Tag: tips cerdas

  • 43 Efek Baru Tercatat di BEI: Sinyal Positif dari Pasar Modal Indonesia

    43 Efek Baru Tercatat di BEI: Sinyal Positif dari Pasar Modal Indonesia

    Serratalhadafc.com – Aktivitas pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan tren positif sepanjang pekan 7–11 Juli 2025. Dalam periode tersebut, tercatat 43 efek baru yang resmi masuk ke pasar modal Tanah Air. Rinciannya terdiri dari 25 obligasi, 10 sukuk, dan 8 saham perdana.

    Lonjakan pencatatan ini menjadi cerminan nyata dari tingginya kepercayaan pelaku pasar terhadap iklim investasi dan mekanisme pendanaan di BEI. Kondisi ini juga menandai geliat pemulihan ekonomi serta meningkatnya kebutuhan perusahaan untuk menghimpun dana publik.

    Senin, 7 Juli: Hari Padat Pencatatan Korporasi

    Mengutip keterangan resmi Anugerahslot finance di BEI (13 Juli 2025), awal pekan tersebut diwarnai oleh ramainya pencatatan surat utang korporasi. Beberapa instrumen yang masuk ke papan pencatatan antara lain:

    • Obligasi Berkelanjutan IV Bank Victoria Tahap I 2025
    • Sustainability Bond milik BNI
    • Obligasi Bank Mandiri Taspen
    • Sukuk Ijarah dari Samudera Indonesia
    • Obligasi dan Obligasi Subordinasi KB Bank
    • Obligasi dan Sukuk dari Sampoerna Agro
    • Obligasi Astra Sedaya Finance
    • Obligasi serta Sukuk Wakalah dari Petrindo Jaya Kreasi

    Pencatatan efek dalam jumlah besar pada satu hari ini mempertegas BEI sebagai pusat penghimpunan dana yang aktif dan efisien bagi korporasi.

    Selasa, 8 Juli: Dua Emiten Saham Baru Resmi Melantai

    Masih dalam pekan yang sama, dua perusahaan baru resmi mencatatkan saham perdana (IPO) di BEI pada Selasa (8 Juli 2025), menjadikan total emiten tahun ini terus bertambah.

    1. PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT)
      • Emiten ke-15 pada 2025
      • Bergerak di bidang angkutan laut domestik
      • Berhasil menghimpun dana sebesar Rp200,1 miliar
    2. PT Asia Pramulia Tbk (ASPR)
      • Emiten ke-16 pada 2025
      • Fokus pada produksi kemasan plastik rigid untuk segmen B2B
      • Menggalang dana Rp100,7 miliar

    Kehadiran emiten-emiten baru ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap sektor logistik dan manufaktur masih tinggi, sekaligus membuka peluang pertumbuhan bisnis yang lebih luas bagi perusahaan bersangkutan.

    Secara keseluruhan, pencatatan 43 efek dalam satu pekan ini menjadi indikator kuat bahwa pasar modal Indonesia terus menunjukkan daya tariknya, baik dari sisi investor maupun emiten. BEI dipandang semakin adaptif, transparan, dan inklusif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

    BEI Semakin Sibuk: Pencatatan Obligasi dan Saham Baru Padati Bursa pada 9–10 Juli 2025

    Aktivitas pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menunjukkan geliat positif sepanjang pekan kedua Juli 2025. Pada 9 dan 10 Juli, BEI kembali dipadati oleh berbagai pencatatan obligasi, sukuk, dan saham perdana (IPO) dari emiten besar lintas sektor. Ini menjadi bukti bahwa pasar modal Indonesia kian diminati sebagai sarana pendanaan yang efektif dan kredibel.

    Rabu, 9 Juli 2025: Emiten Besar Dominasi Pasar

    Sejumlah korporasi ternama mencatatkan instrumen obligasi dan sukuk pada Rabu (9/7). Di antara emiten yang masuk ke papan pencatatan adalah:

    • Toyota Astra Financial Services
    • Merdeka Battery Materials
    • BUMI Resources
    • Adira Finance
    • Permodalan Nasional Madani (PNM)
    • TBS Energi Utama
    • Dan sejumlah emiten lainnya

    Tak hanya itu, dua emiten baru juga resmi melantai di BEI dengan perolehan dana yang signifikan:

    1. PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
      • Emiten ke-17 tahun ini
      • Berhasil menghimpun dana jumbo senilai Rp2,37 triliun
    2. PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN)
      • Emiten ke-18
      • Meraih dana segar sebesar Rp220,6 miliar

    Kamis, 10 Juli 2025: Empat Emiten Baru Ramaikan BEI

    Pencatatan saham perdana kembali berlanjut sehari setelahnya, dengan empat perusahaan dari sektor berbeda mencatatkan sahamnya di BEI, yaitu:

    1. PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK)
      • Bergerak di bidang alat kesehatan
      • Menghimpun dana Rp104,3 miliar
    2. PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG)
      • Perusahaan logistik
      • Meraih dana Rp140,8 miliar
    3. PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI)
      • Fokus pada pendidikan dan pengembangan diri
      • Menggalang dana Rp30 miliar
    4. PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI)
      • Bidang telekomunikasi dan konsultasi manajemen B2B
      • Menghimpun dana Rp208,8 miliar

    Pencatatan instrumen pendanaan juga tetap berlangsung aktif di hari yang sama dengan:

    • Sukuk Wakalah dari Metro Healthcare
    • Obligasi RMK Energy
    • Obligasi dari Pyridam Farma

    Kesimpulan: BEI Makin Dilirik sebagai Sarana Pendanaan Korporasi

    Tren pencatatan yang padat dan beragam ini menunjukkan bahwa Bursa Efek Indonesia berhasil menjaga kepercayaan pasar serta memperkuat peran strategisnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

    Dengan semakin banyak perusahaan dari berbagai sektor yang bergabung ke lantai bursa, BEI menjadi simbol dinamika ekonomi yang sehat, inklusif, dan kompetitif.

    Jumat Jadi Penutup Pekan yang Kuat, Total Emisi Obligasi & Sukuk di BEI Tembus Rp125 Triliun

    Jumat, 11 Juli 2025 menutup pekan perdagangan dengan dua pencatatan penting di Bursa Efek Indonesia (BEI):

    • Obligasi BRI Finance
    • Obligasi Daaz Bara Lestari

    Dengan tambahan ini, total emisi obligasi dan sukuk sepanjang 2025 telah mencapai:

    • 112 emisi
    • Diterbitkan oleh 64 emiten
    • Total nilai emisi mencapai Rp125,11 triliun

    Angka ini mencerminkan optimisme dan kepercayaan tinggi pelaku pasar terhadap pasar modal Indonesia sebagai sumber pendanaan jangka panjang.

  • Pasar Saham Eropa Melemah, Kekhawatiran Tarif Baru dari AS Jadi Pemicu

    Pasar Saham Eropa Melemah, Kekhawatiran Tarif Baru dari AS Jadi Pemicu

    Serratalhadafc.com – Pasar saham Eropa ditutup melemah menjelang akhir pekan, dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat (AS) terhadap Uni Eropa. Hingga kini, pelaku pasar masih menantikan kepastian dari Gedung Putih terkait surat resmi yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.

