 Varietas Terbaru: “MRG” Series

    Tiga varietas baru tersebut adalah:

    • DxP AAL Nirmala MRG
    • DxP AAL Lestari MRG
    • DxP AAL Sejahtera MRG

    Ketiganya dinyatakan lulus Sidang Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan di Bogor pada Kamis, 16 Mei 2025.

    Varietas baru ini merupakan pengembangan dari bibit unggulan sebelumnya, yaitu:

    • AAL Nirmala
    • AAL Lestari
    • AAL Sejahtera
      yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2020.

    🌱 Keunggulan Utama: Tahan Terhadap Ganoderma

    Keunggulan signifikan dari seri “MRG” ini adalah sifatnya yang moderat resisten terhadap penyakit busuk pangkal batang akibat Ganoderma boninense — sejenis cendawan yang menyebabkan pelapukan jaringan dalam pohon dan berujung pada kematian tanaman secara perlahan.

    Penyakit ini dikenal sebagai tantangan besar dalam perkebunan kelapa sawit karena sulit ditangani dan bisa menurunkan produktivitas secara drastis.

    🗣️ Tanggapan Kementerian Pertanian

    Direktur Perbenihan Perkebunan Kementerian Pertanian, Ebi Rulianti, menyambut baik langkah Astra Agro sebagai inovasi yang dibutuhkan industri.

    “Varietas DxP AAL Nirmala MRG, DxP AAL Lestari MRG, dan DxP AAL Sejahtera MRG layak dilepas karena dinilai menjadi solusi dalam penanganan penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma boninense,” ujar Ebi Rulianti, dikutip dari keterangan resmi, Rabu (28/5/2025).

    ✍️ Catatan:

    Peluncuran varietas ini tidak hanya memperkuat daya saing Astra Agro di industri sawit nasional, tetapi juga berpotensi meningkatkan produktivitas petani dan menjaga keberlanjutan perkebunan sawit Indonesia dari ancaman penyakit menahun.

    Astra Agro Cetak Terobosan Bibit Tahan Ganoderma

    Direktur Perbenihan Perkebunan Kementerian Pertanian, Ebi Rulianti, mengapresiasi keberhasilan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dalam merilis tiga varietas benih sawit unggulan yang tahan terhadap penyakit Ganoderma boninense. Ia menilai, pencapaian ini tak lepas dari kekuatan tim riset dan pengembangan Astra Agro yang dinilai sangat kompeten.

    “Astra Agro memiliki tim penelitian dan pengembangan yang mumpuni. Mereka berhasil merilis benih unggul dalam waktu yang lebih singkat dibanding standar umumnya,” ujar Ebi.

    Sebagai catatan, proses pelepasan varietas kelapa sawit yang memiliki ketahanan terhadap Ganoderma biasanya memakan waktu 15 hingga 20 tahun. Namun Astra Agro mampu menyelesaikannya dalam waktu yang jauh lebih cepat, berkat inovasi dan pendekatan teknologi terkini.

    Perusahaan ini juga merupakan bagian dari Konsorsium Genom Sawit Indonesia (KGSI), yang selama ini berfokus pada peningkatan kualitas genetika sawit nasional, termasuk dalam menghadapi ancaman penyakit.

    Selain resisten terhadap Ganoderma, ketiga varietas terbaru — DxP AAL Nirmala MRG, DxP AAL Lestari MRG, dan DxP AAL Sejahtera MRG — juga memiliki keunggulan produktivitas tinggi dan tidak menghasilkan buah kempet (buah yang gagal berkembang sempurna).

    “Di Indonesia, hampir tidak ada lahan yang benar-benar bebas dari Ganoderma. Dengan hadirnya varietas baru ini, kami berharap perusahaan dan para petani bisa memperoleh hasil produksi optimal. Selamat dan sukses untuk Astra Agro,” kata Ebi menutup pernyataannya.

    Astra Agro Kembangkan Bibit Sawit Tahan Ganoderma, Cegah Penurunan Produksi

    Senior Vice President Research and Development Astra Agro Lestari, Cahyo Wibowo, menyatakan bahwa penyakit busuk pangkal batang akibat cendawan Ganoderma telah menyebar pesat di beberapa daerah Indonesia, seperti Sulawesi Barat dan Sumatera.

    “Kami berupaya menangani penyakit ini melalui penelitian dan pengembangan bibit unggul yang moderat tahan terhadap Ganoderma, serta menerapkan kultur teknis yang baik dengan hasil produksi tinggi,” ujar Cahyo.

    Sebagai pemegang gelar doktoral, Cahyo menjelaskan bahwa penyakit ini dapat dengan cepat membunuh tanaman kelapa sawit, menyebabkan penurunan tajam populasi tanaman per hektar (SPH) dan berimbas pada penurunan produksi tandan buah segar (TBS) yang signifikan.

    Karena itu, tim Research and Development Astra Agro memandang perlu pembaruan varietas unggul dengan keunggulan baru yakni ketahanan terhadap Ganoderma. Selain itu, varietas terbaru ini juga mampu mencegah masalah partenokarpi atau buah kempet, yang selama ini menjadi salah satu kendala dalam produktivitas.

    Cahyo menambahkan, sex ratio—perbandingan bunga betina terhadap total bunga—pada varietas baru ini berada di kisaran 75% hingga 88%, sehingga mendukung penyerbukan alami tanpa perlu bantuan manual.

    Meski membawa keunggulan baru, ketiga varietas tersebut tetap mempertahankan kelebihan varietas sebelumnya, seperti produksi TBS yang tinggi dan kandungan minyak sawit yang lebih banyak.

    Dengan dirilisnya varietas ini, Astra Agro berharap segera menerapkan bibit unggul tersebut di kebun operasional, terutama di wilayah yang endemik terhadap penyakit Ganoderma, guna meminimalkan potensi kerugian produksi.

  • Saham Properti Masih Lesu Meski Suku Bunga Turun, Apa Penyebabnya?

    Saham Properti Masih Lesu Meski Suku Bunga Turun, Apa Penyebabnya?

    Serratalhadafc.com – Sektor properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih mengalami tekanan sepanjang satu tahun terakhir. Padahal, Bank Indonesia (BI) telah memberikan stimulus lewat pemangkasan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% pada Mei 2025.

    Secara teori, penurunan suku bunga seharusnya menjadi angin segar bagi sektor properti. Pasalnya, sektor ini sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga karena terkait langsung dengan pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan investasi jangka panjang. Namun kenyataannya, pelonggaran moneter tersebut belum cukup untuk mendorong harga saham properti ke zona hijau.

    Banyak Faktor Penghambat

    Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, mengungkapkan bahwa lemahnya kinerja saham properti saat ini disebabkan oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan.

    “Daya beli kelas menengah masih belum sepenuhnya pulih setelah pandemi. Ditambah dengan inflasi yang tetap tinggi dan biaya hidup yang membebani, membuat masyarakat menahan diri untuk pembelian besar seperti rumah atau apartemen,” jelas Hendra pada Selasa (27/5/2025).

    Selain itu, meski BI telah memangkas suku bunga, penurunan ini belum sepenuhnya dirasakan oleh sektor riil, terutama dalam bentuk suku bunga KPR. Perbankan masih bersikap hati-hati dalam menyalurkan kredit, sehingga penurunan bunga belum efektif menggerakkan permintaan.

    Minim Katalis Positif

    Faktor lain yang membebani sektor properti adalah berakhirnya insentif fiskal seperti PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Tanpa stimulus baru dari pemerintah, sektor ini kekurangan dorongan tambahan untuk bangkit dari tekanan.

    Hendra juga menambahkan bahwa kekhawatiran investor terhadap oversupply hunian vertikal dan ruang komersial di wilayah Jabodetabek turut menekan prospek pertumbuhan pendapatan berulang (recurring income) bagi para pengembang.

