Tag: ihsg

  • Wall Street Ditutup Variatif, The Fed Belum Siap Turunkan Suku Bunga

    Wall Street Ditutup Variatif, The Fed Belum Siap Turunkan Suku Bunga

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Amerika Serikat ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu, 30 Juli 2025, setelah keputusan The Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuannya. Bank sentral AS juga menyatakan belum siap mengambil langkah untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

    Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan bahwa kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump mulai memberikan dampak terhadap tekanan inflasi. Namun, efek jangka panjangnya terhadap ekonomi secara keseluruhan dan inflasi masih belum sepenuhnya terlihat.

    Mengutip laporan Anugerahslot CNBC, Kamis (31/7/2025), indeks S&P 500 turun tipis 0,12% ke level 6.362,90, sementara Dow Jones melemah 171,71 poin atau 0,38% ke posisi 44.461,28. Di sisi lain, indeks Nasdaq naik 0,15% menjadi 21.129,67. Padahal, pada sesi tertingginya hari itu, S&P 500 sempat menguat 0,4% dan Dow Jones bertambah 0,2%.

    Pelaku pasar mencermati dengan seksama pernyataan Powell dalam konferensi pers pasca-pertemuan kebijakan The Fed. Ia menegaskan bahwa pihaknya belum mengambil keputusan apa pun terkait kemungkinan perubahan kebijakan pada pertemuan mendatang di bulan September.

    “Kami berkewajiban menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang agar tetap stabil, serta mencegah lonjakan harga sementara berubah menjadi masalah inflasi yang persisten,” ujar Powell.

    Ia juga menambahkan bahwa tarif yang lebih tinggi kini mulai terasa pada harga sejumlah barang, namun sejauh mana kebijakan tersebut akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi secara menyeluruh masih harus ditelaah lebih lanjut.

    Pernyataan ini membuat harapan investor terhadap pemangkasan suku bunga pada bulan September memudar. Sebagai dampaknya, imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami kenaikan, mencerminkan kekhawatiran bahwa penurunan suku bunga mungkin belum akan terjadi dalam waktu dekat.

    The Fed Tahan Suku Bunga, Wall Street Kembali Tertekan

    Keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) untuk mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan kebijakan terbaru ternyata tidak diambil secara bulat. Dua anggota dewan gubernur, Michelle Bowman dan Christopher Waller, menyatakan ketidaksetujuan mereka. Keduanya justru mendukung pemangkasan suku bunga sebesar 0,25 persen.

    Meski demikian, Ketua The Fed Jerome Powell memilih bersikap hati-hati dan tidak tunduk pada tekanan politik untuk segera melonggarkan kebijakan moneter. Hal ini memicu perubahan ekspektasi pasar terhadap arah suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

    “Powell tidak menyerah pada tekanan politik untuk menurunkan suku bunga, sehingga pasar perlu mengevaluasi ulang proyeksi tingkat suku bunga Dana Fed ke depan,” ujar Jamie Cox, Managing Partner di Harris Financial Group.

    Cox juga menilai bahwa reaksi pasar masih tergolong wajar, karena arah kebijakan The Fed mulai terlihat lebih jelas, walaupun Powell saat ini cenderung memilih pendekatan “wait and see”.

    Pada Rabu (30/7), Wall Street mengalami hari kedua berturut-turut mencatatkan kerugian setelah sebelumnya S&P 500 membukukan enam kali rekor penutupan tertinggi. Di awal sesi, indeks saham utama sempat dibuka menguat, terdorong oleh laporan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih baik dari perkiraan, yang memberi keyakinan bahwa perekonomian masih mampu bertahan di tengah tekanan tarif yang tinggi.

    Namun, setelah pernyataan dari The Fed, sentimen pasar bergeser. Koreksi pasar terutama terjadi pada saham-saham konsumer, seperti Home Depot, yang selama ini dipandang akan diuntungkan dari potensi penurunan tarif.

    IHSG Terkoreksi, Sektor Infrastruktur Jadi Penekan Terbesar

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada perdagangan Rabu, 30 Juli 2025. Koreksi terjadi di tengah tekanan dari sektor infrastruktur yang mencatat penurunan paling tajam.

    Mengutip data RTI, IHSG ditutup melemah 0,89% ke level 7.549,88, sementara indeks LQ45 turun 0,86% ke posisi 798,15. Sebagian besar indeks acuan terpantau bergerak di zona negatif.

    Sepanjang perdagangan, IHSG sempat menyentuh level tertinggi 7.667,56 dan terendah 7.528,12. Tercatat 321 saham melemah, menekan laju indeks, sementara 283 saham menguat dan 200 saham stagnan.

    Total frekuensi perdagangan mencapai 1.850.858 kali dengan volume 39,2 miliar saham dan nilai transaksi harian sebesar Rp 15,8 triliun. Sementara itu, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berada di kisaran Rp 16.390.

    Sektor Infrastruktur Pimpin Koreksi

    Mayoritas sektor mencatat penurunan, dipimpin oleh:

    • Infrastruktur: -3,21% (koreksi terdalam)
    • Keuangan: -2,13%
    • Basic Materials: -0,84%
    • Energi: -0,76%
    • Properti: -0,11%

    Di sisi lain, beberapa sektor justru mencatatkan penguatan:

    • Teknologi: +2,12% (penguatan tertinggi)
    • Industri: +1,53%
    • Consumer Nonsiklikal: +0,94%
    • Kesehatan: +0,35%
    • Transportasi: +0,29%
    • Consumer Siklikal: +0,03%
  • Pasar Saham RI Bangkit di Tengah Gejolak Global, IHSG Melesat pada Triwulan II 2025

    Pasar Saham RI Bangkit di Tengah Gejolak Global, IHSG Melesat pada Triwulan II 2025

    Serratalhadafc.com – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengungkapkan bahwa pasar saham Indonesia berhasil mencatatkan kinerja positif pada triwulan II tahun 2025, meskipun dibayangi oleh ketegangan perdagangan dan konflik geopolitik global.

    Menurut Mahendra, penguatan ini mencerminkan ketahanan pasar terhadap tekanan eksternal, sekaligus mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi nasional.

    “Di tengah sentimen negatif akibat dinamika perdagangan dan ketegangan geopolitik global, pasar saham domestik justru menunjukkan penguatan pada triwulan II 2025 dibandingkan kuartal sebelumnya,” ujar Mahendra dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung LPS, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

    IHSG Naik 6,41% Secara Kuartalan

    OJK mencatat bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 6.927,68 per 30 Juni 2025, naik 6,41% secara kuartalan (qtq). Meski secara tahunan (year-to-date/ytd) masih tercatat melemah 2,15%, kapitalisasi pasar tetap terjaga di angka Rp12.178 triliun.

    “IHSG ditutup menguat sebesar 6,41% qtq pada akhir Juni, meskipun secara ytd masih turun 2,15%. Namun, nilai kapitalisasi pasar tetap solid di Rp12.178 triliun,” ungkap Mahendra.

    Investor Asing Masih Net Sell

    Di tengah penguatan tersebut, investor asing atau nonresiden justru mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp23,65 triliun selama kuartal II. Secara kumulatif sepanjang tahun, net sell asing mencapai Rp59,33 triliun, mencerminkan sikap hati-hati investor global terhadap risiko pasar negara berkembang.

    IHSG Melesat di Juli 2025

    Namun tren positif berlanjut memasuki Juli 2025. Hingga tanggal 25 Juli, IHSG tercatat melonjak ke level 7.543,50, yang berarti menguat 6,55% secara year-to-date (ytd). Penguatan ini menjadi sinyal positif bahwa pasar mulai kembali ke jalur pemulihan, didorong oleh sentimen domestik yang membaik dan fundamental ekonomi yang relatif stabil.