    Dilansir dari Anugerahslot CNBC, Sabtu (12/7/2025), indeks Stoxx Europe 600 mengalami penurunan sebesar 1,1%. Indeks-indeks utama lainnya juga mencatat pelemahan serupa: DAX Jerman dan CAC 40 Prancis masing-masing turun sekitar 0,9%, sementara FTSE 100 Inggris ikut terkoreksi sebesar 0,4%.

    Situasi ini terjadi di tengah sinyal kebijakan ekonomi yang bertolak belakang dari Amerika Serikat. Risalah pertemuan Federal Reserve (The Fed) bulan Juni menunjukkan bahwa mayoritas anggota dewan membuka kemungkinan untuk menurunkan suku bunga pada tahun ini—yang sempat menumbuhkan harapan pasar akan pelonggaran moneter.

    Namun demikian, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memberikan pandangan berbeda. Dalam pernyataannya saat menghadiri acara di Departemen Luar Negeri Irlandia pada Kamis lalu, Dimon memperingatkan bahwa risiko kenaikan suku bunga justru lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh banyak investor.

    “Pasar memperkirakan peluang kenaikan suku bunga sebesar 20%, tapi menurut saya angkanya lebih dekat ke 40-50%. Ini alasan yang cukup kuat untuk waspada,” ungkap Dimon.

    Ia juga menambahkan bahwa inflasi berpotensi kembali menjadi ancaman serius bagi perekonomian AS jika tidak ditangani dengan hati-hati.

    Sentimen Pasar Global Tertekan, Tarif Baru AS Picu Kekhawatiran Investor

    Sentimen pasar global kembali goyah setelah muncul kabar bahwa Amerika Serikat (AS) akan memberlakukan tarif impor sebesar 35% terhadap Kanada. Kebijakan ini menambah daftar panjang langkah proteksionis AS, menyusul tarif 25% terhadap Jepang, serta 50% untuk Brasil dan seluruh impor tembaga—angka yang jauh melebihi perkiraan para pelaku pasar.

    Dampaknya langsung terasa di pasar keuangan. Pada perdagangan siang di London, indeks Stoxx 600 mencatat penurunan hampir 1%. Sementara itu, kontrak berjangka untuk indeks Dow Jones Industrial Average di AS juga terkoreksi sebesar 0,7%, menandakan perubahan tajam dalam sentimen setelah euforia sebelumnya.

    Padahal, hanya sehari sebelumnya, bursa saham di Inggris dan Wall Street sempat mencatatkan rekor tertinggi, didorong oleh optimisme investor terhadap prospek ekonomi global dan kemungkinan pelonggaran suku bunga oleh The Fed.

    Namun, minimnya kemajuan dalam perundingan perdagangan antara Uni Eropa dan AS turut memperburuk suasana. Ketidakpastian yang terus berlanjut membuat investor mulai menahan diri menjelang musim panas yang penuh spekulasi.

    “Entah ini hanya jeda sejenak atau peringatan bagi investor soal risiko yang membayangi, yang pasti ketidakpastian belum akan berakhir,” tulis Dan Coatsworth, analis investasi dari AJ Bell, dalam catatannya.

    Kondisi ini menjadi sinyal bahwa pasar global masih sangat sensitif terhadap perkembangan kebijakan dagang, terutama dari AS, yang terus mengedepankan pendekatan proteksionis dalam menghadapi mitra dagangnya.

    Tekanan Global

    Ia menambahkan bahwa fokus pasar kini mulai bergeser menuju musim laporan keuangan kuartalan, yang akan diawali oleh sejumlah bank besar di Amerika Serikat.

    Kinerja perusahaan-perusahaan tersebut dianggap sebagai indikator penting untuk menilai sejauh mana dunia usaha mampu bertahan dan beradaptasi menghadapi tekanan global yang semakin rumit.

  • Pasar Saham Asia-Pasifik Bergerak Variatif Usai Trump Tegaskan Kebijakan Tarif Baru

    Pasar Saham Asia-Pasifik Bergerak Variatif Usai Trump Tegaskan Kebijakan Tarif Baru

    Serratalhadafc.com – Perdagangan saham di kawasan Asia-Pasifik menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada hari Rabu (9/7/2025), menyusul pernyataan tegas Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa batas waktu pemberlakuan tarif impor tidak akan diperpanjang. Kebijakan ini dijadwalkan mulai berlaku efektif pada 1 Agustus 2025.

    Dalam pernyataan terbaru kepada Anugerahslot Finance Selasa waktu setempat. Trump juga mengumumkan kenaikan bea masuk sebesar 50% untuk impor tembaga. Ia menambahkan bahwa tarif tambahan lainnya akan segera diumumkan, kemungkinan diperinci berdasarkan sektor industri tertentu.

    Tak hanya itu, Trump turut menyampaikan ancaman untuk memberlakukan tarif hingga 200% terhadap ekspor produk farmasi ke AS. Namun, ia memberikan sinyal bahwa kebijakan ini tidak akan diterapkan dalam waktu dekat, melainkan akan diberi masa transisi antara satu hingga satu setengah tahun.

    Kebijakan-kebijakan perdagangan ini memicu reaksi pasar yang beragam di kawasan Asia-Pasifik, seiring para pelaku pasar mencerna dampaknya terhadap perdagangan global dan rantai pasok internasional.

    Pasar Asia-Pasifik Bergerak Variatif di Awal Perdagangan Rabu

    Pasar saham di kawasan Asia-Pasifik dibuka dengan pergerakan yang beragam pada Rabu pagi (9/7/2025), mencerminkan kehati-hatian investor di tengah ketidakpastian kebijakan global.

    Mengutip CNBC, hingga pukul 08.11 waktu Singapura, indeks utama di Jepang menunjukkan penguatan. Indeks Nikkei 225 naik sebesar 0,33%, sementara indeks Topix yang mencerminkan kinerja pasar yang lebih luas, menguat 0,17%.

    Di Korea Selatan, pergerakan indeks Kospi relatif stabil tanpa banyak perubahan. Namun, indeks Kosdaq yang berisi saham-saham berkapitalisasi kecil mencatat kenaikan sebesar 0,29%.

    Sementara itu, di Australia, indeks S&P/ASX 200 justru melemah, turun sebesar 0,26%, menandakan tekanan di sektor pasar saham domestik di tengah sentimen global yang fluktuatif.

    Pergerakan beragam ini mencerminkan reaksi pasar yang hati-hati terhadap kebijakan ekonomi terbaru, termasuk ketegangan dagang yang meningkat dan arah kebijakan suku bunga global.

    Pasar Asia-Pasifik Diprediksi Bergerak Variatif, Investor Waspadai Tarif Trump dan Data Ekonomi Tiongkok

    Pasar saham Asia-Pasifik diperkirakan akan dibuka bervariasi pada hari Rabu (9/7/2025) menyusul pernyataan terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menegaskan bahwa tidak akan ada perpanjangan tenggat waktu atas pemberlakuan tarif impor baru yang mulai berlaku pada 1 Agustus mendatang.

    Tarif Tambahan dan Ancaman Baru dari Trump

    Pada Selasa waktu setempat, Trump mengumumkan kenaikan tarif impor sebesar 50% untuk komoditas tembaga. Ia juga menyampaikan bahwa tarif tambahan yang lebih spesifik berdasarkan sektor akan segera diumumkan dalam waktu dekat.