    “Ketika suplai lebih besar dari permintaan, potensi pendapatan jangka panjang dari penyewaan atau penjualan menjadi tidak menarik bagi pasar,” ujar Hendra.

    Kesimpulan

    Turunnya suku bunga acuan memang penting, tapi belum cukup untuk membalikkan arah sektor properti yang masih dibayangi tantangan struktural. Selama tidak ada perbaikan nyata di sisi daya beli, penyaluran kredit, dan dukungan kebijakan fiskal, saham-saham properti kemungkinan akan tetap tertahan dalam tekanan.

    Di Tengah Lesunya Sektor Properti, Emiten Besar Ini Tetap Tangguh

    Meski sektor properti secara umum mengalami tekanan di pasar saham, tidak semua emiten bernasib sama. Sejumlah pemain besar justru mampu mempertahankan kinerja yang stabil, bahkan menunjukkan ketahanan bisnis yang kuat. Beberapa nama yang mencuat di antaranya adalah Ciputra Development (CTRA), Summarecon Agung (SMRA), dan Puradelta Lestari (DMAS).

    CTRA: Tumbuh Lewat Proyek Nasional

    Ciputra Development (CTRA) berhasil menjaga laju pertumbuhan marketing sales berkat proyek-proyek andalannya seperti CitraLand dan CitraRaya yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Diversifikasi geografis menjadi salah satu kekuatan utama CTRA dalam menghadapi tantangan sektor properti.

    SMRA: Kuat di Serpong dan Bekasi

    Summarecon Agung (SMRA) juga menunjukkan performa solid. Kawasan township Serpong dan Bekasi terbukti menjadi penyumbang utama pendapatan dan laba bersih perusahaan. Konsistensi pengembangan kawasan terpadu yang dilengkapi dengan fasilitas komersial dan residensial membuat SMRA tetap diminati pasar.

    “SMRA juga menunjukkan daya tahan kuat, terutama lewat township Serpong dan Bekasi yang menyumbang kontribusi besar terhadap pendapatan dan laba bersih,” kata pengamat pasar modal Hendra Wardhana.

    DMAS: Fokus di Kawasan Industri

    Sementara itu, Puradelta Lestari (DMAS) memperoleh keunggulan melalui fokusnya pada penjualan lahan industri yang dikenal memiliki margin tinggi. DMAS juga terlibat dalam pengembangan Greenland International Industrial Center (GIIC), yang kini menarik minat dari sektor-sektor strategis seperti data center dan industri otomotif.

    Sinyal Penting bagi Investor

    Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak semua saham properti sedang terpuruk. Emiten-emiten dengan fundamental kuat, proyek strategis, dan diversifikasi usaha mampu tetap bertahan bahkan di tengah tekanan makro. Hal ini penting menjadi pertimbangan bagi investor dalam menyusun strategi dan seleksi saham properti yang memiliki prospek jangka panjang.

    Valuasi Menarik, Saham Properti Unggulan Masih Undervalued

    Meski sektor properti belum pulih sepenuhnya, sejumlah saham emiten besar seperti Ciputra Development (CTRA), Summarecon Agung (SMRA), dan Puradelta Lestari (DMAS) menunjukkan valuasi yang sangat atraktif. Hal ini memberi peluang menarik bagi investor yang berburu saham undervalued dengan fundamental solid.

    PER Jauh di Bawah Rata-Rata Industri

    Berdasarkan data kinerja tahunan (annualized) 2025, ketiga saham ini diperdagangkan dengan Price to Earnings Ratio (PER) yang jauh di bawah rata-rata industri properti sebesar 15,8x:

    • CTRA: 6,9x
    • SMRA: 7,2x
    • DMAS: 4,8x

    Angka ini menunjukkan bahwa pasar belum sepenuhnya mengapresiasi kekuatan kinerja dan prospek jangka panjang dari emiten-emiten tersebut.

    PBV Rendah, Masih Undervalued

    Dari sisi Price to Book Value (PBV) per kuartal I 2025, saham-saham ini juga terdiskon:

    • CTRA: 0,81x
    • SMRA: 0,61x
    • DMAS: 0,91x

    Sebagai perbandingan, rata-rata PBV sektor properti berada di level 0,94x. Artinya, ketiga saham ini masih berada di bawah nilai buku, padahal masih mencatatkan laba bersih, arus kas yang sehat, dan memiliki cadangan lahan strategis.

    PWON: Sudah Dihargai Lebih Tinggi

    Menariknya, saham Pakuwon Jati (PWON) yang memiliki pendapatan berulang dari segmen mal dan hotel, saat ini diperdagangkan pada valuasi yang lebih tinggi:

    • PER: 16x
    • PBV: 0,92x

    Kondisi ini menandakan bahwa ruang kenaikan saham PWON lebih terbatas dibandingkan CTRA dan SMRA yang saat ini justru dihargai lebih murah, namun tetap dibekali oleh fundamental kuat dan prospek pertumbuhan jangka panjang.

    “Bahkan bila dibandingkan dengan saham properti lain seperti Pakuwon Jati (PWON) yang sudah diperdagangkan pada PER 16x dan PBV 0,92x, valuasi CTRA dan SMRA terlihat jauh lebih menarik,” ungkap Hendra Wardhana, Founder Stocknow.id.

    Prospek Sektor Properti Masih Terbuka, Ini Syarat dan Saham yang Layak Dilirik

    Meskipun saham sektor properti di BEI masih tertahan dalam tekanan, peluang rebound tetap terbuka—dengan catatan, beberapa prasyarat penting harus terpenuhi.

    Tiga Faktor Kunci Pemulihan Properti

    1. Transmisi Suku Bunga ke KPR
      Penurunan BI Rate belum cukup efektif jika tidak segera diikuti penyesuaian suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Percepatan transmisi ini krusial agar permintaan rumah bisa kembali tumbuh.
    2. Kebijakan Pemerintah Baru
      Harapan tertuju pada pemerintahan Prabowo untuk mengeluarkan insentif perumahan, seperti:
      • Subsidi rumah pertama
      • Tax holiday bagi pengembang kawasan industri
        Ini akan menjadi katalis signifikan bagi sektor properti.
    3. Stabilitas Ekonomi dan Konsumsi Domestik
      Sektor properti bersifat pro-siklus, sehingga sangat bergantung pada iklim ekonomi dan daya beli masyarakat. Bila konsumsi rumah tangga pulih, minat terhadap properti akan ikut meningkat.

    Saham-Saham Properti Potensial: Mana Dikoleksi, Mana Dihindari

    Saham Layak Dikoleksi:

    • SMRA (Summarecon Agung)
      • Rekomendasi: Akumulasi Bertahap
      • Level Beli: 404
      • Target Harga: 515
        Township Serpong dan Bekasi tetap jadi pilar utama pendapatan.
    • CTRA (Ciputra Development)
      • Rekomendasi: Speculative Buy
      • Target Harga: 1.120
        Proyek-proyek nasional dan marketing sales tetap solid meski sektor lesu.
    • DMAS (Puradelta Lestari)
      • Rekomendasi: Speculative Buy
      • Target Harga: 185
        Sangat undervalued, dengan eksposur ke kawasan industri dan data center.

    Saham Netral:

    • PWON (Pakuwon Jati)
      • Rekomendasi: Hold
      • Valuasi sudah premium (PER 16x, PBV 0,92x), ruang kenaikan terbatas.

    Saham Berisiko Tinggi:

    • ASRI (Alam Sutera Realty)
      • Rekomendasi: Speculative Buy hanya di bawah 90
      • Butuh sentimen positif dari manajemen atau restrukturisasi utang.
    • APLN (Agung Podomoro Land)
      • Rekomendasi: Hindari
      • Masih dibayangi stagnasi proyek, utang tinggi, dan minim katalis pemulihan.

    “ASRI mungkin bisa menjadi speculative buy di bawah 90 jika ada perkembangan positif dari sisi manajemen atau restrukturisasi. Sementara APLN untuk saat ini lebih baik dihindari,” jelas Hendra Wardhana, Founder Stocknow.id.