    Penghimpunan Dana di Pasar Modal Menguat, Cerminkan Optimisme Dunia Usaha

    Tren positif di pasar modal Indonesia pada triwulan II 2025 tak hanya tercermin dari penguatan IHSG, tetapi juga dari sisi penghimpunan dana yang menunjukkan peningkatan signifikan. Selama periode tersebut, nilai Penawaran Umum (PU) tercatat mencapai Rp142,62 triliun, mencerminkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari pelaku usaha terhadap iklim investasi nasional.

    Dari total tersebut, sebesar Rp8,49 triliun berasal dari 16 emiten baru yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Capaian ini menegaskan bahwa pasar modal tetap menjadi pilihan strategis bagi perusahaan dalam mencari sumber pendanaan jangka panjang.

    “Penghimpunan dana di pasar modal pada triwulan II 2025 tetap menunjukkan tren positif. Nilai Penawaran Umum mencapai Rp142,62 triliun, dan Rp8,49 triliun di antaranya berasal dari 16 emiten baru,” ujar Mahendra Siregar.

    Kinerja ini sekaligus menunjukkan bahwa, meskipun pasar global sedang bergejolak, kepercayaan terhadap prospek ekonomi domestik tetap kuat, baik dari investor maupun pelaku usaha di dalam negeri.

    Aktivitas Korporasi Tetap Dinamis, Bursa Karbon Tunjukkan Perkembangan Positif

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat adanya 13 pipeline Penawaran Umum yang tengah dalam proses, dengan nilai indikatif mencapai Rp9,80 triliun. Kehadiran pipeline ini menunjukkan bahwa aktivitas korporasi di pasar modal tetap dinamis, serta memberi sinyal positif terhadap keberlanjutan momentum pertumbuhan yang telah terbangun pada kuartal sebelumnya.

    Di luar pasar saham dan aktivitas penghimpunan dana, OJK turut menyoroti perkembangan signifikan pada Bursa Karbon, yang resmi diluncurkan pada 26 September 2023. Hingga 30 Juni 2025, Bursa Karbon telah mencatat 112 pengguna jasa yang telah mengantongi izin resmi.

    “Sejak diluncurkan, Bursa Karbon mencatat total volume sebesar 1.599.322 tCO₂e dengan nilai transaksi akumulatif mencapai Rp77,95 miliar,” ujar Mahendra Siregar.

    Peningkatan partisipasi dan transaksi ini mencerminkan pertumbuhan kesadaran serta komitmen pelaku usaha terhadap aspek keberlanjutan dan pengelolaan emisi karbon, sekaligus mengukuhkan Bursa Karbon sebagai salah satu instrumen strategis dalam agenda transisi energi nasional.

  • IHSG Menguat 3,17% dalam Sepekan, Sektor Teknologi dan Infrastruktur Jadi Penopang

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat tren penguatan sepanjang pekan lalu, dengan kenaikan sebesar 3,17%. Data dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menunjukkan bahwa total aliran dana investor di pasar reguler mencapai Rp413 miliar.

    Analis Ekuitas IPOT, Imam Gunadi, menjelaskan bahwa tren positif IHSG ini sudah terlihat sejak 10 Juli 2025, saat indeks berhasil breakout dari pola teknikal minor cup and handle. Sejak saat itu, pergerakan IHSG terus berada di atas rata-rata lima harian (MA5), yang menandakan adanya akselerasi penguatan yang cukup solid.

    “Dua sektor yang menjadi penopang utama penguatan IHSG adalah sektor infrastruktur (IDXINFRA) dan teknologi (IDXTECHNO),” ujar Imam dalam keterangan resminya pada Senin (28/7/2025).

    Ia menyoroti sejumlah saham yang mencatatkan kenaikan signifikan, di antaranya:

    • Sektor teknologi: DCII, EMTK, WIFI, dan EDGE
    • Sektor infrastruktur: BREN, SSIA, dan TOWR

    Kinerja positif sektor teknologi dan infrastruktur ini juga dipengaruhi oleh faktor suku bunga. Menurut Imam, kedua sektor tersebut termasuk kategori sensitive interest rate, artinya cukup responsif terhadap perubahan tingkat suku bunga.

    Kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi salah satu katalis utama yang mendorong pergerakan saham-saham di kedua sektor tersebut. Penurunan suku bunga ini memberi angin segar bagi pasar, terutama saham-saham yang berbasis aset dan pertumbuhan.

    Kesepakatan AS–Jepang Bisa Berdampak Ganda bagi Indonesia

    Analis PT Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi menuturkan kepada Anugerahslot Finance, turut menyoroti perkembangan geopolitik terbaru, yaitu kesepakatan tarif impor antara Amerika Serikat dan Jepang sebesar 15% yang dicapai pada 22 Juli 2025. Menurutnya, kesepakatan ini membawa dampak ganda bagi perekonomian Indonesia.

    “Kesepakatan ini berpotensi meredakan ketegangan perdagangan global dan berhasil menurunkan indeks volatilitas (VIX) hingga 11,71% dalam sepekan,” ungkap Imam.

    Namun di sisi lain, ia mengingatkan bahwa fokus investasi Jepang bisa bergeser ke AS, yang berisiko mengurangi Foreign Direct Investment (FDI) Jepang ke Indonesia.

    Padahal, Jepang merupakan salah satu penyumbang FDI terbesar di Indonesia, dengan realisasi investasi mencapai USD 1 miliar hanya dalam kuartal I 2025 saja. Penurunan arus investasi ini dapat berpengaruh terhadap proyek-proyek strategis nasional yang membutuhkan dukungan investor asing.

    Tantangan Domestik: Perubahan Skema RKAB Tambang

    Dari sisi domestik, pelaku pasar juga tengah mencermati kebijakan baru dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait pengajuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) di sektor pertambangan.

    Mulai Oktober 2025, semua perusahaan tambang wajib mengajukan RKAB setiap tahun, menggantikan skema sebelumnya yang berlaku untuk jangka waktu tiga tahun.

    Menurut Imam, kebijakan ini berpotensi menimbulkan sejumlah tantangan, terutama dalam hal kepastian perencanaan dan efisiensi operasional.

    “Pengajuan tahunan bisa meningkatkan ketidakpastian, memperberat beban administratif, dan berisiko menunda proses produksi bila persetujuan RKAB tidak cepat keluar,” jelasnya.

    Ia memberikan ilustrasi: jika sebuah perusahaan tambang hendak membeli alat berat senilai Rp100 miliar dengan masa pakai lima tahun, maka akan timbul risiko tinggi apabila izin operasional hanya dijamin selama 12 bulan. Hal ini dapat menghambat keputusan investasi jangka panjang di sektor pertambangan, yang merupakan kontributor penting terhadap devisa negara.

    Kesimpulan:
    Pergerakan IHSG dan optimisme pasar yang menguat saat ini tidak terlepas dari faktor eksternal seperti kesepakatan dagang global dan kebijakan suku bunga, namun tantangan dalam negeri seperti regulasi pertambangan tetap perlu dicermati secara serius agar tidak menjadi penghambat pertumbuhan jangka panjang.

    Prospek Pasar Pekan Ini (28 Juli – 1 Agustus 2025): Fokus The Fed dan Data Inflasi

    Memasuki pekan perdagangan akhir Juli hingga awal Agustus 2025, pelaku pasar diperkirakan akan bersikap lebih berhati-hati. Beberapa agenda ekonomi penting, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadi perhatian utama investor.

    Sorotan Ekonomi Global: The Fed & Inflasi PCE

    Dari Amerika Serikat, semua mata tertuju pada pengumuman suku bunga The Federal Reserve (FFR) yang dijadwalkan pada 31 Juli 2025. Konsensus memperkirakan suku bunga akan tetap bertahan di kisaran 4,25%–4,50%, dengan tingkat probabilitas mencapai 95,9%.