    Lebih jauh, Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 200% terhadap produk farmasi yang diimpor ke AS. Namun, kebijakan ini masih akan diberi masa transisi sekitar satu hingga satu setengah tahun sebelum diberlakukan penuh.

    Pernyataan tersebut menjadi perhatian utama para investor global karena berpotensi memicu gelombang ketidakpastian baru dalam perdagangan internasional, serta dapat berdampak luas pada berbagai sektor industri.

    Fokus Investor: Data Ekonomi dari Tiongkok

    Di samping isu tarif, para pelaku pasar juga akan memantau rilis data ekonomi penting dari Tiongkok, khususnya:

    • Indeks Harga Produsen (PPI) untuk bulan Juni, yang diperkirakan oleh ekonom (survei Reuters) akan terkontraksi 3,2% secara tahunan, sedikit membaik dibandingkan penurunan 3,3% pada Mei.
    • Inflasi Harga Konsumen (CPI) diperkirakan tetap datar secara tahunan, setelah mencatat deflasi sebesar 0,1% pada bulan sebelumnya.

    Data tersebut akan menjadi indikator penting bagi investor untuk membaca arah pemulihan ekonomi Tiongkok dan dampaknya terhadap prospek pertumbuhan kawasan Asia-Pasifik.

    Kesimpulan:
    Ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan AS dan rilis data ekonomi Tiongkok akan menjadi dua faktor utama yang memengaruhi sentimen pasar hari ini. Investor di Asia-Pasifik diharapkan tetap waspada terhadap dinamika global yang cepat berubah.

    Perkiraan Pembukaan Pasar Saham Global: Nikkei dan Hang Seng Menguat, ASX 200 Diperkirakan Melemah

    Indeks acuan Nikkei 225 Jepang diprediksi akan dibuka lebih tinggi pada perdagangan Rabu (9/7/2025). Data kontrak berjangka di Chicago menunjukkan level 40.055, sementara kontrak di Osaka terakhir diperdagangkan pada 39.820, naik dibandingkan penutupan Selasa di angka 39.688,81.

    Sementara itu, kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng Hong Kong berada di level 24.102, yang mengindikasikan pembukaan lebih kuat meskipun sedikit di bawah penutupan terakhir di 24.148,07.

    Di Australia, indeks S&P/ASX 200 diperkirakan akan mengalami penurunan di pembukaan pasar dengan kontrak berjangka pada level 8.571, lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya di 8.590,70.

    Di sisi lain, di Amerika Serikat, kontrak berjangka saham menunjukkan pergerakan yang relatif stabil menjelang pembukaan pasar Asia, dengan investor masih mencermati perkembangan terkait kebijakan tarif impor dari Presiden Donald Trump.

    Pada penutupan Selasa malam di Wall Street, dua dari tiga indeks utama ditutup mendekati level datar.

    • Indeks S&P 500 turun tipis sebesar 0,07% menjadi 6.225,52.
    • Nasdaq Composite justru menguat sedikit 0,03% ke level 20.418,46.
    • Sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 165,60 poin atau 0,37% menjadi 44.240,76.

    Pergerakan ini mencerminkan sikap waspada pelaku pasar menghadapi ketidakpastian dari kebijakan perdagangan AS dan data ekonomi global.

  • Bursa Asia Menguat Meski Trump Umumkan Tarif Baru untuk Sejumlah Negara

    Bursa Asia Menguat Meski Trump Umumkan Tarif Baru untuk Sejumlah Negara

    Serratalhadafc.com – Sebagian besar bursa saham di kawasan Asia dan Pasifik mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa (8/7/2025), meskipun pasar global dikejutkan oleh pengumuman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait pemberlakuan tarif impor baru terhadap sejumlah negara mitra dagang utama, termasuk di Asia.

    Melalui surat yang diunggah di akun Anugerahslot Truth Social-nya, Trump menyampaikan bahwa mulai 1 Agustus 2025, barang-barang yang diimpor ke AS dari Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, dan Tunisia akan dikenakan tarif sebesar 25%.

    Tidak hanya itu, tarif impor lebih tinggi juga akan diberlakukan untuk beberapa negara Asia lainnya:

    • Indonesia: 32%
    • Bangladesh: 35%
    • Kamboja dan Thailand: 36%
    • Laos dan Myanmar: 40%

    Kebijakan ini berpotensi memicu ketegangan dagang baru, namun sejauh ini pasar tampaknya masih merespons dengan tenang.

    Kinerja Bursa Asia

    Hong Kong: Kontrak berjangka indeks Hang Seng diperdagangkan pada level 23.886, sedikit lebih rendah dibandingkan penutupan terakhir di angka 23.887,83, mengindikasikan pembukaan yang cenderung melemah.

    Jepang: Indeks acuan Nikkei 225 naik 0,36% di awal perdagangan, sementara indeks Topix yang mencerminkan performa lebih luas naik 0,31%.

    Korea Selatan: Indeks Kospi mencatat kenaikan 0,44%, sedangkan indeks saham berkapitalisasi kecil, Kosdaq, turut menguat 0,19%.

    Australia: Berbeda dengan bursa Asia lainnya, indeks acuan S&P/ASX 200 justru mengalami penurunan 0,44%. Pasar di Australia tengah menantikan keputusan dari Reserve Bank of Australia (RBA), yang diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,6% dalam pertemuan kebijakan yang berakhir besok.

    Meskipun tekanan tarif dari AS menimbulkan kekhawatiran, pelaku pasar tampaknya tetap optimistis terhadap prospek ekonomi regional, setidaknya dalam jangka pendek. Namun, investor akan terus memantau perkembangan kebijakan dagang lebih lanjut serta respons dari negara-negara yang terdampak.

    Wall Street Tertekan Setelah Pengumuman Kenaikan Tarif Impor oleh Presiden Trump

    Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street mengalami tekanan signifikan pada penutupan perdagangan Senin (7/7/2025). Penurunan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump membocorkan sejumlah surat resmi yang berisi pengumuman kenaikan tarif impor terhadap beberapa negara mitra dagang utama.

    Mengutip CNBC pada Selasa (8/7/2025), indeks saham acuan Dow Jones Industrial Average turun sebanyak 422,17 poin atau 0,94%, dan ditutup di level 44.406,36. Sementara itu, indeks S&P 500 turun sebesar 0,79%, berakhir di angka 6.229,98, dan indeks teknologi Nasdaq Composite anjlok 0,92%, ditutup pada 20.412,52.

    Penutupan ketiga indeks utama ini menjadi yang terburuk sejak pertengahan Juni 2025, mencerminkan kekhawatiran investor atas dampak kebijakan tarif yang diumumkan.

    Tarif Baru Mulai Berlaku 1 Agustus

    Presiden Trump mengumumkan melalui serangkaian posting di platform Truth Social pada Senin bahwa barang impor dari setidaknya tujuh negara akan dikenakan tarif yang lebih tinggi mulai tanggal 1 Agustus 2025.

    Dalam unggahan tersebut, Trump membagikan tangkapan layar surat resmi yang ditandatanganinya, ditujukan kepada para pemimpin Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Kazakhstan, Afrika Selatan, Laos, dan Myanmar. Surat-surat ini secara resmi menetapkan tarif impor baru untuk setiap negara tersebut, menandai eskalasi kebijakan proteksionis AS yang berdampak langsung pada hubungan perdagangan global.