    Kesimpulan:
    Rebound sektor properti bisa terjadi, namun sangat bergantung pada penyesuaian suku bunga, dukungan kebijakan fiskal, dan pemulihan daya beli masyarakat. Bagi investor, seleksi saham menjadi kunci utama di tengah kondisi yang masih fluktuatif.

  • Bursa Saham Hanya Buka 3 Hari Pekan Ini

    Serratalhadafc.com – Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya berlangsung selama tiga hari, yakni 26-28 Mei 2025, karena adanya libur dan cuti bersama dalam rangka Hari Kenaikan Yesus Kristus.

    Dua Katalis Utama yang Perlu Dicermati Investor

    Menurut David Kurniawan, Equity Analyst dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), terdapat dua faktor utama yang perlu diperhatikan selama periode perdagangan singkat ini:

    Aliran dana asing ini mencerminkan optimisme terhadap prospek ekonomi dan pasar saham Indonesia.

    Rebalancing Index MSCI

    Dijadwalkan pada akhir Mei 2025.

    Diperkirakan akan mempengaruhi aliran dana asing, karena investor institusional global menyesuaikan portofolio mereka berdasarkan perubahan bobot dalam indeks MSCI.

    Ini bisa memicu volatilitas pada saham-saham yang terdampak perubahan bobot indeks.

    Arah Aliran Dana Asing

    Selama pekan lalu, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 2 triliun di pasar reguler.

    Saham-saham yang paling diburu antara lain: BBRI, ANTM, BMRI, GOTO, dan BBCA.

    📈 Rekomendasi Saham Minggu Ini (26–28 Mei 2025)

    1. MDKA (Merdeka Copper Gold Tbk.)

    • Harga Saat Ini: Rp 2.040
    • Level Entry: Rp 2.040
    • Target Price: Rp 2.220 (+8,82%)
    • Stop Loss: Rp 1.950 (-4,41%)
    • Risk : Reward Ratio: 1 : 2,0
    • Alasan:
      • Masih bertahan di atas MA5, menandakan tren jangka pendek masih positif.
      • Konsolidasi memberi peluang entry dengan risiko terukur.
      • Potensi penguatan harga komoditas (terutama logam) bisa menjadi katalis positif.

    2. BBRI (Bank Rakyat Indonesia)

    • Harga Saat Ini: Rp 4.350
    • Level Entry: Rp 4.350
    • Target Price: Rp 4.700 (+8,05%)
    • Stop Loss: Rp 4.200 (-3,45%)
    • Risk : Reward Ratio: 1 : 2,3
    • Alasan:
      • Baru saja breakout dari resistance Rp 4.300.
      • Terdapat tanda-tanda akumulasi oleh investor asing.
      • Potensi penurunan suku bunga BI menjadi katalis positif untuk sektor perbankan.

    3. NCKL (PT Trimegah Bangun Persada Tbk.)

    • Harga Saat Ini: Rp 740
    • Level Entry: Rp 740
    • Target Price: Rp 805 (+8,78%)
    • Stop Loss: Rp 705 (-4,73%)
    • Risk : Reward Ratio: 1 : 1,9
    • Alasan:
      • Breakout dari fase konsolidasi, mengindikasikan potensi bullish jangka pendek.
      • Kenaikan di akhir pekan lalu dikonfirmasi dengan price action yang solid.
      • Indikator teknikal (MACD dan histogram) mendukung arah kenaikan.

    📝 Catatan untuk Investor:

    • Selalu perhatikan rasio risiko dan imbal hasil (risk-reward) sebelum masuk posisi.
    • Perhatikan volume dan konfirmasi teknikal harian, apalagi dalam pekan pendek seperti ini.
    • Arah aliran dana asing, serta hasil dari rebalancing MSCI bisa memicu volatilitas di saham-saham tertentu.

    📊 Performa IHSG Pekan Lalu (Ditutup Jumat, 23 Mei 2025)

    • Penutupan IHSG: 7.214
    • Kenaikan Mingguan: +1,4%
    • Level Kunci yang Ditembus: 7.000
    • All-time High: 7.800 (September 2024)

    🟩 Faktor Positif:

    • Net Buy Asing: Rp 2 triliun (pasar reguler)
      • Tertinggi dalam 5 minggu terakhir.
      • Lebih dari 2x rata-rata inflow sejak April 2025.
    • Dukungan teknikal: IHSG konsisten di atas 7.000 — menandakan kepercayaan investor meningkat.

    ⚠️ Catatan Waspada dari Analis (David – Indo Premier Sekuritas):

    • Resistance Penting: 7.400
      • Area yang berulang kali gagal ditembus sebelum IHSG mencapai puncaknya tahun lalu.
    • Potensi koreksi teknikal jika gagal menembus level 7.400 dengan volume yang solid.

    🌍 Sentimen Eksternal:

    • Kebijakan Tarif Trump:
      • Tarif impor 50% terhadap Uni Eropa, efektif 1 Juni 2025.
      • Berdampak pada sektor manufaktur global dan sentimen risiko di pasar emerging markets.
      • Inggris dikecualikan, karena perjanjian pasca-Brexit dengan AS.
    • Harga Emas: Naik signifikan — sering menjadi indikator meningkatnya ketidakpastian global dan risk-off sentiment.

    📝 Kesimpulan Strategis untuk Investor:

    1. Tetap optimis namun selektif, karena IHSG sedang menguji resistance krusial (7.400).
    2. Perhatikan volume transaksi — breakout valid hanya jika diikuti volume tinggi.
    3. Cermati sektor-sektor yang mendapat dampak dari:
      • Perdagangan global (tarif Trump),
      • Harga komoditas (emas, nikel),
      • Aliran dana asing.

    🌟 1. Sentimen Harga Emas – Aset Safe Haven Naik Pamor

    • Ketidakpastian ekonomi global (akibat ketegangan perdagangan & kebijakan tarif) → mendorong lonjakan permintaan emas.
    • Belanja global untuk emas kini mencapai 0,5% dari PDB dunia — tertinggi dalam 50 tahun.
    • Harga emas diperkirakan berpotensi kembali ke all-time high.

    📌 Implikasi ke pasar saham:

    • Saham emiten emas/logam mulia seperti MDKA dan ANTM bisa diuntungkan dari reli harga emas.
    • Sinyal risk-off di pasar global → aliran dana mungkin beralih ke pasar atau aset yang lebih aman.

    💰 2. Sentimen Domestik – Penurunan Suku Bunga BI

    • BI Rate turun 25 bps menjadi 5,50% (21 Mei 2025).
    • Langkah ini merupakan pemangkasan pertama setelah 3 kali bertahan.
    • Alasan penurunan:
      • Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 hanya 4,87% → lebih rendah dari ekspektasi.
      • Tekanan nilai tukar akibat ketidakpastian global dan kekuatan USD.

    📌 Implikasi ke sektor saham:

    • Positif untuk sektor perbankan & properti, karena bunga kredit berpotensi turun.
      • Contoh saham: BBRI, BBCA, BSDE, CTRA.
    • Sentimen negatif bagi sektor defensif seperti consumer staples dalam jangka pendek karena margin mungkin tertekan oleh pelemahan rupiah.

    🔄 Kesimpulan Strategis:

    • Investor disarankan untuk rotasi sektor:
      • Tambah eksposur ke sektor komoditas emas/logam mulia dan perbankan.
      • Tetap selektif terhadap sektor yang rawan tertekan oleh depresiasi rupiah.
    • Waspadai volatilitas jangka pendek menjelang rebalancing MSCI Index dan realisasi dampak tarif Trump.
  • Visionary Capital Asal Singapura Akan Ambil Alih 69,34% Saham TGUK

    Visionary Capital Asal Singapura Akan Ambil Alih 69,34% Saham TGUK

    Serratalhadafc.com – PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) resmi mengumumkan rencana pengambilalihan saham mayoritas oleh perusahaan investasi asal Singapura, Visionary Capital Global Pte. Ltd.. Dalam pengumuman yang disampaikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Jumat (23/5/2025), disebutkan bahwa Visionary Capital akan mengakuisisi sekitar 69,34% saham TGUK, yang saat ini dimiliki oleh PT Dinasti Kreatif Indonesia selaku pemegang saham mayoritas.