    Selain itu, pasar juga akan mencermati data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) untuk Juli. Proyeksi menunjukkan kenaikan ke 0,3%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 0,2%. Kenaikan ini sejalan dengan membaiknya data tenaga kerja, yang menunjukkan penguatan konsumsi domestik AS.

    Data Domestik: Inflasi dan PMI Indonesia

    Dari dalam negeri, data inflasi Indonesia untuk Juli 2025 menjadi fokus utama. Menurut estimasi dari Trading Economics Forecast (TEForecast), inflasi diperkirakan naik menjadi 2,1% secara tahunan.

    Di sisi lain, indeks PMI manufaktur Indonesia diperkirakan masih berada di zona kontraksi, mencerminkan tekanan pada sektor industri. Sebaliknya, PMI Caixin China justru diprediksi stabil di area ekspansi, yakni di level 50,3, memberi harapan atas keberlanjutan pemulihan ekonomi di kawasan Asia.

    Prospek IHSG: Lanjut Bullish, Tapi Mulai Terbatas

    Imam Gunadi, analis dari Indo Premier Sekuritas (IPOT), menyampaikan bahwa IHSG masih berpotensi melanjutkan tren penguatan, namun dengan ruang yang semakin terbatas. Saat ini, IHSG bergerak dalam kisaran support 7.400 dan resistance 7.700.

    “IHSG sudah menyentuh eksternal ratio Fibonacci 1,618, yang biasanya menjadi sinyal awal terjadinya jenuh beli,” jelas Imam.

    Ia juga menambahkan bahwa pelaku pasar cenderung bersikap wait and see, sembari menantikan laporan keuangan dari bank-bank besar lainnya usai rilis kinerja BNI.

    Rekomendasi Saham dan Obligasi Pilihan IPOT

    Mengikuti arah pasar dan momentum sektor-sektor unggulan, IPOT merekomendasikan beberapa saham dan instrumen investasi potensial:

    1. ASRI (Alam Sutera Realty)

    • Strategi: Buy on Pullback
    • Entry Range: Rp149–150
    • Target Price: Rp160
    • Stop Loss: <Rp146
    • Katalis: Akan merilis tiga proyek properti baru, dan berpeluang diuntungkan dari insentif PPN DTP serta efek penurunan suku bunga.

    2. BRPT (Barito Pacific)

    • Strategi: Buy
    • Entry Price: Rp2.480
    • Target Price: Rp2.640
    • Stop Loss: <Rp2.400
    • Katalis: Menjadi saham dengan pembelian bersih tertinggi, menunjukkan tren akumulasi kuat dan bergerak dalam pola uptrend yang stabil.

    3. WIFI (PT Solusi Sinergi Digital)

    • Strategi: Buy on Breakout
    • Entry Price: Rp2.870
    • Target Price: Rp3.040
    • Stop Loss: <Rp2.790
    • Katalis: Baru saja mengakuisisi penyedia layanan internet Flynet/Bali Internet, memperluas penetrasi bisnis digital nasional.

    Kesimpulan:
    Minggu ini diprediksi menjadi periode konsolidasi aktif, dengan pelaku pasar menantikan keputusan The Fed dan rilis data inflasi. Di tengah kondisi ini, strategi selektif pada saham-saham potensial serta mempertimbangkan momentum makro akan menjadi kunci.

  • Mirae Asset Sekuritas Targetkan 1 Juta Nasabah di 2026, Resmikan Community Center Terbesar di Pluit

    Mirae Asset Sekuritas Targetkan 1 Juta Nasabah di 2026, Resmikan Community Center Terbesar di Pluit

    Serratalhadafc.com – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menargetkan pertumbuhan signifikan dalam jumlah nasabah, yakni mencapai 1 juta nasabah pada tahun 2026. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan menargetkan penambahan 400.000 nasabah baru hingga akhir 2025, dari posisi saat ini yang sudah melebihi 370.000 nasabah.

    Sebagai bagian dari strategi ekspansi dan penguatan layanan, Mirae Asset meresmikan Mirae Asset Community Center Pluit, sebuah kantor cabang sekaligus pusat edukasi investasi yang terletak di wilayah strategis Pluit, Jakarta Utara.

    “Tahun ini Mirae Asset akan fokus pada penguatan layanan nasabah melalui optimalisasi fungsi gerai sebagai pusat edukasi dan pendampingan investasi yang didukung oleh peningkatan kapabilitas teknologi,” ujar Tomi Taufan, Direktur Mirae Asset, dalam acara peresmian yang digelar Anugerahslot Finance pada Rabu, 23 Juli 2025.

    Lokasi Strategis dan Peran Sentral di Jakarta Utara

    Community Center Pluit merupakan bagian dari upaya revitalisasi salah satu cabang tertua dan tersukses milik Mirae Asset. Berdiri sejak 15 tahun lalu, kantor ini telah menjadi salah satu cabang dengan performa terbaik setiap tahunnya. Dengan fasilitas yang kini telah diperbarui dan lebih lengkap, kantor ini diharapkan bisa berperan lebih optimal sebagai pusat komunitas dan edukasi bagi masyarakat sekitar, khususnya pelaku usaha di wilayah Jakarta Utara.

    Jaringan Luas dan Fokus Edukasi

    Mirae Asset saat ini memiliki total 49 gerai di seluruh Indonesia, menjadikannya sebagai sekuritas dengan jaringan gerai terbanyak ketiga di Bursa Efek Indonesia (BEI). Gerai tersebut terdiri dari:

    • 26 Office Education (OE)
    • 4 Kantor Perwakilan IDX
    • 19 Galeri Investasi IDX di kampus dan gedung perkantoran

    Dengan diresmikannya Community Center Pluit, cabang ini kini menjadi yang terbesar di wilayah Jabodetabek, menandai langkah besar dalam memperkuat kehadiran Mirae Asset di pasar ritel dan komunitas investor lokal.

    Peresmian ini juga menjadi simbol komitmen perusahaan dalam memperluas literasi dan edukasi keuangan, serta memperkuat basis nasabah melalui pendekatan komunitas yang lebih personal dan berbasis teknologi.

    Fasilitas Premium dan Layanan Edukasi Terintegrasi

    Dengan peningkatan fasilitas yang signifikan, Mirae Asset berharap jangkauan layanan kepada nasabah dan masyarakat sekitar dapat semakin luas serta meningkatkan pengalaman investasi yang lebih personal dan berkualitas.

    Community Center Pluit kini hadir dengan nuansa mewah dan modern, dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung edukasi seperti:

    • Ruang konsultasi VIP
    • Ruang edukasi berkapasitas besar
    • Dukungan tim Investment Solution yang berpengalaman

    Keberadaan Tim Investment Solution di cabang ini memberikan layanan tambahan bagi nasabah yang selama ini hanya dilayani secara online. Beberapa layanan eksklusif yang ditawarkan antara lain:

    • Pendampingan langsung dalam transaksi
    • Personalisasi portofolio investasi
    • Edukasi perilaku investasi yang berkelanjutan

    Layanan tambahan tersebut akan dikenakan biaya layanan khusus, namun ditujukan untuk menghadirkan pengalaman investasi yang lebih menyeluruh dan profesional.

    “Kebutuhan nasabah tidak cukup hanya dengan edukasi dasar. Banyak yang membutuhkan pendampingan lebih dalam. Maka, kami ingin mengoptimalkan peran Tim Investment Solution agar ke depannya hadir di seluruh kantor OE kami. Perpaduan antara layanan online dan offline akan menjadi solusi yang saling melengkapi,” jelas Tomi Taufan.