    Kebijakan tarif ini menimbulkan ketidakpastian di pasar global, mendorong investor untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Para analis memperingatkan bahwa langkah ini bisa memperpanjang ketegangan dagang dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global dalam beberapa bulan ke depan.

    Saham Otomotif dan Teknologi Tertekan Usai Pengumuman Tarif Trump, Kekhawatiran Perdagangan Meningkat

    Saham-saham perusahaan besar terdampak langsung dari pengumuman tarif impor Presiden Donald Trump. Saham Toyota Motor turun tajam sebesar 4%, sementara Honda Motor anjlok 3,9%. Di sektor teknologi, saham Nvidia sedikit menurun, sedangkan saham Apple dan Alphabet turun lebih dari 1%. Selain itu, saham AMD juga merosot lebih dari 2%.

    Pengumuman ini menjadi yang pertama dari beberapa pengumuman kebijakan perdagangan yang akan diluncurkan oleh Trump dalam beberapa hari mendatang.

    Menteri Keuangan, Scott Bessent, menyatakan dalam program Squawk Box CNBC pada Senin bahwa selama 48 jam ke depan, akan ada beberapa pengumuman terkait kebijakan perdagangan. Ia menambahkan, “Ini akan menjadi beberapa hari yang sibuk.”

    Selain itu, ketegangan perdagangan semakin meningkat setelah Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% terhadap negara-negara yang mendukung apa yang disebutnya sebagai “kebijakan Anti-Amerika BRICS.” Kelompok BRICS ini terdiri dari negara-negara pasar berkembang seperti Brasil, Rusia, India, dan Cina.

    Kebijakan ini memicu kekhawatiran investor mengenai eskalasi perang dagang yang dapat berdampak pada stabilitas pasar global dalam waktu dekat.

  • Investor Pantau Batas Waktu Tarif AS, Pasar Bersiap Hadapi Dampaknya

    Investor Pantau Batas Waktu Tarif AS, Pasar Bersiap Hadapi Dampaknya

    Serratalhadafc.com – Para investor global tengah mencermati perkembangan kebijakan tarif dari Washington, seiring berakhirnya masa penangguhan sementara atas pungutan impor. Jika batas waktu tersebut lewat pada Rabu tanpa munculnya eskalasi ketegangan dagang, hal ini berpotensi memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan.

    Dilansir dari Channel Anugerahslot Asia, Minggu (6/7/2025), para negosiator Amerika Serikat (AS) saat ini tengah berpacu dengan waktu untuk mencapai kesepakatan dagang dengan lebih dari selusin mitra utama sebelum tenggat 9 Juli. Langkah ini dilakukan guna menghindari kenaikan tarif lebih tinggi yang telah lama diisyaratkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

    Trump dalam beberapa hari terakhir terus meningkatkan tekanan terhadap mitra dagang. Pada Rabu lalu, ia mengumumkan kesepakatan baru dengan Vietnam yang akan mengenakan tarif sekitar 20 persen lebih rendah dari sebelumnya terhadap sejumlah ekspor utama negara tersebut. Sementara itu, pembicaraan dengan India menunjukkan kemajuan, tetapi dialog dagang dengan Jepang—sekutu dekat AS sekaligus mitra dagang terbesar keenam—masih menghadapi hambatan.

    Di tengah dinamika kebijakan tersebut, pasar saham AS justru menunjukkan performa impresif. Setelah sempat terpukul akibat pengumuman tarif Trump pada awal April, indeks S&P 500 berhasil mencatatkan kenaikan sekitar 26% sejak titik terendahnya pada 8 April. Kinerja ini didorong oleh hasil keuangan perusahaan yang solid serta ketahanan ekonomi AS di tengah perubahan kebijakan yang cukup drastis.

    Namun, lonjakan ini lebih banyak digerakkan oleh investor ritel dan program pembelian kembali saham oleh korporasi, bukan oleh investor institusi. Bahkan, meskipun S&P 500 mencetak rekor baru, menurut estimasi Deutsche Bank, minat investor terhadap saham secara umum masih belum pulih sepenuhnya ke level sebelum Februari.

    Lisa Shalett, Chief Investment Officer Morgan Stanley Wealth Management, menyebut reli ini sebagai “reli yang rapuh dan sarat spekulasi”, mengingat fondasi utamanya bukan berasal dari partisipasi institusi besar atau arus modal kuat yang konsisten.

    Dengan waktu yang terus berjalan menuju tenggat tarif, pasar kini menanti apakah diplomasi dagang AS akan menghasilkan kesepakatan konkret atau justru memicu ketegangan baru yang berisiko mengguncang kembali stabilitas ekonomi global.

    Investor Tetap Waspada Meski Ketegangan Tarif Mereda, Reli Pasar Dinilai Didominasi Sektor Ritel

    Dalam sepekan terakhir, lonjakan pasar saham AS dinilai lebih banyak digerakkan oleh aktivitas investor ritel ketimbang lembaga keuangan besar. “Menurut saya, pergerakan ini sebagian besar didorong oleh sektor ritel. Sementara posisi lembaga masih cenderung netral,” ujar seorang analis pasar.

    Kondisi ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar. Para analis mencatat bahwa meskipun tidak ada lonjakan besar dalam ketegangan tarif baru-baru ini, investor tetap waspada terhadap sejumlah risiko seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan tingginya valuasi saham yang sudah melampaui rata-rata historis.

    Namun, di tengah kekhawatiran itu, ada harapan bahwa berlalunya batas waktu tarif pada Rabu mendatang tanpa adanya eskalasi berarti bisa menjadi sinyal positif bagi pasar dalam jangka pendek.

    “Saya rasa yang terjadi saat ini lebih banyak ancaman dan gertakan politik. Saya tidak melihat itu sebagai sesuatu yang membahayakan pasar secara signifikan,” ujar Irene Tunkel, Chief US Equities Strategist di BCA Research.

    Meski begitu, para investor juga tidak menaruh ekspektasi berlebihan. Mereka tidak melihat batas waktu tarif ini sebagai solusi permanen atas ketegangan dagang antara AS dan mitra-mitra globalnya.

    “Saya pribadi tidak melihat ini sebagai tenggat yang benar-benar tegas,” ucap Julian McManus, Portfolio Manager di Janus Henderson Investors.

    Ia menjelaskan bahwa penangguhan tarif selama 90 hari sebelumnya diberikan karena pasar sedang dalam kondisi tertekan, dan pemerintah membutuhkan waktu untuk menenangkan situasi sekaligus membuka ruang negosiasi baru. “Ini sebenarnya hanya waktu tambahan untuk mencoba mencari titik temu atau solusi jangka menengah,” katanya.

    Secara keseluruhan, meski situasi terlihat lebih tenang, dinamika pasar global masih sangat bergantung pada perkembangan kebijakan perdagangan AS dalam beberapa hari mendatang.

    Investor Masih Hati-Hati, Tapi Potensi Kenaikan Pasar Saham Masih Terbuka Lebar

    Strategis Deutsche Bank, Parag Thatte, mengungkapkan bahwa sikap hati-hati investor dalam menambah eksposur saham saat ini mengingatkan pada kondisi setelah koreksi pasar akibat pandemi pada Maret 2020. Kala itu, alokasi dana untuk saham kembali meningkat, namun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan pemulihan indeks pasar utama.