    “Kami mengumumkan rencana pengambilalihan saham oleh Visionary Capital Global Pte. Ltd., suatu perusahaan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik Singapura, atas saham-saham dalam PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK), yang mewakili kurang lebih 69,34% dari total modal yang disetor dan ditempatkan dalam TGUK,” demikian isi pengumuman resmi TGUK.

    Dengan selesainya transaksi ini, Visionary Capital akan menjadi pemegang kendali baru TGUK, menandai tonggak penting dalam ekspansi mereka ke pasar Indonesia.

    Langkah Strategis Visionary Capital untuk Perluas Jejak Bisnis

    Aksi korporasi ini bukan sekadar pengambilalihan saham biasa. Visionary Capital menyampaikan bahwa tujuan utama dari langkah ini adalah bagian dari strategi ekspansi jangka panjang. Mereka ingin memperkuat portofolio bisnis serta memperluas jaringan usaha mereka, khususnya di sektor-sektor potensial di Indonesia.

    Langkah ini menunjukkan komitmen Visionary Capital untuk memperkuat kehadirannya di Asia Tenggara, dengan Indonesia sebagai salah satu pasar utama yang dinilai strategis. Akuisisi ini diharapkan membawa sinergi baru bagi TGUK dan membuka peluang pertumbuhan di masa mendatang.

    Akuisisi TGUK oleh Visionary Capital Masih Dalam Proses Negosiasi Final

    Dalam keterbukaan informasi yang dirilis, pihak TGUK menyatakan bahwa tujuan utama dari rencana pengambilalihan ini adalah untuk mendukung pengembangan dan ekspansi bisnis grup Visionary Capital. Hal ini mencerminkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari perusahaan investasi asal Singapura tersebut terhadap potensi pasar Indonesia, serta posisi strategis TGUK dalam memperkuat portofolio mereka di kawasan Asia Tenggara.

    Jika akuisisi ini terealisasi, kehadiran Visionary Capital sebagai pemegang kendali baru diperkirakan akan membawa transformasi signifikan bagi TGUK, baik dari sisi manajemen maupun arah strategis bisnis ke depan. Peluang kerja sama lintas negara dan sektor pun terbuka lebar, sejalan dengan visi ekspansi global Visionary Capital.

    Namun demikian, proses akuisisi ini masih berada dalam tahap negosiasi akhir. Visionary Capital dan PT Dinasti Kreatif Indonesia, selaku penjual saham mayoritas, disebut masih membahas sejumlah poin penting untuk mencapai kesepakatan final.

    “Negosiasi sehubungan dengan rencana pengambilalihan dan penyelesaian dari Rencana Pengambilalihan dilakukan secara langsung antara Pembeli dengan Para Penjual,” demikian dikutip dari pengumuman resmi perusahaan.

    Beberapa aspek krusial yang masih dibicarakan mencakup nilai akhir transaksi serta waktu pelaksanaannya. Proses ini dipastikan berjalan secara cermat dan profesional, mengingat besarnya skala saham yang dialihkan dan dampak strategisnya bagi kedua pihak.

    Visionary Capital Siap Laksanakan Tender Wajib Usai Akuisisi TGUK

    Sebagai bagian dari komitmen terhadap regulasi pasar modal Indonesia, Visionary Capital Global Pte. Ltd. menegaskan akan melaksanakan penawaran tender wajib setelah menyelesaikan proses pengambilalihan saham mayoritas PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK). Langkah ini merupakan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 9/2018 mengenai pengambilalihan perusahaan terbuka.

    “Setelah penyelesaian Rencana Pengambilalihan, sebagai pengendali baru TGUK, Visionary Capital Global Pte. Ltd. akan melaksanakan penawaran tender wajib sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan OJK No. 9/2018,” demikian pernyataan resmi dalam keterbukaan informasi yang disampaikan pada Jumat (23/5/2025).

    Visionary Capital menegaskan bahwa seluruh proses akuisisi, termasuk pelaksanaan tender wajib, akan dilakukan secara transparan dan sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Perusahaan berkomitmen untuk mematuhi seluruh regulasi pasar modal Indonesia, demi menjaga integritas transaksi dan memberikan perlindungan hukum kepada para pemegang saham publik.

    Langkah ini sekaligus menjadi bukti keseriusan Visionary Capital dalam memperkuat posisinya di Indonesia secara bertanggung jawab dan profesional, sejalan dengan praktik tata kelola perusahaan yang baik (GCG).

  • AMRT Resmi Akuisisi Lawson, Midi Utama Fokus pada Bisnis Inti

    AMRT Resmi Akuisisi Lawson, Midi Utama Fokus pada Bisnis Inti

    Serratalhadafc.com – PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), perusahaan di balik jaringan ritel Alfamart, secara resmi mengakuisisi PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS), pengelola minimarket Lawson di Indonesia. Transaksi ini dilakukan setelah PT Midi Utama Indonesia Tbk—induk usaha LWS—memutuskan untuk melepas anak usahanya sebagai bagian dari strategi efisiensi portofolio.

    Meski Lawson merupakan merek ritel yang dikenal, kontribusinya terhadap pendapatan Midi Utama dinilai relatif kecil. Berdasarkan data perusahaan, LWS hanya menyumbang sekitar 6,8% terhadap pendapatan bersih Midi Utama sepanjang tahun 2024. Bahkan, pada kuartal pertama 2025, kontribusinya menurun menjadi hanya 4,3%.

    Fakta tersebut menjadi landasan kuat bagi manajemen untuk meyakini bahwa pelepasan LWS tidak akan memberikan dampak negatif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sebaliknya, langkah ini diyakini dapat memperkuat fokus perusahaan pada sektor inti, yaitu perdagangan eceran.

    “Perseroan berharap dengan dilakukannya transaksi ini, Perseroan dapat fokus pada portofolio bisnis Perseroan di bidang perdagangan eceran sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja keuangan Perseroan pada masa yang akan datang,” ujar Corporate Secretary Midi Utama Indonesia Tbk, Suantopo Po, dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia pada Jumat (23/5/2025).

    Dengan pengalihan LWS ke tangan AMRT, Midi Utama kini memiliki ruang yang lebih luas untuk mengoptimalkan operasional dan sumber dayanya. Manajemen berharap langkah strategis ini akan memberikan dampak positif terhadap laba, arus kas, serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi para pemegang saham.

    Penutupan Gerai Jadi Bagian Strategi Evaluasi Bisnis Ritel Midi Utama

    PT Midi Utama Indonesia Tbk mengonfirmasi bahwa penutupan sejumlah gerai merupakan bagian dari proses evaluasi rutin yang lazim dilakukan dalam industri ritel. Langkah ini disebut sebagai bentuk adaptasi strategis perusahaan dalam menjaga efisiensi dan kinerja operasional.

    Manajemen perusahaan menegaskan bahwa setiap lokasi gerai secara berkala dievaluasi berdasarkan pertimbangan komersial dan operasional yang menyeluruh. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa seluruh aset yang dimiliki dapat memberikan kontribusi optimal terhadap keseluruhan kinerja perusahaan.

    Beberapa faktor yang menjadi alasan penutupan antara lain berakhirnya masa sewa bangunan yang tidak diperpanjang oleh pemilik properti, serta perubahan kondisi lingkungan sekitar yang menyebabkan penurunan potensi pasar dan kinerja finansial gerai.