    Pusat Edukasi Investasi Komunitas di Jakarta Utara

    Sebagai bagian dari peresmian Community Center Pluit, Mirae Asset juga menyelenggarakan tur fasilitas kantor dan berbagai seminar edukatif seputar investasi. Kegiatan ini terbuka bagi masyarakat dan nasabah, dengan topik mencakup:

    • Investasi obligasi
    • Reksa dana
    • Tinjauan ekonomi makro dan pasar modal terkini

    Seminar-seminar tersebut menghadirkan narasumber internal dari tim riset dan investasi Mirae Asset, serta mitra profesional dari manajer investasi eksternal, menciptakan wadah pembelajaran yang komprehensif dan berkualitas bagi komunitas investor lokal.

    Dengan konsep community center ini, Mirae Asset menegaskan komitmennya dalam memperkuat literasi keuangan masyarakat serta membangun hubungan yang lebih erat dengan komunitas nasabah melalui pendekatan edukatif dan layanan premium berbasis kebutuhan nyata.

    Mirae Asset Sarankan Reksa Dana Pendapatan Tetap sebagai Pilihan Investasi di Tengah Ketidakpastian Pasar

    Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu serta fluktuasi pasar yang tinggi, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengimbau para investor untuk mempertimbangkan instrumen reksa dana pendapatan tetap yang menawarkan pendapatan pasif bulanan (monthly passive income bond fund).

    Menurut M. Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset, situasi pasar yang penuh tekanan justru membuka peluang untuk berinvestasi pada aset yang lebih stabil dan dapat memberikan penghasilan rutin.

    “Reksa dana pendapatan tetap dengan pendapatan pasif rutin bulanan menjadi alternatif strategis, terutama di tengah volatilitas dan ketidakpastian yang tinggi seperti saat ini,” ujar Arief dalam acara Media Day: July 2025 yang diselenggarakan oleh Mirae Asset.

    Tren Arus Modal Keluar di Pasar Saham Indonesia

    Sementara itu, Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, mengungkapkan adanya tren arus modal keluar (capital outflow) dari pasar saham Indonesia, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan kinerja positif.

    Per 11 Juli 2025, IHSG naik tipis ke level 7.091 dari posisi akhir tahun 2024 di angka 7.079. Namun, sepanjang tahun berjalan, pasar mencatat arus dana asing keluar sebesar Rp 57,9 triliun, termasuk sebesar Rp 4,3 triliun hanya pada bulan Juli.

    Fenomena ini menunjukkan bahwa penguatan IHSG lebih banyak didorong oleh investor domestik yang aktif melakukan transaksi di pasar saham.

    Dengan situasi tersebut, Mirae Asset menilai bahwa investasi pada reksa dana pendapatan tetap dengan imbal hasil rutin dapat menjadi pilihan yang lebih aman dan menguntungkan bagi investor yang menginginkan stabilitas dan pendapatan pasif di tengah ketidakpastian pasar.

    Pasar Obligasi Catat Arus Dana Asing Masuk Signifikan

    Berbeda dengan pasar saham, pasar obligasi justru mencatat arus dana asing masuk (foreign inflow) yang cukup besar. Pada bulan Juli saja, investor asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp 17,2 triliun, sehingga total akumulasi sejak awal tahun mencapai sekitar Rp 70 triliun.

    Tren positif ini didorong oleh penurunan suku bunga BI Rate pada semester pertama 2025 serta harapan akan adanya pemangkasan The Fed Fund Rate (FFR) pada semester kedua tahun ini.

    Menurut Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset:

    “Meski tekanan dari pihak seperti Trump agar The Fed menurunkan FFR secara agresif terus meningkat, kami memperkirakan Bank Sentral AS akan tetap berhati-hati dan lebih memilih memantau perkembangan data ekonomi sebelum memutuskan besaran dan kecepatan penurunan suku bunga selanjutnya.”

  • IHSG Terkoreksi 0,72% pada 22 Juli 2025, Investor Asing Jual Saham Rp 561 Miliar

    IHSG Terkoreksi 0,72% pada 22 Juli 2025, Investor Asing Jual Saham Rp 561 Miliar

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan pada penutupan perdagangan Selasa, 22 Juli 2025. IHSG terkoreksi sebesar 0,72% ke level 7.344, dipicu oleh aksi jual bersih yang dilakukan oleh investor asing.

    Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Anugerahslot Finance Rabu (23/7/2025), IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 7.457,38 dan terendah di 7.344,73 sepanjang sesi perdagangan. Total volume perdagangan tercatat mencapai 30,21 miliar saham, dengan nilai transaksi harian sebesar Rp 19,74 triliun dalam 2,01 juta kali transaksi.

    Kapitalisasi Pasar Turun, Sektor Saham Mayoritas Melemah

    Seiring dengan koreksi indeks, kapitalisasi pasar BEI menyusut menjadi Rp 13.172 triliun. Dari seluruh sektor, hanya sektor infrastruktur yang berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 1,69%. Sementara itu, mayoritas sektor lainnya justru bergerak di zona merah:

    • Basic Materials: -4,36% (terkoreksi paling dalam)
    • Energi: -0,20%
    • Industri: -0,01%
    • Consumer Non-Cyclicals: -0,53%
    • Consumer Cyclicals: -0,85%
    • Kesehatan: -0,41%
    • Keuangan: -0,41%
    • Properti: -1,01%
    • Teknologi: -0,29%
    • Transportasi dan Logistik: -0,62%

    Asing Jual Saham Rp 561,47 Miliar

    Tekanan terhadap IHSG diperparah oleh aksi jual investor asing yang mencatatkan net sell senilai Rp 561,47 miliar pada hari tersebut. Secara kumulatif sepanjang 2025, investor asing telah menjual saham senilai Rp 60,24 triliun.

    Beberapa saham unggulan menjadi sasaran aksi lepas asing. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan penjualan asing terbesar, yakni Rp 482,42 miliar, diikuti oleh:

    • PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 291,09 miliar
    • PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI): Rp 40,19 miliar

    Top 10 Saham yang Dilepas Asing – 22 Juli 2025 (Data: Stockbit)

    Berikut adalah daftar 10 saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing:

    (Data lengkap 10 saham tidak dicantumkan dalam naskah sumber)

    ANTM – Rp 482,42 miliar

    BMRI – Rp 291,09 miliar

    PANI – Rp 40,19 miliar

    Kesimpulan:

    Koreksi IHSG pada perdagangan Selasa menunjukkan tekanan jual yang masih mendominasi pasar, khususnya dari investor asing. Kinerja sektor-sektor utama yang mayoritas negatif menjadi sinyal perlambatan sentimen positif, di tengah potensi ketidakpastian global dan domestik. Pelaku pasar disarankan mencermati sektor infrastruktur yang masih mencatatkan performa positif sebagai potensi peluang investasi ke depan.