    “Ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk peningkatan eksposur saham, yang bisa menjadi sinyal positif bagi pasar jika semua kondisi tetap stabil,” jelas Thatte.

    Sementara itu, berdasarkan analisis Reuters terhadap data LSEG, setelah melalui semester pertama yang penuh gejolak, indeks S&P 500 kini memasuki periode yang secara historis kuat. Selama 20 tahun terakhir, bulan Juli tercatat sebagai bulan terbaik untuk indeks ini, dengan rata-rata pengembalian sebesar 2,5%.

    Ke depan, perhatian investor akan tertuju pada rilis data ekonomi penting, terutama laporan inflasi dan hasil kinerja kuartal kedua perusahaan. Data tersebut akan menjadi indikator utama bagi pelaku pasar untuk menilai kesehatan ekonomi AS serta kemungkinan arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve.

    “Kita berada di titik kritis di mana para investor institusi harus menentukan sikap—apakah mereka akan percaya pada reli pasar ini atau justru mengambil langkah sebaliknya,” ujar Lisa Shalett, Chief Investment Officer Morgan Stanley Wealth Management.

  • Tekanan Ekonomi Ubah Strategi Keuangan Masyarakat Indonesia, Kripto Makin Dilirik

    Tekanan Ekonomi Ubah Strategi Keuangan Masyarakat Indonesia, Kripto Makin Dilirik

    Serratalhadafc.com – Tekanan ekonomi yang terus meningkat mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan penyesuaian besar dalam pengelolaan keuangan mereka. Kenaikan biaya hidup yang berkelanjutan membuat banyak individu mulai meninjau ulang kebiasaan dalam menabung, berutang, hingga berinvestasi.

    Berdasarkan laporan terbaru dari Anugerahslot Finance, masyarakat Indonesia kini cenderung lebih hati-hati dan cermat dalam mengambil keputusan finansial. Mereka juga semakin melek terhadap teknologi digital, serta aktif mencari alternatif investasi yang dinilai lebih stabil dan menguntungkan di tengah ketidakpastian ekonomi.

    Salah satu pilihan investasi yang masih menjadi primadona adalah emas, namun kini muncul tren peningkatan minat terhadap aset kripto. Tren ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Consensys dan YouGov pada 2024, yang menunjukkan tingginya keterbukaan masyarakat Indonesia terhadap mata uang digital, terutama di kalangan generasi muda.

    Survei yang melibatkan 1.041 responden berusia 18 hingga 65 tahun itu juga mencatat menurunnya tingkat kepercayaan terhadap layanan keuangan konvensional, serta meningkatnya keyakinan bahwa kripto bisa menjadi alternatif yang relevan dan prospektif.

    CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, mengungkapkan bahwa perubahan kondisi ekonomi telah mendorong masyarakat menjadi lebih proaktif dalam mengatur keuangan pribadi. Menurutnya, masyarakat tak lagi hanya bergantung pada tabungan konvensional, tetapi mulai mengeksplorasi instrumen yang memiliki potensi pertumbuhan nilai dalam jangka panjang.

    “Kami melihat adanya pergeseran pola pikir keuangan. Di tengah tekanan biaya hidup, masyarakat semakin berupaya mengembangkan aset, bukan hanya menyimpannya. Ini adalah momentum penting untuk memperkuat edukasi finansial dan literasi investasi, termasuk pemahaman tentang kripto,” ujar Calvin dalam keterangan resminya, Jumat (4/7/2025).

    Fenomena ini menandai transformasi perilaku finansial masyarakat Indonesia, yang tidak hanya menyesuaikan diri dengan tantangan ekonomi, tetapi juga terbuka terhadap inovasi keuangan yang lebih modern. Dengan edukasi yang tepat, langkah ini dapat menjadi peluang untuk meningkatkan ketahanan finansial individu dan keluarga di masa depan.

    Aset Digital Jadi Pilihan, Bitcoin Bukan Sekadar Zero-sum Game

    Di tengah tekanan ekonomi yang belum mereda, masyarakat Indonesia terus mencari cara untuk menjaga dan menumbuhkan nilai kekayaan mereka. Salah satu alternatif yang kini semakin dipertimbangkan adalah aset digital seperti kripto. Selain mudah diakses, kripto juga menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik.

    “Situasi ekonomi saat ini membuat masyarakat mencari alternatif yang bisa membantu mereka menjaga dan menumbuhkan nilai kekayaan. Aset digital seperti kripto menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan karena bisa diakses lebih luas dan menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik,” ujar CEO Tokocrypto, Calvin Kizana.

    Bitcoin, Zero-sum atau Positive-sum?

    Seiring meningkatnya adopsi kripto dalam strategi keuangan masyarakat, muncul kembali perdebatan tentang peran Bitcoin dalam sistem ekonomi global. Di media sosial, sebagian pihak menyebut Bitcoin sebagai zero-sum game—di mana keuntungan satu pihak dianggap setara dengan kerugian pihak lain.

    Namun, menurut Calvin, anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat. Ia menekankan bahwa Bitcoin dan ekosistem kripto bukanlah zero-sum game, melainkan positive-sum game. Artinya, semua pihak bisa mendapatkan manfaat melalui partisipasi, kolaborasi, dan inovasi yang terus berkembang dalam ruang terbuka.

    “Bitcoin bukan zero-sum game karena nilainya tidak hanya datang dari spekulasi, tapi dari kepercayaan, adopsi teknologi, dan fungsinya sebagai alternatif sistem keuangan,” jelasnya. “Dalam zero-sum, tidak ada penciptaan nilai. Tapi di kripto, ada inovasi, infrastruktur, edukasi, dan inklusi yang terus berkembang.”

    Inovasi dan Inklusi Jadi Kunci

    Ekosistem kripto, menurut Calvin, terus berkembang bukan hanya sebagai tempat jual-beli aset digital, melainkan juga sebagai wadah inovasi teknologi finansial. Teknologi blockchain, aplikasi terdesentralisasi (dApps), hingga platform DeFi (decentralized finance) telah melahirkan nilai baru dan membuka akses keuangan yang lebih inklusif, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak terjangkau oleh sistem keuangan tradisional.

    Dengan edukasi finansial yang terus ditingkatkan, masyarakat semakin mampu membuat keputusan yang cerdas dalam memilih instrumen keuangan, termasuk kripto.

    Bitcoin Bukan Sekadar Investasi, Tapi Jalan Menuju Inovasi Finansial

    CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menegaskan bahwa pertumbuhan nilai dalam dunia kripto tidak semata berasal dari aktivitas jual-beli semata, melainkan dari kontribusi kolektif seluruh elemen dalam ekosistem blockchain. Mulai dari pengguna, pengembang, hingga institusi, semuanya berperan dalam menciptakan solusi berbasis teknologi yang mendorong kemajuan sistem keuangan digital.

    “Bitcoin menjadi bagian dari sistem keuangan digital yang bersifat positive-sum. Semakin banyak yang terlibat, semakin besar nilai yang bisa diciptakan bersama,” jelas Calvin.

    Lebih dari Sekadar Investasi

    Calvin juga menekankan bahwa kripto bukan hanya tentang potensi keuntungan finansial, tetapi lebih luas lagi mencakup pengembangan teknologi, edukasi keuangan digital, dan adopsi sistem DeFi (decentralized finance). Semua ini membuka akses lebih merata terhadap layanan keuangan, terutama bagi masyarakat yang sebelumnya tidak tersentuh oleh sistem tradisional.