    “Penutupan gerai bisa dikarenakan berbagai hal, antara lain pemilik tanah atau bangunan tidak ingin memperpanjang sewa lokasi gerai, atau terjadi perubahan potensi dan lingkungan sekitar gerai sehingga kinerja keuangan tidak feasible lagi untuk dilanjutkan,” ujar Suantopo Po, Corporate Secretary PT Midi Utama Indonesia Tbk.

    Langkah penutupan gerai ini dinilai sebagai bagian dari strategi adaptif perusahaan dalam menghadapi dinamika pasar, serta sebagai upaya menjaga keberlanjutan dan profitabilitas bisnis di tengah persaingan yang semakin ketat.

    AMRT Fokus Ekspansi Bisnis, Targetkan 200 Gerai Baru di 2025

    PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menegaskan bahwa dana hasil penjualan aset akan menjadi bagian strategis dalam mendukung pengembangan usaha ke depan. Mengacu pada keterbukaan informasi yang dirilis pada 9 April dan 14 Mei 2025, dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mendanai kebutuhan operasional serta belanja modal guna memperkuat struktur bisnis inti perusahaan.

    Fokus utama dari penggunaan dana ini adalah perluasan jaringan dan peningkatan kapasitas usaha di tengah persaingan industri ritel yang kian kompetitif. Dalam pernyataan resmi, Corporate Secretary AMRT, Suantopo Po, menyatakan bahwa Perseroan telah mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 1,5 triliun untuk tahun 2025.

    “Perseroan menargetkan pembukaan 200 gerai baru pada tahun 2025 ini. Adapun belanja modal yang dibutuhkan pada tahun ini adalah sekitar Rp 1,5 triliun,” jelas Suantopo.

    Dana capex ini tidak hanya akan digunakan untuk pembukaan gerai baru, tetapi juga mencakup pembangunan gudang logistik, perpanjangan sewa bangunan, serta renovasi gerai dan gudang yang telah ada. Langkah ini menunjukkan komitmen AMRT untuk terus memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di sektor perdagangan ritel Indonesia.

    Strategi ekspansi tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan secara keseluruhan.

    AMRT Tegaskan Fokus pada Bisnis Inti, Tak Akan Bangun Kerja Sama Ritel Baru

    Setelah resmi melepas kepemilikan atas PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS), pengelola jaringan ritel Lawson, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menyatakan tidak memiliki rencana untuk menjalin kerja sama baru dengan perusahaan ritel lain, baik lokal maupun global.

    Keputusan ini menandai arah strategis perusahaan yang menitikberatkan pada penguatan dan pengembangan bisnis inti secara mandiri. Manajemen meyakini bahwa konsolidasi internal yang kuat dan struktur pendanaan yang solid sudah cukup untuk mendukung ekspansi dan kinerja perusahaan ke depan.

    “Setelah adanya pelepasan kepemilikan atas LWS, Perseroan tidak mempunyai rencana untuk bekerja sama dengan perusahaan ritel lokal ataupun global yang lain,” ujar Corporate Secretary AMRT, Suantopo Po.

    Langkah ini sekaligus mencerminkan keyakinan AMRT terhadap kapabilitas internalnya dalam mengelola jaringan ritel yang telah terbentuk, tanpa bergantung pada kolaborasi eksternal dalam waktu dekat.

  • Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,50%, Pasar Sambut Positif

    Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,50%, Pasar Sambut Positif

    Serratalhadafc.com – Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20–21 Mei 2025. Keputusan ini menjadi sinyal awal dari fase pelonggaran kebijakan moneter, setelah sebelumnya BI melakukan pengetatan sejak 2023.

    Langkah ini disambut positif oleh pasar, mencerminkan optimisme terhadap stabilitas perekonomian nasional. Penurunan suku bunga juga menunjukkan keyakinan BI bahwa laju inflasi tetap berada dalam kendali.

    “Keputusan ini mencerminkan kepercayaan Bank Indonesia terhadap prospek inflasi 2025–2026 yang tetap berada dalam kisaran target 2,5% ±1%, serta stabilnya nilai tukar rupiah,” ujar Hendra Wardhana, Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, dalam pernyataannya kepada Serratalhadafc.com, Rabu (21/5/2025).

    Selain itu, penurunan suku bunga ini memberi ruang lebih bagi BI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya melalui pelonggaran moneter. Kondisi stabil tersebut menjadi momentum yang tepat untuk memberikan stimulus kepada sektor riil dan keuangan.

    Kebijakan ini diharapkan dapat memperkuat konsumsi domestik, investasi, serta mendukung momentum pemulihan ekonomi nasional dalam jangka menengah.

    Saham Perbankan dan Properti Diuntungkan Penurunan Suku Bunga, Investor Asing Kembali Masuk

    Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia turut memberikan sentimen positif terhadap sejumlah sektor, terutama perbankan dan properti. Saham-saham seperti BBRI dan BBTN diprediksi mencatatkan kinerja yang lebih kuat berkat turunnya biaya dana (cost of fund) serta meningkatnya permintaan kredit, khususnya pada segmen mikro dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

    “BBRI direkomendasikan buy dengan target harga 4.530, sedangkan BBTN juga buy dengan target harga 1.400, didorong oleh proyeksi lonjakan penyaluran kredit perumahan,” ujar Hendra Wardhana, analis pasar modal dan pendiri Stocknow.id.

    Dari sektor properti, penurunan bunga KPR diperkirakan akan meningkatkan daya beli masyarakat terhadap hunian. Emiten seperti Summarecon Agung (SMRA) dan Alam Sutera Realty (ASRI) berpeluang besar mendapatkan manfaat langsung dari tren ini.

    SMRA direkomendasikan buy dengan target harga 515, sementara ASRI ditargetkan 189, karena keduanya memiliki proyek township strategis yang sangat peka terhadap stimulus bunga rendah.

    Investor Asing Mulai Kembali, IHSG Menguat

    Turunnya suku bunga acuan juga memperkuat daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor global. Dengan suku bunga riil Indonesia yang masih positif di kisaran 3%, serta stabilitas nilai tukar rupiah, pasar saham nasional kini dinilai lebih kompetitif secara global.

    Keyakinan investor asing tercermin dalam aksi beli bersih (net buy) senilai Rp993 miliar di hari pengumuman kebijakan BI. Ini menjadi indikasi bahwa kepercayaan terhadap ekonomi domestik mulai pulih dan tren penguatan IHSG diperkirakan akan berlanjut dalam waktu dekat.

    IHSG Tembus MA200, Sinyal Bullish Menguat: Sektor Perbankan dan Properti Jadi Penopang

    Secara teknikal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus Moving Average 200 (MA200) di level 7.140, yang menjadi indikator kuat bahwa tren naik jangka menengah masih terjaga.

    “Hal ini diperkuat dengan aksi beli bersih (net buy) asing senilai Rp993 miliar hari ini, yang menunjukkan respons positif terhadap keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan,” ujar analis pasar modal Hendra Wardhana.

    Momentum Baru untuk Pasar Saham dan Ekonomi Riil

    Penurunan suku bunga acuan menjadi angin segar bagi pasar modal. Kebijakan ini tidak hanya menopang pemulihan konsumsi dan investasi, tetapi juga menghidupkan kembali kepercayaan investor. Selain itu, langkah ini dinilai mampu mendorong laju pertumbuhan sektor riil, terutama perbankan, properti, dan sektor konsumer.

    Dengan tren positif ini, IHSG berpeluang menguji level resistensi di 7.324, dan bahkan bisa menuju 7.530 dalam jangka menengah. Meski demikian, investor disarankan tetap waspada terhadap potensi koreksi sehat di kisaran 7.050–7.100 sebelum kenaikan berlanjut dengan lebih solid.

    “Sektor perbankan, properti, dan konsumer akan menjadi motor utama penguatan IHSG. Optimisme domestik dan derasnya aliran dana asing memberi peluang besar bagi indeks untuk menembus area resistensi psikologis berikutnya,” tutup Hendra.