    Aksi Beli

    Berikut 10 saham yang dibeli oleh investor asing berdasarkan data stockbit:

    1.PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM): Rp 126,96 miliar

    2.PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI): Rp 100,80 miliar

    3.PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN): Rp 77,13 miliar

    4.PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN): Rp 62,27 miliar

    5.PT United Tractors Tbk (UNTR): Rp 40,88 miliar

    6.PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO): Rp 28,89 miliar

    7.PT Astra International Tbk (ASII): Rp 27,03 miliar

    8.PT Alamtri Resources Tbk (ADRO): Rp 26,57 miliar

    9.PT Indosat Tbk (ISAT): Rp 23,23 miliar

    10.PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI): Rp 22,18 miliar

    Aksi Jual

    .PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Rp 482,42 miliar

    2.PT Bank Mandiri Tbk (BMRI): Rp 291,09 miliar

    3.PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI): Rp 40,19 miliar

    4.PT Darma Henwa Tbk (DEWA): Rp 33,53 miliar

    5.PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA): Rp 28,29 miliar

    6.PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI): Rp 27,98 miliar

    7.PT Rukun Raharja Tbk (RAJA): Rp 24,61 miliar

    8.PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI): Rp 24,02 miliar

    9.PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA): Rp 23,10 miliar

    10.PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB): Rp 22,59 miliar

  • IHSG Melemah, Investor Asing Lepas Saham Senilai Rp 1,22 Triliun

    IHSG Melemah, Investor Asing Lepas Saham Senilai Rp 1,22 Triliun

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan pada perdagangan Rabu, 2 Juli 2025. IHSG harus meninggalkan level psikologis 6.900 akibat tekanan aksi jual dari investor asing yang mencapai Rp 1,22 triliun.

    Berdasarkan data Anugerahslot finance di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Kamis, 3 Juli 2025, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.905,36 dan terendah di 6.838,40. Total volume perdagangan mencapai 24,19 miliar saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp 10,98 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 1,08 juta kali.

    Seiring dengan pelemahan IHSG, kapitalisasi pasar juga ikut turun menjadi Rp 12.103 triliun. Tekanan jual dari investor asing menjadi salah satu faktor utama penurunan ini. Sepanjang tahun 2025, total net sell asing tercatat sebesar Rp 55,49 triliun.

    Pada perdagangan Rabu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas asing, dengan nilai penjualan mencapai Rp 167,73 miliar. Diikuti oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 97,50 miliar dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) senilai Rp 82,11 miliar.

    Daftar 10 Saham Teratas yang Dilepas Investor Asing (2 Juli 2025):

    1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) – Rp 167,73 miliar
    2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) – Rp 97,50 miliar
    3. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) – Rp 82,11 miliar
    4. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) – Rp 61,50 miliar
    5. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) – Rp 30,12 miliar
    6. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) – Rp 29,94 miliar
    7. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) – Rp 29,68 miliar
    8. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) – Rp 24,82 miliar
    9. PT Alamtri Resources Tbk (ADRO) – Rp 24,68 miliar
    10. PT United Tractors Tbk (UNTR) – Rp 22,15 miliar

    Di sisi lain, investor asing juga melakukan aksi beli terhadap sejumlah saham. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan pembelian terbesar dengan nilai Rp 131,31 miliar, disusul PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).

    Daftar 10 Saham Teratas yang Dibeli Investor Asing (2 Juli 2025):

    1. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) – Rp 131,31 miliar
    2. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) – Rp 74,36 miliar
    3. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) – Rp 33,58 miliar
    4. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) – Rp 28,45 miliar
    5. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) – Rp 23,22 miliar
    6. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) – Rp 22,21 miliar
    7. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) – Rp 21,08 miliar
    8. PT Indosat Tbk (ISAT) – Rp 15,45 miliar
    9. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) – Rp 9,99 miliar
    10. PT Astra International Tbk (ASII) – Rp 8,55 miliar

    Pelemahan IHSG ini mencerminkan sentimen negatif pasar yang dipicu oleh arus keluar dana asing, sekaligus menjadi sinyal bagi pelaku pasar untuk mencermati arah pergerakan investor global dalam beberapa waktu ke depan.

    IHSG Ditutup Melemah, Pasar Cermati Sikap Trump terhadap The Fed

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 2 Juli 2025. Penurunan ini terjadi di tengah kehati-hatian pelaku pasar terhadap sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali melontarkan kritik terhadap kebijakan Federal Reserve (The Fed).

    IHSG ditutup turun 34,12 poin atau 0,49 persen ke level 6.881,24. Sementara itu, indeks saham LQ45 juga melemah 4,36 poin atau 0,57 persen ke posisi 766,22.

    Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyampaikan bahwa bursa saham Asia bergerak variatif pada hari itu. Para pelaku pasar mencermati pernyataan dari Presiden Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell, sembari menunggu hasil dari pertemuan Politbiro Partai Komunis China.

    Dari sisi global, perhatian investor tertuju pada surat yang dikirimkan Presiden Trump kepada Jerome Powell. Dalam surat tersebut, Trump mendesak The Fed untuk segera menurunkan suku bunga ke level yang sangat rendah. Sikap ini memperlihatkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS, terutama akibat kebijakan tarif dan tekanan perdagangan yang masih berlangsung.

    Trump juga kembali melontarkan kritik pedas melalui platform media sosial Truth Social. Ia menilai kebijakan suku bunga saat ini tidak sesuai dengan kebutuhan ekonomi AS dan menyatakan bahwa Dewan Gubernur The Fed seharusnya merasa malu atas kondisi ekonomi yang ada.

    Sentimen negatif dari luar negeri ini turut membayangi pergerakan IHSG, yang akhirnya ditutup di zona merah di tengah tekanan dari investor asing dan ketidakpastian arah kebijakan moneter global.

  • IHSG Dibuka Melemah, Analis Prediksi Rebound Jangka Pendek Masih Dimungkinkan

    IHSG Dibuka Melemah, Analis Prediksi Rebound Jangka Pendek Masih Dimungkinkan

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah pada perdagangan Jumat pagi, 20 Juni 2025. IHSG turun 20,36 poin atau sekitar 0,29 persen ke level 6.948,28. Di saat yang sama, indeks saham unggulan LQ45 juga terkoreksi 3,55 poin atau 0,46 persen ke posisi 771,26. Informasi ini dikutip dari Antara.

    Meski demikian, peluang penguatan IHSG dalam jangka pendek secara teknikal masih terbuka. Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menjelaskan kepada Anugerahslot Finance bahwa setelah koreksi tajam yang terjadi pada Kamis (19/6), indeks berpotensi mengalami rebound teknikal menuju kisaran 7.000 hingga 7.050.

    Namun Fanny juga memberikan catatan bahwa potensi penguatan tersebut bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking), mengingat IHSG masih berpeluang terkoreksi lebih dalam hingga menyentuh level 6.800 dalam beberapa waktu ke depan.

    “Level support saat ini berada di 6.900–6.950, sementara resistance jangka pendek ada di kisaran 7.000–7.050,” ujarnya.

    Sementara itu, Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Tasrul Tanar, mengamati bahwa tekanan jual memang meningkat, namun tren jangka pendek IHSG masih terjaga dalam arah positif. Berdasarkan analisis tren, IHSG masih menunjukkan kenaikan moderat dengan slope 21,26 dan r-square 0,806, menandakan konsistensi arah naik masih cukup valid meskipun tekanan jual melanda pasar.

    “Level support kritis saat ini berada di 6.959 atau hanya turun 0,14 persen dari posisi terkini. Ini menjadi batas penting untuk menguji kekuatan buyer. Adapun resistance jangka pendek berada di kisaran 7.090 hingga 7.408, yang menjadi target teknikal bila terjadi rebound,” jelas Tasrul.

    Dengan kondisi ini, investor disarankan tetap waspada namun juga mencermati peluang jangka pendek yang mungkin muncul dari pergerakan teknikal pasar.

    IHSG Masih Berpeluang Menguat, Ini Saham Pilihan Analis Hari Ini

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menunjukkan potensi penguatan secara teknikal, meskipun tekanan jual belum sepenuhnya mereda. Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Tasrul Tanar, menilai bahwa peluang rebound akan tetap terbuka selama level support 6.959 mampu bertahan.

    “IHSG berpeluang menguat secara teknikal jika support 6.959 tidak jebol. Namun tetap harus diwaspadai kemungkinan breakdown jika tekanan jual berlanjut. Critical level yang harus dijaga ada di 6.910,” ujar Tasrul dalam keterangannya.