    “Ekosistem kripto membuka peluang yang luas—bukan cuma dari sisi investasi, tapi juga edukasi dan inovasi,” tambahnya.

    Pentingnya Pemahaman Prinsip, Bukan Sekadar Kepemilikan

    Calvin mengajak masyarakat untuk tidak hanya sekadar membeli aset kripto, tapi juga memahami filosofi dan prinsip dasar teknologi ini. Menurutnya, kripto adalah alat (tools) yang bisa memberi manfaat besar jika digunakan dengan bijak dan tepat.

    “Yang paling penting bukan hanya membeli kripto, tapi memahami prinsipnya. Kripto itu alat. Jika dipakai dengan bijak, ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal menciptakan nilai baru,” tutup Calvin.

  • Saham Energi Terbarukan di AS Melonjak Usai Senat Hapus Ketentuan Pajak Proyek Hijau

    Saham Energi Terbarukan di AS Melonjak Usai Senat Hapus Ketentuan Pajak Proyek Hijau

    Serratalhadafc.com – Harga saham perusahaan sektor energi terbarukan di Amerika Serikat mengalami kenaikan signifikan setelah Senat AS memutuskan untuk menghapus ketentuan pajak terhadap proyek-proyek energi surya dan angin dalam revisi One Big Beautiful Bill Act (OBBBA). Keputusan ini menjadi kabar baik bagi para pelaku industri yang sebelumnya khawatir akan dampak negatif dari beban pajak tambahan.

    Dilansir Anugerahslot International, Kamis (3/7/2025), dalam perdagangan Selasa waktu setempat, sejumlah saham energi hijau mencatatkan penguatan. Saham NextEra Energy, pengembang energi terbarukan terbesar di AS, naik sekitar 5 persen. Sementara itu, saham AES Corporation, perusahaan penyedia energi hijau lainnya, menguat sekitar 2 persen.

    Tak hanya itu, dana indeks berbasis energi bersih juga mengalami lonjakan. Invesco Solar ETF (TAN) tercatat naik 2,9 persen, sedangkan iShares Global Clean Energy ETF (ICLN) naik sebesar 0,8 persen.

    Kenaikan ini dipicu oleh pencabutan rencana pajak yang awalnya ditujukan untuk proyek-proyek yang menggunakan komponen dari “foreign entities of concern”—istilah yang umum diartikan merujuk pada pemasok asal Tiongkok. Pajak tersebut sempat menuai protes karena dinilai berpotensi membebani proyek-proyek energi bersih secara signifikan.

    Menurut American Clean Power Association (ACP), jika diterapkan, kebijakan tersebut dapat menambah beban industri hingga USD 7 miliar, atau setara dengan sekitar Rp 113,4 triliun (berdasarkan asumsi kurs Rp 16.203 per dolar AS). Namun, setelah menerima kritik dari berbagai pihak, ketentuan pajak tersebut akhirnya dihapus dari versi rancangan undang-undang yang disahkan Senat. Informasi ini dikonfirmasi oleh ACP serta Solar Energy Industries Association (SEIA).

    RUU Versi Senat Hapus Insentif Pajak Energi Bersih, Tapi Beri Kelonggaran Masa Transisi

    Meski Senat Amerika Serikat telah mencabut ketentuan pajak tambahan untuk proyek energi surya dan angin, versi terbaru dari One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) tetap menghapus dua insentif penting dalam sektor energi terbarukan: investment tax credit (ITC) dan production tax credit (PTC). Kedua insentif ini selama bertahun-tahun menjadi pendorong utama dalam ekspansi energi bersih di AS.

    Namun, tidak seperti rancangan awal yang lebih ketat, versi terbaru dari Senat memberikan masa transisi yang lebih longgar. Menurut keterangan dari American Clean Power Association (ACP), proyek-proyek yang mulai dibangun dalam waktu 12 bulan setelah RUU disahkan masih dapat menerima insentif penuh dari ITC maupun PTC.

    Adapun proyek yang dimulai lebih dari 12 bulan setelah pengesahan undang-undang tetap memiliki peluang untuk mendapatkan kredit pajak, asalkan dapat mulai beroperasi sebelum akhir tahun 2027.

    Saham Energi Terbarukan Berfluktuasi Usai RUU Pajak Direvisi, Pasar Tetap Waspada

    Pasar saham bereaksi cukup positif terhadap revisi One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) versi Senat AS yang menghapus ketentuan pajak terhadap proyek tenaga surya dan angin. Sejumlah saham perusahaan energi terbarukan melonjak tajam, mencerminkan optimisme investor atas pengurangan beban regulasi.

    Saham Array Technologies dan Nextracker, dua produsen sistem pelacak panel surya, masing-masing mengalami kenaikan lebih dari 12 persen dan 5 persen. Sementara itu, Sunrun, perusahaan pemasang panel surya untuk sektor perumahan, turut melonjak lebih dari 10 persen. Kenaikan juga terjadi pada produsen inverter seperti SolarEdge dan Enphase, yang masing-masing mencatat penguatan sekitar 7 persen dan 3 persen.

    Namun tidak semua emiten menikmati penguatan. Saham First Solar, produsen panel surya terbesar di Amerika Serikat, justru turun lebih dari 1 persen. Penurunan ini disebabkan kekhawatiran pasar atas potensi persaingan harga yang semakin ketat, seiring dihapuskannya hambatan pajak terhadap komponen impor.

    Kekhawatiran Masih Mengemuka

    Meski penghapusan pajak dianggap sebagai langkah positif, sejumlah kalangan tetap menyampaikan keprihatinan terhadap dampak keseluruhan dari isi RUU tersebut. Solar Energy Industries Association (SEIA) menilai revisi yang dilakukan oleh Senat hanya bersifat terbatas dan belum cukup melindungi sektor energi bersih secara menyeluruh.

    “Undang-undang ini merusak pondasi kebangkitan manufaktur Amerika dan kepemimpinan energi global. Jika RUU ini disahkan, keluarga akan menghadapi tagihan listrik yang lebih tinggi, pabrik akan tutup, orang Amerika akan kehilangan pekerjaan, dan jaringan listrik kita akan melemah,” tegas CEO SEIA, Abigail Ross Hopper.

    Proses Legislasi Masih Berlanjut

    Saat ini, RUU OBBBA masih dalam tahap pembahasan di Dewan Perwakilan AS. Pelaku industri dan investor akan terus memantau arah pembahasan kebijakan ini, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap masa depan energi bersih di Amerika Serikat.

  • IHSG Melemah, Investor Asing Lepas Saham Senilai Rp 1,22 Triliun

    IHSG Melemah, Investor Asing Lepas Saham Senilai Rp 1,22 Triliun

    Serratalhadafc.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan pada perdagangan Rabu, 2 Juli 2025. IHSG harus meninggalkan level psikologis 6.900 akibat tekanan aksi jual dari investor asing yang mencapai Rp 1,22 triliun.

    Berdasarkan data Anugerahslot finance di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Kamis, 3 Juli 2025, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.905,36 dan terendah di 6.838,40. Total volume perdagangan mencapai 24,19 miliar saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp 10,98 triliun dan frekuensi perdagangan sebanyak 1,08 juta kali.