  • IHSG Melemah, Investor Asing Ramai-ramai Lepas Saham di Tengah Aksi Jual

    IHSG Melemah, Investor Asing Ramai-ramai Lepas Saham di Tengah Aksi Jual

    Serratalhadafc.com – Pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan di tengah meningkatnya aksi jual saham oleh investor asing. Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia pada Rabu (21/5/2025), IHSG tercatat melemah 0,65% ke level 7.094,60, sementara Indeks LQ45 turun lebih dalam sebesar 1,12% ke posisi 802,54.

    Aktivitas transaksi di pasar modal tergolong tinggi dengan total volume perdagangan mencapai 24,94 miliar saham dan nilai transaksi harian sebesar Rp 16,14 triliun. Frekuensi transaksi pun cukup padat, tercatat 1,45 juta kali transaksi.

    Setelah sebelumnya aktif melakukan pembelian saham, pada perdagangan Selasa, investor asing mulai melakukan aksi jual besar-besaran dengan nilai mencapai Rp 406,19 miliar. Sejak awal tahun 2025, total aksi jual saham oleh investor asing sudah menembus angka Rp 48,83 triliun.

    Berikut adalah daftar 10 saham yang paling banyak dilepas investor asing pada perdagangan Selasa, 20 Mei 2025, berdasarkan data dari Stockbit:

    1. PT Astra International Tbk (ASII)
      ➤ Nilai jual: Rp 244,56 miliar
    2. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
      ➤ Nilai jual: Rp 216,40 miliar
    3. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)
      ➤ Nilai jual: Rp 137,07 miliar
    4. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
      ➤ Nilai jual: Rp 96,97 miliar
    5. PT Panin Financial Tbk (PNLF)
      ➤ Nilai jual: Rp 38,99 miliar
    6. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
      ➤ Nilai jual: Rp 37,87 miliar
    7. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
      ➤ Nilai jual: Rp 36,89 miliar
    8. PT Amman Mineral Indonesia Tbk (AMMN)
      ➤ Nilai jual: Rp 32,09 miliar
    9. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)
      ➤ Nilai jual: Rp 25,84 miliar
    10. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
      ➤ Nilai jual: Rp 25,48 miliar

    Aksi jual ini menandakan kehati-hatian investor asing terhadap kondisi pasar saham nasional, meskipun transaksi tetap berlangsung aktif. Para pelaku pasar kini menanti sentimen baru yang dapat kembali mendorong pergerakan IHSG ke zona hijau.

    Bursa Asia Menguat, Pasar Respon Positif Pemangkasan Suku Bunga oleh PBoC

    Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas, menyampaikan bahwa pasar saham regional Asia menguat, didorong oleh serangkaian stimulus kebijakan yang diterapkan oleh Bank Sentral China (PBoC).

    Menurut Nico, salah satu kebijakan yang mendapat perhatian besar adalah keputusan PBoC memangkas suku bunga pinjaman utama untuk pertama kalinya sejak Oktober 2024. Langkah ini dinilai sebagai upaya mendongkrak ekonomi China yang tengah lesu serta merespons dampak negatif dari kenaikan tarif oleh Amerika Serikat.

    PBoC memangkas Loan Prime Rate (LPR) tenor 1 tahun sebesar 1 basis poin menjadi 3,0%, sementara LPR tenor 5 tahun juga diturunkan dengan besaran yang sama menjadi 3,5%.

    “Pelaku pasar menilai pemangkasan suku bunga ini sebagai strategi untuk merangsang aktivitas ekonomi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan yang berisiko menekan pertumbuhan,” ujar Nico, dikutip dari Antara.

    Sikap Pasar Terhadap Kebijakan Dalam Negeri

    Dari dalam negeri, para pelaku pasar juga mencermati arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang akan ditentukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20–21 Mei 2025.

    Ada ekspektasi bahwa BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Secara konsensus, pelaku pasar memperkirakan penurunan sebesar 25 basis poin, dari 5,75% menjadi 5,5%.

    Penurunan suku bunga ini dinilai strategis karena dapat meningkatkan daya beli masyarakat, serta mendorong pelaku usaha untuk memperluas investasi. Dengan demikian, langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

  • Saham GOTO Stabil di Tengah Aksi Demo Mitra Ojol dan Taksol

    Saham GOTO Stabil di Tengah Aksi Demo Mitra Ojol dan Taksol

    Serratalhadafc.com – Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terpantau bergerak stabil di tengah berlangsungnya aksi unjuk rasa dari para mitra pengemudi ojek online (ojol) dan taksi online (taksol) pada hari ini, Selasa, 20 Mei 2025. Hingga berita ini diturunkan, harga saham GOTO tercatat tidak mengalami perubahan, tetap berada di level 72 atau stagnan 0,00 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya. Meski demikian, dalam sepekan terakhir, saham GOTO tercatat mengalami penurunan sebesar 13,41 persen.

    Menanggapi aksi demonstrasi tersebut, Chief of Public Policy & Government Relations GoTo, Ade Mulya, menyatakan bahwa pihak Gojek menghormati hak setiap individu untuk menyampaikan pendapat, termasuk mitra pengemudi yang memilih untuk menyuarakan aspirasinya secara terbuka.

    “Di saat yang sama, kami juga memberikan dukungan penuh kepada mitra yang tetap memilih untuk beroperasi dan melayani pesanan seperti biasa. Kami berkomitmen untuk menjaga agar ekosistem Gojek tetap aman, nyaman, dan produktif bagi semua pihak, baik mitra pengemudi maupun para pelanggan,” ujar Ade dalam pernyataan resminya, Selasa (20/5/2025).

    Operasional Gojek Tetap Berjalan

    Ade Mulya menambahkan bahwa Gojek senantiasa terbuka terhadap aspirasi dari para mitra driver aktif. Ia mengimbau agar penyampaian pendapat dilakukan secara tertib dan dalam suasana yang kondusif.

    “Gojek selalu membuka ruang komunikasi dan menyediakan berbagai kanal formal bagi mitra untuk menyampaikan masukan maupun berdiskusi secara konstruktif,” jelas Ade.

    Menanggapi kabar yang beredar mengenai potensi gangguan layanan seiring dengan aksi demonstrasi yang direncanakan pada 20 Mei 2025, pihak Gojek menegaskan bahwa operasional perusahaan tetap berjalan seperti biasa.

    “Kami pastikan bahwa operasional Gojek tetap normal. Pelanggan tetap dapat mengakses dan menggunakan layanan kami sebagaimana mestinya,” ujar Ade menegaskan.

    Demo Ojol Digelar Hari Ini, Sebagian Pengguna Kesulitan Akses Layanan

    Para pengemudi ojek online (ojol) dijadwalkan menggelar aksi demonstrasi dan aksi “log out massal” dari aplikasi pada hari ini, Selasa (20/5/2025). Aksi ini dimulai pukul 13.00 WIB dan terpusat di tiga lokasi strategis di Jakarta, yakni Istana Merdeka, Kantor Kementerian Perhubungan, dan Gedung DPR RI.

    Imbas dari aksi ini mulai dirasakan oleh sebagian masyarakat yang rutin menggunakan layanan transportasi ojol. Beberapa pengguna mengeluhkan kesulitan mendapatkan kendaraan sejak pagi hari. Dian (25), salah satu pengguna ojol, mengaku mengalami hambatan saat hendak berangkat kerja dari Matraman, Jakarta Timur menuju kantornya di kawasan Tendean, Jakarta Selatan.

    “Tadi sempat susah banget dapat ojol, karena mungkin ada demo kali ya,” ujar Dian saat ditemui oleh Serratalhadafc.com, Selasa (20/5/2025).

    Situasi ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri di kalangan masyarakat, terutama bagi mereka yang mengandalkan transportasi online sebagai moda utama untuk beraktivitas sehari-hari.