    Untuk perdagangan hari ini, sejumlah saham menjadi rekomendasi utama dari para analis.

    Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas, merekomendasikan enam saham potensial yang patut dicermati:

    • PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
    • PT Sentul City Tbk (BKSL)
    • PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)
    • PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
    • PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI)
    • PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)

    Sementara itu, Tasrul Tanar dari Mirae Asset memberikan tiga rekomendasi saham dari sektor energi dan bahan baku, yaitu:

    • PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
    • PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
    • PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)

    Saham-saham tersebut diperkirakan memiliki daya tahan terhadap volatilitas pasar dan berpotensi mencatatkan kinerja yang baik dalam jangka pendek hingga menengah, seiring dengan dinamika harga komoditas dan kondisi teknikal pasar.

    Rekomendasi Saham Hari Ini dari BNI Sekuritas: Ini Level Beli dan Target Harganya

    BNI Sekuritas merilis rekomendasi teknikal harian untuk Jumat, 20 Juni 2025. Sejumlah saham potensial dipilih untuk trading jangka pendek dengan strategi speculative buy maupun buy on breakout. Berikut ulasan lengkapnya:

    🔹 Trading Ideas Hari Ini:

    1. BRMS – PT Bumi Resources Minerals Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 420–422
      • Cutloss: < 418
      • Target Harga: 430–438
    2. BKSL – PT Sentul City Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 131–134
      • Cutloss: < 129
      • Target Harga: 137–139
    3. PGEO – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 1.460–1.470
      • Cutloss: < 1.435
      • Target Harga: 1.500–1.515
    4. MEDC – PT Medco Energi Internasional Tbk
      • Strategi: Buy If Break
      • Level Breakout: 1.460
      • Target Harga: 1.490–1.515
      • Catatan: Hindari jika belum tembus 1.460
    5. PANI – PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 11.600–11.750
      • Cutloss: < 11.500
      • Target Harga: 12.025–12.325
    6. AMMN – PT Amman Mineral Internasional Tbk
      • Strategi: Spec Buy
      • Area Beli: 7.825–7.900
      • Cutloss: < 7.800
      • Target Harga: 8.000–8.100

    ⚠️ Disclaimer: Rekomendasi ini bersifat teknikal dan untuk keperluan edukasi. Seluruh keputusan jual beli saham sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor. Lakukan analisis lanjutan sebelum mengambil keputusan investasi.

  • IHSG Anjlok Hampir 2%, Tekanan Global dan Ketidakpastian Fiskal Jadi Pemicu

    IHSG Anjlok Hampir 2%, Tekanan Global dan Ketidakpastian Fiskal Jadi Pemicu

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam pada perdagangan terbaru, terkoreksi 139,15 poin atau setara 1,96% ke level 6.968,64. Ini merupakan penurunan harian terdalam dalam lima bulan terakhir, sekaligus mendorong IHSG kembali menembus ke bawah level psikologis 7.000 dan melintasi garis support teknikal MA200.

    Aksi jual masif yang menyeret indeks terjadi akibat tekanan berlapis, baik dari faktor eksternal global maupun kekhawatiran domestik yang terus membayangi pasar.

    Ketegangan Iran–Israel Picu Sentimen Negatif Global

    Dari sisi global, pelaku pasar dikejutkan oleh meningkatnya eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Laporan mengenai serangan rudal Iran yang menghantam sebuah rumah sakit militer di wilayah Israel menyulut gejolak geopolitik baru.

    “Ketegangan ini mendorong lonjakan harga minyak dan emas serta memicu kekhawatiran akan potensi stagflasi global dan terganggunya rantai pasok energi internasional,” ujar Hendra Wardana kepada Anugerahslot, analis pasar modal sekaligus pendiri Stocknow.id, Jumat (20/6/2025).

    Efek domino dari konflik tersebut merambat cepat ke bursa Asia. Indeks Hang Seng, misalnya, terkoreksi nyaris 2%, dan tekanan serupa juga menjalar ke pasar Indonesia. Investor asing maupun domestik memilih keluar dari aset berisiko, memicu aksi jual besar terutama di saham-saham unggulan.

    Kegamangan Fiskal Dalam Negeri Perburuk Sentimen

    Di sisi domestik, tekanan makin dalam akibat kekhawatiran fiskal yang membayangi pasar. Data terbaru menunjukkan bahwa pendapatan negara hingga Mei 2025 baru mencapai 33,1% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)—sebuah capaian yang bahkan lebih buruk dibandingkan saat puncak pandemi.

    Situasi ini menimbulkan kekhawatiran serius akan potensi pelebaran defisit fiskal. Hal tersebut diperparah dengan ketidakpastian seputar keberlanjutan berbagai program populis pemerintahan baru, seperti makan siang gratis, subsidi pupuk dan BBM, serta pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

    “Minimnya kejelasan dan transparansi arah kebijakan fiskal membuat pasar mulai mengantisipasi risiko krisis fiskal tersembunyi,” jelas Hendra.

    Sektor-sektor defensif yang biasanya menjadi penopang di tengah gejolak justru ikut tertekan. Saham-saham kapitalisasi besar seperti BMRI (-3,55%), TPIA (-5,33%), TLKM (-2,89%), dan BBCA (-1,40%) menjadi sasaran aksi jual, menandakan rotasi sektor yang mulai bergeser akibat ketidakpastian yang tinggi.

    IHSG saat ini berada pada titik rawan teknikal dan psikologis. Jika tekanan eksternal dan kekhawatiran fiskal tidak mereda, potensi koreksi lanjutan tetap terbuka. Pelaku pasar kini menanti sinyal yang lebih jelas dari otoritas fiskal dan moneter untuk meredam gejolak dan mengembalikan kepercayaan investor.

    Level 6.935 Jadi Penentu Arah IHSG, Rebound atau Lanjut Terkoreksi?

    Secara teknikal, IHSG saat ini berada dalam fase krusial, tengah menguji area support kuat di garis rata-rata bergerak 50 hari (MA50) pada level 6.935. Indikator stochastic mengisyaratkan kondisi oversold, yang membuka peluang terjadinya rebound teknikal. Namun demikian, potensi pemulihan ini sangat bergantung pada stabilitas sentimen jangka pendek—baik dari faktor global maupun domestik.

    Jika tekanan negatif masih mendominasi, maka sinyal teknikal tersebut bisa gagal dimanfaatkan, dan pemulihan yang diharapkan pun tertunda.

    “Untuk jangka pendek, area 6.935 menjadi titik kunci arah IHSG. Ini adalah support penting yang bisa menentukan apakah pasar akan mulai pulih atau justru terjerumus lebih dalam,” ujar Hendra Wardana, analis pasar modal dan pendiri Stocknow.id, Jumat (20/6/2025).

    Apabila level support ini mampu bertahan, peluang rebound jangka pendek tetap terbuka, dengan area resistance terdekat berada di kisaran 7.175 hingga 7.240. Namun jika tekanan jual berlanjut dan support 6.935 ditembus, maka IHSG berisiko melemah lebih jauh menuju support lanjutan di 6.812.

    Dalam kondisi seperti ini, Hendra mengimbau pelaku pasar untuk berhati-hati terhadap potensi false breakout, yakni kondisi ketika IHSG tampak menembus support namun kembali naik tanpa konfirmasi volume yang kuat. Di tengah tingginya volatilitas dan sentimen yang cepat berubah, strategi selektif dan pengelolaan risiko menjadi kunci.

    Di Tengah Tekanan Pasar, Sektor Energi dan Komoditas Jadi Pelabuhan Aman Investor

    Saat mayoritas sektor mengalami tekanan hebat akibat guncangan global dan kekhawatiran fiskal domestik, sektor energi dan komoditas justru mencuri perhatian sebagai tempat pelarian modal. Kenaikan harga minyak, gas, dan emas dunia memberikan angin segar bagi saham-saham berbasis sumber daya alam, mendorong performa positif di tengah sentimen pasar yang negatif.