    Seiring dengan pelemahan IHSG, kapitalisasi pasar juga ikut turun menjadi Rp 12.103 triliun. Tekanan jual dari investor asing menjadi salah satu faktor utama penurunan ini. Sepanjang tahun 2025, total net sell asing tercatat sebesar Rp 55,49 triliun.

    Pada perdagangan Rabu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas asing, dengan nilai penjualan mencapai Rp 167,73 miliar. Diikuti oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 97,50 miliar dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) senilai Rp 82,11 miliar.

    Daftar 10 Saham Teratas yang Dilepas Investor Asing (2 Juli 2025):

    1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) – Rp 167,73 miliar
    2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) – Rp 97,50 miliar
    3. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) – Rp 82,11 miliar
    4. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) – Rp 61,50 miliar
    5. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) – Rp 30,12 miliar
    6. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) – Rp 29,94 miliar
    7. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) – Rp 29,68 miliar
    8. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) – Rp 24,82 miliar
    9. PT Alamtri Resources Tbk (ADRO) – Rp 24,68 miliar
    10. PT United Tractors Tbk (UNTR) – Rp 22,15 miliar

    Di sisi lain, investor asing juga melakukan aksi beli terhadap sejumlah saham. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan pembelian terbesar dengan nilai Rp 131,31 miliar, disusul PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).

    Daftar 10 Saham Teratas yang Dibeli Investor Asing (2 Juli 2025):

    1. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) – Rp 131,31 miliar
    2. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) – Rp 74,36 miliar
    3. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) – Rp 33,58 miliar
    4. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) – Rp 28,45 miliar
    5. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) – Rp 23,22 miliar
    6. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) – Rp 22,21 miliar
    7. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) – Rp 21,08 miliar
    8. PT Indosat Tbk (ISAT) – Rp 15,45 miliar
    9. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) – Rp 9,99 miliar
    10. PT Astra International Tbk (ASII) – Rp 8,55 miliar

    Pelemahan IHSG ini mencerminkan sentimen negatif pasar yang dipicu oleh arus keluar dana asing, sekaligus menjadi sinyal bagi pelaku pasar untuk mencermati arah pergerakan investor global dalam beberapa waktu ke depan.

    IHSG Ditutup Melemah, Pasar Cermati Sikap Trump terhadap The Fed

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 2 Juli 2025. Penurunan ini terjadi di tengah kehati-hatian pelaku pasar terhadap sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali melontarkan kritik terhadap kebijakan Federal Reserve (The Fed).

    IHSG ditutup turun 34,12 poin atau 0,49 persen ke level 6.881,24. Sementara itu, indeks saham LQ45 juga melemah 4,36 poin atau 0,57 persen ke posisi 766,22.

    Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyampaikan bahwa bursa saham Asia bergerak variatif pada hari itu. Para pelaku pasar mencermati pernyataan dari Presiden Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell, sembari menunggu hasil dari pertemuan Politbiro Partai Komunis China.

    Dari sisi global, perhatian investor tertuju pada surat yang dikirimkan Presiden Trump kepada Jerome Powell. Dalam surat tersebut, Trump mendesak The Fed untuk segera menurunkan suku bunga ke level yang sangat rendah. Sikap ini memperlihatkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS, terutama akibat kebijakan tarif dan tekanan perdagangan yang masih berlangsung.

    Trump juga kembali melontarkan kritik pedas melalui platform media sosial Truth Social. Ia menilai kebijakan suku bunga saat ini tidak sesuai dengan kebutuhan ekonomi AS dan menyatakan bahwa Dewan Gubernur The Fed seharusnya merasa malu atas kondisi ekonomi yang ada.

    Sentimen negatif dari luar negeri ini turut membayangi pergerakan IHSG, yang akhirnya ditutup di zona merah di tengah tekanan dari investor asing dan ketidakpastian arah kebijakan moneter global.

  • Bitcoin Tembus USD 108.400, Siap Uji Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

    Bitcoin Tembus USD 108.400, Siap Uji Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

    Serratalhadafc.com – Bitcoin (BTC) kembali mencuri perhatian dengan performa positifnya. Dalam 24 jam terakhir, aset kripto terbesar di dunia ini mencatatkan kenaikan sekitar 1,4%. Pada Senin (30/6/2025), harga Bitcoin diperdagangkan sedikit di atas USD 108.400, atau sekitar Rp1,75 miliar dengan asumsi kurs Rp16.229 per dolar AS.

    Kenaikan ini cukup signifikan karena berhasil menembus level resistance penting di USD 105.000. Level ini dianggap sebagai kunci teknikal yang bisa membuka jalan bagi pengujian ulang terhadap harga tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) dalam waktu dekat.

    Sejak awal 2025, Bitcoin telah melonjak hampir 15%, menjadikannya sebagai aset kripto dengan kinerja terbaik di antara lima besar mata uang digital global. Capaian ini terjadi meskipun pasar kripto secara umum relatif stabil, menyusul meredanya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel yang sempat memengaruhi sentimen investor.

    Dengan tren kenaikan yang konsisten dan dukungan teknikal yang kuat, para analis memperkirakan Bitcoin berpotensi melanjutkan momentum positifnya dalam beberapa pekan ke depan.

    Analis: Bitcoin Siap Uji Resistance USD 110.500, Pasar Tunjukkan Sinyal Pemulihan

    Analis Anugerahslot dari Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengungkapkan bahwa tren positif Bitcoin saat ini didorong oleh kombinasi analisis teknikal yang solid dan situasi makroekonomi yang kondusif.

    “Penembusan harga BTC di atas USD 103.000 menjadi sinyal teknikal yang kuat, apalagi disertai dengan lonjakan volume transaksi. Ini menunjukkan bahwa pasar sedang mengarah ke level resistance selanjutnya di kisaran USD 110.500 (sekitar Rp1,79 miliar),” jelas Fyqieh dalam pernyataan resminya, Senin (30/6/2025).

    Sementara itu, data dari CoinGlass mencatat bahwa aksi likuidasi terhadap posisi short BTC masih dalam batas aman. Artinya, tekanan jual tidak dominan, terutama sejak harga kembali bangkit dari titik USD 100.000 di awal pekan.

    Lebih lanjut, open interest pada kontrak berjangka Bitcoin turut mengalami peningkatan, yang mengindikasikan mulai pulihnya kepercayaan investor terhadap pasar kripto, khususnya BTC.

    RSI Menguatkan Prediksi Bullish

    Secara teknikal, pola inverse head and shoulders yang muncul pada grafik per jam memberikan sinyal positif bahwa harga Bitcoin berpotensi melonjak hingga mencapai USD 109.000. Namun, resistance utama masih berada di level USD 110.500 yang perlu diwaspadai.

    Meski optimisme terlihat, indikator RSI (Relative Strength Index) saat ini menunjukkan kondisi overbought atau jenuh beli, yang mengindikasikan potensi koreksi harga dalam jangka pendek masih terbuka.

    “Jika terjadi koreksi, level support penting berada di sekitar USD 106.000 atau pada rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 200. Namun secara keseluruhan, tren jangka pendek Bitcoin tetap bullish selama level support tersebut tidak ditembus,” tambah analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur.