    Aksi Demo Ojol Mulai Terasa, Pengguna Keluhkan Sepinya Pengemudi di Jalanan

    Rencana aksi demonstrasi dan log out massal para pengemudi ojek online (ojol) hari ini, Selasa (20/5/2025), mulai berdampak pada aktivitas pengguna layanan transportasi online. Beberapa warga mengaku kesulitan mendapatkan ojol sejak pagi, bahkan suasana jalanan yang biasanya ramai oleh lalu-lalang pengemudi ojol kini tampak sepi.

    Dian (25), warga Matraman, Jakarta Timur, mengatakan biasanya banyak pengemudi ojol yang melintas di sekitar tempat tinggalnya. Namun, hari ini situasinya berbeda.

    “Nah kan saya heran, biasanya tuh rame banyak yang lewatkan ojol itu. Tapi hari ini sepi, gak kelihatan,” ujar Dian kepada Serratalhadafc.com. Ia juga mengaku cukup kesulitan mendapatkan ojol untuk pergi ke kantornya di kawasan Tendean, Jakarta Selatan.

    Hal serupa dialami Aulia (24), karyawan swasta yang tinggal di Jakarta Pusat. Ia mengaku sempat khawatir tidak mendapatkan transportasi online karena mendengar kabar tentang aksi demo ojol hari ini.

    “Sempat khawatir sih gak dapat ojol. Soalnya biasa pakai ojol buat berangkat kerja. Hari ini ada demo, jadi takut gak dapet. Kalau naik transportasi umum kan suka lama,” ujar Aulia. Beruntung, ia masih bisa mendapatkan layanan ojol pada pukul 09.00 WIB untuk menuju tempat kerjanya di Jakarta Selatan.

    Kondisi ini mencerminkan kekhawatiran masyarakat terhadap potensi terganggunya layanan transportasi online sebagai dampak dari aksi unjuk rasa yang dilakukan para mitra pengemudi. Seperti diketahui, titik aksi terpusat di Istana Merdeka, Kantor Kementerian Perhubungan, dan Gedung DPR RI mulai pukul 13.00 WIB.

  • Modal Asing Mulai Masuk Kembali ke RI di Pekan Kedua Mei

    Modal Asing Mulai Masuk Kembali ke RI di Pekan Kedua Mei

    Serratalhadafc.comBank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing kembali masuk ke pasar keuangan domestik pada pekan kedua Mei 2025. Meski demikian, secara keseluruhan sepanjang tahun berjalan, arus keluar (capital outflow) dari Indonesia masih cukup signifikan.

    Direktur Eksekutif BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa berdasarkan data transaksi tanggal 14–15 Mei 2025, secara agregat investor asing atau nonresiden membukukan beli neto sebesar Rp4,14 triliun.

    “Nonresiden tercatat beli neto Rp4,14 triliun, terdiri atas beli neto Rp4,52 triliun di pasar saham dan Rp1,14 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta jual neto Rp1,52 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN),” ujar Ramdan dalam keterangan tertulis di situs resmi BI, Minggu (18/5/2025).

    Namun, jika dilihat secara akumulatif sejak awal tahun (year-to-date/ytd) hingga 15 Mei 2025, modal asing masih menunjukkan tren keluar dari pasar keuangan domestik. Nonresiden tercatat melakukan:

    • Jual neto Rp52,53 triliun di pasar saham,
    • Jual neto Rp20,54 triliun di SRBI, dan
    • Beli neto Rp29,10 triliun di pasar SBN.

    Kinerja Rupiah dan Indikator Keuangan

    Dari sisi risiko kredit, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor lima tahun turun menjadi 83,34 basis poin (bps) per 15 Mei 2025, dari sebelumnya 88,93 bps pada 9 Mei 2025. Penurunan ini mencerminkan persepsi risiko yang lebih baik dari investor terhadap surat utang Indonesia.

    Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp16.510 per dolar AS (kurs bid). Di sisi lain, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun tercatat naik menjadi 6,90%, yang menunjukkan peningkatan ekspektasi imbal hasil bagi investor obligasi pemerintah.

    Rupiah Menguat Dipicu Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

    Nilai tukar rupiah mencatat penguatan pada perdagangan Jumat (16/5/2025), seiring meningkatnya ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve (The Fed). Rupiah terapresiasi sebesar 0,46% ke level Rp16.440 per dolar AS pada akhir perdagangan.

    Penguatan mata uang Garuda ini dipicu oleh rilis data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan pelemahan, termasuk deflasi di tingkat produsen. Data tersebut menambah keyakinan pelaku pasar bahwa inflasi konsumen juga akan melambat, membuka peluang bagi The Fed untuk mulai memangkas suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

    Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa pelemahan harga di tingkat produsen dapat menjadi sinyal awal perlambatan inflasi pada tingkat konsumen, yang menjadi salah satu indikator utama bagi kebijakan suku bunga The Fed.

    “Ekspektasi ini mendorong sentimen risk-on di pasar keuangan Asia, yang akhirnya menyebabkan hampir seluruh mata uang Asia, termasuk rupiah, menguat terhadap dolar AS,” ujar Josua kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (16/5/2025).

    Dengan latar belakang tersebut, investor cenderung lebih berani mengambil risiko di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Penguatan rupiah ini juga menjadi sinyal positif bagi stabilitas pasar keuangan domestik dalam jangka pendek.

    Rupiah Menguat di Pekan Kedua Mei, Namun Berpotensi Melemah Jelang RDG BI

    Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, mencatat bahwa rupiah mencatat penguatan mingguan sebesar 0,46% week-to-week (wtw) pada pekan kedua Mei 2025. Kinerja positif tersebut didorong oleh meningkatnya minat investor terhadap aset berisiko (risk-on), yang dipicu oleh meredanya ketegangan perang dagang serta ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

    Namun demikian, Josua memperkirakan bahwa tren penguatan rupiah bisa mengalami tekanan menjelang agenda penting pekan depan, yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dijadwalkan pada 21 Mei 2025.

    “Rupiah berpotensi mengalami pelemahan terbatas menjelang pengumuman hasil RDG BI. Dalam sepekan ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.400 hingga Rp16.525 per dolar AS,” jelas Josua.

    Dengan proyeksi ini, pelaku pasar disarankan untuk tetap mencermati perkembangan kebijakan moneter domestik dan global, terutama sikap BI terhadap dinamika suku bunga dan stabilitas nilai tukar.

  • Investor Asing Serbu Pasar Jepang di Tengah Ketegangan Perdagangan AS

    Investor Asing Serbu Pasar Jepang di Tengah Ketegangan Perdagangan AS

    Serratalhadafc.com – Jepang mencatat rekor arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025, seiring dengan perpindahan investor dari Amerika Serikat akibat ketidakpastian kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir dari CNBC pada Sabtu (17/5/2025), investor global memborong saham dan surat utang jangka panjang Jepang senilai 8,21 triliun yen (sekitar USD 56,6 miliar atau Rp 932,54 triliun, dengan asumsi kurs Rp 16.476 per dolar AS). Ini merupakan arus masuk bersih terbesar dalam satu bulan kalender sejak Kementerian Keuangan Jepang mulai mencatat data pada 1996, menurut informasi dari Morningstar.

    “Kejutan tarif dari Trump kemungkinan telah mengubah pandangan investor internasional terhadap prospek ekonomi AS dan kinerja asetnya. Ini bisa mendorong diversifikasi portofolio ke pasar utama lain seperti Jepang,” ujar Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, Jepang.

    Sebagian besar dana masuk tercatat hanya dalam satu pekan pertama setelah 2 April, menurut data kementerian.

    Pengumuman tarif “timbal balik” dari Presiden Trump mendorong imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik tajam sebesar 30 basis poin antara 3 hingga 9 April. Sebaliknya, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang dengan tenor yang sama justru turun 21 basis poin pada periode 2–8 April.