    Salah satu saham yang mencuat adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), yang berhasil mencatat kenaikan signifikan sebesar 6,59%, menjadikannya top gainer dalam perdagangan terbaru.

    “Dengan eksposur langsung ke blok Kangean dan Lapangan Malacca, ENRG berpeluang besar meraup keuntungan langsung dari lonjakan harga energi global,” ungkap Hendra Wardana, analis pasar sekaligus pendiri Stocknow.id.

    Ia merekomendasikan BUY untuk saham ENRG dengan target harga jangka menengah di Rp 400, didukung oleh valuasi yang masih tergolong atraktif serta potensi pertumbuhan di sektor gas domestik.

    Selain ENRG, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga menunjukkan penguatan. MEDC mendapatkan momentum positif seiring kenaikan harga minyak global yang telah menembus USD 77 per barel, ditambah prospek cerah dari proyek LNG yang sedang dikembangkan.

    Sementara itu, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dinilai sebagai aset strategis dalam pembangunan ekosistem kendaraan listrik nasional. Dengan permintaan bahan baku baterai yang diprediksi terus meningkat, MBMA memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan.

    Sejumlah saham komoditas lainnya turut mengalami penguatan, antara lain:

    • AMMN (+1,28%)
    • BYAN (+0,77%)
    • DSSA (+0,43%)
    • BNLI (+3,31%)

    Menurut Hendra, dalam kondisi pasar yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, investor perlu bersikap selektif dan fokus pada sektor-sektor yang memiliki katalis positif jangka menengah dan struktural.

    “Dengan ketegangan geopolitik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, sektor energi, logam dasar, dan emas berpotensi tetap menjadi sweet spot dalam rotasi sektor ke depan,” pungkasnya.

  • IHSG Melemah ke Level 6.999, Terseret Sentimen Geopolitik dan Tekanan Rupiah

    IHSG Melemah ke Level 6.999, Terseret Sentimen Geopolitik dan Tekanan Rupiah

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak di zona merah pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025. Hingga berita ini diturunkan, IHSG tercatat turun 1,5 persen ke posisi 6.999, menandai pelemahan signifikan dari hari sebelumnya.

    Analis pasar memperkirakan tekanan terhadap IHSG masih akan berlanjut, dipicu oleh meningkatnya tensi geopolitik internasional serta faktor domestik yang turut membebani pergerakan pasar.

    “Kami melihat potensi pelemahan IHSG disebabkan oleh ketegangan geopolitik yang tinggi antara Amerika Serikat dan Iran-Israel. Selain itu, depresiasi nilai tukar Rupiah serta arus keluar dana asing juga menjadi penyebab utama,” ujar Reydi Octa, Pengamat Pasar Modal dari Panin Sekuritas, Kamis (19/6/2025).

    Sehari sebelumnya, Rabu, 18 Juni 2025, IHSG masih mampu bertahan di level 7.107—menjaga posisinya di atas ambang psikologis 7.000 meski di tengah tekanan sentimen global, konflik geopolitik, dan spekulasi pasar terhadap keputusan suku bunga The Fed yang akan datang.

    Dari sisi teknikal, Founder Stocknow.id sekaligus pengamat pasar modal, Hendra Wardhana, menilai bahwa pergerakan IHSG saat ini menunjukkan pola konsolidasi melemah (sideways to bearish). Ia menyebut indikator Relative Strength Index (RSI) telah turun ke kisaran 47 dan Moving Average Convergence Divergence (MACD) mendekati pola dead-cross, yang mengindikasikan peningkatan tekanan jual.

    “Volume transaksi yang menurun juga mengisyaratkan melemahnya minat beli jangka pendek,” jelas Hendra.

    Ia menambahkan, IHSG saat ini memiliki level support kuat di rentang 7.000–6.960. Sementara itu, level resistance jangka pendek berada di kisaran 7.170–7.200. Apabila indeks mampu bertahan di atas area support tersebut dan didukung akumulasi pada sektor-sektor tertentu, peluang untuk rebound masih terbuka.

    Para pelaku pasar diimbau untuk tetap waspada dan mencermati perkembangan kondisi global serta arah kebijakan moneter, mengingat tingginya volatilitas yang bisa terjadi dalam waktu dekat.

    Risiko IHSG Tembus di Bawah 7.000 Meningkat Jika Konflik Memanas dan Rupiah Melemah

    Meskipun saat ini IHSG masih bertahan di atas level psikologis 7.000, tekanan terhadap pasar saham berpotensi semakin dalam apabila konflik antara Iran dan Israel meluas serta nilai tukar Rupiah terus melemah hingga menembus Rp 16.400 per dolar AS. Jika skenario tersebut terjadi, risiko IHSG jatuh ke bawah level 7.000 pun akan semakin besar.

    Meski demikian, sejumlah sentimen positif masih memberikan penopang bagi pasar domestik.

    Pertama, keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,5% memberikan sinyal stabilitas kebijakan moneter, yang membantu menjaga kepercayaan pelaku pasar. Kedua, arus dana dari investor domestik—baik ritel maupun institusi lokal—masih cukup kuat dan berperan sebagai penyangga di tengah sikap hati-hati investor asing.

    Ketiga, musim pembagian dividen dari sejumlah emiten, seperti NCKL, CTBN, dan PGAS, menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari pendapatan pasif. Keempat, laporan keuangan semester pertama yang akan mulai dirilis pada Juli mendatang berpotensi mendorong strategi window dressing serta rotasi sektor yang bisa menghidupkan kembali optimisme pasar.

    Namun demikian, Hendra Wardhana mengingatkan agar investor tetap selektif dalam memilih sektor. Ia menyarankan untuk menghindari saham-saham di sektor transportasi udara dan logistik karena sangat rentan terhadap fluktuasi harga minyak global dan potensi gangguan rantai pasok akibat eskalasi geopolitik.

    “Di tengah ketidakpastian global, sektor-sektor tersebut paling rentan terkena imbas langsung. Oleh karena itu, langkah antisipatif dan diversifikasi portofolio tetap menjadi kunci,” ujar Hendra.

    Saham Komoditas dan Defensif Jadi Andalan Saat Gejolak Global, Investor Diminta Waspada

    Di tengah pelemahan Rupiah dan tekanan fiskal, sejumlah sektor saham diprediksi mengalami tekanan tambahan. Sektor properti mewah dan konstruksi berskala besar termasuk yang paling sensitif terhadap depresiasi Rupiah dan ketidakpastian kebijakan fiskal pemerintah.

    Demikian pula, saham-saham big cap di sektor perbankan juga bisa terkena dampak negatif. Sentimen terhadap melemahnya Rupiah serta ekspektasi kenaikan yield global dapat menekan kinerja jangka pendek bank-bank besar.

    Namun, di sisi lain, beberapa sektor tetap menjanjikan di tengah potensi krisis energi global. Sektor energi dan komoditas masih menunjukkan prospek cerah, terutama karena meningkatnya harga emas, nikel, dan amonia. Saham-saham seperti:

    • ANTM (target: 3.660)
    • ESSA (trading buy, target: 780)
    • BRPT (target: 1.630)

    …dipandang sebagai pilihan potensial untuk meraih keuntungan dari sentimen kenaikan harga komoditas global.