    Optimisme Pasar Didorong Potensi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

    Dari sisi fundamental, pasar mendapatkan dorongan positif setelah Gubernur The Fed, Christopher Waller, menyampaikan kemungkinan penurunan suku bunga bisa terjadi lebih cepat, yaitu pada pertemuan FOMC tanggal 29–30 Juli mendatang. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang sebelumnya mengindikasikan potensi dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini.

    Secara historis, suku bunga rendah menjadi faktor yang menguntungkan bagi aset berisiko seperti kripto karena menurunkan biaya pinjaman dan mendorong investor mencari instrumen investasi dengan potensi keuntungan lebih tinggi.

    “Penurunan suku bunga akan mengurangi biaya pinjaman dan mendorong investor untuk mengalihkan dana ke aset seperti Bitcoin dan Ethereum. Ditambah lagi, dengan arus masuk yang kuat pada ETF Bitcoin spot, peluang BTC untuk kembali menguji level all-time high (ATH) di USD 111.970 (Rp1,81 miliar) menjadi semakin besar,” jelas analis dari Tokocrypto.

    Data terbaru menunjukkan bahwa ETF Bitcoin di Amerika Serikat telah menarik dana lebih dari USD 9 miliar sejak awal tahun. Produk iShares Bitcoin Trust (IBIT) yang dikelola BlackRock menjadi yang terdepan dalam arus dana ini. Bahkan, pada 22 Mei lalu, ETF Bitcoin mencatatkan arus masuk harian sebesar USD 432 juta, salah satu angka tertinggi dalam sejarah ETF kripto.

    Waspada Koreksi Jika Fed Tak Sesuai Ekspektasi

    Meski tren positif masih mendominasi, Fyqieh mengingatkan agar investor tetap berhati-hati menghadapi potensi koreksi pasar jika kebijakan suku bunga tidak sesuai ekspektasi.

    “Jika The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga sementara inflasi tetap tinggi, kita mungkin akan menyaksikan koreksi pasar dalam jangka pendek. Namun secara fundamental, prospek Bitcoin untuk jangka menengah tetap sangat optimis,” ujarnya.

    Dengan dukungan sinyal teknikal yang kuat dan kemungkinan kebijakan moneter longgar dari The Fed, pasar kini menantikan apakah Bitcoin mampu menembus rekor tertinggi sepanjang masa di USD 111.970 dan memulai fase bullish baru pada paruh kedua tahun 2025.

    Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca. Pelajari dan analisis secara mendalam sebelum membeli atau menjual aset kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas segala keuntungan maupun kerugian yang mungkin terjadi.

  • Antam Siap Jadi Pemain Utama dalam Rantai Pasok Baterai Kendaraan Listrik

    Antam Siap Jadi Pemain Utama dalam Rantai Pasok Baterai Kendaraan Listrik

    Serratalhadafc.com – Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Achmad Ardianto, menegaskan bahwa perusahaannya tidak ingin sekadar menjadi eksportir bahan mentah. Antam berambisi untuk mengambil peran strategis dalam rantai pasok global industri baterai kendaraan listrik.

    Komitmen ini tercermin dalam keterlibatan Antam dalam ekosistem pengembangan baterai kendaraan listrik nasional, melalui kolaborasi bersama Indonesia Battery Corporation (IBC), serta perusahaan global seperti CATL, Brunp, dan Lygend (CBL).

    “Kami ingin memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah, tapi juga pemain utama dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik,” ujar Ardianto dalam pernyataannya, dikutip Selasa (1/7/2025).

    Ardianto menjelaskan bahwa proyek yang sedang dibangun ini mencakup proses dari hulu ke hilir, dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan, efisiensi energi, serta penciptaan nilai tambah di dalam negeri.

    Ia juga menilai dukungan dari DPR RI terhadap agenda hilirisasi nasional merupakan sinyal penting bagi pelaku industri dan para investor. Hal ini menunjukkan bahwa proyek strategis seperti ini memiliki legitimasi politik yang kuat dan arah kebijakan yang jelas.

    Lebih lanjut, Ardianto menegaskan kepada Anugerahslot bahwa Antam berkomitmen menjadikan proyek baterai kendaraan listrik ini sebagai model industri masa depan: berbasis rendah karbon dan memberikan dampak sosial ekonomi yang luas bagi masyarakat Indonesia.

    Dukungan DPR: Proyek Baterai Jadi Tonggak Industrialisasi Energi Terbarukan

    Anggota Komisi VII DPR RI, Ramson Siagian, menyampaikan bahwa proyek baterai kendaraan listrik yang melibatkan Antam merupakan tonggak penting dalam upaya industrialisasi sektor energi terbarukan di Indonesia.

    Menurut Ramson, inisiatif proyek ini telah dirintis sejak empat tahun lalu, namun baru menunjukkan perkembangan signifikan dan realisasi nyata di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

    “Groundbreaking yang kita saksikan hari ini menandai bahwa proyek ini sudah resmi dimulai dan masuk tahap implementasi nyata,” ungkapnya.

    Ramson menambahkan, dimulainya proyek ini adalah sinyal kuat bahwa Indonesia serius dalam membangun industri energi masa depan yang berkelanjutan dan bernilai tambah tinggi.

    Ramson: Danantara Jadi Katalis Pembiayaan, Konsorsium Nasional Makin Solid

    Ramson Siagian menyatakan optimisme bahwa percepatan proyek baterai kendaraan listrik akan berjalan lebih lancar, khususnya karena skema pendanaannya kini mendapatkan dukungan penuh dari Danantara. Dengan sistem pembiayaan yang terkonsolidasi serta dukungan aset yang kuat, Danantara dinilai mampu menjadi katalis penting dalam pembiayaan industri baterai nasional.

    “Struktur konsorsium ini bukan hanya mengandalkan CBL, tapi merupakan sinergi antara ANTAM, IBC, dan mitra strategis lainnya,” jelas Ramson.

    Ia menjelaskan bahwa keberadaan ANTAM sebagai bagian dari holding tambang MIND ID, serta IBC sebagai entitas gabungan BUMN strategis, menciptakan kolaborasi yang lebih solid dan saling melengkapi dalam proyek ini.

    Menurut Ramson, posisi Antam sangat strategis untuk mengangkat peran Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik global. Ia juga menegaskan bahwa DPR RI akan terus memberikan dukungan politik dan regulatif untuk memperkuat peran BUMN sektor pertambangan dalam mendorong hilirisasi dan penciptaan nilai tambah di dalam negeri.

    Groundbreaking Tandai Pembangunan 6 Proyek Terintegrasi dalam Ekosistem Baterai Nasional

    Groundbreaking kali ini menandai dimulainya pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Ekosistem ini terdiri dari enam proyek utama hasil kolaborasi strategis antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan Konsorsium CATL-Brunp-Lygend (CBL).

    Lima dari enam proyek tersebut akan dikembangkan di Kawasan FHT, Halmahera Timur, sementara satu proyek lainnya akan berlokasi di Karawang. Seluruh proyek ini mencakup area seluas 3.023 hektar, menjadikannya salah satu kawasan industri terintegrasi terbesar untuk sektor baterai di Indonesia.

    Tak hanya itu, proyek ini juga diproyeksikan memberikan dampak sosial dan ekonomi yang besar, dengan potensi menyerap hingga 8.000 tenaga kerja langsung, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan membangun 18 infrastruktur dermaga multifungsi sebagai penunjang logistik.