    Di pasar saham global, pengumuman tarif memicu aksi jual. Namun, selama April, indeks Nikkei 225 Jepang mencatat kenaikan lebih dari 1%, sedangkan indeks S&P 500 AS melemah sedikit di bawah 1%.

    “Aset Jepang secara historis dipandang sebagai aset aman (safe haven). Ketika narasi ‘jual-AS’ mencuat di bulan April, minat terhadap aset Jepang meningkat,” ungkap Rashmi Garg, Manajer Portofolio Senior di Al Dhabi Capital.

    Kini, seiring pelonggaran sikap perdagangan AS dan kesepakatan baru, termasuk dengan China, kepercayaan terhadap aset-aset AS mulai pulih. Pertanyaannya, apakah daya tarik aset Jepang akan bertahan?

    Investor Institusi Dorong Rekor Arus Masuk Dana Asing ke Jepang

    Jepang mencatat rekor arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025, di tengah pergeseran strategi global investor yang mulai meninggalkan pasar Amerika Serikat akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

    Mengutip CNBC pada Sabtu (17/5/2025), investor asing membeli aset Jepang senilai 8,21 triliun yen (sekitar USD 56,6 miliar atau Rp 932,54 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.476 per dolar AS). Ini merupakan arus masuk bersih bulanan terbesar sejak Kementerian Keuangan Jepang mulai mencatat data pada 1996, menurut data Morningstar.

    Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, mengatakan bahwa arus masuk tersebut sebagian besar didorong oleh investor institusi, bukan ritel. “Dana pensiun dan manajer aset kemungkinan besar membeli saham secara agresif, sementara pembelian obligasi lebih banyak dilakukan oleh manajer cadangan, perusahaan asuransi jiwa, dan dana pensiun,” jelasnya.

    Sebagian besar arus masuk itu terjadi pada minggu pertama April, tepat setelah pengumuman tarif “timbal balik” Trump. Pada saat itu, imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun melonjak 30 basis poin (3–9 April), sedangkan imbal hasil obligasi Jepang dengan tenor yang sama justru turun 21 basis poin (2–8 April).

    Meski pasar saham global mengalami tekanan akibat ketidakpastian tersebut, indeks Nikkei 225 Jepang justru naik lebih dari 1% sepanjang April, berbanding terbalik dengan indeks S&P 500 AS yang mencatat penurunan hampir 1%.

    Kei Okamura, Managing Director di Neuberger Berman dan manajer portofolio ekuitas Jepang, menyebut April sebagai bulan yang luar biasa. “Dengan semua ketidakpastian makro global, tidak heran jika investor global mengubah cara mereka mengalokasikan aset, terutama terkait AS. Diversifikasi menjadi sangat penting,” ujarnya dalam wawancara via telepon dengan CNBC.

    Namun, Rashmi Garg dari Al Dhabi Capital memperkirakan bahwa kecepatan arus masuk ke Jepang akan melambat, seiring dengan kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara AS dan Tiongkok serta tercapainya kesepakatan bilateral, termasuk dengan Inggris yang menjadi negara pertama menandatangani perjanjian dengan AS minggu lalu.

    Meski begitu, prospek aset Jepang tetap positif di mata investor. Vasu Menon, Direktur Pelaksana Strategi Investasi di OCBC, menilai bahwa langkah-langkah kebijakan Trump yang tidak konvensional telah merusak kredibilitas aset AS. “Situasi ini dapat mendorong manajer dana global untuk mengurangi eksposur ke pasar AS dan beralih ke pasar lain seperti Jepang,” jelasnya.

    Ia menambahkan, selama ketidakpastian global masih berlangsung, permintaan terhadap aset Jepang kemungkinan tetap solid meskipun tidak setinggi bulan April. Optimisme juga meningkat karena adanya pembicaraan antara Jepang dan AS yang berpotensi memangkas tarif “timbal balik” sebesar 24% terhadap produk Jepang.

    Investor Asing Borong Aset Jepang, Dorongan dari Reformasi Tata Kelola dan Ketidakpastian AS

    Jepang mencatat arus masuk dana asing terbesar ke pasar saham dan obligasi jangka panjang pada April 2025. Investor global terlihat semakin menjauhi pasar Amerika Serikat, dipicu ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan mulai beralih ke pasar yang dianggap lebih stabil, termasuk Jepang.

    Mengutip CNBC (Sabtu, 17/5/2025), investor asing memborong saham dan obligasi jangka panjang Jepang senilai 8,21 triliun yen atau sekitar USD 56,6 miliar (sekitar Rp 932,54 triliun dengan asumsi kurs Rp 16.476/USD). Ini merupakan arus masuk bersih bulanan tertinggi sejak data tersebut pertama kali dicatat oleh Kementerian Keuangan Jepang pada 1996, menurut Morningstar.

    Yujiro Goto, Kepala Strategi Valas di Nomura, menyatakan bahwa arus besar ini sebagian besar didorong oleh investor institusi seperti dana pensiun dan manajer aset. Di sisi obligasi, pembeli utamanya adalah manajer cadangan devisa, perusahaan asuransi jiwa, dan dana pensiun.

    “Ini adalah bulan yang luar biasa, mengingat konteks makro global yang penuh tekanan,” ujar Kei Okamura, Managing Director di Neuberger Berman dan manajer portofolio ekuitas Jepang. Ia menambahkan bahwa investor global kini lebih berhati-hati dalam mengalokasikan asetnya ke AS dan mulai mempertimbangkan diversifikasi ke wilayah lain.

    Saham Jepang turut diuntungkan dari reformasi tata kelola perusahaan yang diinisiasi Bursa Efek Tokyo (TSE) sejak Maret 2023. Aturan tersebut mewajibkan perusahaan yang diperdagangkan di bawah nilai buku (P/B ratio <1) untuk “mematuhi atau menjelaskan” kebijakan mereka. Tujuannya adalah meningkatkan transparansi dan pengembalian kepada pemegang saham, serta menarik minat investor domestik dan asing.

    Menurut Asset Management One International, reformasi ini kemungkinan menjadi pendorong di balik rekor pembelian kembali saham di Jepang—yang pada gilirannya meningkatkan laba per saham dan menopang harga saham.

    Rashmi Garg dari Al Dhabi Capital memperkirakan bahwa arus masuk akan melambat seiring mencairnya ketegangan dagang antara AS dan China, serta kesepakatan bilateral lain seperti dengan Inggris. Namun, minat terhadap aset Jepang dinilai tetap tinggi.

    Dolar AS memang kembali menguat setelah tekanan di April, namun potensi koreksi lanjutan serta penguatan yen membuat saham Jepang semakin menarik di mata investor, terutama ketika ekonomi Jepang menunjukkan tanda-tanda pemulihan. “Tren ini tampaknya akan terus berlanjut. Jepang berpotensi terus mencatat arus masuk dana asing yang solid,” ujar Okamura.

    Sementara itu, Makdad dari Morningstar mencatat bahwa arus masuk bersih ke saham Jepang saat ini adalah yang tertinggi dalam satu dekade, didukung oleh tata kelola perusahaan yang makin solid. Meski demikian, ia tidak melihat potensi arus masuk besar ke obligasi jangka pendek seperti saat Bank of Japan menerapkan suku bunga negatif beberapa tahun lalu, karena peluang arbitrase sudah menurun.

    Vasu Menon dari OCBC menambahkan bahwa kebijakan Trump yang tak terduga telah merusak kepercayaan pasar terhadap aset AS, dan ini mendorong manajer dana untuk mengalihkan alokasi mereka. “Dalam konteks ini, permintaan terhadap aset Jepang kemungkinan tetap kuat meskipun tidak setinggi bulan April,” ujarnya. Ia juga mencatat bahwa pembicaraan tarif antara Jepang dan AS telah meningkatkan harapan akan pengurangan tarif timbal balik sebesar 24% terhadap produk Jepang.