    Analis pasar modal Hendra Wardhana juga merekomendasikan akumulasi pada saham-saham defensif, yang secara historis lebih tahan terhadap gejolak global. Saham di sektor konsumer dan telekomunikasi masih mencatatkan kinerja stabil dan cenderung tidak terdampak secara langsung oleh ketidakpastian eksternal. Beberapa saham yang menarik antara lain:

    • ICBP, MYOR, SIDO (konsumer)
    • TLKM, TOWR (telko dan menara)

    Selain itu, saham-saham yang rutin membagikan dividen besar seperti CTBN dan NCKL dapat menjadi penyeimbang risiko dalam portofolio investor, terutama bagi yang mencari stabilitas pendapatan.

    Catatan penting: Setiap keputusan investasi tetap menjadi tanggung jawab pembaca. Pastikan untuk melakukan riset dan analisis pribadi sebelum membeli atau menjual saham. Artikel ini bersifat informatif dan tidak merupakan rekomendasi investasi. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang mungkin timbul dari keputusan pembaca.

  • Ketegangan Iran-Israel Guncang Pasar Global, Saham AS Turun, Harga Minyak dan Emas Melonjak

    Ketegangan Iran-Israel Guncang Pasar Global, Saham AS Turun, Harga Minyak dan Emas Melonjak

    Serratalhadafc.com – Ketegangan geopolitik yang memanas antara Iran dan Israel berdampak langsung terhadap pasar keuangan global. Pada Jumat, 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan militer besar terhadap Iran, yang kemudian dibalas oleh Teheran. Konflik yang sebelumnya terbatas pada operasi rahasia dan perang proxy kini berubah menjadi pertempuran terbuka dengan intensitas tinggi.

    Merespons situasi ini, indeks utama bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah tajam. Dow Jones Industrial Average anjlok 1,8% ke level 42.197,8, sedangkan S&P 500 turun 1,1% ke posisi 5.977,0.

    Gejolak pasar turut mendorong lonjakan harga minyak mentah dan emas, dua aset yang kerap diburu saat ketidakpastian global meningkat. Harga minyak jenis Brent melonjak 7,3% menjadi USD 73,0 per barel, sementara harga emas naik 1,4% ke USD 3.432 per troy ons.

    Waspadai Volatilitas, Investor Diminta Selektif

    Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, memperkirakan bahwa volatilitas pasar akan tetap tinggi dalam jangka pendek hingga menengah. Menurutnya, peningkatan harga energi dan meningkatnya permintaan aset lindung nilai seperti emas akan terus berlangsung selama tensi politik belum mereda.

    “Kami melihat potensi arus keluar dana asing dari pasar saham Indonesia, khususnya dari saham-saham yang banyak dimiliki investor global seperti BMRI dan BBRI,” ujarnya, kepada Anugerahslot pada Senin (16/6/2025).

    Dalam kondisi seperti ini, Rully menyarankan investor untuk lebih berhati-hati dan mengalihkan fokus ke saham-saham yang berkaitan dengan komoditas seperti minyak dan emas. Saham-saham seperti MEDC (Medco Energi), ANTM (Aneka Tambang), dan MDKA (Merdeka Copper Gold) dinilai memiliki prospek yang lebih defensif di tengah ketegangan geopolitik.

    Faktor Risiko yang Harus Diwaspadai

    Beberapa risiko utama yang dipantau pasar saat ini meliputi kemungkinan serangan lanjutan Israel terhadap fasilitas nuklir atau kilang minyak Iran, balasan Iran yang berpotensi mengganggu jalur perdagangan strategis seperti Selat Hormuz, serta peluang dimulainya kembali negosiasi nuklir atau upaya diplomasi untuk meredakan konflik.

    Konflik Israel-Iran Berpotensi Meluas, Analis Prediksi IHSG Melemah, Ini Saham Pilihan Indo Premier Sekuritas

    Ketegangan militer antara Israel dan Iran yang terus meningkat menimbulkan kekhawatiran global akan potensi pecahnya perang besar di kawasan Timur Tengah. Imam Gunadi, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menyatakan bahwa konflik ini berisiko melibatkan sejumlah negara lain seperti Lebanon (melalui kelompok Hezbollah), Suriah, dan Yaman (kelompok Houthi). Bahkan, intervensi negara-negara besar seperti Amerika Serikat juga mungkin terjadi jika eskalasi tak terbendung.

    “Situasi ini menimbulkan ketidakpastian tinggi di pasar global, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, kami memperkirakan IHSG akan bergerak melemah pekan ini, dengan level support di 6.994 dan resistance di 7.239,” ujar Imam dalam pernyataan resminya.

    Rekomendasi Saham dari IPOT

    Untuk mengantisipasi kondisi pasar yang sangat dipengaruhi dinamika geopolitik ini, PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan beberapa saham yang dinilai berpotensi menarik. Rekomendasi ini mencakup saham-saham yang memiliki eksposur terhadap sektor-sektor defensif maupun yang diuntungkan dari kenaikan harga komoditas, seperti:

    • Saham energi dan pertambangan yang mendapat sentimen positif dari lonjakan harga minyak dan emas.
    • Saham consumer staples dan telekomunikasi, sebagai sektor yang cenderung lebih tahan terhadap guncangan eksternal.
    • Saham dengan fundamental kuat dan likuiditas tinggi, yang dianggap lebih aman dalam kondisi pasar yang volatil.

    Investor diimbau untuk tetap mencermati perkembangan geopolitik global dan menjaga strategi investasi dengan pendekatan selektif serta disiplin manajemen risiko.

    Rekomendasi Saham Terkait Konflik Israel-Iran: MEDC, ELSA, dan ANTM Berpotensi Menguat

    Meningkatnya ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran berdampak langsung pada lonjakan harga minyak dan emas dunia. Investor disarankan mencermati saham-saham di sektor energi dan tambang yang berpotensi diuntungkan dari kondisi ini. Berikut beberapa rekomendasi saham dari analis pasar:

    1. Buy MEDC

    • Entry: 1.400
    • Target: 1.500
    • Stop Loss: <1.360

    Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menjadi pilihan utama di tengah lonjakan harga minyak global yang dipicu kekhawatiran terganggunya distribusi melalui Selat Hormuz. Jalur strategis ini menjadi jalur ekspor penting bagi sekitar 20% pasokan minyak dunia, mencakup negara-negara seperti Iran, Arab Saudi, Irak, dan Uni Emirat Arab.

    Pengalaman serupa terjadi pada 2019–2020, saat ketegangan Iran-AS menyebabkan harga minyak melonjak lebih dari 10% hanya dalam beberapa hari karena ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran.

    2. Buy on Breakout ELSA

    • Entry: 520
    • Target: 545
    • Stop Loss: <505

    PT Elnusa Tbk (ELSA), yang juga bergerak di sektor energi, diperkirakan turut terdorong oleh lonjakan harga minyak akibat eskalasi di Timur Tengah. Ketergantungan global pada Selat Hormuz sebagai jalur utama ekspor minyak menjadikan saham ini sensitif terhadap perubahan harga komoditas.

    3. Buy on Breakout ANTM

    • Entry: 3.350
    • Target: 3.600
    • Stop Loss: <3.240

    Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi pilihan menarik di tengah meningkatnya permintaan emas sebagai aset safe haven. Proyeksi dari Goldman Sachs memperkirakan harga emas akan menyentuh USD 3.700/troy ounce pada akhir 2025, sementara Bank of America memperkirakan bisa mencapai USD 4.000/troy ounce dalam 12 bulan mendatang, seiring berlanjutnya ketegangan di Timur Tengah.

    Kesimpulan:
    Dengan latar belakang geopolitik yang memanas, sektor energi dan logam mulia menjadi fokus investor. Saham seperti MEDC, ELSA, dan ANTM menawarkan potensi keuntungan di tengah kondisi pasar yang fluktuatif. Namun, investor tetap disarankan untuk memperhatikan level stop loss sebagai bentuk manajemen risiko.